KELUAR DAN EVAKUASI YANG AMAN UNTUK ORANG DENGAN KETERBATASAN FISIK

dokumen-dokumen yang mirip
JALAN KELUAR DAN EVAKUASI YANG AMAN UNTUK ORANG DENGAN KETERBATASAN FISIK

PROSEDUR KEADAAN DARURAT

EMERGENCY PLANING AND EVACUATION LANGKAH-LANGKAH DALAM MENGHADAPI BAHAYA KEBAKARAN

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN

PERSYARATAN BANGUNAN UNTUK PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERKANTORAN

1. Anda saat ini sedang berada dilantai 2 puskesmas Bogor Timur 2. Di gedung ini ada beberapa pintu, pintu keluar adalah disebelah kiri

128 Universitas Indonesia

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

Penggunaan APAR dan Kedaruratan

BAB II TINJAUAN OBJEK

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

DISABILITAS DAN PENGURANGAN RESIKO BENCANA DI TEMPAT KERJA

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBUATAN SOFTWARE SIMULASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD DENGAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI ARENA 5

PROGRAM KERJA MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

Karyawan organissi taman hiburan adalah public face (orang yang berhadapan. penting bagi karyawan untuk sepenuhny memahami S.O.P

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

Page 1 of 5 KODE ETIK AKSES JIS

PANDUAN MANAJEMEN FASILITAS DAN KESELAMATAN (MFK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prosedur Penanggulangan Darurat Kebakaran dan Bencana Alam

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana

CHECKLIST KEGAWATDARURATAN RUMAH SAKIT. Belum Terlaksana

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

Kata Pengantar. Daftar Isi

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

STANDAR USAHA TAMAN REKREASI. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. PRODUK A. Tempat dan Ruang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. terdapat pada konsep perancangan Bab V yaitu, sesuai dengan tema Behaviour

sambil berjalan tulisan jalur evakuasi dan tangga evakuasinya Suatu hari, saat proses perkuliahan berlangsung di gedung FKIK

Tanggung Jawab Dasar Pengemudi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

BAB I PENDAHULUAN. diikuti dengan resiko pekerjaan yang tinggi. Resiko kerja yang tinggi disebabkan karena

Lampiran 1 DENAH INSTALASI ICU. Universitas Sumatera Utara

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan pengembangan wilayah. Sistem transportasi yang ada

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN EMERGENCY RESPONSE PLAN PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN PROYEK PT. TATA. Oleh: Inggi Irawan ( )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

CONTOH (SAMPLE) Penerapan Sistem K3LM Proyek Konstruksi

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

PELATIHAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Daftar Periksa Pembinaan Peningkatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Usaha Kecil dan Menengah dengan Metoda Pelatihan Partisipasi Aktif


BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Manual Prosedur Safety Health

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

PENGELOLAAN OPERASI K3 PERTEMUAN #6 TKT TAUFIQUR RACHMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA INDUSTRI

EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN X

STANDAR USAHA ANGKUTAN JALAN WISATA. NO ASPEK UNSUR NO SUB UNSUR I. I PRODUK A. Mobil Bus Wisata

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

Working Improvement In Small and Medium Construction (WISCON) by PAOT (Participatory Action Oriented Training)

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

Kata Sambutan Peluncuran situs grahaniaga.co.id Latihan Kebakaran Sosialisasi Panduan Darurat Gempa Bumi K3 Listrik Smoking Room

Tujuan penggunaan ambulance

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP. Gambar 5.1: Kesimpulan Analisa Pencapaian Pejalan Kaki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ketika MRT Urai Kemacetan Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang terjangkau, hal yang terpenting adalah keselamatan, keamanan dan

PT. ADIWARNA ANUGERAH ABADI

BAB VI KONSEP RANCANGAN

BAB VI DATA DAN ANALISIS

#7 PENGELOLAAN OPERASI K3

KONVENSI INTERNASIONAL TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN MARITIM, 1979 LAMPIRAN BAB 1 ISTILAH DAN DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

Transkripsi:

