122 Peningkatan Kemampuan Menetapkan KKM dengan Diskusi Kelompok Kecil Bagi Guru Matematika SMKN 1, SMKN 4, SMK PGRI 2 Kota Jambi

dokumen-dokumen yang mirip
10 Media Bina Ilmiah ISSN No

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V DENGAN MODEL GUIDED TEACHING DI SD NEGERI 23 TAMPUNIK PESISIR SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN MODEL ACTIVE LEARNING PERMAINAN CARD SORT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SDN 05 METRO SELATAN

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 1 PURWOSARI

KriteriaKetuntasan Minimal

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Shinta Agustina Siregar & Sukanti 1-13

ISSN No Media Bina Ilmiah 55

PENGGUNAAN METODE ROLE PLAYING DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS DI KELAS V SD

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR MERAKIT PERSONAL KOMPUTER MENGGUNAKAN STRUCTURED DYADIC METHODS (SDM)

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN FIRING LINE UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR

Kriteria Ketuntasan Minimal

Kriteria Ketuntasan Minimal

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN GUIDED DISCOVERY LEARNING SISWA KELAS XE SMA NEGERI1 TANJUNGSARI, GUNUNG KIDUL TAHUN AJARAN 2012/2013

STRATEGI ACTIVE KNOWLEDGE SHARING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh DIAH NURAINI MUNCARNO DARSONO

64 Media Bina Ilmiah ISSN No

Kriteria Ketuntasan Minimal

PENERAPAN MODEL MASTERY LEARNING BERBANTUAN LKPD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK DI KELAS VIII.3 SMP NEGERI 4 KOTA BENGKULU

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI METODE BRAINSTORMING JURNAL OLEH SEPTI WULANDARI SUGIYANTO SYAIFUDDIN LATIF

PENGGUNAAN POHON FAKTOR PADA MATERI KELIPATAN PERSEKUTUAN TERKECIL DAN FAKTOR PERSEKUTUAN TERBESAR UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BLENDED LEARNING

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

BAB III METODE PENELITIAN

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DRILL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Guru Sekolah Dasar

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X SMK PGRI 2 SIDOARJO MELALUI PENDEKATAN OPEN ENDED

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

Dita Tria Putri, Made Sukaryawan, Bety Lesmini Universitas Sriwijaya

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

IMPLEMENTATION PROBLEM SOLVING LEARNING METHOD TO INCREASE STUDY RESULT OF IPS IV CLASS STUDENTS IN SDN 163 PEKANBARU

PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DENGAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN 6 PANJER TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah

Kriteria Ketuntasan Minimal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penulis 1: Dwi Yanu Mardi S. Penulis 2: Sri Palupi, M.Pd

Keywords: cooperative learning, Two Stay Two Stray, learning outcomes.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang difokuskan

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

PENGGUNAAN MEDIA BENDA MANIPULATIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGGUNAAN METODE COMPLETE SENTENCE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Suhartini & Sukanti 1-11

BAB III METODELOGI PENELITIAN

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE KATA LEMBAGA SISWA KELAS I SD KARANGGAYAM ARTIKEL JURNAL

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA SD KELAS III

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VB MELALUI PENDEKATAN PAILKEM DI SDN 29 GANTING UTARA KOTA PADANG

BAB III METODE PENELITIAN

Rusmartini Guru SDN 2 Nambahrejo

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Key Word : Students Math Achievement, Realistic Mathematics Education, Cooperative Learning Model of STAD, Classroom Action Research.

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP LEMBAGA PEMERINTAHAN PUSAT MELALUI MODEL SCRAMBLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA DI SMP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD N 16 PADANG BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN

BAB III METODE PENELITIAN

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MENGGUNAKAN HANDOUT TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS X 2 SMA NEGERI 1 TANAH MERAH

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LSQ UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR AKUNTANSI SISWA SMA

Rahmawati et al., Metode Problem Solving...

