Kompetensi Kemampuan Taktikal pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Analisis SWOT dalam Penyusunan Rencana Stratejik (Renstra) pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

PETUNJUK PELAKSANAAN TATA TERTIB DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II ANGKATAN V TAHUN 2016

Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Bab I. Pengantar. tujuan untuk mengetahui hubungan dari budaya kerja terhadap kinerja dosen

DIKLATPIM POLA BARU: HARAPAN DAN TANTANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan

ANALISIS STRATEGI MENGELOLA SUMBER DAYA MANUSIA (MAHASISWA DAN DOSEN) DI UNISKA BANJARMASIN. Normajatun*

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

KESIAPAN APARTUR DALAM MEMBANGUN KOMPETENSI MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN POLA BARU. Oleh : Drs. Saharisir, M.Pd.

Kepala Lembaga Administrasi Negara. Dr. Adi Suryanto, M.Si

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN

BENCHMARKING KE BEST PRACTICE

Tata Saji. 1. Dasar Hukum 2. Kompetensi Yang akan Dibangun 3. Cara Membangun Kompetensi 4. Indikator Keberhasilan 5. Dll

Tujuan pembelajaran:

PETUNJUK PELAKSANAAN DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III ANGKATAN XXII TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

PERSEPSI GURU TENTANG KINERJA KEPALA SMA NEGERI 10 CIPONDOH KOTA TANGERANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

MASA DEPAN DIKLATPIM TINGKAT III DAN IV PASCA DISAHKANNYA UU APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

DR. BAYU HIKMAT PURWANA, M.PD

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas suatu organisasi sangat bergantung pada mutu sumber daya

OVERVIEW DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT III, DAN IV. BADAN DIKLAT DIY

AKUNTABILITAS. PRAJABATAN GOLONGAN III Angkatan 3. Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat; Rencana Pembelajaran; Bahan Ajar; Bahan Tayang.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

REKOMENDASI DAN RENCANA IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan

Kata Kunci : Evaluasi Kinerja, Protokol

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang giat-giatnya

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, atau organisasi, makin kompleks pula bentuk, jenis dan sifat

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II LANDASAN TEORI. upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia sesuai dengan

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEPEMIMPINAN TINGKAT IV

: 1 (satu) kali tatap muka pelatihan selama 100 menit. : Untuk menanamkan pemahaman praja mengenai. Konsep Rencana Strategis Daerah.

BAB VII PENUTUP. Berdasarkan temuan data di lapangan dan analisis yang telah. dilakukan dengan melihat dari pembagian bidang jabatan, pendidikan

DIKLAT KEPEMIMPIMAN TINGKAT III (PER KA LAN NOMOR 12 TAHUN 2013) LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBPLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. peranan sumber daya manusia yang menjadi aset terpenting perusahaan karena

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT II MERANCANG PROYEK PERUBAHAN

KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KEBIJAKAN

HP : Bisa diunduh di: teguhfp.wordpress.com

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan organisasi, karena manusia dalam melakukan aktivitas di

KATA PENGANTAR. Kepala Badan Pengawasan, Dr. H.M. SYARIFUDDIN, SH., MH.

PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN BERBASIS KOMPETENSI

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas agar dapat memberi daya dukung yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinanya kelak.

MANUAL PENETAPAN STANDAR AKADEMI KEBIDANAN WIJAYA KUSUMA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. dari globalisasi yang berkembang dalam dunia bisnis yang membuat

STANDAR KOMPETENSI. (Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2017)

BAB I PENDAHULUAN. Sistem informasi akuntansi merupakan bagian yang sangat penting dalam

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. berdiri secara utuh. Sekolah adalah organisasi yang komplek dan unit, seiring

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kepemimpinan: Dampaknya Terhadap Organisasi Berkinerja Tinggi. Achmad Sobirin Universitas Islam Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PENUTUP A. Jawaban Masalah Pertama

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. tidaknya pendidikan dan pembelajaran di sekolah sangat dipengaruhi oleh

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya manusia. Saat ini sumber daya manusia dianggap

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

BAHAN AJAR DIKLAT KEPEMIMPINAN TINGKAT I MERANCANG PROYEK PERUBAHAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

B H A A H N A N A J A A J R

PERATURANPEMERINTAH RI NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PNS BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Rancangan Undang-Undang Desa menjadi Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. kepada bank adalah dengan adanya undang-undang nomor 24 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN PROPOSISI

