POSITION EFFECT COMPUTER OPERATION ON ENERGY CONSUMPTION

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH POSISI PENGOPERASIAN KOMPUTER TERHADAP KONSUMSI ENERGI

PERBANDINGAN KONSUMSI ENERGI PADA PROSES PEMINDAHAN BAHAN SECARA MANUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PENGARUH FAKTOR FREKUENSI KERETA API YANG MELINTAS DAN ASUPAN ENERGI TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

tenaga kerja yang sesuai dengan jenis pekerjaannya (Suma mur, 2014). organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.

Faal Kerja (Fisiologis) Nurjannah

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB II LANDASAN TEORI

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

MODUL II PHYSIOLOGICAL PERFORMANCE

PENGEMASAN SARI KEDELAI UNTUK INDUSTRI RUMAH TANGGA. Program Studi Teknik Mesin D3, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Nasional Malang

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran energi, sehingga berpengaruh pada kemampuan kerja. manusia. Untuk mengoptimalkan kemampuan kerja, perlu diperhatikan

BAB II LANDASAN TEORI

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

PENGUKURAN KERJA FISIOLOGIS

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS KONDISI SEBELUM DAN SESUDAH KERJA PADA OPERATOR OFFSHORE DI PT. X DENGAN METODE PSIKOFISIOLOGI

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB I PENDAHULUAN. berupa getah karet akan diolah menjadi crumb rubber. Bagian Balling Press ini

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

ERGONOMI GERAKAN PENGRAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

Pengertian dan Ruang Lingkup Ergonomi : bahasa Yunani Ergon : kerja Nomos : peraturan/hukum - Arbeitswissenschaft di Jerman - Biotechnology di Skandin

-THESIS (TI )- Perancangan Model Penilaian Potensi Personal Protective Clothing (PPC) dalam Mempengaruhi Kinerja Karyawan di Lingkungan Panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami. pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi internasional. Industri seperti ini

DESAIN STASIUN KERJA

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BAB II LANDASAN TEORI

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA)

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

Organisasi Kerja. Solichul HA. BAKRI Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas ISBN:

EVALUASI PERANCANGAN STANG SEPEDA MOTOR YANG ERGONOMIS UNTUK KOMUNITAS FREESTYLE

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

Konsumsi energi berdasarkan kapasitas oksigen terukur

BAB V PEMBAHASAN. saat penelitian dilakukan yang diukur dengan satuan tahun. Dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB II LANDASAN TEORI

KONSUMSI ENERGI KERJA PERTEMUAN #4 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA


ANALISIS BEBAN KERJA FISIOLOGIS OPERATOR DI STASIUN PENGGORENGAN PADA INDUSTRI KERUPUK

ANALISIS AKTIVITAS ANGKAT BEBAN PISAU HAND PRESS

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

Seminar Nasional Waluyo Jatmiko II FTI UPN Veteran Jawa Timur

MODUL 1 PERANCANGAN PRODUK MODUL 2 FISIOLOGI KERJA

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR MESIN PEMOTONG BATU BESAR (SIRKEL 160 CM) DENGAN MENGGUNAKAN METODE 10 DENYUT

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

FISIOLOGI KERJA (II) Teknik industri 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. diambil pekerja dalam melakukan pekerjaan (Nurmianto, 2004). Terdapat 3 klasifikasi sikap dalam bekerja :

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

STUDI PERBEDAAN KELELAHAN KERJA BERDASARKAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN (EXTRA FOODING) (Studi di PT. Besmindo Materi Sewatama, Pekopen Tambun Bekasi)

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

EVALUASI ERGONOMI BIOMEKANIKA TERHADAP KENYAMANAN KERJA PADA PERAJIN GERABAH KASONGAN YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pekerjaan kita, di mana kita berada dan beraktifitas. Produktifitas dari pekerjaa kita salah

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik maupun psikis terhadap tenaga kerja. Secara umum, faktor bahaya

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB II LANDASAN TEORI

A. Etika, Moral, dan Hukum dalam Penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

PERANCANGAN ALAT PEMINTAL BENANG ERGONOMIS KERAJINAN TENUN IKAT

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kemampuan karyawan itu sendiri. Lebih tepatnya energi yang

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

ANALISIS ASPEK ERGONOMI PADA PERANCANGAN MESIN COAK RAILING

BAB V PEMBAHASAN. A. Karakteristik Responden. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui karakteristik subjek. penelitian tenaga kerja meliputi :

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PSIKOLOGI KEREKAYASAAN KODE / SKS : KK / 2 SKS

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Saat ini pembangunan industri menjadi salah satu andalan dalam

METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN B. ALAT DAN PERLENGKAPAN

Analisis Risiko Manual Handling pada Pekerja PT. XYZ

II. TINJAUAN PUSTAKA

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

Transkripsi:

POSITION EFFECT COMPUTER OPERATION ON ENERGY CONSUMPTION IIS NAWATI JUARSA, DR. IR. HOTNIAR SIRINGORINGO Undergraduate Program, Industry Technology, 2010 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id Keywords: computer device, energy consumption, energy intak ABSTRACT: Consumption of energy from people who are working is the main factor limiting achievement. Therefore, the amount of energy needed by the various types of work necessary known. The energy generated by metabolic processes, which require food, drinks and oxygen. Because it is equivalent to energy consumption can be sought from the number of oxygen consumption. But because the oxygen consumption can also be akin to the number pulse of the heart, so now sought equivalence between energy consumption figures pulse. Writing this report focuses on the influence of factors working against the position of equipment energy consumption on the activity of typing. Data were analyzed with two-way NOVA statistical test with 5% significance level (0.05). The results showed that the factor is not working equipment effect on energy consumption, and energy intake did not affect factor on energy consumption.