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DI SEKOLAH DASAR

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR NOTASI MUSIK MENGGUNAKAN APLIKASI ENCORE DI SMA NEGERI 7 PURWOREJO

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DALAM POKOK BAHASAN PARTIKEL MATERI MELALUI MEDIA POWERPOINT

PENERAPAN MODEL MIND MAP DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJARAN IPS TEMA SEJARAH PERADABAN INDONESIA PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 1 SRUWENG

PENGGUNAAN MODEL OPEN ENDED LEARNING

LINDA ROSETA RISTIYANI K

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XI, No. 2, Tahun 2013 Annisa Rahmawati & Isroah 91-98

PENINGKATAN PENGUASAAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI GURU MATEMATIKA MELALUI PERAN PENDAMPINGAN PENGAWAS

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL KOOPERATIF TIPE TGT DI KELAS IV SDN PARAKSARI ARTIKEL JURNAL

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR FAKTOR DAN KELIPATAN BILANGAN MELALUI METODE CTL

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALISATION

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS IV MELALUI MODEL THINK PAIR AND SHARE

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN STRATEGI INFORMATION SEARCH

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

Mardiana Jamil Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 3 Meulaboh Diterima 14 Oktober 2017/Disetujui 15 November 2017

BAB III METODE PENELITIAN

PENINGKATAN HASIL BELAJAR TEMATIK MODE PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS II SD NEGERI TEBING TINGGI

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR TEKNOLOGI PENGUKURAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

Akbar et al., Peningkatan Minat dan Hasil Belajar...

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. XII, No. 1, Tahun 2014 Dicky Pradana 14-24

Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI INFORMATION SEARCH

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN MODEL BAMBOO DANCING DI SEKOLAH DASAR

Transkripsi:

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENETAPKAN KKM DENGAN DISKUSI KELOMPOK KECIL BAGI GURU MATEMATIKA SMKN 1, SMKN 4, SMK PGRI 2 KOTA JAMBI Yendarman 1 Abstract The study aims to reveal increase in the ability to determine KKM with small group discussion for Teachers of mathematics SMKN 1, SMKN 4, SMK PGRI 2 Jambi city. This study tested the hypothesis by using a small group discussion to improve the ability of teachers in the subjects of mathematics sets of minimal completeness criteria (KKM). This research conducted action research in the format of school, this action conducted in two circles such as: action planning, implementation of act, observation, evaluation and reflection. The method used is a small group discussion. The result of research first action that known the teachers ability to set up the mark of KKM improved in pretest 53.8 to 79 or 49% increasing. The result of second action showed the significant mark is average 93% to 94%. This research reveals that hypothesis is accepted. This implies that in order to improve the ability of teacher to set up KKM in SMK by using small discussion is sought. keyword: Small-Group Discussion PENDAHULUAN Sekolah sebagai institusi pendidikan mengemban tugas untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional tersebut pemerintah telah melakukan beberapa upaya yaitu meningkatkan profesionalisme guru, sarana prasarana, pembiayaan pendidikan dan penyempurnaan kurikulum sekolah Kurikulum sangat besar peranannya bagi guru dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Karena kurikulum berfungsi sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Kurikulum merupakan pedoman dalam mengatur proses belajar mengajar dan pedoman untuk mengadakan evaluasi belajar siswa. Oleh karena itu maka sekolah harus bisa menyusun kurikulum sendiri dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan, kebutuhan pembangunan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. Kurikulum ini disebut dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena itu dibutuhkan guru-guru yang professional. Guru yang professional adalah guru yang memiliki kompetensi pengetahuan keguruan, sikap serta keterampilan mengajar dan mendidik peserta didik secara berkualitas dalam menjalankan tugas serta kewajiban profesinya sebagai guru memiliki motivasi tinggi, kreatif inovatif sehingga dapat selalu mengembangkan perangkat mengajar seperti mengembangkan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan perangkat penilaian seperti menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM). 1 Pengawas SMK Diknas Kota Jambi 122

