225 DIFFERENSIASI SATUAN TANAH BERDASARKAN SISTEM KLASIFIKASI TANAH PPTA (1983) DAN PADANAN USDA (1999) DI KECAMATAN ABELI Oleh : Djafar Mey 1) ABSTRACT To fulfill the need for soil map database has been conducted a survey which had objectives as followed : (a) to study soil characteristics (external and internal soil characteristics) and to determine soil units on various soil types based on soil classification system of PPT (1993) in concomitant with soil classification system of USDA (1999) and (b) to produce semi detail soil map (scale 1 : 50000) in Kecamatan Abeli. The research used a survey method with an analytical approach. Intensive observations were conducted on each sample soil unit, which had flexible grid observation ranges. The maps were produced in the form of soil unit maps in the scale of 1:50000 by overlaying maps of topography/rbi, slope, geology, landuse and adminstration. A more detail description of soil characteristics for soil classification purposes was conducted by producing soil sample profiles. The collected soil data were slope, soil parent type, drainage, landuse; whereas, the collected soil profile data included soil colour, soil texture, soil structure, soil consisteny, soil porosity, soil permeability, soil effective depth, soil horison boundaries, soil horizon width, horizon topography, and root system depth. Soil physic and bases such as Ca, Mg, K, and Na. Climate data were recorded from meteorology station of Wolter Monginsidi. Based on the Soil Classification System of PPT (1983), Kecamatan Abeli had 5 soil types, namely : Regosol Distric (1112,25 ha or 27,34%) including SPT 1, SPT 2, SPT 8, and SPT 9; Ranker (70,75 ha or 1,74%) including SPT 11; Cambisol Umbric (2754,5 ha or 67,72%) including SPT 3, SPT 5, SPT 7, SPT 10, and SPT 13 - SPT 18; Arenosol Oxic (24,75 ha or 0,61%) including SPT 4; and Arenosol Cambic (83,0 ha or 2,04%) including SPT 6 and SPT 12. Based on the Soil Classification System of USDA (1999), Kecamatan Abeli had 4 soil sub group namely : Typic Ustorthents (1205,5 ha or 29,63%) including SPT 1, SPT 2, SPT 8, SPT 9 and SPT 11; Dystric Haplustepts (1115,5 ha or 27,42%) including SPT 3, SPT 5-SPT 7 and SPT 17; Oxic Haplustepts (24,75 ha or 0,61%) including SPT 4; and Typic Haplustepts (1722,0 ha or 42,34%) including SPT 10, SPT 12 - SPT 16 dan SPT 18. Key words : Classification, Map, Soil. PENDAHULUAN Tanah adalah kumpulan benda-benda alam yang terdapat di permukaan bumi, setempat-setempat dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan yang berasal dari tanah, mengandung jasad hidup di alam terbuka (USDA, 1992). Tiap jenis tanah mempunyai serangkaian jenis-jenis karakteristik yang merupakan hasil perpaduan dari faktor dan proses pembentuk tanah. Secara keruangan ujud tanah merupakan tubuh alam tiga matra karena mempunyai agihan ke arah lateral mengikuti topografi permukaan bumi, dan agihan ke arah cacak (vertikal) dari permukaan sampai berbatasan dengan lapisan batuan induk (Jamulya, 1989). Tanah sebagai sumberdaya berfungsi sebagai penghasil bahan makanan, bahan industri pakaian dan perumahan, tempat pengembangan kota, perumahan, jaring-jaring jalan, pertanian, perluasan kawasan industri, kerekayasaan, pertambangan terbuka, rekreasi, serta sebagai tempat melakukan berbagai riset. Begitu pentingnya tanah bagi kehidupan manusia, menyebabkan tidak sedikit pemanfaatan tanah tidak sesuai dengan kapasitas daya dukungnya akibatnya memberikan dampak negatif, seperti erosi tanah, penurunan produktivitas, longsor lahan, banjir, kekeringan dan sebagainya. Oleh karena itu dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Pengembangan Kota/Kawasan diperlukan informasi tentang tanah terutama 1 ) Staf Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian Pada Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo, Kendari. 225