PENGARUH POSISI PENGOPERASIAN KOMPUTER TERHADAP KONSUMSI ENERGI NPM : 30402538 Nama : Iis Nawati Juarsa Pembimbing : Dr. Ir. Hotniar Siringoringo, Tahun Sidang : 2010 Subjek : ERGONOMI, Judul PENGARUH POSISI PENGOPERASIAN KOMPUTER TERHADAP KONSUMSI ENERGI Abstraksi Konsumsi energi dari orang yang sedang bekerja merupakan faktor utama yang membatasi prestasinya. Karena itu jumlah energi yang diperlukan oleh berbagai jenis pekerjaan perlu diketahui. Energi dihasilkan oleh proses metabolisme, yang memerlukan makanan, minuman dan oksigen. Karena itu padanan untuk konsumsi energi dapat dicari dari jumlah konsumsi oksigen. Tetapi karena konsumsi oksigen juga bisa disepadankan dengan angka pulsa dari jantung, maka kini dicari kesepadanan antara konsumsi energi dengan angka pulsa. Penulisan laporan ini memfokuskan pada pengaruh faktor posisi peralatan kerja terhadap konsumsi energi pada aktivitas mengetik. Data dianalisis dengan uji statistik anova dua arah dengan taraf nyata 5% (0.05). Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor peralatan kerja tidak berpengaruh terhadap konsumsi energi, dan faktor asupan energi tidak berpengaruh terhadap konsumsi energi.

PENGARUH POSISI PENGOPERASIAN KOMPUTER TERHADAP KONSUMSI ENERGI Iis Nawati Juarsa Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Industri, Universitas Gunadarma Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor posisi peralatan kerja (posisi monitor) terhadap konsumsi energi pada aktivitas mengetik. Data dianalisis dengan uji statistik anova dua arah dengan taraf nyata 5% (0.05). Hasil analisis menunjukkan bahwa faktor peralatan kerja (posisi monitor) tidak berpengaruh terhadap konsumsi energi, dan faktor asupan energi tidak berpengaruh terhadap konsumsi energi. Kata Kunci : Parangkat komputer, Konsumsi energi, Asupan energi PENDAHULUAN Manusia dalam melakukan kegiatan atau aktivitasnya membutuhkan energi. Energi yang digunakan untuk melakukan aktivitas biasanya dihasilkan dari makanan yang dikonsumsi. Jumlah energi yang digunakan dalam melakukan aktivitas tergantung pada jenis pekerjaan yang dilakukan. Jika seseorang melakukan pekerjaan dengan sistem kerja yang kurang baik, maksudnya ketidakseimbangan antara waktu bekerja dengan waktu beristirahat maka orang tersebut akan mengalami kelelahan kerja. Kelelahan kerja disini adalah kondisi dimana seseorang tidak dapat melakukan aktivitas sebagaimana mestinya. Disaat lelah seorang operator merasa mendapat rintangan, kegiatan menjadi berkurang dan merasa dipaksa untuk menyerah. Salah satu efek yang sangat jelas dari kelelahan ialah berkurangnya kewaspadaan. Operator tidak akan mampu berkonsentrasi terus-menerus untuk kegiatan pekerjaannya. Kelelahan karena aktivitas kerja yang berulang-ulang dapat memunculkan resiko cedera tubuh. Mengetik adalah salah satu pekerjaan manual yang jika dilakukan secara terus-menerus dengan waktu yang relatif lama maka akan menimbulkan kelelahan atau biasa disebut juga penyakit akibat kerja. Pekerjaan mengetik yang selalu berulang-ulang dan dalam waktu yang relatif lama dapat menyebabkan kelelahan secara fisiologis. Kelelahan secara fisiologis maksudnya kelelahan yang disebabkan aktivitas kerja dan mempertahankan tubuh ketika bekerja. Selain itu, pekerjaan ini tergolong kerja fisik sehingga dapat diukur dengan menggunakan detak jantung per menit dari seorang operator yang melakukan aktivitas. Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur metabolisme dalam tubuh operator melalui perubahan fisiologi tubuhnya seperti detak jantung