Standar penilaian pendidikan mewajibkan guru untuk menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan memperhatikan karakteristik peserta didik, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi satuan pendidikan. (Permendiknas no. 20 tahun 2007). Menentukan KKM setiap mata pelajaran merupakan tahapan awal pelaksanaan penilaian hasil belajar sebagai bagian dari langkah pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum berbasis kompetensi yang menggunakan acuan kriteria dalam penilaian, mengharuskan guru mampu menetapkan KKM per mata pelajaran dengan analisis dan memperhatikan mekanisme, dengan mempertimbangkan kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas dan sumberdaya pendukung. Berdasarkan hasil supervisi akademik yang dilaksanakan Peneliti pada periode tahun ajaran sebelumnya yaitu tahun 2013-2014 khususnya pemantauan dan penilaian dalam menetapkan KKM di 15 sekolah binaan ditemukan 3 sekolah mendapatkan nilai rata-rata 83.3 dengan kategori baik, 2 sekolah dengan nilai rata-rata 74.6 kategori cukup, dan 10 sekolah dengan nilairata-rata 53.2 kategori kurang. Dari 10 sekolah yang mendapat nilai kategori kurang tersebut ditemukan bahwa mereka menetapkan KKM dilakukan dengan cara perkiraan saja tanpa melalui prosedur yang benar`. Hal ini disebabkan karena masih rendahnya kemampuan guru dalam menetapkan KKM. Berdasarkan kenyataan diatas, maka diperlukan usaha-usaha untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan KKM khususnya untuk 10 sekolah binaan yang nilainya masih dalam kategori kurang. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian ini Peningkatan kemampuan menetapkan KKM dengan diskusi kelompok kecil bagi guru matematika pada SMKN 1, SMKN 4, SMK PGRI 2 kota Jambi Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penelitian ini dapat dirumuskan : Apakah diskusi kelompok kecil dapat meningkatkan kemampuan menetapkan KKM bagi guru Matematika pada SMKN 1, SMKN 4, SMK PGRI 2 kota Jambi. Pengertian KKM KKM merupakan singkatan dari kriteria ketuntasan minimal yaitu kriteria paling rendah untuk menyatakan peserta didik mencapai ketuntasan. KKM harus ditetapkan diawal tahun ajaran oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa satuan pendidikan yang memiliki karakteristik yang hampir sama. Pertimbangan pendidik atau forum MGMP secara akademis menjadi pertimbangan utama menetapkan KKM. Kriteria ketuntasan minimal menjadi acuan bersama guru, peserta didik, dan orang tua peserta didik. Kriteria ketuntasan minimal harus dicantumkan dalam laporan hasil belajar (LBH) sebagai acuan dalam menyikapi hasil belajar peserta didik (Depdiknas, 2008) Fungsi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Adapun fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal adalah : (1) Sebagai acuan bagi guru dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. (2) Sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang harus dicapai dan 123

dikuasai oleh peserta didik. (3) Dapat digunakan sebagai bagian dari komponen dalam melakukan evaluasi program pembelajaran yang dilaksanakan disekolah. (4) Merupakan kontrak pendagogik antara guru dengan peserta didik dan antara satuan pendidikan dengan masyarakat. Keberhasilan pencapaian KKM merupakan upaya yang harus dilakukan bersama antara pendidik, peserta didik, pimpinan satuan pendidikan dan orang tua. (5) Merupakan target satuan pendidikan dalam pencapaian kompetensi setiap mata pelajaran. Satuan pendidikan harus berupaya semaksimal mungkin untuk melampui KKM yang ditetapkan. Penentuan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penentuan kriteria ketuntasan minimal adalah: (1) Tingkat kompleksitas, kesulitan/kerumitan setiap indikator kompetensi dasar, dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. (2) Kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah. (3) Tingkat kemampuan (intake) rata-rata peserta didik di sekolah tersebut. Menetapkan intake di kelas X didasarkan pada hasil seleksi pada saat penerimaan peserta didikbaru, Nilai Ujian Nasional(USBN), rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes; sedangkan menetapkanintake di kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas sebelumnya. Pengertian Metode diskusi Kelompok Metode Diskusi adalah metode pembelajaran yang menghadapkan guru pada satu permasalahan. Tujuan utama metode ini adalah untuk memecahkan suatu permasalahan. Menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan guru, serta untuk membuat suatu keputusan (Killen, 1998). Oleh karena itu, diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan keputusan tertentu secara bersamasama. Diskusi kelompok adalah metode pembelajaran yang mengkombinasikan metode diskusi sebagai metode utama dengan metode lainnya seperti ceramah, demontrasi dan penugasan untuk mengaktifkan guru yang diarahkan pada pencapaian kompetensi. Pengertian Diskusi Kelompok Kecil Diskusi kelompok kecil dilakukan dengan membagi guru dalam kelompok dengan jumlah sitiap anggota 2 4 orang dan jumlah kelompok minimal 2 kelompok. Pelaksanannya dimulai dengan pengawas menyajikan permasalahan secara umum, kemudian masalah tersebut dibagibagi kedalam sub masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok kecil. Selesai diskusi dalam kelompok kecil, ketua kelompok menyajikan hasil diskusinya. Metodologi Penelitian Tindakan Penelitian tindakan ini dilakukan pada minggu pertama Agustus hingga minggu ke empat November 2014. Tempat penelitian di SMKN 1, SMKN 4, SMK PGRI 2 kota Jambi. Subjek penelitian ini berjumlah16 Orang guru matematika yang terdiri dari 5orang guru matematika SMKN 1, 7 orang guru matematika SMKN 4, dan 4 orang guru matematika SMK PGRI 2 kota Jambi. Teknik pengumpulan data secara umum ada dua jenis yang dapat digunakan. Teknik tersebut 124

