BAB IV DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEMISKINAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. fasilitas mendasar seperti pendidikan, sarana dan prasarana transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

- 1 - BAB I PENGUATAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini membahas secara berurutan tentang latar belakang

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB 4 ANALISIS ISU STRATEGIS DAERAH

BAB II CHYNE, O BRIEN DAN BELGRAVE: TEORI SOSIAL DEMOKRAT

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aghnita Septiarti, 2014 Studi Deskriptif Sikap Mental Penduduk Miskin

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan gambaran kehidupan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

PENDAHULUAN Latar Belakang

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

PENUTUP. Degradasi Lahan dan Air

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Laki-laki, Perempuan, dan Kelompok Masyarakat Rentan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk melihat keberhasilan pembangunan suatu negara. Setiap negara akan

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

KEMISKINAN DAN UPAYA PENGENTASANNYA. Abstrak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KABUPATEN NUNUKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

Paradigma Kesejahteraan

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jambi

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

Keynote Speech STRATEGI INDONESIA MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN, INKLUSIF, DAN BERKEADILAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi berkaitan juga dengan rendahnya tingkat pendidikan, dan tingkat pendidikan yang rendah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sejak terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, menurut data yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SEKILAS TENTANG RAWAN PANGAN. Written by adminbkpp2 Wednesday, 20 May :37 - Last Updated Wednesday, 20 May :59

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

Rumusan Isu Strategis dalam Draft RAN Kepemudaan PUSKAMUDA

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA DI WILAYAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 13 TAHUN TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

Good Governance. Etika Bisnis

RENCANA PEMBANGUNAN BIDANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

PENGUATAN EKONOMI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

PENGERTIAN PERTANIAN 10/24/2007 ARTI PENTING SEKTOR PERTANIAN. PERTANIAN : Pertanian, Kehutanan, Peternakan, Perikanan, Perkebunan

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

BAB. I PENDAHULUAN. dan permasalahannya di masing-masing daerah. masyarakat baik di tingkat komunitas, regional, maupun nasional.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi dampak..., Radiana Mahaga, FE UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

PENDAHULUAN Latar Belakang Di Indonesia istilah keluarga sejahtera baru dirumuskan oleh pemerintah

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Gambaran Umum Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) di Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan yang pelik dan komplek di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

Analisis Isu-Isu Strategis

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

ASPEK EKONOMI DAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

Transkripsi:

BAB IV DAMPAK SOSIAL EKONOMI KEMISKINAN A. KETIDAKBERDAYAAN Dalam beberapa dekade terakhir ini, pengertian dan pemahaman tentang kemiskinan telah banyak bergeser dari pengertian dan pemahaman sebelumnya. Apabila sebelumnya kemiskinan dipandang secara sempit hanya pada aspek ekonomi saja, kini pengertian kemiskinan berkembang mencakup aspek aspek kahidupan yang jauh lebih luas. Secara umum kemiskinan mencakup aspek budaya, sosial, ekonomi dan politik. Dimensi kemiskinan yang mudah diamati adalah bahwa suatu keluarga tersebut tidak mampu untuk ememnuhi standar minimum kebutuhan pokok keluarga untuk hidup secara layak. Namun dalam perkembangan selanjutnya kemiskinan ditandai dengan adanya kerentanan dan ketidak berdayaan sekelompok masyarakat terhadap sistem dan kebijakan pemerintah yang diberlakukan, sehingga mereka berada pada posisi terpinggirkan. Analisa tentang dimensi dan penyebab kemiskinan menjadi sangat penting karena pemahaman terhadap masalah kemiskina ini akan menentukan strategi penanggulangannya. Terdapat 4 masalah penting yang berkaitan dengan ketidakberdayaan masyarakat menghadapi kemiskinan yaitu : 1. Terjadinya perubahan pemikiran tentang kemiskinan yang dipicu oleh pengalaman empiris kegagalan penanggulangan kemiskinan secara efektif dan berkelanjutan. Pemahaman tersebut berkembang dari hanya sekedar kemiskinan materi ( ukuran pendapatan atau pengeluaran/ konsumsi ) menjadi kemiskinan insani ( memasukkan aspek pendidikan dan kesehatan) yang kemudian menjadi kemiskinan martabat yaitu kurangnya partisipasi sosial dan politik yang tercermin dalam wujud ketidakberdayaan (powerlessness ), keterdiaman ( voicelessness) dan kerentanan (vulnerability ). Pada tahapan ini kemiskinan menjadi lebih kompleks bukan hanya sekedar basic needs saja. 2. Sebagai konsekwensinya pemecahan masalah kemiskinan bukan hanya berkutat pada masalah ekonomi namun juga berkembang menjadi masalah 68