yang dihasilkan setelah melakukan aktivitas. LANDASAN TEORI Sikap Tubuh dalam Bekerja Menurut Anies (2005), sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi bentuk, susunan, ukuran dan tata letak peralatan, penempatan alat petunjuk, cara memperlakukan peralatan seperti macam gerak, arah dan kekuatan. Dari sudut otot, sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Namun dari sudut pandang tulang lebih baik tegak, agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Untuk itu, dianjurkan memiliki sikap duduk yang tegak, diselingi istirahat dengan sedikit membungkuk. Arah penglihatan untuk pekerja yang berdiri adalah 23-37 0 ke bawah, sedangkan untuk pekerja duduk 32-44 0 ke bawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat, sehingga tidak mudah lelah (Anies, 2005). Gerakan ritmis seperti memutar roda, mengayuh, mendayung, memerlukan frekuensi optimal, yaitu 60 kali per menit. Beban tambahan akibat lingkungan harus ditekan sekecil mungkin. Batas kesanggupan kerja sudah tercapai, apabila bilangan nadi kerja menjadi 30 kali per menit diatas bilangan nadi istirahat. Sementara nadi kerja tersebut tidak terus menanjak dan sehabis bekerja pulih kembali pada nadi istirahat setelah kurang lebih 15 menit. Kemampuan seseorang bekerja sehari adalah 8-10 jam. Lebih dari itu efisiensi dan kualitas kerja sangat menurun. Kondisi kerja sangat psikologis di pertahankan dengan motivasi, iklim kerja yang baik. Menurut Anies (2005), ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan sikap tubuh dalam melakukan pekerjaan, yaitu semua pekerjaan hendaknya dilakukan dalam sikap duduk atau sikap berdiri secara bergantian. Lalu semua sikap tubuh yang tidak alami harus dihindarkan. Seandainya hal ini tidak memungkinkan, hendaknya diusahakan agar beban statis diperkecil. Tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa, sehingga tidak membebani, melainkan dapat memberikan relaksasi pada otot yang sedang tidak dipakai untuk bekerja dan tidak menimbulkan penekanan pada bagian tubuh (paha). Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya gangguan sirkulasi darah dan sensibilitas pada paha, mencegah keluhan kesemutan yang dapat mengganggu aktivitas.

Suyatno (1985) mengatakan bahwa sikap anggota badan yang dapat menghasilkan kekuatan terbesar pada gerakan tertentu tercatat seperti berikut, putaran ke dalam dari telapak tangan paling berkekuatan kalau telapak itu bawahnya dalam keadaan mengilir keluar maksimal (supinasi), putaran keluar diawali oleh telapak yang mengilir ke dalam maksimal (pronasi), pelurusan siku paling berkekuatan kalau diawasi dengan posisi menekuk penuh; tekukan siku (dengan tangan terbuka) paling kuat pada sudut 90 0 (efek ungkit), jika sedang duduk dan mendorong dengan tangan kekuatan biasa paling besar pada siku yang 150 160 0 dan dengan genggaman tangan yang berjarak sekitar 70 cm dari sandaran punggung. Menurut Nurmianto (1996), sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian tubuh bergerak menjauhi posisi almiah, misalnya pergelangan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot seketel. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntunan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja Sikap Duduk Duduk memerlukan lebih sedikit energi daripada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi beban statis pada kaki (Nurmianto, 2003). Menurut Kroemer (2001) pada posisi duduk berat badan seseorang secara parsial dipotong oleh tempat duduk, tetapi konsumsi energi dan ketegangan saat posisi duduk lebih tinggi dibandingkan posisi berbaring, karena tangan dapat bergerak dengan bebas tetapi ruang gerak sangat terbatas oleh luas tempat duduk. Pada posisi duduk santai lumbar akan dibengkokkan pada batasnya sehingga beban dari trunk (bagian tubuh yang terdiri dari kepala, tangan, dan kaki) akan ditopang oleh ikat sendi (ligamen) bukan oleh otot. Sedangkan pada saat posisi duduk tegak kinerja otot lebih dibutuhkan untuk mengatasi ketegangan pada urat lutut dan menyokong beban dari trunk. Sehingga pada posisi ini ligamen tidak berada di bawah tegangan. Anderson (1974) menemukan bahwa saat seseorang duduk santai, tekanan pada cakram invertebralis adalah sekitar 40% lebih tinggi dibandingkan pada saat seseorang berdiri. Sehingga posisi duduk santai kinerja otot akan berkurang, tetapi meningkatkan tekanan pada cakram (Pheasant, 1991). Ilmu kesehatan dan ergonomi telah lama mengajukan agar pekerjaan dapat dilakukan dengan cara duduk. Alasan utamanya ialah tegangan pada kaki rendah. Sikap tidak alamiah dapat dihindari, konsumen energi terkurangi dan

kebutuhan peredaran darah hanya sedikit (Sastrowinoto, 1985). Sikap duduk yang keliru merupakan penyebab adanya masalah punggung Kelelahan

