Peran Sumber Energi Terbarukan dalam Penyediaan Energi Listrik dan Penurunan Emisi CO 2 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta

Analisis Skenario Permintaan dan Penyediaan Energi Listrik pada Sistem Interkoneksi Jawa-Madura-Bali 2050

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. menjadi cakupan Provinsi Kalimantan Selatan. Provinsi Kalimantan Tengah

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dan target untuk mendukung pengembangan dan penyebaran teknologi

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP

BAB I PENDAHULUAN. perhatian utama saat ini adalah terus meningkatnya konsumsi energi di Indonesia.

Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Hibrida Berbasis Energi Angin dan Matahari

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK TAHUN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA BARAT & BANTEN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Listrik di Kabupaten Konawe Kepulauan Tahun dengan Menggunakan Perangkat Lunak Leap

Analisis Spasial dari Pola Kebutuhan Listrik di Provinsi Banten: Aplikasi Metodologi Berbasis Sistem Informasi Geografis

Roadmap Energy di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kv, yang membentang sepanjang Pulau Jawa-Bali. Sistem ini merupakan

DIRECTORATE GENERAL OF NEW RENEWABLE AND ENERGY COSERVATION. Presented by DEPUTY DIRECTOR FOR INVESTMENT AND COOPERATION. On OCEAN ENERGY FIELD STUDY

BAB I PENDAHULUAN. bahan bakar fosil sebagai bahan bakar pembangkitannya. meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus-menerus meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Listrik di Kota Pekanbaru Tahun dengan Menggunakan Perangkat Lunak LEAP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Potensi Sumber Daya Energi Fosil [1]

BAB I PENDAHULUAN. Semua kekayaan bumi Indonesia yang dikelola sebagai pengembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pendahuluan. Identifikasi dan Perumusan Masalah. Studi Pustaka. Pengumpulan Data.

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

PERKIRAAN KONSUMSI ENERGI LISTRIK 2013 HINGGA 2030 ACEH TAMIANG

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

Versi 27 Februari 2017

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

BAB I. bergantung pada energi listrik. Sebagaimana telah diketahui untuk memperoleh energi listrik

PROYEKSI KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK APJ PEKALONGAN TAHUN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

AKSES ENERGI DAN PENGEMBANGAN ENERGI TERBARUKAN DI DIY

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia saat ini, dimana hampir semua aktivitas manusia berhubungan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN DAN BIAYA PEMBANGKITAN LISTRIK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA HIBRIDA DI PULAU SEBESI LAMPUNG SELATAN

oleh Igib Prasetyaningsari, S.T.

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

ANALISIS PEMBANGKIT LISTRIK HIBRIDA (PLH), DIESEL DAN ENERGI TERBARUKAN DI PULAU MANDANGIN, SAMPANG, MADURA MENGGUNAKAN SOFTWARE HOMER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang pada dasarnya merupakan suatu perkiraan terhadap demand dan supply

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografi Provinsi Jawa Tengah (Statistik Daerah

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

1. BAB I PENDAHULUAN

2015, No Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5530); 3. Peraturan Pemerintah Nomor tentang Kebijakan Energi Nasi

NASKAH PUBLIKASI DESAIN SISTEM PARALEL ENERGI LISTRIK ANTARA SEL SURYA DAN PLN UNTUK KEBUTUHAN PENERANGAN RUMAH TANGGA

Studi Perencanaan Pembangkit Listrik Hibrida di Pulau Panjang Menggunakan Software HOMER

PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013

PENGGUNAAN TEKNOLOGI MPPT (MAXIMUM POWER POINT TRACKER) PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLTB)

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan maupun pengembangan suatu wilayah. Besarnya peranan tersebut mengharuskan

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi pada hakekatnya bertujuan untuk

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

renewable energy and technology solutions

DI INDONESIA RM. SOEDJONO RESPATI MASYARAKAT ENERGI TERBARUKAN INDONESIA.(METI) JULI 2008

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

Indonesia Water Learning Week

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PENGEMBANGAN MODEL INDONESIA 2050 PATHWAY CALCULATOR (I2050PC) SISI PENYEDIAAN DAN PERMINTAAN ENERGI BARU TERBARUKAN. Nurcahyanto

