SI 2124 PENGANTAR SISTEM TRANSPORTASI

dokumen-dokumen yang mirip
DATA INVESTIGASI KECELAKAAN PERKERETAAPIAN TAHUN Sumber: Database KNKT Desember 2013

Auditorium KNKT, Kementerian Perhubungan 28 Desember Interviewing Techniques in Accident Investigation NTSC In-House Training

BAB III PROFIL PERUSAHAAN. Lembaga non struktural di lingkungan Departemen Perhubungan.Melakukan

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

ANALISIS TREN KECELAKAAN PADA SEKTOR TRANSPORTASI DI INDONESIA (Moda Transportasi : Kereta Api)

KERANGKA REGULASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

ACC S A F E T Y SESUDAH TERJADI SEBELUM TERJADI. PREVENTIVE Proaktif > Reg.& Oprtr. REPRESSIVE reaktif > Invest.body * SAR

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GAMBARAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2013 TENTANG INVESTIGASI KECELAKAAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

No Undang Nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 369 Undang- Undang Nomor 1 tahun 2009 tentang Penerbangan, dan Undang- Undang Nomor 22

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN SEKTOR PERHUBUNGAN DALAM RANGKA PENGANGKUTAN LIMBAH B3

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Pasal 862. Bagian Tata Usaha, terdiri dari : c. Subbagian Kepegawaian dan Umum. Pasal 863

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kekayaan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. 1

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERHUBUNGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT SELAKU KOORDINATOR PELAKSANA TINGKAT NASIONAL ANGKUTAN LEBARAN TERPADU TAHUN 2006 (1427 H) TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 45 TAHUN 2015 TENTANG PERSYARATAN KEPEMILIKAN MODAL BADAN USAHA DI BIDANG TRANSPORTASI

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 72 TAHUN 2013 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

-2- perawatan oleh tenaga yang telah memiliki kualifikasi keahlian sesuai dengan bidangnya. Dalam rangka meningkatkan keselamatan atas pengoperasian p

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 123

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan transportasi dan teknik perencanaannya mengalami

Matriks Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Tahun

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini bangsa Indonesia mengalami perkembangan dan kemajuan di segala

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

I. PENDAHULUAN. amanat Undang-Undang No.17 Tahun 2008 menjadi suatu yang sangat strategis

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT UDARA KOMERSIL DI INDONESIA PADA TAHUN 2002 SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERHUBUNGAN

BIDANG PERHUBUNGAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN KABUPATEN 1. Perhubungan Darat. 1. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

BAB 1 PENDAHULUAN. 30 juta orang terbunuh akibat kecelakaan jalan (road crashes). Kajian terbaru

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 82 TAHUN 2008

-9- keliru. Personel AOC melakukan landing yang menyimpang dari prosedur

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN VI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

K E M E N T E R I A N P E R H U B U N G A N BUKU INFORMASI TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN PERKERETAAPIAN

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR PEREKONOMIAN URUSAN PERHUBUNGAN

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

Pedoman dan penetapan tata cara penyusunan dan penetapan rencana umum jaringan transportasi jalan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, sebagaimana telah diubah terakhir dengan Pera

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 48 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN PELAYANAN PUBLIK KAPAL PERINTIS

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 TUGAS AKHIR PERENCANAAN FLY OVER PERLINTASAN JALAN RAYA DAN JALAN REL DI BENDAN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2015, No Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah

2012, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI

2014, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia setiap tahunnya akibat kecelakaan lalu lintas, dengan jutaan lebih

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

G. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERHUBUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

Transkripsi:

SI 2124 PENGANTAR SISTEM TRANSPORTASI KULIAH KE-14 (KESELAMATAN TRANSPORTASI) Dosen: Harun al-rasyid LUBIS

Definisi keselamatan dan keamanan transportasi secara umum Keamanan transportasi adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan transportasi yang bebas dari gangguan dan/atau tindakan yang melawan hukum. Keselamatan transportasi adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan transportasi yang lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaikan teknis terhadap sarana dan prasarana penerbangan beserta penunjangnya.

