Sebaran Bangsa Sapi Potong di Provinsi Jambi

dokumen-dokumen yang mirip

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

Reny Debora Tambunan, Reli Hevrizen dan Akhmad Prabowo. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung ABSTRAK

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

PENGEMBANGAN POTENSI SAPI PERAH DI PROVINSI JAMBI MELALUI PERBAIKAN GENETIK. ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

STATUS REPRODUKSI DAN ESTIMASI OUTPUT BERBAGAI BANGSA SAPI DI DESA SRIWEDARI, KECAMATAN TEGINENENG, KABUPATEN PESAWARAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi yang menyebar di berbagai penjuru dunia terdapat kurang lebih 795.

BIRTH WEIGHT, WEANING WEIGHT AND LINEAR BODY MEASUREMENT OF ONGOLE CROSSED CATTLE AT TWO GROUP PARITIES ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Permintaan pangan hewani terutama daging sapi meningkat cukup besar

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

Daya Dukung Produk Samping Tanaman Pangan sebagai Pakan Ternak Ruminansia di Daerah Sentra Ternak Berdasarkan Faktor Konversi

ESTIMASI OUTPUT SAPI POTONG DI KABUPATEN SUKOHARJO JAWA TENGAH

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

Potensi dan Pengembangan Kerbau Mendukung Kecukupan Daging Di Provinsi Jambi

PENGEMBANGAN SISTEM INTEGRASI SAPI PADA KAWASAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

Edisi Agustus 2013 No.3520 Tahun XLIII. Badan Litbang Pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

SELEKSI PEJANTAN BERDASARKAN NILAI PEMULIAAN PADA SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) DI LOKA PENELITIAN SAPI POTONG GRATI PASURUAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA KINERJA TAHUNAN

IV. POTENSI PASOKAN DAGING SAPI DAN KERBAU

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Budidaya Sapi Potong Berbasis Agroekosistem Perkebunan Kelapa Sawit ANALISIS USAHA Seperti telah dikemukakan pada bab pendahuluan, usaha peternakan sa

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INTEGRASI KERBAU DAN SAPI POTONG KELAPA SAWIT DI SUMATERA BARAT

DINAMIKA POPULASI SAPI POTONG DI KECAMATAN PAMONA UTARA KABUPATEN POSO

ICASEPS WORKING PAPER No. 98

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laju permintaan daging sapi di Indonesia terus meningkat seiring

KAJIAN PERSEPSI DAN ADOPSI PETERNAK SAPI TERHADAP TEKNOLOGI BUDIDAYA SAPI UNGGUL DI KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kemampuan Peternak dalam Memahami Sifat Kualitatif Itik Kerinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

Pembibitan dan Budidaya ternak dapat diartikan ternak yang digunakan sebagai tetua bagi anaknya tanpa atau sedikit memperhatikan potensi genetiknya. B

UKURAN-UKURAN TUBUH TERNAK KERBAU LUMPUR BETINA PADA UMUR YANG BERBEDA DI NAGARI LANGUANG KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

SURAT PERNYATAAN ORIGINALITAS

DAFTAR ISI RIWAYAT HIDUP... ABSTRACT... UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

Contak person: ABSTRACT. Keywords: Service per Conception, Days Open, Calving Interval, Conception Rate and Index Fertility

ANALISIS NILAI TAMBAH LIMBAH JAGUNG SEBAGAI PAKAN TERNAK SAPI DI SULAWESI SELATAN ABSTRAK

DAYA DUKUNG LIMBAH PERTANIAN SEBAGAI SUMBER PAKAN TERNAK RUMINANSIA DI INDONESIA

PENGARUH BANGSA PEJANTAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEDET SAPI POTONG HASIL INSEMINASI BUATAN

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

I. PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein hewani adalah sapi perah dengan produk

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT

PANDUAN. Mendukung. Penyusun : Sasongko WR. Penyunting : Tanda Panjaitan Achmad Muzani