sosial, budaya dan politik. Secara lebih detail akar masalah kemiskinan menjadi lebih kompleks seperti dalam gambar 4.1. berikut ini : Gambar 4.1 Akar Permasalahan Kemiskinan di Indonesia Ketidakberdayaan masyarakat miskin Terhambatnya mobilitas sosial Rendahnya keterlibatan dlm ekonomi produktif Ketiadaan partisipasi dlm penentuan kebijakan publik Terbatasny a kapasitas pengemb potensi diri Kterasingan sosial Rendahnya kmampuan akses kesempatan usaha Menyempit nya kesempatan ekonomi/ usaha Ketiadaan representasi si miskin Terbatsany a ruang publik Kondisi ksehatan & pendidikan Rendahnya motivasi pengemb diri Tertekannya ksadaran hak dasar Lemahnya modal sosial Hilangnya kpercayaan sosial Disfungsi klembagaan lembaga sosial Tbatasnya kepemilikan aset produktif Lemahnya sumber daya modal usaha Rendahnya tk kwirausahaan sosial Kpincangan distribusi kekayaan Kecurangan praktek bisnis Degradasi sumber daya alam dan lingkungan Lemahnya swa organisasi Krg berkembangn ya kepemimpina n kelompok Lemahnya jejaring kaum miskin Birokrasi tll berkuasa Elit politik yg tidak responsif Tata pemerintahan yang otokratis Sosio kultural Sosio ekonomi Sosio politik Akar masalah kemiskinan multi dimensional Dalam bagan akar permasalahan kemiskinan tersebut, ditunjukkan bahwa terdapat 3 unsur utama pembentuk akar permasalahan kemiskinan yaitu dari sisi sosio kuktural, sosio ekonomi dan sosio politik. Yang masing masing bisa diterjemahkan dalam kehidupan baik dari sisi terbatasnya kapasitas pengembangan potensi diri, keterasingan sosial, rendahnya kemampuan akses kepentingan usaha, menyempitnya kesempatan ekonomi/ usaha, 69

ketiadaan representasi si miskin, terbatasnya ruang publik. Muara dari kasus kasus tersebut adalah ketidakberdayaan masyarakat miskin. 3. Transformasi struktur dan proses a. Transformasi Struktur, dalam transformasi struktur ini terdapat 4 permasalahan yaitu : pemerintah tingkat masyarakat lebih cenderung mementingkan kepentingan minoritas yang tidak miskin dalam menentukan kebijakan politiknya, sektor swasta melakukan eksploitasi pemerintah pada tingkat masyarakat untuk mengambil sumber daya alam dan modal komunitas dengan mengurangi akses kaum miskin terhadapnya, Bantuan LSM berhasil dalam menangani keterbatasan akses atas modal manusia dan modal finansial pendekatan partisipatif meningkat penggunaannya dalam kegiatan pengembangan, membantu kaum miskin menggunakan hak haknya. b. Transformasi Proses, dalam transformasi proses terdapat beberapa hal mengacu pada proses berkesinambungan yang dilakukan oleh pemerintah terkadang belum ramah pada kemiskinan (pro poor policy), antara lain : Beberapa kebijakan untuk pemanfaatan lahan, impor makanan, pertanian, sumber daya alam bersifat melemahkan pemberdayaan dan mengganggu mata pencaharian kaum miskin. Sebagian dari kemajuan tehnologi mengganggu mata pencaharian kaum miskin dan tidak adanya perlindungan atas kebijakan/ peraturan Program pembangunan yang kurang peka terhadap persoalan gender Tidak adanya investasi pada pendidikan anak anak pasca SD. 4. Masalah kemiskinan yang berakar pada faktor internal dan eksternal pada berbagai aras yang lebih dominan dan berujung pada masalah institusi atau tata kelembagaan yang mencerminkan relasi kekuasaan yang tidak adil. Di 70