226 karakteristik fisik dan kimianya, demikian pula untuk perencanaan perluasan areal pertanian. Kota Kendari sebagai Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara yang berstatus kota sedang menuju kota besar, tanah/lahan mendapat tekanan yang tinggi sebagai akibat dari pesatnya pembangunan, namun database tentang tanah secara spasial yang tersedia hanya Peta Tanah Tinjau (skala 1 : 250.000). Untuk memenuhi kebutuhan database tentang Peta Tanah tersebut maka dilakukan penelitian tentang klasifikasi tanah dan pemetaan penyebarannya pada tingkat semi detail (Skala 1 : 50.000) secara bertahap. Pada tahun 2008 dilakukan di Kecamatan Abeli. Penelitian ini bertujuan : (a) Mempelajari karakteristik tanah (external and internal soil characteristics) dan menetapkan satuan tanahnya pada kategori macam tanah berdasarkan sistem klasifikasi tanah PPT (1983) dan disepadankan dengan sistem klasifikasi tanah USDA (1999), (b) Membuat peta tanah tingkat semi detail (skala 1 : 50.000) di Kecamatan Abeli. Penelitian Pemetaan Tanah Tingkat Semi Detail di Kecamatan Abeli Kota Kendari ini menggunakan metode survei dengan pola pendekatan analitik. Pengamatan intensif dilakukan pada setiap satuan lahan yang menjadi sampel area, dengan jarak observasi fleksibel grid. Peta kerja lapang dibuat dalam bentuk Peta Satuan Lahan skala 1 : 50.000, dengan cara tumpang susun antara : Peta Topografi/RBI, Peta Lereng, Peta Geologi, Peta Penggunaan Lahan dan Peta Administrasi. Deskripsi karakteristik tanah lebih detail untuk tujuan klasifikasi tanah dilakukan dengan membuat profil tanah pewakil. Data lahan yang dikumpulkan adalah kemiringan lereng, jenis batuan induk, drainase, penggunaan lahan. Data profil tanah yang dikumpulkan adalah warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah, konsistensi, porositas, permeabilitas, kedalaman efektif tanah, batas horison, tebal horison, topografi horison, batas kedalaman perakaran. Analisis sifat fisik dan kimia tanah di Laboratorium meliputi : tekstur tanah, ph tanah, bahan organik, KB, KTK, dan basa-basa seperti Ca, Mg, K, dan Na. Data iklim dicatat di Stasiun Meteorologi Lanud Wolter Monginsidi. Data yang dikumpulkan merupakan data karakteristik tanah baik external soil charakteristics maupun internal soil characteristics lalu ditabulasi dan diklasifikasi menurut Sistem Klasifikasi Tanah PPT (1983) dan disepadankan dengan Sistem Klasifikasi Tanah USDA (1992), lalu untuk mengetahui penyebarannya dibuat Satuan Peta Tanah skala 1 : 50.000. Pengertian tanah Dokuchaev dalam Pustekom (2005) menyatakan bahwa tanah adalah suatu benda fisis yang berdimensi tiga terdiri dari panjang, lebar, dan dalam yang merupakan bagian paling atas dari kulit bumi. Sedangkan menurut Hanafiah (2005), Tanah adalah bahan mineral yang tidak padat (unconsolidated) terletak dipermukaan bumi, yang telah dan akan tetap mengalami perlakuan dan dipengaruhi oleh faktor-faktor genetik dan lingkungan yang meliputi bahan induk, Iklim (termasuk kelembaban dan suhu), organisme (makro dan mikro), dan topografi pada periode waktu tertentu. Menurut Soil Survey Staff (1999) dalam Rayes (2006) tanah adalah kumpulan benda alami di permukaan bumi yang dimodifikasi atau bahkan dibuat oleh manusia dari bahan-bahan tanah, mangandung gejalagejala kehidupan dan mampu menopang pertumbuhan tanaman di lapangan. Sutedjo (2002) menyatakan