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

STUDI ALIRAN DAYA PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV YANG TERINTERKONEKSI DENGAN DISTRIBUTED GENERATION (STUDI KASUS: PENYULANG PM.6 GI PEMATANG SIANTAR)

KONTRIBUSI PLTN DALAM MENGURANGI EMISI GAS CO2 PADA STUDI OPTIMASI PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN LISTRIK SUMATERA

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN LISTRIK

III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan

Transkripsi:

JURNAL ILMIAH SEMESTA TEKNIKA Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 155 Peran Sumber Energi Terbarukan dalam Penyediaan Energi Listrik dan Penurunan Emisi CO 2 di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (The Role of Renewable Energy Sources in Electrical Energy Supply and CO 2 Emission Reduction in Yogyakarta Province) RAHMAT ADIPRASETYA AL HASIBI ABSTRACT Electrical energy modelling involving renewable energy was produce using LEAP software. The model is based on electrical energy demand, renewable energy potential, and development planning in Yogyakarta Province. Renewable energy sources that have been simulated in this model are solar energy, wind energy, and micro hydro energy. The model describes the role of renewable energy in producing electrical energy to supply electrical energy demand in Yogyakarta Province. Furthermore, the role of renewable energy in CO 2 emission reduction has also been simulated by the model. By optimal development, renewble energy gives 11,86 % share of electrictiy demand and reduce CO 2 emission by 11,62%. Keywords: energy model, renewable energy, CO 2 emission, LEAP software PENDAHULUAN Meningkatnya kebutuhan energi dan semakin tingginya perhatian publik terhadap perlindungan lingkungan mengarahkan pada pembangkitan energi listrik dengan green technology. Teknologi photovoltaic (PV) merupakan teknologi yang dapat langsung digunakan untuk mengubah energi matahari langsung menjadi energi listrik. Teknologi PV memiliki emisi CO 2 yang rendah dan struktur modular yang fleksibel (Moorthy et al, 2008). Teknologi pembangkitan energi listrik lainnya dengan emisi CO 2 yang rendah adalah teknologi micro hydro dan teknologi turbin angin. Emisi CO 2 yang dihasilkan dari kedua teknologi ini adalah 15 x 10-6 tco 2 /kwh dan 21 x 10-6 tco 2 /kwh (Lenzen, 2008). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi tanpa sumber energi listrik dengan sistem pembangkit listrik konvensional. Di Provinsi DIY tidak ada pembangkit listrik skala kecil, menengah dan besar yang digunakan untuk penyediaan kebutuhan energi listrik. Kebutuhan energi listrik di DIY disuplai dari luar provinsi, yaitu dari pembangkitpembangkit listrik yang berada di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur melalui sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali (JAMALI). Di lain pihak, Provinsi DIY memiliki potensi sumber-sumber energi terbarukan yang dapat dioptimalkan dalam penyediaan energi listrik. Potensi-potensi sumber energi terbarukan yang ada di Provinsi DIY antara lain adalah radiasi matahari, energi angin, dan Micro Hydro Power Plant (MHPP). Potensi radiasi matahari di Provinsi DIY adalah 4,8 kwh/m 2 /hari. Kecepatan angin yang ada di sepanjang pantai Provinsi DIY adalah 4 s.d. 5 m/detik. Potensi keseluruhan MHPP yang ada di Provinsi DIY adalah 1.188,6 kw (Anonimus, 2008). Sebuah model skenario pengembangan energi terbarukan sebagai penyediaan energi listrik dikembangkan dalam studi ini dengan menggunakan perangkat lunak Longe-range Energy Alternative Planning (LEAP). Dengan menggunakan LEAP, potensi energi terbarukan yang ada disimulasikan sebagai energi primer yang digunakan dalam pembangkitan energi listik di Provinsi DIY. Kontribusi energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik dan perannya dalam menekan pertumbuhan emisi CO2 dijabarkan secara detail dari hasil simulasi LEAP.