Kata kunci : Sapi Peranakan Ongole, Bobot Badan, Ukuran-ukuran Tubuh Keterangan : 1). Pembimbing Utama 2). Pembimbing Pendamping

LAPORAN AKHIR PEMANTAPAN PROGRAM DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI DAGING SAPI

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Prospek Pengembangan Usaha Peternakan Pola Integrasi

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar untuk dikembangkan, sapi ini adalah keturunan Banteng (Bos sundaicus)

PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA SAPI POTONG DI BENGKULU DALAM MENDUKUNG AGRIBISNIS YANG BERDAYA SAING

Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS. Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS. Prof. Dr. Ir. Erika Budiarti Laconi, MS.

APLIKASI PAKAN FERMENTASI BERBASIS HIJAUAN LOKAL PADA PETERNAKAN SAPI DI KECAMATAN GERAGAI KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR

KAWIN SUNTIK/INSEMINASI BUATAN (IB) SAPI

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

Sistem Usahatani Terpadu Jagung dan Sapi di Kabupaten Takalar Provinsi Sulawesi Selatan

PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI DAN KERBAU MELALUI PENDEKATAN DINAMIKA SISTEM (SYSTEM DYNAMIC)

I. PENDAHULUAN. mengandangkan secara terus-menerus selama periode tertentu yang bertujuan

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

POTENSI PETERNAKAN SAPI POTONG DI NUSA TENGGARA BARAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN DAGING SAPI DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA

POTENSI AYAM GALUR BARU KUB LITBANG PERTANIAN DALAM MENDUKUNG RUMAH PANGAN LESTARI DI PROVINSI JAMBI.

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dari bulan Mei sampai September 2013 di Desa

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

JENIS RUMPUT DAN FREKUENSI PEMBERIAN PADA TERNAK DI KAWASAN INSEMINASI BUATAN (IB) KABUPATEN BUNGO DAN TEBO PROVINSI JAMBI

PELEPAH DAN DAUN SAWIT SEBAGAI PAKAN SUBSTITUSI HIJAUAN PADA PAKAN TERNAK SAPI POTONG DI KABUPATEN LUWU TIMUR SULAWESI SELATAN

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

PROGRAM PENGEMBANGAN KELAPA BERKELANJUTAN DI PROVINSI JAMBI

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

I. PENDAHULUAN. Lampung (2009), potensi wilayah Provinsi Lampung mampu menampung 1,38

RENCANA KERJA TAHUNAN BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG TAHUN 2018

Transkripsi:

Sebaran Bangsa Sapi Potong di Provinsi Jambi The Distribution of Cattle Breeds in Jambi Province Sari Yanti Hayanti BPTP Jambi Email: drh.sari.bptpjambi@gmail.com Peran penting yang telah disumbangkan sapi potong dalam pemenuhan kebutuhan bahan pangan hewani di Provinsi Jambi, perlu diimbangi dengan ketersediaan sapi induk dan pejantan berkualitas. Bangsa sapi potong yang telah tersebar diseluruh kabupaten kota, memungkinkan dilakukannya seleksi induk dan pejantan Provinsi Jambi. Langkah awal pemilihan bakalan induk dapat dilakukan dengan menetapkan wilayah seleksi berdasarkan populasi bangsa sapi potong dikabupaten/kota. Kajian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai sebaran bangsa sapi potong di Provinsi Jambi. Kajian dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder berupa populasi sapi tahun 2008 hingga 2012 dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi dan populasi bangsa sapi dikabupaten/kota berdasarkan data PSPK Provinsi Jambi tahun 2011 dari Direktur Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi menggunakan Microsoft Excel dan dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan data yang diperoleh sapi potong di Provinsi Jambi di dominasi oleh bangsa Bali diikuti oleh sapi potong dengan lebih dari satu persilangan bangsa lain-lain, kemudian sapi Ongole/PO dan Simental. Populasi sapi Bali tertinggi berada di Kabupaten Tebo, Merangin, Muaro Jambi dan Bungo. Populasi tertinggi sapi Ongole/PO dan Simental berada dikabupaten Kerinci. Populasi tertinggi sapi hasil persilangan beberapa bangsa berada di kabupaten Bungo. Sebaran bangsa sapi yang diperoleh dapat digunakan sebagai rekomendasi dalam pemilihan lokasi untuk seleksi induk dan pejantan. Kata Kunci : Bangsa, Sapi Potong, Induk dan Pejantan, Provinsi Jambi Abstrac The important role has been donated by cattle to fill the necessary of foods from animal in Jambi Province that should be balancing with the availability of high quality parent stock (male and female parents). The first step of selection is decide the selection area based on the population of cattle in District/City. The purpose of this study is to get an overview of breeds of cattle distributions in Jambi Province. The study was conducted by collecting secondary data of cattle population in 2008 to 2012 from Central Bureau of Statistics, and population of cattle in District/City based on PSPK data in 2011 from General Director of Livestock and Animal Health. The data is tabulated and analyzed descriptively with Microsoft Excell. Based on the data, breeds of cattle in Jambi Province is dominated by Bali cattle, crossing breeds, Ongole/PO and Simmental. The highest population of Bali Cattle is in Tebo, Merangin, Muaro Jambi and Bungo, Ongole/PO and Simmental are in Kerinci, crossing breeds is in Bungo District. Data distribution of cattle breeds can be used as recommendation to decide the location of cattle parents stock selection. Keywords : Breed, Cattle, Parent Stock, Jambi Province