bahwa tanah merupakan suatu sistem yang ada dalam suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungannya (lingkungan hidup atau lingkungan lainnya), dimana di dalamnya terjadi proses aktivitas kimia, fisik dan biologi. Arsyad (2000) menyatakan bahwa tanah adalah suatu benda alami heterogen (fase padat, cair dan gas) yang terbentuk dari partikel-partikel mineral dan organik dari berbagai ukuran. Suripin (2004) memandang tanah dari dua konsep utama yaitu sebagai hasil hancuran bio-fisika-kimia dan sebagai habitat tumbuhtumbuhan. Konsep pandangan tersebut memberikan dua jalur pendekatan dalam
227 pengkajian tanah, yaitu pandangan edaphologi dan pandangan pedologi (Darmawijaya, 1997). Edaphologi menekankan pada penggunaannya dalam bidang pertanian, sehingga segala penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tanah dengan tanaman tingkat tinggi dengan tujuan mendapatkan produksi pertanian seekonomis mungkin. Sedangkan pedologi menekankan pada ilmu tanah sebagai ilmu pengetahuan alam murni meliputi persoalan : (1) asal mula dan pembentukan tanah yang tercakup dalam genesis tanah, dan nama-nama, sistematik, sifat kemampuan dan penyebaran berbagai jenis tanah yang tercakup dalam klasifikasi dan pemetaan tanah. Schroeder (1984) dalam Notohadiprawiro (1994) menyatakan bahwa Tanah adalah hasil pengalihragaman (transformation) bahan mineral dan organik yang berlangsung dimuka daratan bumi dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang bekerja selama waktu sangat panjang, dan maujud sebagai suatu tubuh dengan organisasi dan morfologi tertakrifkan (definable). Gejala-gejala organisasi dan morfologi yang tertampakkan pada potongan tegak sepanjang tubuh tanah dinamakan profil tanah. Kumpulan berbagai jenis tanah membentuk suatu mosaik berupa suatu mintakat yang dinamakan pedosfer, tempat faktor-faktor lingkungan pembentuk tanah bertemu muka dan bersalingtindak. Faktorfaktor lingkungan tersebut adalah litosfer, atmosfer, hidrosfer dan biosfer. Berdasarkan hubungan salingtemu dan salingtindak daripada faktor-faktor lingkungan pembentuk tanah dan kondisi hamparan mosaik tanah tersebut, dengan berdasarkan konsep pedon dan polipedon, dapat ditelusuri faktor dan proses pembentuk tanah yang terjadi pada suatu tempat tertentu serta mengklasifikasikan dan memetakan keberadaannya dipermukaan bumi dalam bentuk Peta Tanah. Keadaan umum daerah penelitian Secara administrasi Penelitian Pemetaan Tanah Tingkat Semi Detail terletak di Kecamatan Abeli Kota Kendari dengan luas wilayah 4067,75 ha. Secara geografis daerah penelitian terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa berada antara koordinat 122 0 34 08 122 0 38 51 Bujur Timur dan 3 0 58 34 4 0 03 30 Lintang Selatan, dengan batas wilayah yaitu : (1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kendari Barat dan Kecamatan Soropia; (2) Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Poasia; (3) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Moramo; (4) Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda. Di Kecamatan Abeli mempunyai dua bentuklahan yaitu (1) Dataran Rendah dengan lereng datar (0-3%) seluas 1.364,0 ha (33,53%), (2) perbukitan meliputi Perbukitan Rendah dengan lereng bervariasi yaitu mulai berombak (3-8 ) seluas 831,25 ha (20,43%), sampai bergelombang (8-15%) seluas 164,0 ha (4,03%), Perbukitan Sedang dengan lereng agak curam (15-25%) seluas 464,75 ha (11,42%), dan Perbukitan Tinggi dengan lereng curam (25-40%) seluas 1243,75 ha (30,59%). Tersusun oleh empat formasi geologi yaitu Formasi Buara (Qpl) seluas 170,50 ha (4,19%), Formasi Meluhu (Js) seluas 925,25 ha (22,75%), Formasi Sampolakosa (Tmps) seluas 262,0 ha (6,44%), Formasi Langkowala (Tms) seluas 2710,0 ha (66,62%). Mempunyai 6 macam penggunaan lahan yakni pemukiman dan kebun campuran seluas 2376,00 ha (58,40%), tegalan seluas 227,75 ha (5,60%), semak belukar seluas 618,50 ha (15,21%), bakau seluas 12,25 ha (0,30%), tambak seluas 24,75 ha (0,61%) dan hutan seluas 808,50 ha (19,88%). Daerah penelitian mempunyai jumlah curah hujan rata-rata tahunan sebesar 1.323,39 mm dengan kisaran curah hujan bulanan tertinggi 184,81 mm terjadi pada bulan April, curah hujan bulanan terendah 17,86 mm terjadi pada bulan September dan rataan curah hujan bulanan sebesar 110,28 mm. Temperatur udara
228 rataan tahunan sebesar 26,74 0 C dengan kisaran temperatur udara bulanan terendah 25,08 0 C yang terjadi pada bulan Agustus, temperatur udara bulanan tertinggi 28,34 0 C terjadi pada bulan Desember. Temperatur tanah rataan tahunan sebesar 29,24 0 C dengan kisaran temperatur tanah bulanan terendah 27,58 0 C yang terjadi pada bulan Agustus, temperatur tanah bulanan tertinggi 30,84 0 C terjadi pada bulan Desember. Kelembaban udara rata-rata tahunan sebesar 85,57% dengan kisaran kelembaban udara bulanan terendah 77,22% terjadi pada bulan Agustus dan kelembaban udara bulanan tertinggi 92,03% terjadi pada bulan Mei. Berdasarkan sistem Klasifikasi Oldeman, iklim di Kecamatan Abeli tergolong tipe agroklimat E, sedangkan menurut sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson daerah studi tergolong tipe iklim C (agak basah), dengan nilai Q = 0,428%. Daerah studi mempunyai regim kelembaban ustik karena memiliki temperatur tanah rata-rata tahunan lebih dari 22 0 C dan diperkirakan penampang tanah kering selama 90 hari karena sejak bulan Agustus-Oktober termasuk bulan kering menurut skala Mohr (Curah Hujan <60 mm). Daerah studi juga termasuk dalam regim temperatur Isohipertermik karena memiliki temperatur tanah lebih dari 22 0 C dan perbedaan temperatur tanah antara bulan Juni, Juli, dan Agustus dibandingkan dengan bulan Desember, Januari, Pebruari kurang dari 5 0 C. Satuan tanah Faktor dan proses pembentuk tanah Secara umum faktor pembentuk tanah terdiri atas 5 yaitu iklim, organisme (khususnya vegetasi), bahan induk tanah, relief dan waktu. Proses pembentukan tanah merupakan suatu kejadian mencakup reaksi saling terkait dan penyusunan bahan-bahan tanah menjadi tanah ditempat itu. Dua peristiwa penting yang terjadi dalam perkembangan tanah adalah horisonisasi dan haploidisasi (Poerwowidodo, 1998). Horisonisasi merupakan proses perumitan dimana tanah dibagi ke dalam beberapa horison sebaliknya haploidisasi merupakan proses penyederhanaan dimana tanah dibuat menjadi tidak berhorison (Hardjowigeno, 1993). Secara umum faktor pembentuk tanah yang dominan di Kecamatan Abeli berturutturut adalah bahan induk, waktu, iklim, topografi, dan organisme sedangkan proses pembentuk tanah dominan yang dijumpai adalah alterasi, leaching, eluviasi, dan iluviasi ringan. Horison diagnostik tanah Horison diagnostik tanah merupakan bagian dari horison-horison tanah yang dapat digunakan sebagai penciri dalam klasifikasi tanah. Horison diagnostik ini terdiri dari dua yaitu epipedon (penciri atas) dan endopedon (penciri bawah). Tanah-tanah di Kecamatan Abeli mempunyai horison diagnostik : epipedon umbrik, merupakan tanah lapisan permukaan yang cenderung tebal, berwarna gelap, struktur pejal, mengandung bahan organik > 1% dan KB < 50% meliputi SPT 1 - SPT 18. Tanah-tanah di daerah studi sebagian belum memiliki horison endopedon (SPT 1, SPT 2, SPT 6, SPT 8, SPT 9, SPT 11, dan SPt 12. Sedangkan SPT 4 mempunyai horison endopedon Oksik yang ditandai dengan adanya peningkatan kandungan liat walaupun belum intensif (liat >15% dan KTK < 10 me/100 gt.), dan SPT 3, SPT 5, SPT 7, SPT 10 dan SPT 13 SPT 18 mempunyai horison endopedon kambik, yang ditandai dengan adanya peningkatan kandungan liat walaupun belum intensif dan terbentuknya struktur tanah yang berbentuk sub angular blocky. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah studi mempunyai tanah yang baru dan/atau sementara berkembang. Klasifikasi tanah Klasifikasi tanah dilakukan untuk membedakan sifat-sifat tanah satu sama lain dan mengelompokkan tanah ke dalam kelaskelas tertentu berdasarkan atas kesamaan sifat yang dimiliki. Klasifikasi tanah yang ditemukan di Kecamatan Abeli : Berdasarkan klasifikasi PPT (1983), SPT 1, SPT 2, SPT 8 dan SPT 9 termasuk macam tanah adalah Regosol Distrik karena
229 mempunyai tekstur pasir >60%, memiliki kejenuhan basa < 50% serta mempunyai kandungan bahan organik >1%. Sistem Klasifikasi USDA (1999) tergolong sub group Typic Ustorthents karena tanahnya belum berkembang, memiliki rejim kelembaban ustik, dan tergolong dalam Ustorthents yang lain. Berdasarkan klasifikasi PPT (1983) SPT 3, SPT 5, SPT 7 dan SPT 17 termasuk macam tanah Kambisol Umbrik karena mempunyai horison B kambik, dan mempunyai horison A Umbrik. Sistem Klasifikasi USDA (1999) tergolong dalam Sub Group Dystric Haplustepts karena tanahnya sementara berkembang, memiliki rejim kelembaban ustik, dan mempunyai KTK < 60% pada kedalaman antara 25-75 cm. Berdasarkan klasifikasi PPT (1983) SPT 4 termasuk macam tanah Arenosol Oksik karena mempunyai horison mirip B oksik, dan KTK < 24 me/100 gt. Sistem Klasifikasi USDA (1999) tergolong dalam Sub Group Oxic Haplustepts karena tanahnya sementara berkembang, memiliki rejim kelembaban ustik, dan mempunyai KTK < 24 me/100 gt. Berdasarkan klasifikasi PPT (1983), SPT 6 termasuk macam tanah Arenosol Kambik karena mempunyai horison mirip B oksik, dan termasuk tanah Arenosol lain. Sistem Klasifikasi USDA (1999) tergolong Sub Group Dystric Haplustepts karena tanahnya sementara berkembang, memiliki rejim kelembaban ustik, dan mempunyai KTK < 60% pada kedalaman antara 25-75 cm. Berdasarkan Klasifikasi PPT (1983) SPT 10, SPT 13 - SPT 16 dan SPT 18 termasuk macam tanah Kambisol Umbrik karena mempunyai horison B kambik, dan horison A Umbrik. Sistem Klasifikasi USDA (1999) tergolong Sub Group Typic Haplustepts karena tanahnya sementara berkembang, memiliki rejim kelembaban ustik, dan termasuk dalam Haplustepts yang lain. Berdasarkan klasifikasi PPT (1983), SPT 11 termasuk jenis tanah Ranker karena berkembang dari bahan induk konglomerat, bersolum dangkal (25 cm). Sistem Klasifikasi USDA (1999) tergolong sub group Typic Ustorthents karena tanahnya belum berkembang, memiliki rejim kelembaban ustik, dan tergolong dalam Ustorthents yang lain. Berdasarkan klasifikasi PPT (1983) SPT 12 termasuk macam tanah Arenosol Kambik karena mempunyai horison mirip B kambik, dan termasuk tanah Kambisol yang lain. Sistem Klasifikasi USDA (1999) tergolong Sub Group Typic Haplustepts karena tanahnya sementara berkembang, memiliki rejim kelembaban ustik, dan tergolong dalam Haplustepts yang lain. Satuan peta tanah Satuan Peta Tanah (SPT) dalam penelitian ini disusun oleh lima unsur yaitu macam tanah, kelas tekstur tanah, kelas drainase tanah, kedalaman tanah dan kelas lereng. Berdasarkan atas penyusun Satuan Peta Tanah tersebut, di Kecamatan Abeli diperoleh 18 SPT, sebagaimana disajikan pada Tabel 1 dengan penyebarannya sebagaimana disajikan pada Gambar 1.
