Nurul Hidayati Rofiah PGSD FKIP UAD

dokumen-dokumen yang mirip
PENDIDIKAN KHUSUS & PENDIDIKAN LAYANAN KHUSUS

PENDIDIKAN KHUSUS LANDASAN YURIDIS

Bagaimana? Apa? Mengapa?

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS. DRS. MUHDAR MAHMUD.M.Pd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori atau Konsep 1. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa yang berbeda

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 735 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK YANG MEMILIKI KELAINAN DAN MEMILIKI POTENSI KECERDASAN DAN/ATAU BAKAT ISTIMEWA

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009

Adaptif. Adaptif dapat diartikan sebagai, penyesuaian, modifikasi, khusus, terbatas, korektif, dan remedial.

IDENTIFIKASI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN STRATEGI PEMBELAJARANNYA. Oleh Mardhiyah, Siti Dawiyah, dan Jasminto 1

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk suatu profesi, tetapi mampu menyelesaikan masalah-masalah yang

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157 TAHUN 2014 TENTANG KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hak asasi setiap warga negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, karena itu

PROFIL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN IPA BAGI ANAK TUNARUNGU DI SLB KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dengan kata lain tujuan membentuk Negara ialah. mengarahkan hidup perjalanan hidup suatu masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang wajib ditempuh oleh semua warga negara.

BUPATI CIAMIS PROVISI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 29 TAHUN 2015 TENTANG. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF Dl KABUPATEN CIAMIS

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. emosional, mental sosial, tapi memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasannya jauh dibawah rata rata yang ditandai oleh keterbatasan intelejensi

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

I. PENDAHULUAN. selalu berhubungan dengan tema tema kemanusiaan, artinya pendidikan

Bab I Pendahuluan. Sekolah Luar Biasa Tunagrahita di Bontang, Kalimantan Timur dengan Penekanan

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali bagi anak luar biasa atau anak berkebutuhan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. segala potensinya. Oleh sebab itu pendidikan harus diterima olah setiap warga negara,

PERATURANWALIKOTASURAKARTA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAANPERATURANDAERAH KOTASURAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANGKESETARAANDIFABEL

BAB I LATAR BELAKANG. dari anak kebanyakan lainnya. Setiap anak yang lahir di dunia dilengkapi dengan

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN KHUSUS DAN LAYANAN KHUSUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), Siapakah?

BAB I PENDAHULUAN. 1 SLB Golongan A di Jimbaran. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijamin dan dilindungi oleh berbagai instrumen hukum internasional maupun. nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

P 37 Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Tunanetra Kelas X Inklusi SMA Muhammadiyah 4 Yogyakarta

Seminar Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah banyak mengangap bahwa anak yang dilahirkan karena suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan mereka dapat menggenggam dunia. mental. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak serta sama,

penyelenggaraan pendidikan khusus, pendidikan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 tentang Pembentukan Provinsi Bengkulu (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (SUSENAS) Tahun 2004 adalah : Tunanetra jiwa, Tunadaksa

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 065 TAHUN T 9 TAHUN 2006 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia tidak hanya diperuntukkan bagi anak- anak yang

2017, No Tahun 2014 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5500); 3. Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2015 tentang Kement

1 Universitas Indonesia

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUAN KHUSUS. Kuliah 1 Adriatik Ivanti, M.Psi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

AKTIVITAS PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF SEBAGAI PENGEMBANGAN KETERAMPILAN GERAK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) 1

KISI-KISI PENGEMBANGAN SOAL UJI KOMPETENSI AWAL SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN MATA PELAJARAN GURU KELAS SDLB KOMPETENSI PEDAGOGIK

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam. perkembangan individu yang berlangsung sepanjang hayat.

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

GUBERNUR ACEH TENTANG PERATURAN GUBERNURACEH NOMOR 92 TAHUN 2012 PENYELENGGARAANPENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN RAHMAT ALLAHYANG MARA KUASA

BAB I. sosialnya sehingga mereka dapat hidup dalam lingkungan sekitarnya. Melalui

Implementasi Pendidikan Segregasi

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

LAPORAN OBSERVASI SLB-A-YKAB SURAKARTA

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. yang begitu bahagia dan ceria tanpa lagi ada kesepian. dengan sempurna. Namun kenyataannya berkata lain, tidak semua anak dapat

PUSAT PERAWATAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ARSITEKTUR PERILAKU TUGAS AKHIR TKA 490 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan penelitian dan pengembangan serta akan diuraikan juga mengenai

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 68 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF KABUPATEN BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan dalam pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak yang Spesial ini disebut juga sebagai Anak Berkebutuhan