BAB I PENDAHULUAN. Banyak perusahaan menggunakan berbagai macam cara untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Makna yang tersurat dalam rumusan tujuan tersebut

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAHAN PERTEMUAN DAN KUIZ MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA (MSDM) STRATEGIK

BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA ORGANISASI

PERJANJIAN KINERJA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. kimia. Saat ini sedang berkembang seiring berjalannya waktu. Memiliki cabang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

pelayanan kesehatan yang makin bermutu dan merata yang mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

Sistem Manajemen Kinerja dalam Kerangka Reformasi Birokrasi. Disusun oleh: Wakhyudi Widyaiswara Madya Pusdiklatwas BPKP. Abstrak

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENGULAS KEMAMPUAN MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH. DI ERA OTONOMI Oleh: Dr. H. Yoyon Bahtiar Irianto, M.Pd. (FIP-UPI)

DIKLAT KEPEMIMPINAN POLA BARU, APA, BAGAIMANA IMPLEMENTASINYA DAN TANTANGANNYA

Transkripsi:

Kompetensi Kemampuan Taktikal pada Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III Badan Pusat Statistik Oleh: Yuliana Ria Uli Sitanggang, S.Si, M.Si Widyaiswara Madya ABSTRAK Kekuatan visi pemimpin dan kemampuannya merupakan tindakan kepemimpinan dalam organisasi. Kepemimpinan dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan (ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan) dan mempengaruhi orang. Banyak orang memerlukan figur pemimpin yang tampil mewakili kelompoknya. Kompetensi kemampuan taktikal merupakan tujuan yang diharapkan dari selesainya penyelenggaran Diklat Kepemimpinan Tingkat III. Kepemimpinan Taktikal adalah kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. Setiap pejabat eselon III pada level dimanapun berada harus dapat menarik benang kedudukannya pada eselon I yaitu pada visinya. Berikutnya juga akan dapat ditarik penjabarannya dengan misi eselon II, di atas kedudukan dari pejabat yang bersangkutan, melalui kemampuan Kepemimpinan Taktikal. Program tersebut dapat dikelola oleh pejabat eselon III, yang memiliki kewenangan dalam kepemimpinan taktikal, melalui dua dimensi hard sklill dan soft skill seorang pemimpin. Kualitas integritas dan etika yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program tersebut sebaiknya memiliki nilai integritas dan etika yang memiliki nilai-nilai kepatuhan terhadap profesionalisme. Kata Kunci: Manajemen Stratejik, Kompetensi Kemampuan Taktikal, Faktorfaktor Kunci Keberhasilan Pimpinan, Strategi Pimpinan, Kualitas karakter kepemimpinan 1

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekuatan visi seorang pemimpin dan kemampuannya untuk menyampaikannya kepada bawahan, akan merupakan tindakan kepemimpinan dalam organisasi di abad 21 ini. Tindakan kepemimpinan merupakan subjek yang telah lama menarik perhatian banyak orang pada level manapun. Oleh karena itu, kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang, agar bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang yaitu ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Dalam perkembangannya dan pelaksanaanya penerapan yang dilaksanakan oleh seorang pemimpin masih banyak mengalami hambatan dan ketimpangan. Jadi sejalan dengan waktu, beberapa para pemikir dan penelaah tentang kepemimpinan landasan pembaharuan. Pembaharuan tersebut akan dapat menyesuaikan kondisi dan situasi perkembangan jaman. Kondisi maupun pra-kondisi inilah yang menentukan kebijakan dan kewenangannya sebagai subjek pemerintah dan pembangunan oleh penyelenggara Negara. Namun prakondisi yang sudah terpenuhi itu belum mampu dikelola secara efektif oleh para aktor pembangunan, sehingga pemerintahan masih tertinggal dengan cepatnya laju pembangunan global dewasa ini. Aktor pembangunan yang terdepan dalam menggerakkan dan melaksanakan pembangunan adalah para eksekutif baik di tingkat pusat maupun sampai pada tingkat daerah. Para eksekutif yang terdepan mulai dari pejabat eselon I sampai pada pejabat eselon IV yang akan dijadikan sebagai subjek pembangunan dalam mewujudkan pembahuruan. Landasan konseptual pembaharuan yang diusung adalah dengan tema kepemimpinan visioner, kepemimpinan stratejik, kepemimpinan taktikal dan kepemimpinan operasional. Konseptual pembaharuan tersebut berturut-turut 2