KELUAR DAN EVAKUASI YANG AMAN UNTUK ORANG DENGAN KETERBATASAN FISIK Bebas hambatan dalam akses ke bangunan bagi penyandang cacat telah menarik perhatian yang cukup besar dalam beberapa tahun terakhir. Banyak usaha telah dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas bangunan umum bagi para penyandang cacat. Namun, peningkatan aksesibilitas bangunan juga menyajikan kesempatan untuk menerapkan langkah-langkah evakuasi yang cepat dan aman untuk semua orang dalam situasi darurat. KESULITAN UNTUK BERGERAK DALAM EVAKUASI DARURAT Orang-orang dengan keterbatasan fisik dapat sangat terpengaruh selama evakuasi darurat. Mereka mungkin merasa sulit untuk pindah ke area lain ketika evakuasi terjadi. Hal ini mungkin disebabkan oleh masing-masing kemampuan fisik mereka, seperti kecepatan berjalan mereka saat menggunakan tongkat, atau karena usia mereka. Kesulitan juga datang dari situasi di sekitar mereka, mungkin pintu saat kebakaran yang biasanya terbuka akan menutup dalam keadaan darurat. Orang dengan keterbatasan fisik juga dapat menemukan keramaian dalam keadaan ricuh dapat membuat mereka semakin sulit untuk bergerak. Mereka mungkin membutuhkan pegangan tangan pada koridor, tangga atau pada daerah yang landai sebagai alat tumpuan dan juga sebagai pegangan untuk beristirahat sebelum mereka mencapai titik kumpul. Menaik atau menurun tangga tetap menjadi bagian yang paling sulit dalam evakuasi bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik. Pindah turun dari lantai atas atau dari bawah dalam situasi darurat dapat memakan waktu lebih lama bagi orang-orang dengan kemampuan fisik yang kurang dibandingkan orang lain. Orang-orang dengan keterbatasan yang tak telihat dengan kasat mata, seperti kondisi jantung, asma atau kesulitan bernapas, bergantung pada lift untuk menaiki atau menuruni gedung. Dalam keadaan darurat mereka mungkin memiliki kesulitan dalam bergerak naik atau turun tangga ketika lift tidak dapat digunakan selama masa evakuasi. Kombinasi dari pengerahan tenaga fisik yang berlebih dalam evakuasi ditambah dengan rasa stres dan asap saat terjadinya kebakaran dapat menjadi masalah yang signifikan bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik yang tak terlihat. LIFTS/ELEVATORS Penggunaan lift untuk evakuasi darurat tidak disarankan karena tenaga listrik yang tidak stabil dapat membuat lift terhenti dan mengakibatkan orang-orang terjebak dan juga lift dapat sewaktu-waktu terbuka dilantai yang penuh api, hal ini sangat berbahaya jika terjadi. Penggunaan lift evakuasi adalah pilihan terbaik untuk evakuasi secara vertikal bagi mereka yang memerlukan bantuan. Dalam bangunan di mana lift evakuasi tidak tersedia dan bangunan tidak dilengkapi dengan peralatan dan fasilitas yang tepat untuk mengevakuasi orang-orang dengan keterbatasan fisik, maka manajemen gedung perlu memberikan pertimbangan untuk membatasi akses bagi beberapa orang ke daerah-daerah dimana keamanan terjamin. Daerah itu akan ditempati oleh mereka yang membutuhkan bantuan untuk bergerak atau dipindahkan ke daerah yang aman, di mana mereka terlindungi oleh api sehingga mereka dapat menunggu penyelamatan oleh pemadam kebakaran. Orang-orang sering gelisah jika ditinggalkan disebuah gedung ketika orang lain telah berevakuasi.

TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN Ini adalah kesalahpahaman umum bahwa tanggung jawab manajemen berakhir saat telah memindahkan orang-orang dengan keterbatasan fisik di daerah aman dan menyerahkan sisa tanggung jawab kepada petugas pemadam kebakaran. Memang tidak diragukan lagi petugas pemadam kebakaran akan melakukan apapun yang diperlukan untuk menyelamatkan setiap nyawa, maka dari itu, akan lebih baik jika evakuasi orang-orang dengan keterbatasan fisik dilakukan sebelum petugas pemadam kebakaran tiba di tempat kejadian sehingga mereka dapat bebas berkonsentrasi pada aspek-aspek lain untuk mengatasi insiden tersebut. Ini adalah tanggung jawab pengelola gedung untuk melakukan segala upaya untuk menyelamatkan semua orang. Memastikan evakuasi yang aman, mandiri dan bermartabat dalam keadaan darurat adalah masalah yang kompleks. Diperlukan pertimbangan dalam berbagai faktor, termasuk kegunaan dan desain bangunan, pelatihan staff dan penyediaan peralatan dan fasilitas. Hal ini memerlukan pertimbangan kebutuhan setiap orang yang menggunakan bangunan, orang-orang dari berbagai usia dan ukuran dan juga orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik. Bagi mereka yang bertanggung jawab dalam bagian manajemen gedung dan evakuasi dalam keadaan darurat, harus mengembangkan rencana untuk memastikan bahwa setiap orang dapat dengan aman dan cepat, keluar dari gedung bangunan sebelum kedatangan pemadam kebakaran di lokasi kejadian. KURSI EVAKUASI / EVAC+CHAIR Saat pengguna kursi roda harus dievakuasi naik atau turun tangga, mengevakuasi dengan menggunakan kursi mereka sendiri tergolong tidak aman karena dapat mengakibatkan resiko yang fatal terhadap orang yang membantu dan juga pengguna kursi roda. Kursi evakuasi yang tersedia, secara komersial dirancang untuk memungkinkan para orang-orang dengan keterbatasan fisik, terutama mereka yang kesulitan untuk bergerak, dapat bergerak kebawah, dan dalam beberapa kasus, naik keatas tangga dari ruang bawah tanah. Kursi evakuasi digerakkan secara manual dan mengandalkan gaya gravitasi untuk memindahkan pengguna kebawah tangga. Kursi ini dapat digunakan saat situasi tidak aman untuk menggunakan lift dan juga saat keadaan lebih aman untuk menggunakan kursi evakuasi ketimbang jika meninggalkan orang-orang dengan keterbatasan fisik di tempat aman (refuge area). Kursi ini biasanya memerlukan satu atau dua orang untuk membantu kursi dan pengguna menuruni tangga. Kursi evakuasi dirancang untuk melipat ke dalam sehingga menjadi ukuran yang praktis, sehingga dapat dipasang di dinding atau didekat tangga. Kursi Evakuasi secara internasional diterima sebagai evakuasi di area tangga bagi orang-orang yang mengalami kesulitan meninggalkan gedung ketika lift sedang mengalami kerusakan, di bawah pemeliharaan, mati lampu atau dalam evakuasi darurat karena ancaman kebakaran dan teroris. Penggunaan sebuah kursi evakuasi akan membutuhkan perpindahan dari kursi roda pribadi mereka ke kursi evakuasi. Perpindahan ini dapat menjadi kesulitan bagi beberapa orang tertentu, tergantung pada kondisi fisik mereka, maka dari itu, sebagian dari mereka membutuhkan bantuan lebih agar dapat berganti ke kursi evakuasi. Sebuah papan transfer dapat membantu pengguna kursi roda untuk berpindah ke kursi evakuasi dengan aman. Pemasok kursi evakuasi akan memberikan pelatihan tentang cara beroperasi. Pelatihan ini perlu diberikan kepada sejumlah orang untuk memastikan tingkat tenaga kerja yang terlatih dalam setiap keadaan.