adalah teknik tes dan non tes. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Secara operational pengertian tes menurut Joni (dalam Suhadi, 1993:90) dapat didefenisikan sebagai sejumlah tugas yang harus dikerjakan oleh yang dites. Teknik tes ditinjau dari bentuknya dibedakan atas teknik tes subjektif dan teknik tes objektif. Sedangkan jika ditinjau dari bentuknya pelaksanaannya, teknik tes dibedakan atas teknik tes secara lisan dan tulis (dalam Suhadi, 1993:90). Dalam kaitannya dengan penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes objektif dan tes Subjektif. Tes objektif berupa soal pilihan ganda yang dikerjakan oleh guru. Tes objektif ini bertujuan untuk mengukur pengetahuan guru secara teoritis dalam menetapkan nilai Kriteria Ketuntasan minimal (KKM). Sedangkan tes Subjektif Nurkanca dan Suhartana (1968:25) menyatakan bahwa tes merupakan suatu cara yang berbentuk tugas atau serangkaian tugas yang harus diselesaikan oleh guru yang bersangkutan. Dalam penelitian ini guru sebagai subjek yang dites, dan data yang dikumpulkan berupa hasil tes kemampuan praktek menetapkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran matematika. Pengolahan data menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Data yang didapat berupa angkaangka diolah dengan teknik persentase. Dari data yang berupa angka kemudian dideskripsikan (analisis kualitatif). Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan terbagi dalam bentuk siklus kegiatan mengacu pada model yang diadopsi dari Hopkins (1993;48), dimana setiap siklus terdiri atas empat kegiatan pokok adalah kegiatan: perencanaan tindakan pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Empat kegiatan ini berlangsung secara simultan yang urutannya dapat mengalami modifikasi. Desain Penelitian Tindakan Sekolah mengikuti desain model Lewin yang ditafsirkan oleh Kemmis (Rochiati Wiraatmadja): Refleksi Awal Observasi, Refleksi, dan evaluasi I Observasi, Refleksi, dan Evaluasi II Perencanaan tindakan I Pelaksanaan tindakan I Perencanaan tindakan II Pelaksanaan tindakan II Solusi, Temuan Dan Kesimpulan Indikator keberhasilan guru peserta diskusi adalah mencapai skor rata-rata minimal 90 dengan kategori (Amat baik). Standar kompetensi guru yang ditetapkan oleh Depdiknas seperti tabel berikut: Kategori Rentang Nilai A 90-100 Predikat Amat Baik B 76 89 Baik C 55-75 Cukup D 0-54 Kurang 125

