BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

PENYESUAIAN PERKAWINAN PADA ISTRI YANG MENJALANI COMMUTER MARRIAGE TIPE ADJUSTING NURI SABILA MUSHALLIENA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus-menerus. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Kepuasan Perkawinan. Menurut Aqmalia dan Fakhrurrozi (2009) menjelaskan bahwa per kawinan

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB I PENDAHULUAN. bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga usia lanjut. Tahap yang paling panjang

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di dalamnya terdapat komitmen dan bertujuan untuk membina rumahtangga serta

PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kodratnya Tuhan menciptakan manusia untuk saling berpasang-pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari proses kematangan dan pengalaman dalam hidupnya. Perubahan-perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB II KAJIAN TEORI. 1952; klemer, 1970, (Ardhianita & Andayani, 2004) diperoleh dari suatu hubungan dengan tingkat perbandingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang No. 1 Tahun 1974 pasal 1). Menurut hukum adat, atau merupakan salah satu cara untuk menjalankan upacara-upacara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rini Yuniati, 2013

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini menjelaskan tentang pembahasan teori yang sudah disinggung pada bab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan kejadian yang sakral bagi manusia yang menjalaninya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan

BAB I PENDAHULUAN. serta tanggung jawab sosial untuk pasangan (Seccombe & Warner, 2004). Pada

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan menurut Undang-Undang No.1 Tahun 1974 adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dilla Tria Febrina, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

BAB I PENDAHULUAN. sering mendengar kasus-kasus penganiyaan suami atau istri karena berselingkuh

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap kehidupan manusia pasti berhubungan dengan rasa bahagia dan rasa

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran individu lain tersebut bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebahagiaan merupakan keadaan psikologis yang ditandai dengan tingginya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan intim seperti persahabatan dan hubungan kerja serta hubungan cinta seksual. Mereka siap untuk mengembangkan kemampuan yang diperlukan untuk memenuhi komitmen dengan orang lain, walaupun harus disertai dengan kompromi dan pengorbanan. Komitmen yang dimaksud adalah komitmen pribadi dalam hubungan intim, yang salah satunya berupa perkawinan. (Erikson dalam Hall & Lindzey, 1985: 87) Menurut Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang Perkawinan menyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suamiistri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 tentang Perkawinan). Mahasiswa merupakan individu yang sedang berada pada tahap usia dewasa awal. Menurut Erikson, pembentukan hubungan intim ini merupakan tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa awal. (Desmita, 2012: 242). Seperti pada mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia yang melaksanakan tugas perkembangannya dengan melakukan perkawinan. Setiap saat bisa berada di samping suami adalah idaman setiap istri, begitu pula sebaliknya. Betapa tidak, selalu berada dekat suami, selain segala kebutuhan sehari-hari akan dilayani, juga bisa mendatangkan kenyamanan batin. Namun pada kenyataannya, tidak semua istri bisa selalu berada dekat dengan suaminya. Hal tersebut biasa disebut dengan perkawinan jarak jauh atau yang sering dikenal dengan istilah commuter marriage. Commuter marriage Sindhi Raditya Swadiana, 2014