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA PAREPARE

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia tersebut salah satunya adalah kematangan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan usaha sadar untuk menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rizki Panji Ramadana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. secara fisik. Anak Berkebutuhan Khusus dibagi ke dalam dua kelompok yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan bernegara, ada yang namanya hak dan kewajiban warga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

Transkripsi:

254 ISBN: 978-602-70471-1-2 BIMBINGAN BELAJAR UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR Nurul Hidayati Rofiah PGSD FKIP UAD nurulhidayatirofiah@ymail.com Abstrak Anak berkebutuhan khusus merupakananak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya.sebagai seorang guru selain mengajar juga membimbing anak berkebutuhan khusus dalam hal belajarnya sehingga potensi dapat tergali dengan maksimal. Anak berkebutuhan khusus yang mengalami kesulitan belajar dapat diberikan bimbingan belajar dengan prinsipprinsip keseluruhan anak, kenyataan, dinamis, kesempatan yang sama dan kerjasama.bimbingan belajar berupa adalah pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari guru dan berbagai nara sumber, pengembangan dan pementapan disiplin belajar dan berlatih, pemantapan penguasaan materi proram belajar, pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada, informasi pendidikan, cara belajar, pemilihan jurusan lanjutan sekolah, mengatasi belajar, mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan, membantu siswa Sekolah Dasar menumbuhkan dan mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai pengetahuan ketrampilan dalam ilmu pengetahuan teknologi dan seni, serta kelanjutan studi. Kata kunci: Bimbingan belajar, anak berkebutuhan khusus PENDAHULUAN Menurut permendiknas No 70 tahun 2009 pasal 3 disebutkan bahwa setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Peserta didik yang memiliki kelainan dan hambatan diantaranya tunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motoric, menjadi korban penyalahgunaan narkoba, obat terlarang, dan zat adiktif lainnya, memiliki kelainan lainnya, dan tunaganda. Pendidikan dasar merupakan pondasi untuk pendidikan selanjutnya dan pendidikan nasional. Oleh sebab itu aset suatu bangsa tidak hanya terletak pada sumber daya alam yang melimpah tetapi juga sumber daya alam yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia yang perlu terus ditingkatkan guna kemajuan bangsa.

ISBN: 978-602-70471-1-2 255 Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter Bimbingan adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu sistem. Proses pendidikan merupakan proses interaksi antara masukan alat dan masukan mentah.bimbingan ialah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman di dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap keluarga, sekolah serta masyarakat. Peranan bimbingan bagi anak berkebutuhan khusus ialah agar mereka dapat dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehinga mereka dapat mempersiapkan dan melakukan tugasnya sebagai salah seorang warga masyarakat sekolah dan masyarakat luas. Bimbingan peserta didik di sekolah dasar meliputi bimbingan pribadi, bimbingan social, bimbingan karir, bimbingan agama dan bimbingan keluarga. Mengingat pentingnya bimbingan belajar di sekolah dasar untuk anak berkebutuhan khusus, maka dalam artikel ini dibatasi pada masalah bimbingan belajar untuk anak berkebutuhan khusus PEMBAHASAN Pengertian Bimbingan Belajar Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1991 Bab XII Pasal 28 Ayat 1 dinyatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengatasi masalah yang disebabkan oleh kelainan yang disandang, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.dari pernyataan tersebut tampak jelas bahwa layanan bimbingan memegang peranan penting dalam mempersiapkan siswa menghadapi masa depannya. Di pihak lain, guru sebagai pengelola inti dalam proses pembelajaran mempunyai tugas untuk melaksanakan layanan bimbingan di sekolahnya, terlepas dari ada atau tidak ada petugas khusus yang disiapkan untuk itu. Peran guru sebagai pembimbing semakin diperkokoh posisinya selaku fasilitator dalam mencapai perkembangan siswa secara optimal. Bimbingan merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses bimbingan merupakan kegiatan yang berkelanjutan, berlangsung terus menerus dan bukan kegatan seketika atau kebetulan. Bimbingan adalah kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian tujuan dan bukan kegiatan sewaktu-waktu atau insidential.bimbingan adalah bantuan. Maksudnya adalah mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa, memberikan dorongan dan semangat,