melekat pada tugas dan fungsinya pada jajaran struktural tingkatan eselon pada pemerintahan pusat sampai dengan daerah. Khusus pejabat struktural eselon III mempunyai peranan yang menentukan dalam mengelola pra-kondisi tersebut. Terutama dalam mempengaruhi dan mengajak dunia usaha dan masyarakat untuk bersinergi dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pada sektor yang menjadi tanggung jawab instansinya. Untuk memainkan peranan tersebut, diperlukan pejabat struktural eselon III yang berwawasan global dan nasional, dan mampu menjabarkan arah dan strategi kebijakan instansi ke dalam program serta mampu mensinergikan seluruh stakeholder stratejik untuk melaksanakan program tersebut. Kompetensi yang dibangun dalam Diklatpim Tingkat III adalah kemampuan mempengaruhi dan mengajak seluruh stakeholder stratejik dan jajarannya melalui kompetensi kepemimpinan taktikal, yaitu kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. Dengan demikian kepemimpinan taktikal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seorang pejabat eselon III secara terpadu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasinya, dimana dia sendiri harus dapat berpikir dan melakukan penjabaran misi eselon II, setingkat di atasnya dan visi dari pejabat eselon I, dua tingkat di atasnya. Selanjutnya muncul pertanyaan bagaimana bentuk pengelolaan kepemimpina taktikal tersebut. Pada kajian selanjutnya akan ditelaah bentuk Aplikasi Kepemimpinan Taktikal dalam merumuskan dan mengelola program. B. Tujuan Kompetensi kemampuan taktikal merupakan tujuan yang diharapkan dari selesainya penyelenggarann Diklat Kepemimpinan Tingkat III, bagaimana bentuk aplikasinya merupakan kemampuan mempengaruhi dan mengajak seluruh stakeholder stratejik dan jajarannya melalui kompetensi kepemimpinan 3

taktikal. Kepemimpinan Taktikal adalah kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. Untuk mewujudkanya, diperlukan lembaga diklat yang terakreditasi dalam mencapai tujuan tersebut. Adapun tujuan penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III, agar alumni Diklat dapat meningkatkan: 1. Kualitas karakter kepemimpinan yang diindikasikan dengan kemampuan pengelolaan kualitas diri khususnya pada kemampuan berintegritas dan beretika sesuai dengan nilai-nilai sosial, budaya, kode etik profesi dan norma-norma organisasinya; 2. Kualitas kemampuan manajemen stratejik, manajerial dan pemberdayaan yang ditandai dengan kemampuan dalam menjabarkan visi dan misi serta strategi organisasi ke dalam program nyata organisasinya dan memimpin keberhasilan pelaksanaannya; 3. Kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. C. Perumusan Masalah Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia (LAN RI) merupakan Lembaga yang memiliki kewenangan dalam membina Sumber Daya Aparatur untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitasnya. Pada kenyataannya kondisi dan pra-kondisi aparatur belum mencapai tingkat performance yang diinginkan. Namun pra-kondisi yang sudah terpenuhi itu belum mampu dikelola secara efektif oleh para aktor subjek pembangunan. Pemerintahan Indonesia masih tertinggal dibanding dengan cepatnya laju pembangunan global dewasa ini. Oleh karena itu LAN RI melakukan pembaharuan, untuk mengantisipasi dan cepat tanggap melihat pra-kondisi tersebut, terutama peningkatan kualitas sumber daya aparatur dalam 4

pembaharuan sistem diklat aparatur. Dua dokumen perubahan yaitu diklat masa depan dan pembaharuan sistem diklat aparatur. Kondisi ini berdasarkan evaluasi diklat oleh Word Bank (2006) yaitu antara lain diklat berpola umum dan tidak formal, diklat tidak berbasis kinerja. Pada kajian dan tulisan ini, hanya dibatasi cakupan permasalahan pada diklat Kepemimpinan Tingkat III. Adapun permasalahan kepemimpinan pejabat struktural eselon III adalah: 1. Apakah program sudah merupakan penjabaran dari visi (unit eselon I) dan misi/strategi (unit eselon II) di atasnya? 2. Apakah program tersebut dapat dikelola/managable? 3. Bagaimana kualitas integritas dan etika yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program tersebut? 5