merupakan keadaan perkawinan yang terbentuk secara sukarela dimana pasangan yang sama-sama bekerja mempertahankan dua tempat tinggal yang berbeda lokasi geografisnya dan pasangan tersebut terpisah paling tidak tiga malam per minggu selama minimal tiga bulan. (Gerstel & Gross dalam Glotzer & Federlein, 2007: 4) Ada dua tipe dari pasangan commuter marriage, yang pertama adalah pasangan adjusting, yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinannya cenderung lebih muda, menghadapi perpisahan perkawinan atau commuter marriage di awal perkawinan, dan memiliki sedikit atau tidak ada anak. Yang kedua, pasangan established, yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinannya lebih tua, telah lama bersama dalam perkawinan dan memiliki anak yang sudah dewasa dan telah keluar dari rumah. (Harriett Gross dalam Glotzer & Federlein, 2007: 4) Mahasiswi di Universitas Pendidikan Indonesia yang menjalani commuter marriage termasuk dalam tipe pasangan adjusting dikarenakan usia perkawinan yang masih muda. Tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena pengalaman bersama belum banyak. Periode awal perkawinan merupakan masa penyesuaian diri, dan krisis mulai muncul saat pertama kali memasuki jenjang perkawinan. Pasangan suami istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri yang mulai dihadapkan dengan berbagai masalah. Dua kepribadian (suami maupun istri) saling menempa untuk dapat sesuai satu sama lain, dapat memberi dan menerima. (Clinebell & Clinebell dalam Anjani & Suryanto, 2006: 3). Tahun pertama dan kedua perkawinan pasangan suami istri dipandang sebagai periode balai keluarga muda. Pasangan pada perkawinan lima tahun pertama seringkali mengalami ketegangan emosi, konflik dan perpecahan karena pasangan dalam proses menyesuaikan diri. Kekuatan perkawinan melemah terutama pada lima tahun pertama perkawinan. (Hurlock, 1980: 289).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 120 pasangan suami istri yang bercerai di Pengadilan Agama kota Bandung, 45% berada di bawah usia pernikahan kurang dari lima tahun (Kompas.com, 2010). Menyatakan bahwa tantangan di periode awal perkawinan adalah masa-masa perjuangan untuk memperoleh kebahagiaan dan kemapanan hidup. Antara suami dan istri sama-sama bekerja keras untuk bisa memenuhi tuntutan hidup. Ini sangat bisa mengurangi kualitas kebersamaan sehingga akhirnya salah satu pihak merasa terabaikan. (Hassan dalam Anjani & Suryanto, 2006: 2) Pada saat mengalami masalah atau melewati masa-masa sulit, peran pasangan juga amat penting karena dapat mengurangi rasa sedih, menghindarkan dari perasaan putus asa, dan membantu proses pemulihan ke arah kondisi semula. Faktor yang dapat menciptakan kebahagiaan dalam rumah tangga adalah faktor penyesuaian perkawinan yang terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta, ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul. (Anjani & Suryanto, 2006: 6) Ketidakhadiran pasangan di saat yang dibutuhkan ini tentu dapat menimbulkan konflik antar pasangan karena setiap pasangan menginginkan kebutuhannya terpenuhi. Oleh karena itu, diperlukan adaptasi bagi pasangan yang berada jauh dari pasangannya atau dengan kata lainnya adalah usaha untuk melakukan penyesuaian perkawinan. Penyesuaian perkawinan adalah proses membiasakan diri pada kondisi baru dan berbeda sebagai hubungan suami istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai suami istri. (Douval & Miller dalam Rachmawati & Mastuti, 2013: 4).

Penyesuaian dalam perkawinan merefleksikan perasaan dan pertanyaan tentang bagaimana interaksi, komunikasi dan konflik yang dialami oleh pasangan suami istri. Adapun aspek-aspek penyesuaian perkawinan dari Spanier (1976: 17) adalah: Konsensus antar pasangan, menyangkut tingkat persetujuan antar pasangan suami istri tentang hal-hal yang penting dalam perkawinan; Kepuasan antar pasangan, menyangkut tingkat kepuasan antar pasangan suami istri; Kohesivitas antar pasangan, ditunjukkan dengan solidaritas pasangan suami istri; Ekspresi cinta, ditunjukkan dengan persetujuan pasangan suami istri dalam mengungkapkan perasaan cinta dan hubungan seksual. Pasangan suami istri biasanya harus melakukan penyesuaian perkawinan terutama pada tahap awal perkawinan atau awal tahun perkawinan. (Hurlock dalam Rachmawati & Mastuti, 2013: 3). Konsep penyesuaian perkawinan mengandung dua pengertian yang tersirat, yaitu adanya hubungan mutualisme (saling menguntungkan) antara pasangan suami istri untuk memberi dan menerima (menunaikan kewajiban dan menerima hak), serta adanya proses saling belajar antara dua individu untuk mengakomodasi kebutuhan, keinginan dan harapannya dengan kebutuhan, keinginan dan harapan dari pasangannya. (Laswell dan Laswell dalam Rini, 2009: 3) Terdapat empat area penting dalam penyesuaian perkawinan. Yaitu, penyesuaian terhadap pembagian tanggung jawab dalam perkawinan (sharing marital responsibility), komunikasi dan konflik (communication and conflict), seks dalam perkawinan (marital sex), dan perubahanperubahan dalam hubungan yang terjadi dari waktu ke waktu (the change in the relationship over time). (Atwater & Duffy dalam Elfida, 2008: 192) Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suryanto dan Anjani pada tahun 2006 menjelaskan bahwa pola penyesuaian perkawinan dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan beberapa fase. Yang pertama adalah fase bulan madu, kedua fase pengenalan kenyataan, ketiga fase krisis