mana issue strategis masalah kemiskinan antara lain berhubungan dengan kesempatan bagi si miskin, rendahnya kemampuan masyarakat miskin dalam melakukan kegiatan ekonomi produktif, lemahnya keberdayaan masyarakat miskin sehingga berakibat pada rendahnya kemampuan berorganisasi dan membentuk lembaga sosial. Kurangnya perlindungan sosial namun secara langsung berbenturan dengan kekhawatiran akan timbulnya ketergantungan masyarakat miskin terhadap bantuan dari pemerintah. Untuk menggambarkan permasalahan ini, berikut akan dipaparkan aspek ekonomi dan sosial yang mengikuti kemiskinan B. ASPEK EKONOMI Terbatasnya kesempatan di bidang ekonomi didasarkan pada indikator yang berhubungan dengan akses terhadap lapangan kerja dan akses terhadap faktor produksi. Gambaran umum aspek ketenagakerjaan bisa dideskripsikan berdasarkan pengelompokan penduduk dalam kategori usia produktif pra produktif, angkatan kerja non angkata kerja, angkatan kerja yang bekerja pengangguran, golongan miskin tidak miskin, serta daerah perkotaan perdesaan. Sedangkan faktor produksi yang mempengaruhi aktivitas ekonomi masyarakat antara lain adalah modal, lahan, teknologi, tenaga kerja dan akses terhadap pasar. Berdasarkan indikator ketenagakerjaan, secara umum penduduk miskin di daerah perdesaan menunjukkan persentase yang lebih besar dibandingkan dengan penduduk miskin di daerah perkotaan, kecuali untuk indikator pengangguran terbuka. Pendekatan yang lebih spesifik untuk menggambarkan akses terhadap lapangan kerja didekati melalui indikator kesempatan kerja, kontribusi sektor usaha, dalam penyerapan tenaga kerja, tingkat pengangguran terbuka, setengah pengangguran dan kualitas pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan yang ditamatkan. 71

iiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii BOX 4.1 Hal yang menarik dalam kaitannya dengan fenomena pengangguran di perdesaan dan perkotaan adalah mengenai distribusinya berdasatkan indikator pengangguran terbuka dan setengah terbuka. Dua kecenderungan tersebut menunjukkan kondisi yang berkebalikan antara daerah perdesaan dengan daerah perkotaan. Pengangguran terbuka lebih banyak berada di daerah perkotaan sekitar 60%, dan sekitar 85% dari pengangguran terbuka di daerah perkotaan tersebut tergolong tidak miskin. Kondisi ini berbalikan dengan klasifikasi setengah pengangguran di mana populasinya sebagian besar berada di daerah pedesaan. Lebih dari 70% yang dikategorikan sebagai setengah pengangguran berada di daerah perdesaan di mana sekitar 80% di C. ASPEK SOSIAL l d k k Aspek sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk mengakses fasilitas fasilitas yang berkaitan dengan dimensi sosial. Terdapat beberapa indikator mengenai kekurangmampuan masyarakat dalam melakukan akses terhadap berbagai fasilitas publik, antara lain karena 1. rendahnya akses masyarakat terhadap berbagai informasi ( terutama di daerah terpencil atau terisolasi ) yang menyangkut informasi umum dan khususnya yang berkaitan dengan kebijakan publik 2. Kurangnya akses pendukung untuk pendidikan dan kesehatan seperti tenaga guru, fasilitas pendidikan, tenaga kesehatan. Secara rinci indikator kemampuan masyarakat untuk mengakses fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan bisa dijelaskan sebagai berikut. Sejalan dengan program wajib belajar 9 tahun, informasi mengenai kemampuan masyarakat dalam mengakses pendidikan dapat didekati melalui tingkat ketersediaan sekolah dasar ( SD/ MI ). Dan sekolah lanjutan tingkat pertama ( SLTP/ MTS). Untuk melihat distribusi penyediaan fasilitas pendidikan dalam agregat kabupaten/ kota, dihitung berdasarkan persentase desa / kelurahan yang tidak memiliki SD/MI dari seluruh desa/ kelurahan dalam satu kabupaten, dan juga dihitung berapa persentase desa/ kelurahan yang tidak memiliki SLTP/ MTs. Sedangkan untuk 72