156 R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 PROFIL PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK Berdasarkan data yang diperoleh dari statistik PLN tahun 2008, jumlah pelanggan listrik berdasarkan kelompok pelanggan dapat dilihat pada Gambar 1. Dari Gambar 1 terlihat bahwa pelanggan listrik di Provinsi DIY sangat didominasi oleh pelanggan dari kelompok rumah tangga, yaitu sebanyak 717.270 pelanggan. Pelanggan dari kelompok bisnis dan sosial berturut-turut adalah sebanyak 28.844 dan 18.941 pelanggan. Sektor publik memiliki jumlah pelanggan sebanyak 4.778. Kelompok pelanggan industri merupakan kelompok pelanggan dengan jumlah pelanggan paling sedikit, yaitu sebanyak 460 pelanggan (Anonimus, 2009). Jumlah keluruhan daya tersambung di Provinsi DIY tahun 2008 adalah sebesar 882,48 MVA. Daya tersambung untuk masing-masing kelompok pelanggan diperlihatkan pada Gambar Daya tersambung kelompok rumah tangga adalah sebesar 541,10 MVA, diikuti oleh kelompok bisnis, kelompok industri dan sosial berturut-turut adalah sebesar 167,57 MVA, 85,00 MVA dan 50,80 MVA (Anonimus, 2009). Penggunaan energi listrik untuk setiap kelompok pelanggan diperlihatkan pada Gambar 3. Kelompok rumah tangga merupakan kelompok pelanggan dengan penggunaan energi listrik terbesar di tahun 2008, yaitu sebesar 867,15 GWh. Kelompok bisnis dan industri menggunakan energi listrik pada tahun yang sama berturut-turut sebesar 333,75 GWh dan 193,21 GWh. Kelompok pelanggan sosial hanya menggunakan energi listrik sebesar 100,74 GWh di tahun 2008, sedangkan penggunaan energi listrik sektor publik sebesar 83,61 GWh (Anonimus, 2009). GAMBAR 1. Jumlah pelanggan listrik berdasarkan kelompok pelanggan di Provinsi DIY tahun 2008 GAMBAR Jumlah daya tersambung berdasarkan kelompok pelanggan di Provinsi DIY tahun 2008

R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 157 GAMBAR 3. Jumlah energi yang terjual berdasarkan kelompok pelanggan di Provinsi DIY tahun 2008 KEADAAN DEMOGRAFI DAN EKONOMI Dinamika sektor energi dalam hal accessibility, ketersediaan, dan acceptability dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya. Sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan penggerak sektor energi yang memiliki tiga komponen penting, yaitu kecederungan demografi, kapasitas institusional, dan teknologi (Anonimus, 2003). Dalam studi yang dilakukan, parameter penggerak sektor energi di Provinsi DIY adalah pertumbuhan penduduk. Parameter yang mewakili keadaan demografi adalah jumlah rumah tangga, sedangkan pertumbuhan ekonomi merupakan parameter yang mewaili keadaan perekonomian. Keadaan Demografi Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) Provinsi DIY, jumlah penduduk di tahun 2008 adalah sebesar 3.468.502 orang dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,00 %. Pertumbuhan penduduk di tahun 2008 relatif lebih rendah jika dibanding dengan pertumbuhan penduduk di tahun 2007, yaitu sebesar 1,37 %. Jumlah penduduk untuk masing-masing kabupaten dan kota di Provinsi DIY dapat dilihat pada Tabel 1 (Anonimus, 2009). Untuk menghasilkan model energi listrik yang lebih rinci, penduduk di Provinsi DIY dibagi menjadi 4 kelompok pendapatan untuk daerah pedesaan dan pekotaan. Pembagian kelompok bedasarkan pendapatan ini ditentukan berdasarkan Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2008. Jumlah penduduk di setiap kelompok pendapatan dapat dilihat pada Tabel TABEL 1. Jumlah penduduk Provinsi DIY tahun 2008 Kabupaten/Kota Populasi 1. Kulonprogo 374.783 Bantul 909.812 3. Gunungkidul 686.772 4. Sleman 1.040.220 5. Yogyakarta 456.915 Total Provinsi DIY 3.468.502 TABEL Jumlah penduduk berdasarkan kelompok pendapatan di Provinsi DIY tahun 2008 Desa 1. Kelompok Pendapatan Di bawah garis Di bawah 1,5 kali garis Jumlah Penduduk 183.776 341.064 3. Menengah 471.061 4. 20% teratas 24991 Kota 1. Kelompok Pendapatan Di bawah garis Di bawah 1,5 kali garis Total 1.238.893 Jumlah Penduduk 211.204 283.954 3. Menengah 1.290.877 4. 20% teratas 443.575 Total 229.609