perkawinan, keempat fase menerima kenyataan dan yang terakhir fase kebahagiaan sejati. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Diana Elfada pada tahun 2008 menunjukkan bahwa perempuan lebih baik dalam menyesuaikan perkawinan dibanding laki-laki. Penyesuaian yang dimaksud antara lain penyesuaian terhadap pembagian tanggung jawab dalam perkawinan (sharing marital responsibility), komunikasi dan konflik (communication and conflict), seks dalam perkawinan (marital sex), dan perubahanperubahan dalam hubungan yang terjadi dari waktu ke waktu (the change in the relationship over time). Uraian di atas menunjukkan bahwa pada periode awal perkawinan, penyesuaian perkawinan merupakan proses yang harus dijalani. Apabila bisa melalui dengan baik, maka pasangan tidak akan putus dan sebaliknya bila tidak bisa menyelesaikannya, maka perkawinan akan putus di tengah jalan. Lalu bagaimana proses penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage? Fenomena inilah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji bagaimana penyesuaian perkawinan pada pasangan yang berada pada periode awal perkawinan dan harus menjalani commuter marriage? B. Rumusan Masalah Ketidakhadiran pasangan pada saat yang dibutuhkan akan sering menimbulkan konflik, karena setiap pasangan menginginkan kebutuhannya terpenuhi. Sehingga dibutuhkan penyesuaian perkawinan terutama bagi pasangan yang berada pada periode awal perkawinan. Keberhasilan dalam penyesuaian perkawinan akan berdampak pada keberhasilan dalam berumah tangga. Oleh karena itu, permasalahan tersebut di atas akan dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage?

2. Faktor apa saja yang mendukung penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage? 3. Faktor apa saja yang menghambat penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage? C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, yaitu: 1. Memperoleh gambaran mengenai proses penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage. 2. Memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang mendukung penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage. 3. Memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor yang menghambat penyesuaian perkawinan pada istri yang menjalani commuter marriage. D. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi ilmu Psikologi Perkembangan, khususnya mengenai penyesuaian perkawinan pada pasangan yang menjalani commuter marriage. 2. Manfaat praktis a. Bagi pasangan yang menjalani commuter marriage Pasangan yang menjalani commuter marriage dapat melakukan penyesuaian dalam kehidupan perkawinannya dengan mengetahui faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam penyesuaian perkawinan sehingga mampu mengatasi konflik yang muncul dalam rumah tangga.

b. Bagi peneliti Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan mengenai penyesuaian perkawinan terutama pada istri yang menjalani commuter marriage. c. Bagi penulis lain Diharapkan juga bisa menjadi bahan referensi bagi penulis lain yang akan mengangkat tema serupa namun menggunakan sudut pandang yang berbeda, seperti dilihat dari situasi yang berbeda dengan pendekatan dan tehnik penelitian yang lain. E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika dalam skripsi ini terdiri dari tiga pokok yaitu bagian awal skripsi, bagian isi dan bagian akhir skripsi. Pada bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran. Pada bagian isi skripsi terdapat bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. Bab II landasan teori berisi teori-teori yang dijadikan landasan penulisan dalam penelitian ini, meliputi teori tentang pengertian perkawinan, fungsi dan motivasi melakukan perkawinan. Teori penyesuaian perkawinan yang meliputi pengertian penyesuaian perkawinan, dimensi-dimensi penyesuaian perkawinan, kondisi yang berpengaruh terhadap kesulitan dalam penyesuaian perkawinan, dan masalah dalam penyesuaian perkawinan. Dan yang terakhir adalah pengertian commuter marriage dan jenis-jenis commuter marriage. Bab III metodologi penelitian, berisi tentang metode penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan, yang berisi tetang hasil-hasil penelitian dan pembahasannya. Bab V penutup, yang berisi kesimpulan dan saran.

Bagian terakhir dalam sistematika skripsi ini adalah akhir skripsi yang berisi daftar pustaka beserta lampiran-lampiran.