Beberapa perangkat evakuasi bertenaga baterai, dan dapat digunakan untuk membawa seseorang ke lantai atas, dari tingkat basement atau parkiran bawah tanah. Perangkat bertenaga juga dapat sangat berguna ketika berhadapan dengan orang yang lebih berat. Perangkat bertenaga baterai harus diisi baterainya secara teratur untuk memastikan perangkat tersebut siap tersedia untuk digunakan bila diperlukan. Perangkat evakuasi bertenaga baterai kadang-kadang dapat memperlambat orang lain yang meninggalkan gedung karena ukurannya yang lebih besar dari kursi evakuasi, tergantung pada lebar tangga. Ada berbagai macam model kursi evakuasi yang dirancang untuk mengatasi tantangan dalam evakuasi tangga. Semua kursi dirancang untuk memindahkan orang-orang dengan keterbatasan fisik menuruni tangga. Dalam beberapa model, kursi dapat digunakan untuk berpindah dari ruang bawah tanah, dan lainnya. Kursi evakuasi dapat bergerak di atas medan yang kasar selama masa evakuasi. YANG PERLU DICARI DI SEBUAH KURSI EVAKUASI 1. Mudah Untuk Diurai Persiapan pada kursi evakuasi untuk penggunaan operasional harus cepat dan sederhana. Seharusnya tidak ada mekanisme yang rumit yang akan menjebak jari operator saat mengoperasikan kursi evakuasi dan juga tidak membuat operator harus menyeimbangkan kursi evakuasi disaat sebelah tangannya melepaskan gesper atau tali ketika kursi ditempati. 2. Berat Yang Ringan Berat adalah factor utama, terutama ketika peralatan evakuasi terletak di berbagai bagian dalam bangunan dan harus di angkat atau diambil dari tempatnya untuk dibawa kepada orang-orang yang membutuhkan. Berat dalam rasio kekuatan produk merupakan bahan pertimbangan yang penting, terutama dengan kenaikan keseluruhan dari BMI (Body Mass Index) diseluruh populasi. 3. Penggunaan Yang Mudah Perangkat harus dirancang untuk memfasilitasi kemudahan untuk berpindah. PRM (Person of Reduced Mobility) mungkin memerlukan bantuan dan hal ini mengharuskan produk untuk stabil, terbuka pada kedua sisi dan memberikan keselamatan kepada penumpang setiap saat. Idealnya, ketika perpindahan dari kursi roda pribadi ke kursi evakuasi terjadi, baik kursi roda atau kursi evakuasi harus mempunyai tinggi yang sama dan harus mendapat dukungan dari operator untuk menstabilkan produk. 4. Ketangkasan Saat Mengendarai Berputar dalam bentuk lingkaran seharusnya menjadi hal yang mudah dan tidak ada tenaga ekstra yang harus dikeluarkan saat mengitari dataran dan sudut yang sulit. 5. Kecepatan Yang Sesuai Sebuah kursi evakuasi harus dapat mencocokkan dengan kemampuan operator. Evac+Chair dengan mudah dapat mencapai satu lantai dalam 15 detik, atau empat lantai dalam satu menit tanpa menghalangi tangga bagi pengguna lain. 6. Kecepatan Yang Terkontrol