PENDAHULUAN Sapi potong merupakan salah satu komoditas yang memiliki peranan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan hewani di Provinsi Jambi. Permintaan masyarakat yang semakin tinggi menyebabkan usaha pemeliharaan sapi potong masih menjanjikan bagi peternak. Di Provinsi Jambi sapi potong dipelihara hampir disetiap pelosok kabupaten dan kota. Menurut Zubir dan B. Prayudi (2004) Provinsi Jambi memiliki lingkungan kaya akan sumber pakan yang tersedia sepanjang tahun. Hal itu menyebabkan usaha ternak sapi potong cocok untuk dilakukan Provinsi Jambi. Program integrasi sapi sawit yang dilaksanakan pemerintah di Provinsi Jambi menjadikan sapi potong sebagai komoditas yang selalu bersanding dengan usaha perkebunan kelapa sawit baik itu milik rakyat, swasta dan BUMN. Perkembangan usaha integrasi sapi sawit diharapkan dapat menjadi peluang sebagai sumber bibit secara mandiri di Provinsi Jambi. Namun, hingga saat ini usaha kebutuhan bibit sapi potong di Provinsi Jambi masih bergantung dari luar seperti Provinsi Lampung dan NTB. Seleksi induk dan pejantan yang berkualitas sangat diperlukan untuk keberlangsungan usaha sapi potong. Menurut Diwyanto, K (2008) bahwa setiap wilayah mempunyai potensi menjadi sumber bibit sapi potong dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Pemeliharaan sapi potong di Provinsi Jambi yang telah dilakukan sejak pelita I, memungkinkan munculnya sapi potong yang memiliki genetik yang berkualitas. Sehingga dimasa yang akan datang bukan tidak mungkin kabupaten dan kota di Provinsi Jambi mampu memenuhi kebutuhan bibit dalam daerah sendiri. Seleksi bibit berdasarkan genetik berkualitas dapat dimulai dengan menentukan lokasi seleksi. Pemilihan lokasi seleksi dapat dilakukan berdasarkan populasi sapi potong. Semakin banyak populasi sapi potong pada suatu wilayah, maka peluang untuk mendapatkan bibit sapi potong dengan kualitas genetik baik akan semakin tinggi. Seleksi juga dapat dilakukan berdasarkan bangsa sapi dalam suatu wilayah. Pengkajian ini dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran sebaran bangsa sapi potong di Kabupaten dan Kota di Provinsi Jambi. Melalui pengkajian ini diharapkan dapat diketahui wilayah kabupaten dan kota mana saja yang dapat menjadi sumber seleksi Induk dan Pejantan bangsa sapi potong berdasarkan populasi pada tahun 2011.