HASIL PENEITIAN Setelah Peneliti melakukan pelaksanaan Tindakan Sekolah dari bulan September sampai bulan oktober 2014 dengan kegiatan Pretest, kegiatan siklus I dan kegiatan siklus II, maka hasilnya dapat diuraikan yaitu hasil indentifikasi kesulitan guru dalam menetapkan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal mata pelajran matematika dilakukan dengan cara melaksanakan Pretes. Materi yang diujikan pre test adalah tentang teori dalam menetapkan nilai KKM mata pelajaran matematika. Hasil pre tes menunjukkan bahwa kemampuan guru menetapkan KKM secara teori masih rendah dengan nilai nilai tertingi 70 dan nilai terendah 35 dan nilai rata-rata 53.8 (kategori kurang). Perencanaan tindakan I Rencana tindakan I difokuskan untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada refleksi awal. Pada tahap reflesi awal ditemukan bahwa masih rendahnya kemampuan guru dalam menetapkan KKM dengan nilai rata-rata 53.8 (kategori kurang). Bertitik tolak dari masalah di atas, maka Peneliti membuat rencana Kegiatan tindakan I sebagai berikut; (1) Peneliti menyiapkan formatdalam bentuk aplikasi microsoft exel untuk mempermudah proses perhitungan dalam menetapkan KKM mata pelajaran. (2) Peneliti menyiapakan modul teori dan Praktek menetapkan nilai KKM. (3) Peneliti menetapkan teknik diskusi untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan nilai KKM baik secara teori maupun praktek. (4) Peneliti menyiapkan Instrumen untuk mengetahui nilai teori dan praktek dalam menetapkan nilai KKM yang dibuat oleh guru. (5) Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan penulis meminta pada guru agar menyiapkan soft copy SK, KD dan Indikator matematika kelas X. (6) Peneliti juga meminta guru menyiapkan nilai rapor matematika siswa kelas IX (nilai rapor SMP) untuk dijadikan nilai intake pada proses menetapkan KKM. Proses Pelaksanaan Tindakan I Proses pelaksanaan tindakan I dilaksanakan satu kali pertemuan yang berlangsung selama 180 menit. Kegiatan tindakan dimulai dengan membagikan modul kepada setiap anggota dari kelompok diskusi dan setiap kelompok diskusi terdiri dari 2 s.d. 4 orang.materi yang terdapat pada modul tersebut berisikan tentang teori dan contoh menetapkan nilai KKM.Adapun langkah kegiatan yang akan dilakukan guru adalah sbb: (1) Semua peserta diskusi membaca dan memahami isi modul dengan cara berdiskusi sesuai dengan kelompok masing-masing. (2) Mengcopy paste SK,KD dan indikator dari file yang telah disiapkan guru kedalam format yang disediakan oleh peneliti. (3) Memasukan nilai Intake yang didapat dari nilai rata-rata rapor matematika siswa kelas IX (rapor SMP). (4) Mendiskusikan dan menetapkan nilai Kompleksitas atau tingkat kesulitan/ kerumitan pada indicator-indikator yang ada pada setiap SK dan KD. (5) Mendiskusikan dan menetapkan nilai sumber daya pendukung pada indicator-indikator yang ada pada setiap SK dan KD. (6) Peneliti melaksanakan evaluasi hasil diskusi menetapkan KKM baik secara teori maupun praktek dengan menggunakan instrument yang sudah disiapkan. Hasil Penelitian Tindakan I Hasil penelitian tindakan I adalah hasil test teori dan praktek menetapkan nilai KKM pelajaran matematika. Dengan metode diskusi kelompok kecil didapat peningkatan 126