Pada umumnya, kursi evakuasi bergantung pada mekanisme pengendali sabuk berputar melewati dua tangga atau lebih tanpa mengganggu pengguna tangga yang lain. Konsep ini pertama kali ditemukan oleh Mr David Egen yang merancang dan mendaftarkan Egen Polymatic v-belt sebagai perangkat penahan gesekan. Menggunakan koefisien didalam pergesekan, semakin besar bobot dari penumpang, semakin besar pergesekan itu sendiri. Pergesekan ini meningkat dengan menambahkan beban pada pegangan sang operator. Ketika mengevaluasi pembelian kursi evakuasi Anda, cobalah dahulu sebelum Anda membeli, dan waspadalah terhadap barang imitasi. Mereka mungkin terlihat sama jika dilihat dengan kasat mata, tetapi fungsi dapat bervariasi. Semua produk Evac+Chair yang asli memiliki tanda CE dan nomor barcode yang unik pada label anti rusak berwarna silver yang ditempelkan didalam skid. Barcode tersebut terdiri dari tanggal pasokan, nomor dari Customer Document dan juga kode produk. PERTIMBANGAN SAAT MENGGUNAKAN KURSI EVAKUASI Jika kursi evakuasi akan digunakan, hal-hal berikut harus diperhatikan: Melihat dahulu pada hambatan sepanjang rute evakuasi ke titik kumpul yang mungkin akan menghalangi jalan kursi evakuasi. Seperti, melarikan diri dari ruang bawah tanah, genangan kecil, pinggiran jalan dan juga langkah atau permukaan tanah yang kasar. Mendapatkan model kursi evakuasi yang tepat untuk bangunan tersebut (kesesuaian untuk tangga dan juga untuk mengatasi hambatan sepanjang rute evakuasi menuju ke titik kumpul); Pastikan kursi evakuasi dapat digunakan sebagai alat transportasi diluar gedung ke titik kumpul. Lokasi dan jumlah dari kurasi evakuasi yang diperlukan dapat berbeda-beda, tergantung dari jumlah orang yang diperkirakan akan memerlukan bantuan dan faktor-faktor lain seperti kepadatan distribusi orang di setiap lantai dan seluruh gedung. Disarankan untuk menyediakan minimal satu Evac+Chair dalam setiap daerah perlindungan. Waktu yang dibutuhkan untuk berpindah dari kursi roda pribadi ke kursi evakuasi. Penerimaan penggunaan kursi evakuasi dalam latihan kebakaran; Kebutuhan untuk pelatihan perpindahan dan pengoperasian dari kursi evakuasi; Keengganan untuk menggunakan kursi evakuasi mungkin timbul dari kurangnya kepercayaan terhadap operator atau kursi evakuasi itu sendiri, bisa juga datang dari rasa kekhawatiran tentang memperparah suatu kondisi atau cedera. Kursi evakuasi tidak disesuaikan dengan kebutuh setiap individu, maka dari itu, akan timbul rasa ketidak nyamanan yang mungkin dialami selama masa evakuasi. Dalam kasus seperti itu, pengembangan PERSONAL EMERGENCY EVACUATION PLAN (PEEP) memberikan kesempatan untuk mendiskusikan dan mengevaluasi pilihan yang tersedia. Para pengelola gedung harus melalukan segala upaya untuk menanamkan rasa kepercayaan kepada orang-orang dengan keterbatasan fisik bahwa operator yang mengoperasikan kursi evakuasi telah sepenuhnya terlatih dengan kemampuan yang terjamin. PELATIHAN STAF Kehadiran staff yang terlatih untuk membantu evakuasi dari bangunan dapat menambahkan tingkat keselamatan dan juga mengurangi waktu yang dibutuhkan untuk evakuasi. Campur tangan petugas dapat memberikan dampak yang besar dalam situasi dimana pengunjung tidak familiar dengan lokasi bangunan, di mana orang memiliki keterbatasan untuk bergerak atau ketika orang yang terlibat dalam kegiatan sangat berkomitmen.