Populasi METODOLOGI Lokasi dan waktu Pengkajian Pengkajian dilakukan pada data kabupaten dan kota Provinsi Jambi. Waktu pengkajian dilaksanakan pada bulan minggu pertama Bulan Oktober 2014. Koleksi Data Koleksi data dilakukan dengan metode survey. Data yang dikumpulkan berupa populasi sapi di Provinsi Jambi pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2012; Populasi bangsa sapi potong (Bali, Ongole/PO, Simental dan Bangsa Persilangan) tahun 2011, Populasi sapi potong jantan dan betina berdasarkan bangsa tahun 2011. Analisis Data Data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi menggunakan Microsof Office Excel 2010. Hasil tabulasi kemudian di analisis secara deskriptif dan diinterpretasikan dengan Microsoft Office Excel 2010. HASIL a. Populasi Ternak Sapi Pada Tahun 2008-2012 Hasil tabulasi populasi sapi di Provinsi Jambi pada tahun 2008-2012 dapat dilihat pada Gambar 1. 200000 150000 100000 50000 Populasi sapi 0 2012 2011 2010 2009 2008 Tahun Gbr 1. Populasi sapi di Provinsi Jambi Pada tahun 2008-2012

Populasi Populasi Populasi b. Populasi Sapi Potong berdasarkan Bangsa Sapi Hasil tabulasi populasi sapi potong berdasarkan bangsa di Kabupaten dan Kota di Provinsi Jambi tahun 2011 dapat dilihat pada Gambar 2. 20000 15000 10000 5000 0 Sapi Bali Sapi Ongole/PO Simental Lain-lain Kabupaten dan Kota Gbr 2. Populasi sapi berdasarkan bangsa di Kabupaten dan Kota di Provinsi Jambi tahun 2011 c. Populasi Bangsa Sapi Berdasarkan Kelamin (Jantan dan Betina) Hasil tabulasi populasi bangsa sapi jantan di kabupaten dan kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Gambar 3. 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Sapi Bali Sapi Ongole/PO Simental Lain-lain Kabupaten dan Kota Gbr 3. Populasi Bangsa Sapi Pejanatan di Kabupaten dan Kota di Provinsi Jambi tahun 2011 Hasil tabulasi populasi bangsa sapi betina di kabupaten dan kota di Provinsi Jambi dapat dilihat pada Gambar 4. 14000 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 Sapi Bali Sapi Ongole/PO Simental Lain-lain Kabupaten dan Kota Gbr 4. Populasi Bangsa Sapi Betina di Kabupaten dan Kota di Provinsi Jambi tahun 2011