158 R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 Dari Tabel 2 terlihat bahwa kelompok pendapatan menengah merupakan kelompok pendapatan dengan jumlah penduduk tertinggi, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan Ekonomi Pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi di Provinsi DIY yang diwakili oleh indikator Pertumbuhan Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sebesar 5,02 %. Pertumbuhan di tahun 2008 ini lebih tinggi jika dibanding pertumbuhan di tahun 2007 yang mencapai 4,31 %. Sedangkan berdasarkan harga konstan, nilai PDRB di tahun 2008 mencapai Rp. 19.208.936 juta dengan PDRB perkapita mencapai Rp. 5,54 miliar. Nilai PDRB berdasarkan harga konstan untuk masingmasing sektor pengguna energi listrik dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. TABEL 3. Nilai PDRB sektor bisnis Provinsi DIY tahun 2008 Sub-Sektor PDRB (juta rupiah) 1. Hotel dan Penginapan 34329 Perdangan Besar dan Eceran 1.693.640 3. Rumah Makan 1.929.414 4. Jasa Keuangan 1.790.556 5. Jasa Hiburan 79.678 6. Jasa Sosial 443.028 Total 6.278.645 TABEL 4. Nilai PDRB sektor industri Provinsi DIY tahun 2008 Sub-Sektor PDRB (juta rupiah) 1. Makanan 98181 Tekstil 525.873 3. Kayu 34350 4. Kertas 141.035 5. Kimia 121.038 6. Non-logam 12219 7. Permesinan 211.422 8. Lainnya 195.864 Total 641.984 Tabel 3 berisi tentang nilai PDRB untuk sektor bisnis. Di dalam sektor komersial ini terdiri dari 6 sub-sektor. Di dalam struktur PDRB, jasa sosial merupakan bagian dari sektor bisnis. Total nilai PDRB sektor bisnis di tahun 2008 adalah sebesar Rp. 6.278.645 juta. Pada Tabel 4 tampak bahwa sektor industri terdiri dari 8 sub-sektor. Total nilai PDRB sektor industri di tahun 2008 adalah sebesar Rp. 641.984 juta. Sub-sektor makanan sangat mendominasi struktur sektor industri. Subsektor ini berkontribusi sebesar 37,18% dari total nilai PDRB di sektor industri. INTENSITAS PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK Penyusunan model energi dengan LEAP menggunakan metode intensitas energi. Intensitas energi merupakan ukuran penggunaan energi terhadap sektor aktivitas. Nilai intensitas energi dihitung berdasarkan konsumsi energi listrik di setiap sektor (subsektor) dibagi dengan level aktivitas (Heaps, 2009). Untuk sektor rumah tangga, level aktivitas diwakili oleh jumlah penduduk. Dengan demikian intensitas energi listrik di sektor rumah tangga merupakan penggunaan energi listrik per kapita per tahun. Untuk sektor bisnis dan sektor industri, level aktivitas diwakili oleh nilai PDRB. Dengan demikian intensitas energi listrik di sektor bisnis dan sektor industri merupakan penggunaan energi listrik per juta rupiah per tahun. Perhitungan intensitas energi listrik di sektor rumah tangga didasarkan pada hasil SUSENAS tahun 2008. Intensitas energi listrik di sektor industri dihitung berdasarkan hasil Sensus Industri Tahunan tahun 2008, sedangkan intensitas di sektor bisnis dihitung berdasarkan hasil Survey Komersial Nasional yang disesuaikan dengan tingkat penyediaan energi listrik di sektor komersial. Hal ini disebabkan tidak adanya survey di sektor komersial yang dilakukan pada tingkat provinsi. Hasil perhitungan intesitas energi listrik untuk masing-masing sektor dapat dillihat di Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7. SPESIFIKASI DAN ASUMSI-ASUMSI MODEL ENERGI Spesifikasi Model Energi Model energi yang dianalisis menggunakan tahun dasar 2008 dan tahun akhir simulasi di tahun 2025.