230 Gambar 1. Peta Satuan Tanah Kecamatan Abeli Tabel 1. Satuan Peta Tanah yang ditemukan di Kecamatan Abeli SPT Simbol Uraian Luas (ha) (%) 1 2 3 4 5 Macam Tanah Regosol Distrik (PPT,1983); Typic Ustorthents (USDA, 1999); Tekstur 170,50 4,19 1 T 5 D0 tanah kasar (atas), agak kasar (bawah); Rd L0 90 cm); Lereng datar (0-3 %); KTK < 16 2 T 4 D0 Rd L0 me/100gt; KB < 50%. Macam Tanah Regosol Distrik (PPT,1983); Typic Ustorthents (USDA, 1999); Tekstur tanah agak kasar (atas), agak kasar (bawah); 90 cm); Lereng datar (0-3 %); KTK < 16 me/100gt; KB < 50%. 216,00 5,31
231 Lanjutan... 1 2 3 4 5 Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); 836,00 20,55 3 Bu T4 D0 Dystric Haplustepts (USDA, 1999); Tekstur L0 tanah agak kasar (atas), agak halus (bawah); 90 cm); Lereng datar (0-3%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Arenosol Oksik (PPT,1983); 24,75 0,61 4 T4 D2 K0 Oxic Haplustepts (USDA, 1999); Tekstur Qx L0 tanah agak kasar (atas), sedang (bawah); Drainase Agak buruk; Kedalaman solum dalam (> 90 cm); Lereng datar (0-3%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); 104,50 2,57 Bu T4 D0 K0 Dystric Haplustepts (USDA, 1999); Tekstur L0 tanah agak kasar (atas), agak halus (bawah); 5 Drainase baik; Kedalaman solum dalam (> 90 cm); Lereng datar (0-3%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Arenosol Kambik (PPT,1983); T4 D3 K0 Dystric Haplustepts (USDA, 1999); Tekstur Qc 6 L0 tanah agak kasar (atas), sedang (bawah); Drainase buruk; Kedalaman solum dalam (> 12,25 0,30 90 cm); Lereng datar (0-3%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); Dystric Haplustepts (USDA, 1999); Tekstur 7 Bu T4 D0 tanah agak kasar (atas), sedang (bawah); L1 Drainase baik; Kedalaman solum sedang (50-90 cm); Lereng berombak (3-5%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% 28,25 0,69 Macam Tanah Regosol Distrik (PPT,1983); Typic Ustorthents (USDA, 1999); Tekstur 579,75 14,25 8 T 4 D0 Rd tanah agak kasar (atas), kasar (bawah); L1 90 cm); Lereng berombak (3-5%); KTK < 16 me/100gt; KB < 50%. 9 T 4 D0 Rd L1 Macam Tanah Regosol Distrik (PPT,1983); Typic Ustorthents (USDA, 1999); Tekstur tanah agak kasar (atas), kasar (bawah); 90 cm); Lereng berombak (5-8%); KTK < 16 me/100gt; KB < 50%. 146,00 3,59
232 Lanjutan... 1 2 3 4 5 Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); 77,25 1,90 Bu T3 D0 K2 10 L1 baik; Kedalaman solum dangkal (25-50 cm); Lereng berombak (5-8%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Ranker (PPT,1983); Typic Ustorthents (USDA, 1999); Tekstur tanah 93,25 2,29 11 T4 D0 K4 agak kasar (atas), agak kasar (bawah); U L2 Drainase baik; Kedalaman solum dangkal (25 cm); Lereng bergelombang (8-15%); KTK 12 13 Bu 14 15 16 T4 D0 Qc L2 Bu Bu Bu T4 D0 L3 T 3 D0 L3 T 3 D0 K 2 L3 T3 D0 L4 <16 me/100 gt; KB > 50% Macam Tanah Arenosol Kambik (PPT,1983); tanah agak kasar (atas), agak kasar (bawah); 90 cm); Lereng bergelombang (8-15%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); tanah agak kasar (atas), sedang (bawah); 90 cm); Lereng agak curam (15-25%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); baik; Kedalaman solum sedang (50-90 cm); Lereng agak curam (15-25%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); baik; Kedalaman solum dangkal (25-50 cm); Lereng agak curam (15-25%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); baik; Kedalaman solum sedang (50-90 cm); Lereng curam (25-40%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% 70,75 1,74 17,75 0,44 352,50 8,66 94,50 2,32 472,50 11,62