PEMBAHASAN Provinsi Jambi memiliki luas wilayah sekitar 53.435,38 Km 2. Berdasarkan topografi Provinsi Jambi di bagi menjadi 1). Daerah dataran rendah mencakup areal seluas 31800 Km2 atau kira - kira 60 % dari seluruh luas wilayah Provinsi Jambi. 2). Daerah dataran menengah mencakup areal seluas 12.470 Km 2 dan 3). Dataran tinggi seluas 9.165,38 Km 2. Sapi potong di Provinis Jambi telah dipelihara pada seluruh topografi yang berbeda tersebut. Populasi sapi di Provinsi Jambi berdasarkan BPS Jambi (2012) pada tahun 2010 mengalami peningkatan sebesar 16,13 % dari tahun 2008. Namun dengan dilaksanakannya Pendataan sapi dan kerbau pada tahun 2011, telah terjadi koreksi populasi sapi sebesar 32,53 % dari tahun 2010. Berdasarkan PSPK Tahun 2011 populasi sapi yang ada di Provinsi Jambi 99.93% didominasi oleh populasi sapi potong dan 0.068 % adalah sapi perah. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan populasi sapi di Provinsi Jambi hanya dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan populasi sapi potong. Hasil tabulasi PSPK tahun 2011, menunjukkan bahwa sapi potong yang ada di Propinsi Jambi dibagi dalam empat kelompok yaitu bangsa bali, ongole/po, simental dan persilangan (lain-lain). Pembagian populasi berdasarkan bangsa dapat memudahkan dalam melakukan seleksi bibit sapi potong. Menurut Wiyono D B dan Aryogi (2007) pemilihan bibit sapi dengan menjaring sifat yang telah ditentukan dapat dilakukan pada lokasi yang memiliki populasi yang tidak terbatas. Maka, menentuan bibit sapi potong yang akan dipilih dapat dimulai dengan menentukan lokasi seleksi dan bangsa sapi potong yang akan diseleksi. Berdasarkan hasil tabulasi bahwa sapi bali tersebar dengan populasi terbanyak di delapan kabupaten dan satu kota di Provinsi Jambi. Hal ini menunjukkan bahwa populasi sapi mendominasi Provinsi Jambi dibandingkan sapi ongole/po dan Simental. Populasi sapi bali terbanyak ada di Kabupaten Tebo, Merangin, Muaro Jambi dan Bungo. Sapi bangsa bali merupakan salah satu sumber kekayaan genetik yang di miliki Indonesia. Menurut Eko Handiwirawan E dan Subandriyo (2004) keunggulan yang sapi bali berada pada kemampuan berkembangbiak yang baik di berbagai kondisi lingkungan pada topografi dataran rendah, sedang dan tinggi. Sapi bali mampu mengalami peningkatan bobot badan pada kondisi lahan kering jika diberikan pakan dengan ransum yang terdiri dari sumber protein kasar yang lebih tinggi (Widyaningrum Y., dkk, 2013). Hal inilah yang menyebabkan Sapi Bali mampu berkembang biak dengan baik pada semua kabupaten dan kota Provinsi Jambi.

Hasil tabulasi menunjukkan bahwa populasi sapi bali pejantan dan induk terbanyak berada di kabupaten Tebo, Merangin, Muaro Jambi dan Bungo. Populasi sapi bali pada ke empat kabupaten ini dapat memperbesar peluang pemilihan lokasi seleksi induk dan pejantan di Provinsi Jambi, namun lebih diarahkan pada sistem pemeliharaan pada dataran rendah. Semakin banyak lokasi seleksi maka memungkinkan untuk mencegah terjadinya inbreding dan penurunan kulitas genetik maka pemilihan lokasi seleksi antara induk dan pejantan dapat dilakukan dengan memilih lokasi yang berbeda. Selain lokasi seleksi induk dan jantan, seleksi juga perlu memperhatikan umur bakal induk dan jantan. Menurut Prahrania, L (2007) bahwa seleksi keragaman genetik sapi bali akan efektif jika dilakukan pada bobot hidup sapih dan umur satu tahun. Berbeda dengan sapi Bali, populasi sapi Ongole/PO hanya sekitar 10 % dari populasi sapi Bali. Menurut Hardjosubroto W (2004) sapi ongole merupakan sapi asal india yang didatangkan pada tahun 1905. Semenjak disilangkannya sapi ongole dengan sapi lokal (sapi jawa) maka dihasilkan Peranakan Ongole atau yang lebih dikenal dengan sapi PO yang menjadi salah satu sumber daya genetik lokal. Sapi Ongole/PO tersebar hampir diseluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jambi. Populasi sapi ongole/po di Provinsi Jambi terbanyak di Kabupaten Kerinci dan diikuti oleh kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Tebo. Ke empat kabupaten tersebut berada pada topografi yang berbeda yaitu dataran tinggi dan dataran rendah. Semakin banyak lokasi dengan keragaman topografi yang dapat digunakan sebagai tempat seleksi, maka dimungkinkan ditemukannya keragaman genetik yang tinggi pada sapi Ongole/PO. Menurut Hartati dkk (2010) bahwa melalui seleksi pada suatu populasi yang memiliki keragaman genetik yang cukup tinggi maka perbaikan mutu genetik akan lebih mudah. Selain keragaman genetik, informasi mengenai penyebaran sapi PO juga perlu di dapatkan (Satriani et al. 2001). Populasi sapi Ongole/PO jantan tertinggi berada dikabupaten Kerinci, Tanjung Jabung Timur, Tanjung Jabung Barat, Bungo dan Kota Sungai Penuh. Sementara itu populasi sapi Ongole/PO betina tertinggi berada di Kabupaten Kerinci, Tanjabtim dan Tanjabar. Berdasarkan populasi jantan dan betina serta topografi wilayah maka dimungkinkan seleksi sapi jantan dilakukan di Kota Sungai Penuh dan Tanjjabtim atau Tanjjabbar. Sementara itu untuk seleksi sapi Ongole/PO Induk dapat dilakukan di Kabupaten Kerinci dan Tanjjabtim atau Tanjjabbar.