kemampuan guru menetapkan KKM. Hasil Kemampuan guru menetapkan KKM siklus I adalah ; (1) Nilai rata-rata teori menetapkan KKM sebesar 75,6 (kategori cukup), (2) Nilai rata-rata untuk praktek menetapkan KKM 82,3 (kategori baik), (3) Nilai rata-rata gabungan antara nilai teori dan praktek dari 16 subjek adalah 79 (Kategori baik). Refleksi tindakan I Hasil obeservasi dan evaluasi pada siklus I didapat refleksi sebagai berikut; (1) Tindakan I dianggap belum berhasil, karena guru belum mencapai standar kompetensi yang diharapakan yaitu skor minimal teori dan praktek adalah 90. (2) Masih rendahnya nilai rata-rata untuk teori yang nilainya sebesar 75,6 berdasarkan hasil observasi dan wawancara disebabkan karena terbatasnya waktu bagi guru untuk memahami teori KKM yang ada pada modul.skor nilai rata-rata praktek menetapkan KKM sebesar 82,3 yang belum mencapai skor minimal 90. Rata-ratagabungan nilai teori dan praktek pada siklus satu ini adalah sebesar 79 (kategori baik). Kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam praktek menetapkan KKM adalah menentukan nilai kompleksitas untuk beberapa indicator dan juga terjadi kekeliruan dalam menentukan nilai intake.semestinya nilai intake harus sama untuk semua indicator. Tetapi yang dilakukan oleh nilai intake berbeda-beda untuk semua indicator.disamping itu diskusi berlangsung hanya pada kelompok masing-masing saja.belum terlaksananya diskusi antar kelompok.hal ini tentu berpengaruh terhadap hasil yang dicapai. Untuk mengatasi masalah rendahnya nilai teori penetapan KKM dapat diatasi dengan mempelajari lagi modul secara mandiri oleh guru menjelang masuk tindakan siklus ke II. Sementara untuk mengatasi kesulitan dalam menentukan nilai kompleksitas terhadap beberapa indicator dan juga kesalahan dalam menentukan nilai intake akan diatasi dengan lebih memaksimalkan lagi pada kegiatan diskusi di siklus ke II. Perencanaan Tindakan II Mengacu pada masalah dan faktor-faktor penyebab timbulnya masalah yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan I, maka peneliti merencanakan untuk pelaksanaan tindakan II ini adalah sebagi berikut: (1) Peneliti menyiapkan Instrumen untuk mengetahui nilai teori dan praktek dalam menetapkan nilai KKM yang dibuat oleh guru. (2) Sebelum pelaksanaan penelitian tindakan penulis meminta pada guru agar menyiapkan soft copy SK, KD dan Indikator matematika kelas XI. (3) Peneliti juga meminta guru menyiapkan nilai rapor matematika siswa kelasx untuk dijadikan nilai intake pada proses menetapkan KKM. Pelaksanaan Tindakan II Proses pelaksanaan tindakan II dilaksanakan satu kali pertemuan yang berlangsung selama 180 menit. Adapun langkah kegiatan yang akan dilakukan guru adalah sbb: (1) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya dan menyampaikan masalah dan cara mengatasi masalah yang ditemukan pada waktu pelaksnaa siklus I. (2) Kelompok lainnya memberikan tanggapan atau saran kepada kelompok diskusi yang telah tampil. (3) Peseta diskusi melanjutkan tugas berikutnya yaitu menetapkan KKM Matematika kelas XI. (4) Mengcopy paste SK,KD dan indikator dari file yang telah disiapkan guru kedalam format yang 127

disediakan oleh peneliti. (5) Memasukan nilai Intake yang didapat dari nilai rata-rata rapor matematika siswa kelas X. (6) Mendiskusikan dan menetapkan nilai Kompleksitas atau tingkat kesulitan/ kerumitan pada indikator-indikator yang ada pada setiap SK dan KD. (7) Mendiskusikan dan menetapkan nilai sumber daya pendukung pada indicator-indikator yang ada pada setiap SK dan KD. (8) Setelah kegiatan menetapkan KKM selesai, Peneliti melaksanakan evaluasi hasil diskusi menetapkan KKM baik secara teori maupun praktek dengan menggunakan instrument yang sudah disiapkan. Hasil penelitian Tindakan II Berdasarkan hasil test teori dan praktek yang dilaksanakan pada siklus ke II, didapatkan bahwa kemampuan guru dalam menetapkan nilai KKM meningkat secara signifikan. Peningkat hasil kemampuan guru dapat diketahui dari hasil tes teori dan praktek yang dapat dilihat pada tabel 1, yaitu nilai rata-rata teori sebesar 92.5 ( kategori Amat baik). dan nilai rata-rata untuk praktek sebesar 94.4.( kategori Amat baik). Apabila nilai teori dan praktek digabung maka didapat hasil sebesar 93,4( kategori Amat baik). Pembahasan Sub bab ini merupakan pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Pemabahasan difokuskan mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil penigkatan kemampuan guru dalam menetapkan KKM mata pelajaran matematika. Dari hasil supervsi periode tahun sebelumnya yaitu tahun ajaran 2013-2014 ditemukan nilai guru menetapkan KKM di 3 sekolah yang menjadi subjek penelitian ini didapatkan hasil dengan kategri kurang. Selanjutnya pada evaluasi awal yang dilakukan dalam penelitian tindakan ini didapat hasil nilai pre test dengan rata-ratanilai teori menetapkan KKM adalah 53.8 (kategori kurang) ini menandakan bahwa kemampuan guru matematika dalam menetapkan KKM masih belum memadai. Untuk menyelesaikan masalah tersebut telah dilaksanakan penelitian tindakan dengan metode diskusi kelompok kecil yang anggotanya berjumlah 2 s/d 4 orang untuk setiap kelompoknya. Hasil dari tindakan I terdapat peningkatan yang cukup signifkan yaitu skor rata-rata nilai teori sebesar 75,6 (Kategori cukup) dan skor rata-rata nilai prakrek sebesar 82,3 (kategori baik) dan apabila dirata-ratakan nilai teori dan praktek maka didapat hasil sebesar 79 (kategori Baik). Hasil nilai teori menetapkan KKM pada siklus I lebih rendah dari nilai praktek, hal ini diakibatkan karena terbatasnya waktu bagi guru untuk memahami teori yang ada dalam modul. Menjelang siklus berikutnya guru mempunyai waktu untuk mempelajari modul secara mandiri. Kesulitan yang dihadapi oleh guru pada siklus I adalah dalam menentukan kompleksitas untuk beberapa indicator. Karena untuk menentukan kompleksitas dipengaruhi oleh dua hal; (1) SDM guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada peserta didik, kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi, (2) SDM peserta didikdengan kemampuan penalaran tinggi, cakap/trampil menerapkan konsep,kreatif dan inovatif dalam penyelesaian tugas/pekerjaan.untuk mengatasi ini dilakukan pada siklus ke II yaitu dengan meningkatkan efektifitas dalam diskusi dan 128