II. KAJIAN TEORITIS A. Pemahaman Kepemimpinan Dalam kepemimpinan dibutuhkan manusia, yang mempunyai keterbatasan dan kelebihan tertentu. Seorang pemimpin diperlukan baik dalam masyarakat atau organisasi. Hal ini diperlukan karena sedikitnya ada empat alasan, yaitu 1. Banyak orang memerlukan figur pemimpin 2. Pada beberapa situasi seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya, 3. Pemimpin sebagai tempat pengambil alihan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, 4. Sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan (Rivai,V. 2003). Definisi tentang kepemimpinan bervariasi tergantung setiap individu yang mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan. Kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk seseorang untuk bersedia melakukan sesuatu secara sukarela. Akan tetapi ada faktor yang dapat menggerakkan seseorang yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan. Kepemimpinan juga dikatakan sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para anggota kelompok. Jadi makna dan pemahaman tentang kepemimpinan mempunyai hakikat sebagai berikut: 1. Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi; 2. Seni mempengaruhi dan mengarahkan seseorang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Kemampuan untuk mempengaruhi, memberi inspirasi dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan; 6

3. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu; 4. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan, sumber pengaruh dapat secara formal atau tidak formal; 5. Pemimpin formal (lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif) artinya seorang yang ditunjuk sebagai pemimpin, atas dasar keputusan dan kepangkatan resmi untuk memangku suatu jabatan. Dalam struktur organisasi dengan segala hak dan kewajibannya yang melekat berkaitan dengan posisinya; 6. Pimpinan informal (tokoh masyarakat, pemuka agama, adat istiadat, LSM, guru) artinya seseorang yang ditunjuk memimpin secara tidak formal, karena memiliki kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai seorang yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok/komunitas tertentu. B. Peranan Pemimpin Menurut (Fathoni, A. 2006), peran dapat diartikan sebagai perilaku yang diatur dan diharapkan dari seseorang dalam posisi tertentu. Pemimpin di dalam suatu organisasi mempunyai peranan, setiap pekerjaan membawa harapan bagaimana penanggung peran berperilaku. Peran kepemimpinan dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan dilakukan oleh seseorang sesuai dengan kedudukannya sebagai pemimpin. Untuk itu agar kepemimpinan seseorang dapat berperan, maka perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut: 1. Dasar utama adalah efektivitas kepemimpinan seseorang bukan pada pengangkatan atau penunjukkannya selaku kepala, akan tetapi penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan; 2. Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang; 3. Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk membaca situasi; 4. Perilaku seseorang tidak terbentuk dengan seketika, melainkan melalui proses pertumbuhan dan perkembangan; 7

5. Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta, bila semua anggota dapat menyesuaikan cara berpikir dan bertindak dalam mencapai tujuan organisasi. C. Konsep Dasar Manajemen Stratejik 1. Falsafah Manajemen Stratejik Berfikir strategik sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah stratejik yang timbul seiring dengan berkembangnya perusahaan/organisasi. Karakteristik dari masalah-masalah stratejik adalah sebagai berikut: a. Berorientasi pada masa depan b. Biasanya berhubungan dengan unit pekerjaan yang sangat komplek c. Memerlukan perhatian dari manajemen puncak d. Mempengaruhi kesejahteran dan kemakmuran jangka panjang bagi sumber daya aparatur dan perusahaan e. Melibatkan pengalokasian sejumlah besar sumber daya yang ada dalam lembaga/institusi dan perusahaan. 2. Bentuk dan Proses Berpikir stratejik Proses berpikir yaitu berpikir secara mekanik, intuisi dan stratejik. Dari ketiganya diartikan bahwa berpikir secara stratejik akan menghasilkan penyelesaian yang lebih kreatif dan berbeda bentuknya dari pada hanya berdasarkan berpikir mekanik dan intuisi. Dengan semakin kreatif dalam memecahkan masalah, dibuktikan dengan semakin banyaknya bentuk pemecahan/alternatif, maka akan semakin kecil tingkat kesalahan yang mungkin timbul di masa akan datang, hal ini akan menguntungkan si pembuat keputusan (Wahyudi, 1996). Berpikir stratejik memerlukan beberapa tahapan yaitu: a. Identifikasi Masalah; tahap ini berusaha untuk mengidentifikasi masalah-masalah stratejik yang muncul dengan cara melihat gejalagejala yang mengikutinya. Seseorang menganggap bahwa gejala identik dengan masalah, sehingga mengakibatkan penyelesaian/solusi 8