Menurut Hartati et all (2010) bahwa kesamaan dan perbedaan tampilan fenotipik pada sapi PO dipengaruhi oleh faktor lingkungan, genotipe dan interaksi anatara lingkungan dan genotipe. Populasi sapi simental terbanyak ada di Kabupaten Kerinci dan Bungo. Kabupten kerinci merupakan wilayah dengan topografi dataran tinggi dan Kabupaten Bungo dengan wilayah dataran sedang dan rendah. Menurut hasil penelitian Hayanti dkk (2013) bahwa peternak di Kabupaten Bungo lebih menyukai bangsa sapi simental dikarenakan modal lebih cepat kembali dan pertumbuhan cepat. Harga jual tinggi dan penjualan yang mudah diperkirakan menjadi penyebab populasi sapi Simental di Kabupaten Kerinci dan Bungo cukup tinggi dibandingkan kabupaten lain. Kekuarangan hijauan dapat digantikan dengan bahan pakan lainnya seperti pelepah dan daun kelapa sawit (D. Ratna A, dkk, 2013). Kabupaten Bungo dan Kerinci merupakan sentra pertanian dan perkebunan yang mampu menghasilkan bahan pakan seperti jerami padi dan sawit. Hal ini dimungkinkan dapat menjadi penyebab peternak di Kabupeten Bungo dan Kerinci lebih banyak yang memelihara sapi simental karena mudah mendapatkan pakan, sehingga kebutuhan pakan ternak tercukupi untuk mempercepat pertumbuhan. Populasi sapi Simental jantan terbanyak berada di Kabupaten Bungo, Merangin dan Kota Sungai Penuh. Semetara itu populasi sapi Simental betina terbanyak ada dikabupaten Bungo. Berdasarkan sebaran populasi sapi simental tersebut, untuk mendapatkan keragaman genetik maka dimungkin seleksi induk dilakukan di Kabupaten Merangin dan Kota Sungai Penuh sedangkan seleksi pejantan dilakukan di Kabupaten Bungo. Hasil PSPK tahun 2011, selain tiga bangsa sapi diatas ada satu kelompok populasi yang dibuat tersendiri dan diberi istilah lain-lain. PSPK tahun 2011 tidak menyebutkan secara terperinci bangsa sapi persilangan apa saja yang ditemukan di Provinsi Jambi. Namun pengkaji mengasumsikan bahwa sapi persilangan lebih dari satu bangsa umumnya dengan menyilangkan sapi bangsa import (Ongole, Simental, Brahman dll) dengan bangsa import dan bangsa lokal. Populasi terbanyak terbanyak bangsa persilangan terletak di Kabupaten Bungo. Tingginya tingkat persilangan di Kabupaten Bungo dapat dikarenakan peternak tidak melihat faktor perlunya pertimbangan antara pemilihan bangsa pejantan dengan induk betina yang dimiliki. Dalam hal ini peternak lebih mempertimbangkan bangsa anak yang akan dihasilkan, sehingga menyebabkan tingkat persilangan lebih dari satu bangsa tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hayanti dkk (2013) bahwa pada penelitian tingkat kesukaan bangsa sapi dari empat bangsa sapi (Bali, Limosin, Simental dan Brahman) hanya peternak yang