233 Lanjutan... 1 2 3 4 5 Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); 134,50 3,31 17 Bu T 3 D0 L4 Dystric Haplustepts (USDA, 1999); Tekstur baik; Kedalaman solum sedang (50-90 cm); Lereng curam (25-40%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Macam Tanah Kambisol Umbrik (PPT,1983); 636,75 15,66 18 Bu T 3 D 0 L4 baik; Kedalaman solum sedang (50-69 cm); Lereng curam (25-40%); KTK < 16 me/100 gt; KB < 50% Total 4067,75 100.00 Sumber : Data Primer, 2008 SIMPULAN DAFTAR PUSTAKA Berdasarkan hasil penelitian Lapangan dan Laboratorium, dapat disimpulkan : (1) Berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah (PPT, 1983), Kecamatan Abeli mempunyai 5 macam tanah yaitu : Regosol Distrik seluas 1112,25 ha (27,34%) meliputi SPT 1, SPT 2, SPT 8, dan SPT 9; Ranker seluas 70,75 ha (1,74%) meliputi SPT 11; Kambisol Umbrik seluas 2754,5 ha (67,72%) meliputi SPT 3, SPT 5, SPT 7, SPT 10, dan SPT 13 - SPT 18, Arenosol Oksik seluas 24,75 ha (0,61%) meliputi SPT 4, dan Arenosol Kambik seluas 83,0 ha (2,04%) meliputi SPT 6 dan SPT 12. (2) Berdasarkan Sistem Klasifikasi Tanah USDA (1999), Kecamatan Abeli mempunyai 4 sub group tanah yaitu : Typic Ustorthents seluas 1205,5 ha (29,63%) meliputi SPT 1, SPT 2, SPT 8, SPT 9 dan SPT 11; Dystric Haplustepts seluas 1115,5 ha (27,42%) meliputi SPT 3, SPT 5-SPT 7 dan SPT 17; Oxic Haplustepts seluas 24,75 ha (0,61%) meliputi SPT 4; dan Typic Haplustepts seluas 1722,0 ha (42,34%) meliputi SPT 10, SPT 12 - SPT 16 dan SPT 18. Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor. Darmawijaya, I. 1997. Klasifikasi Tanah. Dasar teori Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Cetakan Ketiga. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Hanafiah. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hardjowigeno, S, et al. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta. Jamulya. 1989. Geografi Tanah, Konsep dan terapannya. Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Notohadiprawiro, T. 1994. Geografi Tanah. Program Studi Geografi Fisik. Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
234 Pusat Penelitian Tanah. 1983. Terms Of Reference; Jenis dan Macam tanah di Indonesia Untuk Keperluan Survei dan Pemetaan Tanah daerah Transmigrasi. Proyek Penelitian Tanah Menunjang Transmigrasi (P3MT). Departemen Pertanian, Badan Pusat dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Pustekom. 2005. Faktor-faktor Pembentukan Tanah. Internet. Rayes, M.L. 2006. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Soil Survey Staff. 1999. Kunci Taksonomi Tanah. Edisi Kedua. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor. Suripin. 2004. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta. Sutedjo, M.M., A.G. Kartasapoetra. 2002. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta. USDA. 1992. Kunci Taksonomi Tanah. Agency for International Development, United States Departement of Agriculture, Soil Management Support Services Kerjasama Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. SMSS Technical Monograph No. 6. edosi Pertama Bahasa Indonesia. Bogor.