DATA KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN Uraian Satuan 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-rata Pertumbuhan Jumlah Kejadian Kecelakaan Kejadian 12.649 12.791 12.267 13.399 18.732 9,65 Korban Org 26.154 25.359 23.699 24.692 32.271 6,32 Meninggal Dunia Org 9.536 9.522 8.762 9.856 11.204 4,51 Luka Berat Org 8.1 6.656 6.012 6.142 8.983 8,12 Luka Ringan Org 9.518 9.181 8.925 8.694 12.084 7,52 Kerugian Material Rp (dalam juta) 36.280.980 38.616.839 41.029.930 45.778.177 53.045.595 10,05 Sumber: Ditjen Hubdat, 2005

Kecelakaan Kendaraan Bermotor Berdasarkan Jenis (Unit) Sumber: Direktorat Keselamatan Transportasi Darat. Ditjen Hubdat diolah

Persentase Pertumbuhan Kecelakaan Rata Rata Menurut Jenis Kendaraan Sumber: Direktorat Keselamatan Transportasi Darat. Ditjen Hubdat diolah

Sejak awal disadari bahwa faktor manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan yang antara lain meliputi inattention (kelengahan), illness (keadaan sakit), dan impairment (gangguan tubuh akibat minuman, obat, kelelahan, ketuaan, dan lain-lain)

Beberapa masalah utama keselamatan dan keamanan transportasi jalan yang masih dan akan dihadapi antara lain : Angka kecelakaan yang masih tinggi. Pertumbuhan kendaraan bermotor khususnya sepeda motor yang cukup tinggi Budaya keselamatan jalan yang belum ada Penanganan kecelakaan transportasi yang bersifat reaktif. Antisipasi gangguan eksternal terhadap keamanan transportasi belum dioptimalkan dengan memanfaatkan teknologi yang memadai. Belum adanya Dewan Keselamatan Transportasi Jalan

Statistik Kecelakaan Transportasi Udara Komersial dan Non-Komersial Year Incident Percentage Accident Percentage Total Percentage 1988 29 NA 6 NA 35 NA 1989 22-24.14% 11 83.33% 33-5.71% 1990 11-50.00% 11 0.00% 22-33.33% 1991 25 128.27% 12 9.09% 37 68.18% 1992 27 8.00% 11-8.33% 38 2.70% 1993 20-25.93% 11 0.00% 31-18.42% 1994 18-10.00% 21 90.91% 39 25.81% 1995 25 38.89% 21 0.00% 46 18.95% 1996 16-36.00% 18-14.29% 34-26.09% 1997 10-38.50% 28 55.56% 38 11.76% 1998 30 200.00% 5-82.14% 35-8.89% 1999 20-33.33% 11 120.00% 31-11.43% 2000 12-40.00% 2-81.82% 14-54.84% 2001 29 141.67% 8 300.00% 37 164.29% 2002 10-65.52% 13 62.50% 23-38.84% 2003 12 20.00% 11-15.38% 23 0.00% 2004 3-75.00% 13 18.18% 16-30.43% Total Average 319 8.65% 213 33.60% 532 4.04% Sumber: Ditjen Perhubungan Udara, 2005

Beberapa sumber permasalahan yang diduga menjadi penyebab kecelakaan transportasi udara di Indonesia Kesadaran dan komitmen pengelola dan pemilik maskapai penerbangan akana keselamatan penerbangan yang masih rendah. Penegakan aturan masih lemah. Kehandalan pesawat udara (dan komponennya) kurang terjamin dengan sistem dan manajemen perawatan yang baik. Kualifikasi awak pesawat dan pendukung penerbangan tidak memenuhi syarat. Kehandalan fasilitas bandara dan layanan ATC masih rendah. Keandalan dan akurasi informasi cuaca masih rendah. Kemampuan SAR (Search And Rescue) yang rendah, dan Budaya bangsa yang menganggap kecelakaan sebagai nasib, dan cenderung kurang memberikan hukuman kepada airline dengan catatan keselamatan yang buruk.

Perbandingan Jumlah Armada Siap Operasi Terhadap Armada Terdaftar

Pengoperasian pesawat udara di Indonesia masih didominasi oleh pesawat udara yang berumur lebih dari 20 tahun (dikategorikan sebagai pesawat berumur tua). Untuk mencapai menjaga kelangsungan Untuk mencapai menjaga kelangsungan penyelenggaraan transportasi udara maka pesawat yang berumur tua tersebut ternyata masih diijinkan beroperasi sepanjang dinyatakan laik terbang oleh regulator dengan memenuhi seluruh persyaratan perintah kelaikan udara dan dirawat sesuai prosedur manual yang dikeluarkan oleh pembuat pesawat.