R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 159 TABEL 5. Intensitas energi listrik sektor rumah tangga tahun 2008 Desa 1. Kelompok Pendapatan Di bawah garis Di bawah 1,5 kali garis Intensitas energi listrik (MWh/kapita/tahun) 0,0764 0,1140 3. Menengah 0,2070 4. 20% teratas 0,2737 Kota 1. Kelompok Pendapatan Di bawah garis Di bawah 1,5 kali garis Intensitas energi listrik (MWh/kapita/tahun) 0,1880 0,2133 3. Menengah 0,2584 4. 20% teratas 0,4877 TABEL 6. Intensitas energi listrik sektor bisnis tahun 2008 Sub-Sektor Intensitas energi listrik (MWh/juta rupiah/tahun) 1. Hotel & Penginapan 0,2462 Perdangan Besar dan Eceran 0,0554 3. Rumah Makan 0,1268 4. Jasa Keuangan 0,0135 5. Jasa Hiburan 0,6219 6. Jasa Sosial 0,0488 TABEL 7. Intensitas energi listrik sektor industri tahun 2008 Sub-Sektor Intensitas energi listrik (MWh/juta rupiah/tahun) 1. Makanan 0,0277 Tekstil 0,2066 3. Kayu 0,0179 4. Kertas 0,0219 5. Kimia 0,0816 6. Non-logam 0,0734 7. Permesinan 0,1002 8. Lainnya 0,0413 Penentuan dasar didasarkan pada ketersediaan data penggerak sektor energi, yaitu data tentang demografi dan ekonomi di Provinsi DIY, sedangkan tahun akhir simulasi ditentukan berdasarkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang menetapkan akhir tahun simulasi adalah tahun 2025. Proyeksi penggunaan energi listrik dibagi berdasarkan sektor-sektor pengguna energi listrik yang terdiri dari 3 sektor, yaitu rumah tangga, bisnis, dan industri. Sektor sosial dan sektor publik dimasukkan sebagai sub-sektor di dalam sektor bisnis. Hal ini merupakan penyesuaian struktur PDRB terhadap struktur penyediaan energi listrik dari Perusahaan Lisrtik Negara (PLN). Asumsi-Asumsi Model Energi Model energi yang disusun terdiri dari dua buah skenario, yaitu skenario Business as Ususal (BAU) dan skenario Diversifikasi (DIV). Skenario BAU merupakan skenario yang didasarkan pada keadaan yang berlaku di tahun dasar simulasi dari segi pola konsumsi serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan sektor energi. Di dalam skenario DIV, peran energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik diikutsertakan dalam model energi. 1. Variabel penggerak Pertumbuhan penduduk diasumsikan berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan oleh Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pertumbuhan penduduk di Provinsi DIY hasil perhitungan BKKBN dapat dilihat di Tabel 8. TABEL 8. Asumsi pertumbuhan penduduk di Provinsi DIY Interval tahun Pertumbuhan penduduk 1. 2010-2015 0,81% 2015-2020 0,63% 3. 2020-2025 0,44% Pertumbuhan PDRB di akhir tahun simulasi sebesar 6 %. Pertumbuhan PDRB ini didasarkan pada skenario optimis di dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Daerah (RUKD) tahun 2003.