256 ISBN: 978-602-70471-1-2 menumbuhkan keberanian bertindak bertanggung jawab, mengembangkan kemampuan untuk memperbaiki dan mengubah perilakunya sendiri.bantuan itu diberikan kepada individu. Individu yang diberi bantuan adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu. Tidak ada teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi semua siswa karena bantuan yang diberikan kepada siswa akan dipahami dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah yang dihadapi siswa. Ini berarti bahwa bantuan yang diberikan kepada siswa harus didasarkan kepada pemahaman terhadap kebutuhan dan masalah siswa. Oleh karena itu guru perlu memiliki keterampilan memahami perkembangan, kebutuhan, dan masalah siswa. Menurut Wina Sanjaya (2006:110) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.belajar juga dapat berarti modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behaviorthrough experiencing). Menurut pengertian ini belajar merupakan proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Sedangkan menurut Hamalik (2005:27) belajar merupakan interaksi antara siswa dengan objek pembelajaran. Aktivitas pembelajaran yang terjadi dapat dikonsentrasikan kepada dua sasaran, yaitu aktivitas siswa terhadap dunia nyata, danaktivitas siswa terhadap dunia pikir. Aktivitas siswa yang terpusat terhadap dunia nyata pada dasarnya adalah kegiatan penginderaan terhadap dunia nyata, baik terhadap objek maupun terhadap persoalan nyata. Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi sebagai akibat dari pengalaman dan latihan. Bimbingan belajar merupakan bantuan yang diberikan kepada anak dalam bimbingan dapat berupa informasi pendidikan, cara belajar, pemilihan jurusan lanjutan sekolah, mengatasi belajar, mengembangkan kemampuan dan kesanggupan secara optimal dalam pendidikan atau membuat siswa dapat sukses belajar dan mampu

ISBN: 978-602-70471-1-2 257 Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter menyesuaikan diri terhadap semua tuntutan sekolah Bimbingan belajar, membantu siswa Sekolah Dasarmenumbuhkan dan mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baikdalam menguasai pengetahuan ketrampilan dalam ilmu pengetahuan teknologi dan seni, serta kelanjutan studi. Pokok dalam bimbingan belajar adalah pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari guru dan berbagai nara sumber, pengembangan dan pementapan disiplin belajar dan berlatih, pemantapan penguasaan materi proram belajar, pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosial dan budaya yang ada, dan prientasi pendidikan yang lebih tinggi dan pendidikan tambahan. Kegiatan Bimbingan belajar di Sekolah Dasar tidak diberikan oleh Guru Pembimbing secara khusus seperti di jenjang pendidikan SMP dan SMA. Guru kelas harus menjalankan tugasnya secara menyeluruh, baik tugas menyampaikan semua kompetensi pembelajaran dan memberikan layanan bimbingan kepada semua siswa tanpa terkecuali. Karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus Anak berkebutuhan khusus merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan anak-anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya.anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Dalam Peraturan Pemerintah No. 17 Tahun 2010 Pasal 129 ayat (3) menetapkan bahwa Peserta didik berkelainan terdiri atas peserta didik yangtunanetra, tunarungu, tunawicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, berkesulitan belajar, lamban belajar, autis, memiliki gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkotika, obat terlarang, dan zat adiktif, dan memiliki kelainan.1.anak dengan Gangguan Penglihatan (Tunanetra) Anak dengan gangguan penglihatan (Tunanetra) adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihataan sedemikian rupa, sehingga membutuhkaan layanan khusus dalam pendidikanmaupun kehidupannya.layanan khusus dalam pendidikan bagi mereka, yaitu dalam membaca menulis dan berhitungdiperlukan huruf Braille bagi yang buta, dan bagi yang sedikit penglihatan (low vision)diperlukan kaca pembesar atau huruf cetak yang besar, media yang dapat diraba dan didengar atau diperbesar.

258 ISBN: 978-602-70471-1-2 Anak dengan Gangguan Pendengaran (Tuna rungu) adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehinggamengalami gangguan berkomunikasi secara verbal. Walaupun telah diberikan pertolongandengan alat bantu dengar, mereka masih tetap memerlukan layanan pendidikan khusus. Anak dengan gangguan Intelektual (Tuna grahita) adalah anak yang secara nyata mengalami hambatan danketerbelakangan perkembangan mental- intelektual di bawah rata-rata, sehingga mengalamikesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Mereka memerlukan layanan pendidikan khusus. Anak dengan gangguan Gerak Anggota Tubuh (Tunadaksa)adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada anggota gerak tulang, sendi, dan otot. Mereka mengalami gangguan gerak karena kelayuhan otot, atau gangguanfungsi syaraf otak (disebut Cerebral Palsy /CP].Pengertian anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya. Anak dengan gangguan prilaku dan emosi (tuna laras) adalah anak yang berperilaku menyimpang baik pada taraf sedang, berat dan sangat berat, terjadi pada usia anak dan remaja, sebagai akibatterganggunya perkembangan emosi dan sosial atau keduanya, sehingga merugikan dirinyasendiri maupun lingkungan, maka dalam mengembangkan potensinya memerlukan pelayanandan pendidikan secara khusus. Anak dengan Kecerdasan Tinggi dan Bakat Istimewa (Gifted and Tallented)adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas (task commitment ) di atas anak-anak seusianya ( anak normal ), sehinggauntuk mengoptimalkan potensinya, diperlukan pelayanan pendidikan khusus. Lamban belajar (slow learner) adalah anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawahanak normal, tetapi tidak termasuk anak tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 80-85).Dalam beberapa hal anak ini mengalami hambatan atau keterlambatan berpikir, meresponrangsangan dan kemampuan untuk beradaptasi, tetapi lebih baik dibanding dengan yangtunagrahita. Mereka membutuhkan waktu belajar lebih lama dibanding dengan sebayanya.sehingga mereka memerlukan layanan pendidikan khusus.