memiliki sapi betina Limosin yang memilih sapi pejantan limosin. Pada sapi potong dari hasil persilangan lebih dari satu bangsa dapat dilakukan seleksi dengan mencari keragaman genetik baru. Sebaran bangsa sapi di Provinsi Jambi dengan tingkat populasi yang lebih tinggi antara kabupaten dan kota yang satu dengan yang lainnya dapat menjadi pertimbangan pemilihan lokasi seleksi. Hasil PSPK tahun 2011 dapat menjadi bahan awal dalam seleksi sapi potong yang ada di Provinsi Jambi. Sehingga dari hasil seleksi tersebut dapat dijaring sapi potong yang memiliki keragaman genetik dengan nilai ekonomi tinggi. KESIMPULAN Bangsa sapi Bali tersebar dengan populasi yang banyak hapir diseluruh kabupaten dan kota di Provinsi Jambi. Bangsa sapi bali paling banyak berada di Kabupaten Tebo, Merangin, Muaro Jambi dan Bungo. Populasi sapi Ongole/PO tertinggi berada di Kabupaten Kerinci dan diikuti oleh kabupaten Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Tebo. Populasi sapi simnetal terbanyak di Kabupaten Kerinci dan Bungo. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Jambi Dalam Angka Tahun 2012. BPS Provinsi Jambi. D Ratna A, Hendri Y, dan Bamualim AM. 2013. Respon Pertumbuhan Sapi Simental Yang Diberi Pakan Hasil Ikutan Industri Sawit Di Sumatera Barat. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal 162-168. Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2011. Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Diwyanto K. 2008. Pemanfaatan Sumber Daya Lokal dan Inovasi Teknologi dalam Mendukung Pengembangan Sapi Potong di Indonesia. Pengembanagan Inovasi Pertanian 1(3) Hal. 173-188. Handiwirawan E dan Subandriyo. 2004. Potensi dan Keragaman Sumberdaya Genetik Sapi Baliwartazoa Vol. 14 No. 3. Hal. 107-115. Hartati, et all. 2010. Keragaman morfologi dan diferensiasi genetik sapi peranakan ongole di peternakan rakyat. JITV Vol 15:72-80 Hardjosubroto W. 2004. Alternatif kebijakan pengelolaan berkelanjutan sumberdaya genetik sapi potong lokal dalam sistem perbibitan ternak nasional. Wartazoa Vol 14:93-97. Hayanti SH, et all. 2013. Influence factor of bull family selecting on insemination area in Bungo and Tebo Regency. Seminar Nasional Aplikasi Hasil Riset Berbasis Inovasi dan Teknologi Kerakyatan. IPB, Bogor. Hal. 55-60. Praharani L. 2007. Pendugaan Ragam Genetik dan Pengaruh Induk pada Bobot Sapih dan Bobot Umur Setahun Sapi Bali. JITV Vol. 12 No.3. Hal : 238-247.

Satriani N, Farajallah A, Muladno. 2001. Keragaman genetik sapi peranakan ongole (PO) berdasarkan uji DNA mikrosatelit. Med Pet Vol 25:84-91. Wiyono D B dan Aryogi. 2007. Petunjuk Teknis Sistem Perbibitan Sapi Potong. Pusat Penelitian Pengembangan Peternakan Badan Penelitian dan Pengembangan pertanian Departemen Pertanian. Hal 1-42. Widyaningrum Y, et all. 2013. Pertumbuhan Sapi Bali Jantan Muda Pada Agroekosistem Lahan Kering Iklim Kering Nusa Tenggara Timur. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Hal. 276-281. Zubir dan B. Prayudi. 2004. Prospek Pengembangan Usaha Sapi Potong dalam Mendukung Agribisnis yang Berdayasaing di Provinsi Jambi. Lokakarya Nasional Sapi Potong. Hal 128-131.