yang dibuat tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut. Proses identifikasi tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan brain storming; b. Pengelompokan masalah; sering muncul beberapa masalah yang beraneka ragam. Untuk mempermudah pemecahannya, perlu untuk mengelompokkan/mengklasifikasikan masalah-masalah tersebut sesuai sifatnya; c. Proses Abstraksi: setelah kelompok masalah, maka tahap selanjutnya adalah identifikasi masalah-masalah yang krusial dari tiap kelompok. Kemudian dilakukan analisis terhadap masalah tersebut. Pada tahap ini memerlukan ketelitian dan kesabaran, karena dari faktor itu akan disusun cara/metode pemecahannya; d. Penentuan metode/cara pemecahan: setelah tahap abstraksi selesai, ditentukan cara/metode yang paling tepat untuk menyelesaikan/memecahkan masalah yang telah teridentifikasi pada tahap pertama. Metode penyelesaian ini haruslah kongkret dan lebih spesifik; e. Perencanaan untuk Implementasi: tahap ini merupakan langkah yang harus dilakukan seseorang dalam rangka penerapan metode/cara pemecahan masalah pada tahap d di atas. 3. Pengertian Manajemen stratejik Manajemen stratejik merupakan suatu seni dan ilmu dari pembuatan (formulating), penerapan (implementing) dan evaluasi (evaluating) keputusan-keputusan strategis antar fungsi-fungsi yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuan masa depan (Siagian, S, 1995). Manajemen strategi terdiri dari tiga proses yaitu: a. Pembuatan strategi: yang meliputi pengembangan visi dan tujuan jangka panjang, pengidentifikasi peluang dan ancaman dari luar serta kekuatan dan kelemahan institusi, pengembangan alternatif-alternatif strategi dan penentuan strategi yang sesuai untuk di adopsi; 9

b. Penerapan Strategi: meliputi sasaran-sasaran operasional tahunan, kebijakan institusi, memotivasi karyawan dan mengalokasikan sumber daya, agar strategi yang telah ditetapkan dapat diimplementasikan; c. Evaluasi/kontrol strategi, mencakup usaha untuk memonitor seluruh hasil-hasil dari pembuatan dan penerapan strategi, termasuk mengukur kinerja individu dan institusi serta mengambil langkah-langkah perbaikan jika diperlukan. 4. Perbedaan Strate tratejik dan Taktik Kebanyakan orang sulit untuk membedakan antara strategi dan taktik. Perbedaan yang paling mudah antara keduanya adalah saat memutuskan apa yang seharusnya dikerjakan, diputuskan sebuah stratgi. Sedangkan jika kita memutuskan bagaimana untuk mengerjakan sesuatu, itulah yang disebut taktik. Menurut Michel, 1993, strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar dan taktik mengerjakan sesuatu dengan benar. Strategi merupakan suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang. Sedangkan taktik adalah seni menggunakan tentara dalam sebuah pertempuran. Dalam bisnis, taktik merupakan sekumpulan program kerja yang dibentuk untuk melengkapi strategi bisnis. Taktik merupakan penjabaran operasional jangka pendek dari strategi tersebut dapat diterapkan. Untuk mendukung pelaksanaan strategi tersebut diperlukan taktik. Dengan demikian bentuk manajemen strategi dan taktik, kiranya dapat dikembangkan pemahaman dan makna dalam implementasikan pada penerapan kepemimpinan strategik dan kepemimpinan taktikal. Pada kepemimpinan taktital bagaimana seseorang yang berada dalam tugas dan fungsinya di jajaran instansi pemerintah, melalui kompetensi kepemimpinan taktikal dapat mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta 10

pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. 5. Manfaat Manajemen Stratejik Penggunaan Manajemen stratejik sebagai suatu kerangka kerja (frame work) untuk menyelesaikan masalah stratejik. Maka setiap pimpinan diajak untuk berpikir lebih kreatif atau berpikir secara stratejik. Pemecahan masalah dengan menghasilkan dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif yang dibangun dari suatu analisis yang lebih teliti akan lebih menjanjikan suatu hasil yang menguntungkan. Menurut Wall, B. And Solum, R. 1999, terdapat beberapa manfaat yang diperoleh organisasi, jika mereka menerapkan manajemen strategik, yaitu: a. Memberikan arah jangka panjang yang akan dituju; b. Membantu organisai beradaptasi pada perubahan-perubahan yang terjadi; c. Membantu suatu organisasi menjadi lebih efektif; d. Mengidentifikasi keunggulan komparatif suatu organisasi dalam lingkungan yang semakin berisiko. Manajemen stratejik pada prinsipnya adalah suatu proses dimana informasi masa lalu, saat ini dan ramalan masa datang dari operasi dan lingkungan mengalir melalui tahap-tahap yang saling berkaitan ke arah pencapaian tujuan. Akibat dari penerapan manajemen stratejik mempunyai beberapa dampak yaitu: 1. Perubahan salah satu komponen akan mempengaruhi beberapa atau seluruh komponen; 2. Proses pembuatan, penerapan dan evaluasi merupakan suatu proses yang berurutan; 3. Perlunya membuat umpan balik pada setiap tahap awal proses; 4. Sistem manajemen stratejik merupakan suatu sistem yang dinamis, dimana kondisi dan situasi yang secara berkala berubah akan mempengaruhi hubungan antar aktivitas dalam manajemen stratejik. 11

III.. ANALISIS DAN PEMECAHAN MASALAH A. Analisis Kajian Kepemimpinan Taktikal Pada dua dokumen pelaksana Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia memaparkan diklat masa depan dan pembaharuan sistem Diklat aparatur, dalam dalam konteks PP 101/2000; Diklat lebih compulsory, Lembaga Diklat Terakreditasi. Dalam hal ini kebijakan pembaharuan sistem Diklat, yang tertian dalam Peraturan Kepala LAN No.8 Tahun 2011 tentang pedoman penyelenggaraan Diklat Kepemimpinan Tingkat III. Penerapannya dalam konsep kepemimpinan Kepala BKN no.46 A/2003 dalam kepemimpinan taktikal dapat menggunakan kemampuan menggunakan strategi, pengaruh dan mengajak seluruh stakeholder stratejik dan jajarannya melalui kompetensi kepemimpinan taktikal. Selanjutnya dapat menyesuaikan rencana kerja unit organisasi dengan lingkungan kerja sampai pada meyakinkan secara langsung. Selanjutnya kemampuan kepemimpinan taktikal harus juga memiliki kemampuan mensinergikan kualitas karakter kepemimpinan dan kemampuan manajemen stratejik, manajerial serta pemberdayaan secara padu dalam merumuskan dan menetapkan program organisasi serta memimpin pelaksanaannya. B. Pemecahan Masalah Pemecahan masalah yang dapat diterapkan pada implementasinya dari kepemimpinan taktikal dalam merumuskan dan mengelola program dapat diuraikan dalam penjelasan berikut: 1. Setiap pejabat eselon III pada level dimanapun dia berada harus dapat menarik benang kedudukannya pada eselon I, yang dapat menelusuri pada tingkatan ke atas di eselon I, dari tingkatan yang berada di kecamatan sampai pada tingkat di tingkat pusat. Berikutnya juga akan dapat ditarik penjabarannya dengan misi eselon II, diatas kedudukan dari pejabat yang bersangkutan; 12