160 R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 Selain paramater penggerak yang berupa pertumbuhan penduduk dan PDRB, rasio elektrifikasi juga merupakan parameter penggerak yang sangat menentukan konsumsi energi listrik. Rasio elektrifikasi diasumsikan mencapai 100 % di tahun 2020 sesuai dengan target PLN. Kontribusi energi terbarukan Skenario pengembangan energi terbarukan diutamakan pada potensi MHPP, energi angin, dan energi radiasi matahari. Berdasarkan roadmap di dalam Rencana Umum Energi Daerah (RUED) Provinsi DIY, pengembangan MHPP akan dimulai pada tahun 2010 secara bertahap dengan target maksimal seluruh potensi yang ada dapat digunakan sebagai MHPP. Potensi energi angin yang potensial untuk dikembangkan adalah potensi energi angin yang terdapat di sepanjang pantai selatan. Potensi energi angin di sepanjang pantai selatan adalah sampai dengan 10 MW dan khusus di pantai Sundak, Srandakan, Baron, dan Samas potensi energi angin dapat mencapai 10 MW 100 MW (Anonimus, 2009). Pengembangan energi radiasi matahari sebagai penyedia energi listrik diarahkan sebagai solar home system (SHS). Penggunaan SHS ditujukan untuk keluarga dengan kelompok pendapatan menengah dan 20 % teratas. Target penggunaan SHS yang ada di dalam RUED di tahun 2010 adalah sebesar 30 % dari pelanggan R2 dan R3 atau sebesar 11,50 MW. Pertumbuhan kapasitas SHS ditargetkan setara dengan pertumbuhan penduduk untuk kedua kelompok pendapatan tersebut, yaitu sebesar 0,69 % di antara tahun 2010-2025 (Anonimus, 2009). 3. Emisi CO 2 Emisi CO 2 yang dihasilkan dari implementasi energi terbarukan sebagai penyedia energi listrik dapat dilihat pada Tabel 9 (Lenzen, 2008). Emisi CO 2 ini merupakan emisi life cycle dari setiap teknologi energi terbarukan sebagai pembangkit listrik. Faktor emisi CO 2 dari proses pembangkitan energi listrik oleh PLN adalah sebesar 0,719 x 10-3 tco 2 /kwh. Faktor emisi ini dihitung berdasarkan jumlah emisi CO 2 yang dihasilkan untuk menghasilkan keseluruhan energi listrik. TABEL 9. Faktor emisi CO 2 berdasarkan sumber energi terbarukan Sumber Energi tco 2 /kwh Energi angin 21,0 10-6 Hydro 15,0 10-6 Radiasi matahari 6,00 10-6 HASIL SIMULASI DAN ANALISIS Hasil simulasi model energi dengan menggunakan LEAP terdiri dari kebutuhan energi listrik, kapasitas pembangkitan dari sumber energi terbarukan, dan dampak lingkungan. Hasil simulasi penggunaan energi listrik dikelompokkan berdasarkan sektor pengguna energi listrik. Peranan sumber energi terbarukan dalam penyediaan listrik dianalisis berdasarkan energi listrik yang dapat dibangkitkan berdasarkan skenario pengembangan kapasitas pembangkitan dengan sumber energi terbarukan. Untuk analisis dampak lingkungan, emisi CO 2 tanpa dan dengan sumber energi terbarukan dibandingkan sehingga dapat diamati perbedaan emisi CO 2 untuk setiap sekenario. Seluruh hasil simulasi dengan LEAP didasarkan pada asumsi-asumsi yang telah dilakukan. Hasil Simulasi Kebutuhan Energi Listrik Setiap Sektor Hasil simulasi kebutuhan energi listrik di Provinsi DIY untuk setiap sektor diperlihatkan pada Gambar 4. Pertumbuhan kebutuhan energi listrik rata-rata per tahun selama periode simulasi adalah sebesar 3,7 %. Dengan pertumbuhan ini, kebutuhan energi listrik di akhir tahun simulasi (2025) adalah sebesar 792,56 GWh. Pertumbuhan kebutuhan energi listrik rata-rata per tahun selama periode simulasi untuk setiap sektor adalah 1,48 % untuk sektor rumah tangga, 5,54 % untuk sektor bisnis dan industri. Sedangkan kebutuhan energi listrik untuk setiap sektor di tahun 2025 adalah sebesar 1.011,42 GWh untuk sektor rumah tangga, 1.298,17 GWh untuk sektor bisnis, dan 482,96 GWh untuk sektor industri. Dari hasil simulasi pada Gambar 4 terlihat bahwa kebutuhan energi listrik di akhir tahun simulasi lebih didominasi oleh sektor bisnis.