(Nurmianto, 2003). Menurut Sastrowinoto (1985), kerugian yang diakibatkan sikap duduk yaitu otot perut mengendur, perkembangan punggung melengkung, tidak menguntungkan bagi jalur pencernaan dan paru-paru. Penilaian Beban Kerja Fisik Secara umum hubungan antara beban kerja dengan kapasitas kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor yang sangat komplek, baik faktor internal maupun eksternal (Rodahl, 1989; Adiputra, 1998; Manuaba, 2000). Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja, diantaranya tugas itu sendiri, organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga aspek ini sering disebut sebagai stressor. Sedangkan faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sehingga akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal sebagai strain. Berat ringannya strain dapat dilihat baik secara obyektif maupun subyektif. Penilaian obyektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis. Sedangkan penilaian subyektif dapat dilakukan melalui perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Karena itu strain secara subyektif berkaitan erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan penilaian subyektif lainnya (Tarwaka. Dkk, 2004). Christensen (1991) dan Grandjen (1993) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui barat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumen oksigen, kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jantung dan suhu tubuh mempunyai hubungan yang linier dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang dilakukan. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respitasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen (1991) dapat dilihat pada Tabel 1. Kategori Beban Kerja Tabel 1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh dan Denyut Jantung Konsumsi Oksigen (1/menit) Ventilasi Paru (1/menit) Suhu Rektal ( 0 C) Denyut Jantung (denyut/menit) Ringan 0.5 1.0 11 20 37.5 75 100 Sedang 1.0 1.5 20 31 37.5 38.0 100 125 Berat 1.5 2.0 31 43 38.0 38.5 125 150 Sangat berat 2.0 2.5 43 56 38.5 39.0 150 175 Sangat berat sekali 2.5 4.0 60 100 > 39 > 175 Sumber: Christensen (1991: 1699). Encyclopedia of Occupational Health and Safety. ILO. Geneva.

Salah satu gejala kelelahan umum adalah munculnya perasaan letih. Suatu perasaan kelelahan akan teratasi jika dilakukan istirahat. Kelelahan merupakan suatu kondisi dimana seluruh fungsi tubuh dalam bekerja sudah tidak maksimal lagi. Grandjean (1988) mengemukakan berdasarkan penyebabnya, gejala kelelahan visual, kelelahan badan secara umum, kelelahan mental, kelelahan karena grogi, kemonotonan kerja, kelelahan kronis. Menurut Sutalaksana (1979) beberapa penyebab kelelahan pada industri adalah intensitas dan lamanya kerja fisik atau mental, lingkungan (seperti iklim, pencahayaan, dan kebisisngan), irama circadian, masalah psikis (seperti tanggung jawab, kekhawatiran, konflik), penyakit yang dialami, dan nutrisi. Sedangkan gejala kelelahan yang penting adalah perasaan letih, mengantuk, pusing dan tidak enak dalam bekerja. Gejala kelelahan lainnya adalah semakin lamban dalam berpikir menurunnya kewaspadaan, persepsi yang lemah dan lambat, tidak semangat bekerja dan penurunan kinerja tubuh dan mental. Apabila kelelahan tidak disembuhkan suatu saat akan terjadi kelelahan kronis yang menyebabkan meningkatnya kestabilan psikis (perilaku), depresi, tidak semangat dalam bekerja, dan meningkatnya kecenderungan sakit. Prestasi yang diukur pada output industri merupakan petunjuk yang pertama kali dipakai untuk menilai akibat dari kelelahan. Perubahan prestasi atau performasi kerja berubah secara teratur selama hari kerja dan selama seminggu kerja yang berkorelasi dengan perubahan ketegangan dan kelelahan (Grandjean, 1993). Asupan Energi Menurut Sastrowinoto (1985), konsumsi energi didefinisikan sebagai suatu energi yang dikeluarkan atau dibutuhkan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas tertentu. Konsumen energi pada manusia diukur dengan kilokalori (kkal). Kebutuhan energi seseorang menurut FAO atau WHO (1985) adalah konsumen energi biasanya dari makanan yang diperlukan untuk menutupi pengeluaran energi seseorang bila ia mempunyai ukuran dan komposisi tubuh dengan tingkat aktivitas yang sesuai dengan kesehatan jangka panjang dan yang memungkinkan pemeliharaan aktivitas fisik yang dibutuhkan secara sosial dan ekonomi (Suwito, 2003). Salah satu proses penting dalam tubuh manusia adalah berubahnya energi kimia dari makanan menjadi panas dan energi mekanik. Makanan dipecah di dalam Kelelahan

usus menjadi senyawa kimia sederhana sehingga dapat dicerna oleh dinding alat pencernaan sampai ke aliran darah. Bagian terbesar dari pecahan makanan