melaksanakan disikusi antar kelompok yang dimulai dengan presentasi setiap kelompok. Hasil evaluasi tindakan ke II meningkat secara signifikan yaitu nilai skor teori KKM sebesar 92.5 dan skor nilai praktek KKM sebesar 94.4 dan terdapat satu orang yang belum mendapatkan skor dibawah standar minimal yang diharapkan yaitu dengan skor 87.5 (kategori baik).artinya 94% guru sudah mendapatkan skor minimal. Apabila dirata-ratakan nilai skor teori dan praktek menetapkan KKM pada tindakan ke II adalah sebesar 93,4 dengan kategori (amat baik). SIMPULAN Penelitian Tindakan sekolah tentang menigkatkan kemampuan guru menetapkan KKM dengan diskusi kelompok kecil telah dilaksanakan dalam 2 siklus, menghasilakan kesimpulan sebagai berikut: (1) Setelah guru mengikuti kegiatan diskusi kelompok kecil kemampuan guru dalam menetapkan kriteria ketuntasan minimal (KKM) mengalami penigkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan kemampuan guru mulai dari test awal yang mendapatkan nilai rata-rata 53.8 (kategori kurang) sampai dengan kegiatan pada siklus ke-i dan siklus ke-ii meningkat secara signifikan. (2) Pada siklus I peneliti menggunakan metode diskusi kelompok kecil dan dengan menggunakan modul tentang konsep teori dan praktek menetapkankkm dihasilkan nilai terendah 70, nilai tertinggi 82.5 dan nilai rata-rata antara teori dan praktek adalah 79 (kategori baik)terjadi peningkatan sebesar 47%. (3) Pada siklus ke II merupakan perbaikan dari siklus ke I dan tetap menggunakan metode diskusi kelompok kecil, hasilnya meningkat yaitu nilai terendah 87.5, nilai tertinggi 97.5dan nilai rata-rata antara teori dan praktek adalah sebesar 93,4 (kategori sangat baik) dimana 94% guru subjek penelitian telah mendapatkan nilai terendah 90 DAFTAR PUSTAKA Depdiknas. (2008). Panduan Penyusunan Usulan dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research. Depdiknas: Dirjen Dikti. Mulyasa, E. (2010), Penelitian Tindakan Sekolah Bandung: Remaja Rosdakarya Offset. Muslich, Mansur (2010), Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classroom Action Research. Jakarta: Bumi Aksara Sanjaya, Wina. (2009) Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Sudijin. Dkk (2002). Manajemen Penelitian tindakan Kelas. Insan Cendikia. Aqib, Zainal (2010). Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Yrama widia. http://www.slideshare.net/suediahma d/menetapkan-kkm 129