R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 161 Hasil Simulasi Pengembangan Energi Terbarukan Kapasitas pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan dan besar energi listrik yang dibangkitkan diilustrasikan pada Gambar 5 dan Gambar 6. Kapasitas dan energi yang dibangkitkan tersebut diperoleh berdasarkan asumsi-asumsi pengembangan energi terbarukan yang telah ditentukan. Dalam skenario diversifikasi, energi terbarukan dengan sumber energi radiasi matahari, energi angin, dan MHPP mulai dikembangkan pada tahun 2010. Di tahun 2010, PLTS yang dikembangkan adalah sebesar 11,50 MW. PLTAngin dan PLTMH dikembangkan berturut-turut sebesar 10 MW dan 0,70 MW. Sebagai hasil asumsi pengembangan PLTS, 12,70 MW PLTS akan dikembangkan di tahun 2025 di sektor sumah tangga di kelompok pendapatan menengah dan 20 % teratas. Pengembangan PLTAngin di tahun 2025 mencapai kapasitas sebesar 30 MW. Pengembangan PLMH di tahun 2025 mencapai 1.8 MW dengan asumsi seluruh potensi kapasitas MHPP di Provinsi DIY dapat dikembangkan. Pada Gambar 6 tampak bahwa pada tahun 2010, total energi listrik yang dihasilkan dari pembangkit dengan sumber energi terbarukan adalah sebesar 194,47 GWh. Sedangkan di tahun 2025, energi listrik yang dihasilkan dari ketiga pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan sebesar 389,82 GWh. Peran sumber energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik di Provinsi DIY diperlihatkan pada Gambar 7. Di dalam Gambar 7 terlihat bahwa sebagian kebutuhan energi listrik dari tahun 2010 sampai tahun 2025 diperoleh dari output pembangkit listrik PLTS, PLTAngin, dan PLTMH. Kontribusi rata-rata dari tahun 2010 2025 dari ketiga jenis pembangkit ini adalah sebesar 11,86 % dari keseluruhan kebutuhan energi listrik pada inverval tahun yang sama. Ribu Megawatt-Hours 2,800 2,700 2,600 2,500 2,400 2,300 2,200 2,100 2,000 1,900 1,800 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 Rumah Tangga Bisnis Industri 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 GAMBAR 4. Hasil simulasi kebutuhan energi listrik tahun 2008 2025 untuk setiap sektor

162 R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 Megawatts 44 42 40 38 36 34 32 30 28 26 24 22 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 PLTS PLTAngin PLTMH 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 GAMBAR 5. Hasil simulasi kapasitas pembangkit listrik dengan sumber energi terbarukan 380 360 Ribu Megawatt-Hours 340 320 300 280 260 240 220 200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 PLTS PLTAngin PLTMH 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 GAMBAR 6. Hasil simulasi energi yang dibangkitkan dengan menggunakan sumber energi terbarukan