kemudian diangkat ke hati untuk disimpan sebagai cadangan energi dalam bentuk glikogen dan jika dibutuhkan lalu dilepaskan ke dalam aliran darah sebagian besar dalam bentuk senyawa gula. Hanya sebagian kecil pecahan makanan itu terpakai untuk membangun jaringan tubuh atau tinggal pada jaringan lembut sebagai lemah. Dengan perantaraan darah, bahan makanan yang berenergi itu mencapai semua sel tubuh dan mendapatkan energi dirinya dengan jalan mengahancurkan menjadi produk akhir yang berenergi rendah (air, kabondioksida, dan urea). Dalam fisiologis kerja, konsumsi energi diukur secara tak langsung melalui konsumsi oksigen yang kemudian dihasilkan dengan hasil kerja. Setiap liter oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh menusia menghasilkan energi sebesar 4,8 kkal dan dinamakan nilai kalorifik dari oksigen (Sastrowinoto, 1985). Pada waktu bekerja, pengeluaran energi meningkat. Makin besar gerakan otot maka makin tinggi pola pengeluaran energi kerjanya. Kenaikan konsumsi energi yang nampak dalam kerja fisik itu dinyatakan dalam kalori kerja. Banyaknya kalori yang dibutuhkan oleh kegiatan tertentu dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel ini menggambarkan nilai pengeluaran energi yang diukur oleh Lehman dkk. (1962). Tabel 2. Pengeluaran Energi dalam Berbagai Jabatan Pria Wanita (KKal/Hari) (KKal/Hari) Tipe Pekerjaan Jabatan 2400 2000 Duduk, kerja ringan Pemegang buku 2700 2250 Duduk, kerja ringan Berdiri, kerja ringan berjalan Pengetik Penata rambut Gembala 3000 2500 Duduk, kerja berat Duduk, kerja berat Berdiri, kerja ringan 3300 2750 Duduk, kerja berat Berdiri, kerja berat Sumber : Lehman, 1962. Penenun, penganyam Pengemudi Montir mesin Tukang sepatu Pengemudi mesin Tabel 3. Pengeluaran Energi dalam Berbagai Jabatan (lanjutan) Pria Wanita (KKal/Hari) (KKal/Hari) Tipe Pekerjaan Jabatan 3600 3000 Duduk, kerja berat Berdiri, kerja ringan Pemasang batu jalan Pemijit 3900 3250 Berdiri, kerja berat Penggergaji kayu sekali 4200 - Berdiri, kerja sangat berat Penggali batu bata Sumber : Lehman, 1962.

Menurut Supariasa (2001), survey konsumsi makanan adalah metode penentuan statis gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif biasanya untuk mengetahui frekuensi makanan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain metode frekuensi makanan, metode riwayat makan, metode telepon, dan metode pendaftaran makanan. Metode kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar komposisi bahan makanan atau daftar lain yang diperlukan. Metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain metode pencatatan jenis dan jumlah makanan selama 24 jam yang lalu, metode perkiraan makanan, metode penghitungan makanan, metode inventaris dan metode pencatatan. Sedangkan untuk data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dapat digunakan metode pengukuran pencatatan jenis dan jumlah makanan selama 24 jam yang lalu dan metode riwayat makanan (Supariasa, 2001). Pemilihan metode yang sesuai ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu tujuan penelitian, jumlah responden, keadaan sosial ekonomi responden, ketersediaan dana dan tenaga, kemampuan tenaga pengumpul data, pendidikan responden, bahasa yang digunakan responden sehari-hari dan pertimbangan logistik pengumpulan data. Apabila penelitian bertujuan untuk memperoleh angka akurat mengenai jumlah zat gizi yang dikonsumsi, terutaman bila jumlah sampel kecil, maka metode penimbangnan makanan selama beberapa hari adalah metode yang terbaik. Bila hanya bertujuan untuk menentukan jumlah konsumsi rata-rata dari sekelompok responden maka pencatatan jenis dan makanan selama 24 jam yang lalu atau penimbangan selama satu hari sudah cukup memadai (Supariasa, 2001). Setelah data konsumsi diperoleh maka pengolahan tahap pertama yang dilakukan adalah konversi dari ukuran rumah tangga ke dalam ukuran berat (gr) atau dari satuan harga ke satuan berat. Dalam melakukan pengukuran makanan sering dijumpai makanan dalam bentuk olahan masak, bahkan seringkali jenis makanan jadi tersebut tidak ditemukan dalam daftar komposisi makanan jajan. Untuk mengatasi ini, maka dapat dihitung dengan mengkonversikan makanan olahan tersebut dalam bentuk bahan makanan mentah.

Pada saat mengumpulkan data komposisi makanan kepada responden, perlu sekali ditanyakan dan dicatat secara cermat mengenai cara pengolahan Prosedur Percobaan