Intensitas Kecelakaan Angkutan Kereta Api Tahun 2000-2004 Korban (orang) Satuan 2000 2001 2002 2003 2004 Rata-Rata Pertumbuhan 1. Meninggal Dunia Orang 49 145 76 72 85 40,28 2. Luka Berat/Ringan Orang 66 264 143 232 107 65,63 Jumlah/ Total Orang 115 409 219 304 192 52,79 Jenis Kecelakaan 1. Tabrakan KA dengan KA Kejadian 4 7 5 1 7 141,61 2. Tabrakan KA dengan Kendaraan Kejadian 28 36 54 57 30 9,19 3. A n j l o k Kejadian 78 60 70 81 91 5,41 4. Banjir/Longsor Kejadian 7 6 15 7 4 9,88 5. Lain-Lain Kejadian 9 46 79 70 38 106,44 Jumlah/ Total Kejadian 126 155 223 216 170 10,61 Sumber: PT.KAI (Persero), 2005

Data statistik kecelakaan transportasi sepanjang tahun 2006 yang dikeluarkan Departemen Perhubungan menyebutkan, pada angkutan kereta api tercatat sebanyak 79 kasus kecelakaan yang menelan korban meninggal dunia sebanyak 50 orang, luka berat 71 orang, sedangkan luka ringan 52 orang

Panjang Jalan Rel Kereta Api Menurut Lintas

Jumlah Lokomotif Kereta Api Siap Operasi

Akar permasalahan dalam penanganan keselamatan perkeretaapian di Indonesia Penanganan keselamatan lebih bersifat reaktif. Tidak ada program keselamatan yang bersifat sistematik dengan basis kinerja input dan proses, selain pada kinerja ourput yang lebih sering dilakukan. Perlu penanganan lebih proaktif dengan audit keselamatan (safey audit) oleh organisasi (penanganan kondisi laten) dan perlu komitemen perusahaan untuk menangani permasalahan yang ada. Investigasi kecelakaan perlu lebih diarahkan pada faktor-faktor yang lebih mendalam dalam organisasi atau bahkan pada sistem yang lebih besar yaitu sistem perkeretaapian. Prosedur operasi sudah tidak sesuai dengan kondisi operasi yang ada akibat berubahnya teknologi sarana dan prasarana, maupun perubahan kondisi prasarana dan tingkat produksi yang ada. Regulasi perkeretaapian (aspek organisasi, kelayakan, personil, dan teknologi) perlu peninjauan dengan mengikuti perubahan teknologi yang ada dan tuntutan masyarakat. Standarisasi dan sertifikasi produk teknologi masih lemah. Sertiikasi bagi staf teknik maupun operator masih lemah. Kacaunya kelembagaan dan penempatan fungsi peran. Operator KA sekaligus penerbit kelaikan operasi, sertifikat tenaga teknik dan operasi, dan sertifikasi produk teknologi. Penyedia prasarana, notabene adalah penerbit laik operasi prasarana. Operator belum menerapkan sistem manajemen keselamatan modern. Sistem manajemen keselamatan (business like approach for safety: goal setting, planning, and measuring performance)

Data Kecelakaan Transportasi Laut 1999 2000 2001 2002 2003 Jumlah kecelakaan 93 102 68 48 66 Kematian 35 40 26 17 34 Human error 150 843 657 58 46 Sumber: Cetak Biru Pembangunan Perhubungan Laut, Ditjen Hubla, 2005

Permasalahan yang ada pada komponen keselamatan pelayaran antara lain: Masih tingginya tingkat kecelakaan dan musibah di laut; Masih kurangnya tenaga pengajar yang memenuhi persyaratan (terutama pada diklat kepelautan swasta); Penyedia alat peraga/simulator yang masih kurang; Terbatasnya kapal-kapal untuk praktek laut bagi kadet, sehingga banyak kadet yang tertunda/terhambat praktek lautnya; Implementasi International Ship & Port Facility Security Code (ISPS Code) masih perlu dilakukan perbaikan dan bersifat menyeluruh; Tingkat kecukupan dan keandalan fasilitas kenavigasian relatif rendah; Kapal pandu dan kapal tunda di beberapa pelabuhan belum memenuhi persyaratan, baik dalam jumlah maupun kondisi teknisnya; Kapal patroli penjagaan dan penyelamatan (GAMAT/KPLP) yang dimiliki saat ini masih kurang baik dari kuantitas maupun kualitasnya jika dibandingkan dengan luas wilayah perairan Indonesia.