2. Program tersebut dapat dikelola oleh pejabat eselon III, yang memiliki kewenangan dalam kepemimpinan taktikal, melalui dua dimensi Hard Sklill dan dimensi Soft Skill dari seorang pemimpin, yaitu: a. Kemampuan merumuskan program dalam identifikasi masalah, analisis masalah dan pemecahan masalah b. Kemampuan mengelola program, yaitu kemampuan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan. Kemudian dimensi lainnya adalah Soft Skill seorang pemimpin, yaitu dilihat dari integritas (Kejujuran dalam Tugas,Ketegasan dalam Ide dan Inovasi, Kepatuhan pada Nilai Agama dan Moral) dan etika (Nilai-nilai Sosial, Nilai-nilai Budaya dan Kode Etik Profesi ); 3. Kualitas integritas dan etika yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program tersebut sebaiknya memiliki nilai integritas dan etika yang menjungjung tinggi nilai-nilai kepatuhan terhadap profesionalisme. Dalam model manajemen stratejik, diawali dari atas dengan Visi dan Misi institusi/lembaga, selanjutnya dilakukan analisis SWOT, dengan melihat kondisi eksternal dan internal. Langkah berikutnya adalah penetapan tujuan dan sasaran. Kondisi ini dijabarkan dalam strategi variasi dan jenerik untuk pembuatan strategi, aplikasi rencana program pada institusi dan evaluasi serta kontrol rencana program dalam merumuskan dan mengelola program (Siagian, S. 1995). 13

V. PENUTUP A. Kesimpulan Pembahasan kajian tentang Aplikasi Kepemimpinan Taktikal dalam merumuskan dan mengelola program dapat diuraikan pada aspek berikutnya: 1. Setiap pejabat eselon III pada level dimanapun berada harus dapat menarik benang kedudukannya pada eselon I yaitu pada visinya. Berikutnya juga akan dapat ditarik penjabarannya dengan misi eselon II, di atas kedudukan dari pejabat yang bersangkutan, melalui kemampuan Kepemimpinan Taktikal; 2. Program tersebut dapat dikelola oleh pejabat eselon III, yang memiliki kewenangan dalam kepemimpinan taktikal, melalui dua dimensi hard sklill dan soft skill seorang pemimpin; 3. Kualitas integritas dan etika yang dibutuhkan untuk mengimplementasikan program tersebut sebaiknya memiliki nilai integritas dan etika yang memiliki nilai-nilai kepatuhan terhadap profesionalisme. B. Saran Dalam rangka penerapan pembaharuan sistem diklat aparatur, kiranya dapat melakukan: 1. Sesegera mungkin dapat melakukan penerapannya dalam menyongsong Januari 2013; 2. Dapat penerapan di atas, dapat melakukan penyiapan sumber daya kediklatan, baik tenaga nara sumber maupun penyelenggara melalui sistem pembahuruan diklat Kepemimpinan Tingkat III; 3. Dengan mengikuti diklat kepemimpinan, diharapkan para pejabat birokrasi dapat berperan sebagai pemimpin (leader) dan bukan sebagai pimpinan (manajer). 14

DAFTAR RUJUKAN Fathoni, A, 2006, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Penerbit PT Rineka Cipta, Jakarta Ginanjar, GA. 2001, Emotional Spiritual Quotient, Arga, Jakarta Knezevich, S, 1990, Administration Of Public Education, New Jersey, Pretice- Hall Kepemimpinan Dalam Organisasi, 2001, Bahan Ajar Diklat Pim Tk. III, Lembaga Administrasi Negara RI, Jakarta Maxwell, J., 2010, How Successful People Thingking, Penerbit Mitra Sejati, Jakarta, 220 halaman Michel, R, 1993, Strategy, Pure and Simpl, New York: Mc Graw Hill Miftah, T, 2001, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Notoatmodjo, S, 2003, Pengembangan SDM, 2003, Penerbit PT, Rineka Cipta, Jakarta Nugraha, A, 2010, Professional Quotient Revolusi Pemberdayaan dan Pengembangan Diri, MQS Publishing, Bandung, 258 halaman Rivai, V, 2004, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, 2004, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Robbins, PS, 2001, Perilaku Organisasi, PT Grafindo Persada, Jakarta Rukmana, N, 2007, Etika Kepemimpinan, Perspektif Agama dan Moral. Penerbit, PT Alfabeta, Bandung Siagian, S, 1995, Manajemen Stratejik, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, Jakarta Thompson, D, 2002, Etika Politik Pejabat Negara, Penerbit Yayasan Obor Indonesia, Jakarta Wahyudin, A.S, 1996, Manajemen Strategik, Penerbit PT Binarupa Aksara, Jakarta Wall, B, And Solum, R, 1999, The Visionary Leader, Pemimpin yang bervisi kuat, Penerbit PT Interaksara, Batam 15