dan pemasakan dari bahan yang dikonsumsi sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam melakukan pengolahan data. Selain faktor kehilangan zat gizi pada makanan, juga perlu diperhatikan bahwa pada makanan masak juga terdapat beberapa zat tambahahn seperti minyak yang terserap pada setiap makanan pada saat makanan tersebut diolah baik digoreng, ditumis, dibacem, dan sebagainya. Puslitbang Gizi Bogor (1974) telah mengadakan penelitian dan membuat daftar konversi penyerapan minyak. Daftar ini digunakan apabila pada daftar komposisi bahan makanan dan daftar kandungan zat gizi jajanan tidak dijumpai makanan yang diolah dengan minyak goreng tersebut. Untuk menghitung zat gizi makanan tersebut, maka harus dipisahkan antara berat mentah makanan tersebut dengan minyak goreng yang digunakan. Dalam penilaian konsumsi makanan dimana energi dan lemak menjadi perhatian utama, maka jumlah penyerapan minyak ini sangat diperlukan. Daftar komposisi bahan makanan memuat susunan kandungan zat-zat gizi berbagai jenis bahan makanan. Zat gizi tersebut meliputi energi, protein, lemak, karbohidrat, kalsium, besi, dan vitamin A, B, niasin dan vitamin C. Daftar kandungan zat gizi makanan jajanan adalah daftar yang memuat angka-angka kandungan zat gizi berbagai jenis makanan jajanan. Daftar kandungan zat gizi makanan jajanan dibuat tersendiri, tanpa digabung dengan daftar komposisi bahan makanan yang sudah ada (Supariasa, 2001). METODOLOGI PENELITIAN Alat, Bahan, dan Operator Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah digitalpulse meter (transmisi atau pemancar, tali pengikat dada, jam tangan penerima sinyal denyut jantung), perangkat komputer, jam henti, lembar pengamatan, dan alat tulis. Operator yang melakukan pekerjaan mengetik adalah seluruh asisten pada laboratorium menengah teknik industri. Operator yang melakukan pekerjaan mengetik adalah operator yang berkemampuan normal dan dapat diajak bekerjasama. Berkemampuan normal adalah operator yang mampu menyelesaikan pekerjaan mengetik dengan waktu yang wajar dan ini merupakan kemampuan rata - rata. Sedangkan operator yang dapat diajak bekerjasama memiliki ciri - ciri yaitu bekerja tanpa canggung walaupun dirinya sedang bekerja untuk penelitian. Operator harus mengerti dan menyadari sepenuhnya apa maksud dan tujuan dari penelitian ini dengan demikian operator dapat diajak bekerjasama.

Perlakuan dalam percobaan ini adalah perangkat komputer yang digunakan. Ada dua jenis perangkat komputer yang digunakan, yaitu komputer dengan monitor posisi A dan monitor posisi B. Tabel 4. Ukuran dan Posisi Posisi Ukuran A B Tinggi meja 73 cm 73 cm Jarak monitor terhadap mata 67 cm 67 cm Tinggi kursi 43 cm 43 cm Sudut pandangan mata terhadap monitor 15 0 25 0 Posisi permukaan monitor terhadap garis penglihatan 90 0 120 0 Ketinggian keyboard dari lantai 63 cm 63 cm Jarak keyboard terhadap operator 24 cm 24 cm Adapun prosedur percobaan dilakukan sebagai berikut : 1. Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Merekap jenis dan jumlah makan yang dikonsumsi sebelum bekerja. 3. Melakukan pemerikasaan fisik operator. Pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan yaitu pengukuran tinggi badan dan berat badan. Pengukuran tinggi badan dengan berdiri tanpa menggunakan alas kaki dan penutup kepala. Pengukuran berat badan dengan berdiri hanya menggunakan pakaian kerja, tanpa alas kaki. 4. Memulai aktivitas mengetik dengan ketentuan: a. Melakukan pemasangan jam pada pergelangan tangan. b. Membasahi area elektroda pada bagian belakang transmisi atau pemancar dengan air atau gel konduktor. c. Memasukkan ujung tali pengikat yang berbahan elastis tersebut kedalam salah satu lubang pada transmisi. d. Kemudian mengatur tali pengikat dengan pas pada seputar dada tepatnya disebelah kanan (letak jantung berada) dan mengikat ujung tali yang kedua. e. Menekan tombol pada jam dan sesuaikan untuk pengukuran denyut jantung, bukan untuk pengukuran waktu. f. Simbol hati yang berkedip pada layar jam, mengindikasikan bahwa jam itu telah menerima sinyal dari denyut jantung. g. Jam henti diatur pada menit ke 0, lalu mencatat nilai denyut jantung yang terlihat pada layar jam tangan (sebelum bekerja). h. Lalu operator di beri tugas dalam pengoperasian komputer yang telah ditentukan. Pekerjaan mengetik berlangsung selama 1 jam. Hal ini waktu 1 jam untuk melakukan pekerjaan berulang-ulang dan yang membutuhkan konsentrasi tinggi, itu dapat membuat operator Prosedur Percobaan

merasakan kelelahan otot.