Campur tangan petugas yang efektif dapat mengurangi respon dan waktu pengenalan untuk para orangorang dengan keterbatasan fisik sehingga dapat memungkinkan staff untuk membantu mereka dengan aman. Didalam beberapa situasi, campur tangan petugas adalah hal yang benar-benar penting, misalnya saat orang yang menggunakan kursi roda memerlukan bantuan untuk menuruni tangga untuk mendapatkan keselamatan. Staff juga dapat dilatih dalam penggunaan kursi evakuasi, pertolongan pertama dan peralatan pemadam kebakaran. Namun, hanya personel yang mempunyai keinginan dan berkompeten yang didorong untuk menghadiri pelatihan khusus. Sebuah aspek penting dari pelatihan staf adalah untuk memastikan bahwa ada orang-orang yang cukup terlatih untuk diberikan materi pembelajaran. Ini berarti bahwa jumlah staff harus mencukupi untuk menutupi masalah seperti absen karena liburan atau sakit, penggunaan gedung diluar jam kerja, dan juga jika ada tingkat hunian yang melebihi batas normal. Kadang-kadang, dimungkinkan adanya jumlah yang tinggi dari orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik dalam kurun waktu yang sama. Dalam keadaan seperti itu, jumlah dari staff terlatih yang tersedia sangatlah penting. Sebuah keharusan dalam pelatihan staff untuk memberikan istirahat secara berkala dan juga menerapkan sistem untuk memastikan staff turnover tidak menciptakan kekurangan pada jumlah staff. Latihan Evakuasi Kode keamanan kebakaran merekomendasikan bahwa rencana evakuasi darurat dan prosedur evakuasi diuji coba dua kali dalam setahun dan latihan evakuasi penuh dilakukan sekali setiap tahun. Pengujian prosedur dan latihan evakuasi sangat berguna untuk beberapa hal, untuk menunjukan bahwa rencana evakuasi darurat masih berlaku, memberikan penyesuaian dalam prosedur, memastikan staff mengetahui langkah-langkah yang harus diambil dan juga memberikan staff kesempatan untuk berlatih. Pengujian prosdeur dan latihan sangat penting dalam mencerminkan evakuasi yang sebenarnya. Latihan ini dapat dilengkapi dengan memberikan peran kepada orang-orang dengan keterbatasan fisik dalam latihan. Manfaat maksimal yang dapat dicapai dari pengujian dan latihan adalah mendapatkan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meninjau prosedur dan recana evakuasi. Latihan evakuasi dapat dilakukan dengan pemberitahuan atau tanpa pemberitahuan, dan lebih baik jika keduanya dilakukan. Latihan evakuasi yang diumumkan berguna untuk pelatihan, tetapi latihan tanpa permberitahuan terlebih dahulu akan menambah efektivitas dari prosedur yang diuji. Harus diingat bahwan latihan tidak selalu dengan akurat mencerminkan situasi yang dapat timbul dalam keadaan darurat yang nyata, seperti adanya asap, api dan juga orang-orang yang terluka. Tunjangan perlu dibuat dalam rencana darurat untuk keadaan ini. Sangatlah penting bahwa catatan latihan disimpan secara akurat untuk mematuhi undang-undang kesehatan dan keselamatan untuk memastikan prosedur yang diperlukan telah diberlakukan. KESIMPULAN Sebagian besar dari Workplace Safety and Health (Risk Management) mengharuskan para pengelola gedung untuk miliki tanggung jawab untuk melakukan pertimbangan resiko dalam keselamatan dan kesehatan setiap orang, termasuk orang-orang yang mempunyai keterbatasan fisik. Pengelola gedung diwajibkan oleh hukum untuk melengkapi langkah-langkah pencegahan bencana khusus dan juga bantuan evakuasi bagi orang-orang dengan keterbatasan fisik. Kebanyakan bangunan dengan akses pengguna kursi roda wajib memiliki fitur keselamatan kebakaran yang tepat dan strategi perencanaan evakuasi untuk membantu para pekerja dengan kemampuan fisik yang kurang dalam keadaan darurat.

Persyaratan keselamatan kebakaran untuk evakuasi orang-orang dengan keterbatasan fisik akan memerlukan pemilik gedung untuk memindahkan mereka ke tempat aman Holding Point/Refuge Area, setelah itu, menggunakan lift evakuasi untuk memindahkan mereka ke tempat yang aman. Didalam bangunan dimana lift evakuasi tidak tersedia dan bangunan tidak dilengkapi dengan kursi evakuasi, pengelola gedung harus memindahkan orang-orang yang memerlukan bantuan ke area yang lebih aman, jauh dari jangkauan api, dan disana mereka harus menunggu kedatangan pemadam kebakaran. Orangorang sering merasa gelisah ketika tertinggal didalam gedung dimana orang lain telah meninggalkan gedung. Artikel disumbangkan oleh PT Elje Perdana ( : www.elje4firesafety.com ) Untuk informasi lebih lanjut tentang kursi evakuasi, silahkan kunjungi kami: www.evacchair.co.id (dalam bahasa Indonesia), www.evac-chair.co.id (dalam bahasa inggris)