R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 163 2,500 2,000 1,500 Domestic Requirements Imports Outputs 1,000 Ribu Megawatt-Hours 500 0-500 -1,000-1,500-2,000-2,500 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 GAMBAR 7. Peran sumber energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik di Provinsi DIY 2500 2000 Ribu Ton CO2 1500 1000 500 Emisi CO2 Tanpa Energi Terbarukan Emisi CO2 Dengan Energi Terbarukan 0 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 GAMBAR 8. Peran sumber energi terbarukan dalam penurunan emisi CO 2 Peran Energi Terbarukan dalam Penurunan Emisi CO 2 Gambar 8 memperlihatkan grafik emisi CO 2 dari aktivitas pembangkitan energi listrik. Dari gambar tersebut terlihat bahwa emisi CO 2 yang dihasilkan oleh PLN untuk membangkitkan energi listrik yang digunakan di Provinsi DIY tanpa peran sumber energi terbarukan lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembangkitan energi listrik dengan melibatkan sumber energi terbarukan. Di tahun 2010, emisi CO 2 yang dihasilkan tanpa keterlibatkan energi terbarukan adalah sebesar 1,155.43 ribu Ton CO 2 dan menjadi 2,007.88 ribu Ton CO 2 di tahun 2025. Dengan dikembangkannya PLTS, PLTAnign, dan PLTMH di tahun 2010, emisi CO 2 yang dihasilkan adalah sebesar 1,018.15 Ribu Ton CO 2 dan menjadi 1,734.02 Ribu Ton CO 2 di tahun 2025. Dalam interval 2010 2025, rata-rata penurunan emisi CO 2 dengan keterlibatan sumber energi terbarukan adalah sebesar 11,62 %. Tanpa keterlibatan energi

164 R. A. Al Hasibi / Semesta Teknika, Vol. 13, 2, 155-164, November 2010 terbarukan, pertumbuhan emisi CO 2 di tahun 2025 mencapai 4,04% per tahun. Dengan keterlibatan energi terbarukan, pertumbuhan emisi CO 2 di tahun 2025 dapat ditekan menjadi 0,85 % per tahun. KESIMPULAN Berdasarkan skenario pengembangan energi terbarukan, peran energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik di Provinsi DIY sangat signifikan. Hal ini diperlihatkan dengan kontribusi energi terbarukan dalam penyediaan energi listrik dapat mencapai 11,86 % dari keseluruhan kebutuhan energi listrik di Provinsi DIY. Kontribusi energi terbarukan dapat ditingkatkan dengan melibatkan jenis energi terbarukan lainnya seperti energi yang berasal dari biomasa dalam bentuk sampah kota maupun limbah pertanian. Selain berkontribusi dalam penyediaan energi listrik, pengembangan energi terbarukan dapat menurunkan jumlah emisi CO 2 yang dihasilkan sebagai akibat aktivitas pembangkitan energi listrik. Dalam skenario pengembangan yang disimulasikan, peran energi terbarukan dalam penurunan emisi CO 2 mencapai 11,62 % dari emisi CO 2 tanpa energi terbarukan. daya mineral Dinas Pekerjaan Umum Provinsi DIY. Heaps, C. (2009). A Deep Carbon Reduction Scenario for China, Stockholm Environmental Institute, Stockholm, Sweden. Lenzen, M. (2008). Life cycle energy and greenhouse gas emissions of nuclearenergy: A review, Energy Conversion and Management. Moorhty, M. K., Kumar, D.V.A., & Reddy, J.N. (2008). Control of Grid Connected PV Cell Distributed Generation Systems, IEEE Region 10 Conferences, 18-21 November 2008, Hyderabad, India. PENULIS: Rahmat Adiprasetya Al Hasibi * Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Jalan Lingkar Selatan, Bantul 55183, Yogyakarta,. * Email: rahmat.alhasibi@gmail.com DAFTAR PUSTAKA Anonimus. (2003). A Report of the World Energy Council: Drivers of the Energy Scene, World Energy Council, London, UK. Anonimus. (2008). Regional Energy Outlook of Yogyakarta Province, CAREPI Project, Universitas Muhammdiyah Yogyakarta & Energy research Center of the Netherlands. Anonimus. (2009). Statistik Ketenagalistrikan dan Energi Tahun 2008, Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral. Anonimus. (2009). Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam angka 2009, Biro Pusat Statistik Provinsi DIY. Anonimus. (2009). Rencana Umum Energi Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Bagian energi dan sumber