i. Kemudian dalam rentang waktu setiap 5 menit, mencatat kembali nilai denyut jantung yang terlihat pada layar jam. Teknik Analisis Data Hasil pengukuran digitalpulsemeter (denyut jantung) ini dikoversikan dahulu ke dalam satuan konversi energi (kilokalori), dan selanjutnya dianalisis dengan ststistik uji anova dua arah. HASIL DAN PEMBAHASAN Data Denyut Jantung Asupan energi dihitung dari makanan yang dikonsumsi (dalam satuan ukuran RT atau URT), kemudian dikonversikan ke dalam satuan energi (kilokalori). Data denyut jantung operator yang diukur selama melakukan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5. Peralatan Kerja Komputer Posisi Monitor A Komputer Posisi Monitor B Tabel 5. Data Denyut Jantung Operator Denyut Jantung (denyut/menit) Sebelum 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 1 88 90 93 98 96 91 88 89 90 89 88 80 73 2 81 85 86 85 82 88 86 85 87 90 92 89 75 3 69 73 75 70 79 85 80 84 79 73 70 69 65 4 86 89 90 92 93 88 91 90 89 88 79 75 71 5 73 79 80 81 82 85 83 85 79 75 73 69 67 6 87 92 95 98 99 95 87 89 86 83 79 75 72 7 81 85 90 95 91 89 86 88 90 87 78 75 71 8 85 90 92 95 90 89 85 84 89 88 77 76 70 9 75 75 77 80 85 83 81 83 80 79 76 73 70 10 75 76 79 84 86 81 80 85 80 78 75 70 68 11 81 89 94 92 90 89 87 89 87 85 77 75 70 12 75 79 85 86 85 84 82 84 80 78 75 70 69 1 87 96 98 100 95 93 92 91 90 89 86 80 75 2 88 95 96 98 97 86 91 92 90 91 95 89 75 3 83 85 88 91 90 92 93 90 88 87 80 76 70 4 90 96 101 101 99 91 90 92 96 95 90 89 75 5 86 91 94 98 95 93 92 89 90 87 85 78 73 6 90 95 100 103 99 96 93 91 95 91 88 83 76 7 81 89 90 99 96 91 89 88 85 82 79 75 72 8 83 88 92 97 93 90 89 88 91 83 78 73 71 9 90 95 100 102 99 98 95 89 93 97 95 83 75 10 85 90 95 98 96 95 91 88 87 84 82 76 72 11 80 86 91 96 89 87 82 85 89 82 81 77 75 12 84 90 93 95 90 89 87 84 89 90 87 79 75

Denyut jantung selanjutnya dikonversikan ke dalam bentuk konsumsi energi seperti yang terlihat pada Tabel 6. Rata-rata konsumsi energi yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan mengetik dengan menggunakan komputer posisi monitor A adalah sebesar 0,16524 kkal per menit atau 0,03442 liter oksigen untuk per menitnya. Sedangkan untuk penggunaan komputer posisi monitor B dibutuhkan energi sebesar 0,20098 kkal per menit atau 0,04187 liter oksigen per menitnya. Tabel 6. Konversi Denyut Jantung Konversi Denyut Jantung Peralatan Kerja Denyut/menit Kilo kalori/menit Sebelum Kerja Ei Et KE KE (liter) 1 88 88,75 3,44167 3,48702 0,04535 0,00945 2 81 85,83 3,04393 3,31342 0,26949 0,05614 3 69 75,17 2,46967 2,74796 0,27829 0,05797 4 86 86,25 3,32331 3,33790 0,01459 0,00304 Komputer 5 73 78,17 2,64600 2,89626 0,25026 0,05214 Posisi 6 87 87,58 3,38202 3,41650 0,03448 0,00718 Monitor 7 81 85,42 3,04393 3,28970 0,24577 0,05120 A 8 85 85,42 3,26555 3,28970 0,02415 0,00503 9 75 78,50 2,73981 2,91308 0,17327 0,03610 10 75 78,50 2,73981 2,91308 0,17327 0,03610 11 81 82,25 3,04393 3,27990 0,23597 0,04916 12 75 79,75 2,73981 2,97777 0,23796 0,04975 Rata-rata 0,16524 0,03442 1 87 90,42 3,38202 3,58992 0,20790 0,04331 2 88 91,05 3,44167 3,64204 0,20037 0,04174 3 83 85,83 3,15286 3,31342 0,16056 0,03345 4 90 93,17 3,56381 3,76510 0,20129 0,04194 Komputer 5 86 88,75 3,32332 3,48702 0,16370 0,03410 Posisi 6 90 92,50 3,56381 3,72176 0,15795 0,03291 Monitor 7 81 86,25 3,04394 3,33790 0,29396 0,06124 B 8 83 86,08 3,15286 3,32797 0,17511 0,03648 9 90 93,42 3,56381 3,78138 0,21757 0,04533 10 85 87,83 3,26556 3,43146 0,16590 0,03456 11 80 85,00 2,99090 3,26555 0,27465 0,05722 12 84 87,33 3,20872 3,40160 0,19288 0,04018 Rata - rata 0,20098 0,04187