ISBN: 978-602-70471-1-2 259 Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter Bimbingan Belajar bagi Anak Berkebutuhan Khusus Bimbingan belajar di berikan kepada anak berkebutuhan khusus pada umumnya, khususnya kepada siswa yang pada suatu saat membutuhkan bantuan untuk memecahkan masalah atau kesulitan yang berhubungan dengan kegiatan belajar, baik itu disekolah, di asrama, di luar sekolah ataupun di luar asrama. Kesulitan yang biasa dipecahkan melalu kegiatan bimbingan belajar antara lain: 1. Kesulitan dalam menguasai efektivitas dan efisiensi belajar baik secara kelompok maupun secara individual. Kesulitan dalam efektivitas belajar ini berbeda dengan anak yang tunanetra misalnya, akan tetapi belajar yang efektif bagi siapapun pada pinsipnya sama. 2. Kesulitan dalam upaya meningkatkan motif belajar. Tidak jarang anak yang enggan belajar, malas untuk memeulai belajar dan bahkan seringkali tidak siap untuk belajar akibatnya anak asal-asalan saja dengan hasil yang tidak memuaskan. 3. Kesulitan dalam cara memahami dan menggunakan buku pelajaran dan kemudahan lainnya ayang telah tersedia dipusat sumber belajar disekolah 4. Kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah, baik tugas yang harus dilakasanakan secara individual maupun yang harus dikerjakan melalui kelompok terbatas. 5. Kesulitan dalam mempersiapkan diri menghadapi ulangan dan ujian. 6. Kesulitan dalam memilih pelajaran atau kegiatan vokasional yang cocok dengan minat, bakat, dan kondisi nyata dari siswa. 7. Kesulitan yang dtemui siswa dalam bidang studi khusus seperti matematika, olah raga, menggambar dan lainnya. 8. Kesulitan dalam mengembangkan cara-cara belajar yang baik. 9. Kesulitan dalam membagi waktu belajar diantara kegiatan lainnya, baik disekolah maupun di luar sekolah. 10. Kesulitan dalam menentukan pilihan kegiatan tambahan yang termasuk dalam kegiatan ko-kurikuler dan kegiatan ekstra kulikuler.

260 ISBN: 978-602-70471-1-2 Dalam melakukan bimbingan belajar di sekolah dasar haruslah mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan bimbingan belajar. Prinsip dasar tersebut menurut Musjafak Assjari(1995) adalah sebagai berikut: 1. Keseluruhan anak (all the children) Layanan pendidikan pada anak berkebutuhan khusus harus didasarkan pada pemberian kesempatan bagi seluruh anak berkebutuhan khusus dari berbagai derajad, ragam, dan bentuk kecacatan yang ada. Dengan layanan pendidikan diharapkan anak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga ia dapat mencapai hidup bahagia sesuai dengan gangguan dan hambatannya. Konsekuensi dari ini, guru seyogyanya bersifat kreatif. Guru dituntut mencari berbagai pendekatan pembelajaran yang cocok bagi anak. Pendekatan tersebut disesuaikan dengan keunikan dan karakteristik dari masingmasing kecatatan. 2. Kenyataan (reality) Pengungkapan tentang kemampuan fisik dan psikologis pada masing-masing anak berkebutuhan khusus mutlak untuk dilakukan. Hal ini penting, mengingat malalui tahapan tersebut pelaksanaan pendidikan maupun pelaksanaan rehabilitasi dapat memberikan layanan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing anak berkebutuhan khusus. Dasar pendidikan yang menempatkan pada kemampuan masing-masing anak tunadaksa inilah yang dimaknai sebagai dasar yang berlandaskan pada kenyataan (reality). 3. Program yang dinamis (a dynamic program) Pendidikan pada dasarnya bersifat dinamis. Pendidikan dikatakan dinamis karena yang menjadi subjek pendidikan adalah manusia yang sedang tumbuh dan berkembang, yang di dalamnya terdapat proses yang bergradasi, berkesinambungan untuk mencapai sasaran pendidikan. Dinamika dalam proses pendidikan terjadi karena subjek didiknya selalu berkembang, sehingga penyesuaian layanan harus memperhatikan akan perkembangan yang terjadi pada subjek didik. Dinamika dapat pula terjadi pada perkembangan ilmu pengetahuan. Kedua kenyataan ini menuntut guru untuk mengkaji teori-teori pendidikan yang berkembang setiap saat. Memperhatikan kedua dinamika