menggambarkan kemampuan masyarakat dalam mengakses fasilitas kesehatan, dapat didekati melalui sebaran tingkat penyediaan pelayanan berupa informasi tentang persentase desa/ kelurahan dalam suatu kabupaten yang tidak memiliki fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan tersebut meliputi, Rumah sakit, Rumah bersalin, Poliklinik, Puskesmas, Puskesmas pembantu, Balai pengobatan, Tempat praktek dokter, Tempat praktek bidan, Posyandu, Polindes, Apotik, Pos obat desa dan Toko khusus obat. 3. Praktek pelayanan kesehatan yang diskriminatif dan koruptif 4. Kurangnya fasilitas oleh masyarakat pada umumnya untuk menunjang perdagangan 5. Diskriminasi dan manipulasi penyaluran berbagai bantuan 6. Ketertutupan birokrasi. Berdasarkan berbagai pengalaman dari berbagai negara, para ahli tentang kesejahteraan rakyat berpendapat bahwa pembangunan ekonomi tidak hanya cukup tertuju pada sektor ekonomi saja, namun merupakamn suatu gerak atas keseluruhan sistem yang memuat unsur unsur yang saling berkaitan dan ketergantungan di mana pertumbuhan ekonomi hanya salah satu unsur di antara sekian banyak unsur yang lain. D. KEMISKINAN DAN MASYARAKAT RENTAN Pemahaman mengenai masalah kemiskinan bukan hanya berkisar pada masalah definisi dan karakteristik masyarakat, serta masalah yang berkaitan dengan konsumsi atau material, namun juga mengacu pada ketidakberdayaan dalam berbagai aspek kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Sumber Kerentanan yang dihadapi oleh masyarakat terdiri atas kerentanan struktural dan kerentanan sementara ( TKP3, KPK, Kementrian Bidang Kesra, 2004 ). Kerentanan Struktural ( Structural Vulnerability ) terdiri atas : a. Tingkat kemiskinan yang tinggi disertai ketidak setaraan b. Ketidakmampuan dalam mengakses terhadap pelayanan dasar hidup seperti pelayanan kesehatan, pelayanan pendidikan dan lain lain c. Tingkat kejahatan tinggi atau daerah tanpa jaminan hukum karena adanya konflik horisontal 73

d. Konsentrasi kemiskinan secara gender, geografik, atau secara etnik miskin e. Kebijakan makroekonomi, pasar kerja, perburuhan dan atau kebijakan sosial yang jelek dan kurang berpihak kepada kelompok miskin dan rentan f. Perubahan peraturan yang berakibat diversifikasi asset g. Tenaga kerja dengan ketrampilan rendah dan pekerja lepas h. Keterbatasan jaringan keluarga, kerabat batih dan masyarakat, serta jaringan infromasi yang terbatas i. Tingginya tenaga kerja/ buruh anak anak j. Kondisi kerja tanpa perlindungan kerja k. Secara individual mempunyai gangguan dan keterbatasan/ ketidakmampuan fisik dan mental Sedangkan kerentanan sementara ( Transitory Vulnerability ), terdiri atas : a. Kerentanan yang berkaitan dengan musim dan atau alami seperti akibat banjir, gempa bumi, kekeringan panjang dan wabah penyakit, hama dan lain lain b. Krisis ekonomi dan inflasi yang hebat dan multidimensional c. Terjadi peperangan Kerentanan merupakan dimensi dinamik dari proses pemiskinan dan kemiskinan sehingga membutuhkan adanya penanganan yang terencana, dan terintegrasi. Salaha satu bentuk model penangangan kerentanan adalah pemberian perlindungan sosial. Perlindungan sosial harus bersifat investasi dan bukan hanya sekedar transfer biaya. Sehingga Perlindungan sosial haruslah merupakan suatu model yang bisa menyebabkan si penerima mampu berdikari dan mandiri dalam mengangkat dirinya dari lembah kemiskinan. Faktor struktural yang paling dominan adalah faktor sosial ekonomi meliputi semakin rendahnya lahan yang bisa digunakan sebagai sarana peningkatan usaha produktif ditambah lagi adanya kegagalan panen, rendahnya akses pendidikan yang mengakibatkan banyaknya tenaga kerja pada tataran unskills dan uneducated, rendahnya peluang atau kesempatan kerja yang diciptakan kalangan swasta/ industri maupun masyarakat sendiri melalui pembentukan wirausaha baru, tekanan ekonomi yang semakin berat diakibatkan adanya inflasi yang berkelanjutan, tingginya tingkat kriminalitas yang diikuti oleh lemahnya penegakan hukum. Di sisi politis, munculnya konflik berkepanjangan baik secara vertikal maupun horisontal. 74

Di sisi lingkungan hidup timbulnya bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, yang diakibatkan kesema menaan terhadap kelestarian lingkungan. Dari kedua sebab tersebut, kerentanan yang diakibatkan struktural lebih membutuhkan penanganan karena sangat berkaitan dengan culture / budaya. 75