Analisis Pengaruh Peralatan Kerja Terhadap Konsumsi Energi Uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh peralatan kerja terhadap konsumsi energi adalah sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh peralatan kerja terhadap konsumsi energi H1 : Ada pengaruh peralatan kerja terhadap konsumsi energi Uji hipotes tersebut dilakukan pada taraf nyata 5 % (0.05). Hasil perhitungan analisis ragam untuk peralatan kerja (posisi monitor) didapatkan nilai f hitung sebesar 0.27475. Nilai ini lebih kecil dari f tabel (4.84). Dapat disimpulkan dengan demikian hipotesis nol (Ho) diterima. Hasil ini menunjukkan tidak ada pengaruh posisi monitor terhadap konsumsi energi. Mengetik menggunakan komputer posisi monitor A 0,16524 kkal per menit atau 0,03442 liter oksigen untuk per menitnya. Sedangkan untuk penggunaan komputer posisi monitor B dibutuhkan energi sebesar 0,20098 kkal per menit atau 0,04187 liter oksigen per menitnya. Menurut Sastrowinoto (1985), konsumsi energi dari orang yang sedang bekerja merupakan faktor utama yang membatasi prestasinya. Konsumsi oksigen juga bisa disepadankan dengan angka pulsa dari denyut jantung. Angka pulsa dapat diketahui dengan memakai instrumen elektronik (digitalpulsemeter). Analisis Pengaruh Asupan Energi Terhadap Konsumsi Energi Selain posisi peralatan kerja, faktor asupan energi pun berpengaruh terhadap konsumsi energi. Kecukupan energi seseorang dapat berpengaruh terhadap prestasi kerja dan produktivitas. Asupan energi merupakan faktor yang penting sebagai pendukung kondisi tubuh untuk melakukan aktivitas bekerja dengan baik. Uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh asupan energi terhadap konsumsi energi adalah sebagai berikut: Ho : Tidak ada pengaruh asupan energi terhadap konsumsi energi H1 : Ada pengaruh asupan energi terhadap konsumsi energi Uji hipotes tersebut dilakukan pada taraf nyata 5 % (0.05). Hasil perhitungan nilai f hitung untuk asupan energi sebesar 0.27440. Angka ini lebih kecil dibandingkan dengan nilai f tabel (2.85). Dapat disimpulkan dengan demikian hipotesis nol (Ho) asupan energi tidak berpengaruh nyata terhadap konsumsi energi. Asupan energi merupakan makanan atau minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia untuk di proses. Salah satu proses yang paling penting di dalam tubuh manusia ialah berubahnya energi kimia dari makanan menjadi panas dan energi menanik. Dengan perantaraan darah, bahan makanan yang berenergi tinggi itu mencapai semua sel tubuh, dan mendapatkan energi dirinya dengan jalan menghancurkan menjadi produk akhir yang berenergi rendah (air, karbondioksida, dan urea). Jadi, asupan energi adalah energi yang disediakan

untuk melakukan suatu pekerjaan. Berdasarkan tabel 5. diatas, besarnya energi yang dikeluarkan oleh tubuh (konsumsi energi) dari setiap operator, nilainya terlihat tidak stabil. KESIMPULAN Hasil faktor posisi monitor tidak berpengaruh terhadap konsumsi energi. Penggunaan komputer posisi monitor A dengan ukuran sudut pandangan mata terhadap monitor 15 0, posisi permukaan monitor terhadap garis penglihatan 90 0, memiliki rata-rata setiap operator membutuhkan energi sebesar 0,16524 kkal per menit atau 237.9456 kkal per hari. Ketika menggunakan komputer posisi monitor B dengan ukuran sudut pandangan mata terhadap monitor 25 0, posisi permukaan monitor terhadap garis penglihatan 120 0, memiliki rata - rata energi yang dibutuhkan jauh lebih besar yaitu 0,20098 kkal per menit atau 289.4112 kkal per hari. Faktor asupan energi ternyata tidak berpengaruh terhadap konsumsi energi. DAFTAR PUSTAKA Anies. 2005. SeriKesehatanUmum:PenyakitAkibatKerja. Penerbit: PT Elex Media Komputindo. Jakarta. Grandjean, E., 1993. FittingtheTasktotheMan, 4 th ed. Taylor & Francis Inc. London. Kroemer, K. H. E, H. B. Kroemer, dan K. E. Kroemer-Elbert. 2001 Ergonomics How to Design For Ease an efficiency, New Jersey: Prentice Hall. Nurmianto, Eko. 1996. ErgonomiKonsepDasardanAplikasinya.1 th ed. Guna Widya. Jakarta. Nurmianto, Eko, 2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya Edisi Pertama, Guna Widya, Surabaya. Pheasant, Stephen. 1991. Ergonomics. Work and Health. Houndmills: Macmillan Press. Sastrowinoto, Suyatno. 1985. Meningkatkan Produktivitas dengan Ergonomi. Jakarta: PT Pustaka Binaman Pressindo. Suma mur PK. 1984. HiginePerusahaandanKesehatanKerja. Cet-4. Gunung Agung. Jakarta. Supariasa, I Dewa Nyoman, Bachyar Bakri dan Ibnu Fajar, 2001. Penilaian StatusGizi,EGC, Jakarta. Sutalaksana, Iftikar et all., 1979. TeknikTataCaraKerja, Bandung: Jurusan Teknik Industri, ITB. Tarwaka, Solichul HA. Bakri, dan Lilik Sudiajeng. 2004. ErgonomiUntuk

Keselamatan, Kesehatan Kerja dan produktivitas. Penerbit UNIBA PRESS. Surakarta. Walpole, Ronald E. 1995. PengantarStatistika,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.