ISBN: 978-602-70471-1-2 261 Aktualisasi Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar Menuju Peserta Didik yang Berkarakter tersebut layanan pendidikan seharusnya memperhatikan karakteristik yang cukup heterogen pada anak dengan segala dinamikanya. 4. Kesempatan yang sama (equality of opportunity) Pada dasarnya anak berkebutuhan khusus diberikan kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensinya tanpa memprioritaskan jenis-jenis kecacatan yang dialaminya. Titik perhatian pengembangan yang utama pada anak berkebutuhan khusus adalah optimalisasi potensi yang dimiliki masing-masing anak melalui jenjang pendidikan yang ditempuhnya. Hal-hal yang bersifat teknis berkaitan dengan sarana dan prasarana sekolah disesuaikan dengan kenyataan yang ada. Kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan menuntut penyelenggara pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus untuk menyediakan dan mengusahakan sarana dan prasarana pendidikan sesuai dengan kebutuhan anak dan variasi kecacatannya. 5. Kerjasama (cooperative) Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus tidak akan berhasil mengembangkan potensi mereka mana kala tidak melibatkan pihak-pihak yang terkait. Beberapa pihak yang terkait yang paling utama adalah orangtua. Orangtua anak berkebutuhan khusus perlu dilibatkan dalam merancang dan menyelenggarakan program pendidikan. Selain orangtua, pihak lain yang terkait adalah dokter, psikolog, psikhiater, pekerja sosial, ahli terapi okupasi, dan ahli fisioterapi, konselor, dan tokoh masyarakat utamanya mempunyai perhatian dalam dunia pendidikan anak. Pembimbing berkewajiban membantu siswa dalam memecahkan masalah pengajaran diatas dengan berbagai bentuk bimbingan. Usaha pembimbing diarahkan kepada siswa untuk membantu siswa agar dapat menyesuaikan dii secara memadai dalam situasi belajar. Pembimbing harus bisa membina motif belajar intringsing siswa. Upaya yang dapat dilakukan misalnya dengan jalan mempekuat motif positif yang sudah ada pada diri siswa, mempejelas tujuan belaja, meumuskan tujuan-tujuan sementara yang segera dapat dicapai, membina situasi persaingan yang sehat dan kalau perlu membeikan rangsangan bak dengan kata-kata pujian atau sesekali dalam bentuk hadiah berupa benda.

262 ISBN: 978-602-70471-1-2 Melalui usaha bimbingan belajar dapat diharapkan semua siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimilikinya dengan mempegunakan fasilitas yang ada dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pemberianinformasi sebagai salah satu teknik dalam bimbingan belajar akan sangat membantu siswa. Informasi tentang cara belajar yang efektif, bagaimana cara melakukan diskusi yang baik, cara-cara mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dan cara menghilangkan kebiasaan belajar yang buruk. KESIMPULAN Mengingat pentingnya bimbingan belajar untuk anak berkebutuhan khusus, maka guru harus mengggunakan prinsip-prinsip bimbingan diantaranya prinsip keseluruhan anak, kenyataan, dinamis, kesempatan yang sama dan kerjasama.selama anak berkebutuhan khusus berada dalam pendidikan hendaknya sudah mulai diarahkan, bimbingan untuk mnguasai berbagai keterampilan yang sesuai dengan kondisi kecacatannya, kemampuan mentalnya, bakat dan minatnya. Keterampilan ini akan menjadi bekal hidupnya kelak dalam masyarakat sehingga tidak seluruh hidupnya tergantung pada orang lain dan dapat hidup secara wajar seperti anggota masyarakat lainnya. DAFTAR PUSTAKA Azzet, Ahmad Muhammad. 2010. Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Yogyakarta: Arruz Media. Sanjaya,Wina.2006. Strategi pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan.jakarta:kencana Prenada Media. Hamalik Oemar.2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara. National Council for Special Education. 2011. Children With Special Education Needs. www.ncse.ie Permendiknas No 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusi. Suparno. 2008. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta:Dirjen DIKTI.