Persentase Kecelakaan tiap Moda Rata - Rata Persentase Terjadinya Kecelakaan Tiap Moda 98.06% 0.16% 1.25% 0.53% Darat Udara KA Laut

Sumber kecelakaan dapat mencakup kekurangsempurnaan : Software (regulasi, rule, procedure, dst) yang belum memadai Hardware (produk teknologi sarana & prasarana) yang sudah tidak layak Liveware (license, training, dan culture) yang kurang mendukung, Organoware (kelembagaan, organisasi perusahaan) yang belum kondusif.

Usaha untuk menciptakan keselamatan merupakan proses dinamis dan tidak pernah berhenti. Safety is Never Ending War

Keamanan dan keselamatan transportasi diupayakan mulai dari: o konsep, o rancangan, o proses (pre-ongoing-post), sampai o perawatan korban dan o investigasi (bila terjadi kecelakaan)

Kegiatan keamanan dan keselamatan transportasi melingkupi kegiatan o pengaturan (regulatory), o proses jaminan keselamatan operasi (safety assurance) maupun proses penyelidikan kecelakaan (investigation), serta o upaya-upaya menenemukan pencegahan (prevention) agar kecelelakaan yang sama tidak berulang.

Metodologi penyusunan strategi sistem keselamatan dan keamanan transportasi nasional

Secara umum tugas yang diemban oleh KNKT berdasarkan Keputusan Presiden no. 105 tahun 1999 antara lain : Bertanggung jawab untuk melakukan investigasi dan penelitian yang meliputi analisis dan evaluasi sebab sebab terjadinya kecelakaan transportasi. Memberikan rekomendasi bagi penyusunan kebijaksanaan keselamatan transportasi dan upaya pencegahan kecelakaan transportasi. Melakukan penelitian penyebab kecelakaan transportasi dengan bekerjasama dengan organisasi profesi yang berkaitan dengan penelitian penyebab terjadinya kecelakaan transportasi.

Kebijakan dan Program Strategis Tujuan Program Strategis Strategi Implementasi

Tujuan Meningkatkan keandalan sarana dan prasarana transportasi. Meningkatkan Keselamatan Transportasi Nasional. Mengurangi kerugian nasional akibat kecelakaan transportasi. Meningkatkan keamanan transportasi nasional untuk mendukung pemerataan nasional dan meningkatkan kepercayaan internasional.

Program Strategis Mengurangi kemungkinan kecelakaan transportasi Meningkatkan kemampuan/kualifikasi awak transportasi Melakukan standarisasi/asesmen terhadap sarana dan prasarana transportasi Mencegah terjadinya terorisme

Strategi Implementasi Jangka Pendek Peningkatan pemahaman atau kesadaran tentang pentingnya keselamatan transportasi (safety cognisance) Peningkatan komitmen keselamatan (safety commitment) pengelola prasarana dan sarana transportasi Penanganan masalah-masalah khusus keselamatan transportasi Melakukan penilaian terhadap sarana dan prasarana transportasi nasional berdasarkan standar keamanan internasional. Melakukan penilaian terhadap prasarana transportasi nasional berdasarkan standar keamanan internasional. Memperbaharui rancangan undang-undang anti terorisme sesuai perkembangan tingkat terorisme internasional dan mengesahkannya.

Strategi Implementasi Jangka Menengah Peningkatan kemampuan (kompetensi) organisasi operator dan regulator untuk mengelola keselamatan transportasi (safety competence) Pemberian fasilitas pendidikan pada awak transportasi mengikuti perkembangan kebutuhan transportasi Memperketat toleransi kualifikasi pengguna dan awak transportasi. Membentuk suatu badan keselamatan transportasi nasional

Kampanye Keselamatan : Salah satu upaya untuk mengurangi angka kecelakaan jalan dengan usaha penyadaran seluruh stakeholder jalan Kampanye keselamatan bertujuan antara lain : Mensosialisasikan atau memperluas informasi berkenaan dengan peraturan baru, penggunaan sabuk keselamatan bagi pengendara mobil, kegiatan menyalakan lampu kendaraan bagi pengendara sepeda motor di siang hari. Mengubah sikap, diantaranya dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan keselamatan jalan, dan Mengubah prilaku, misalnya larangan ngebut di jalan, menyebrang jalan pada tempatnya, berkendara di sisi kiri bagi pengendara motor.

Strategi yang diambil untuk menjaga dan terus meningkatkan keselamatan transportasi udara Mengaktifkan proses assessmen dan peta resiko keselamaatan transportasi udara. Meningkatkan kesadaran, komitmen dan kompetensi tentang keselamatan semua pihak yang terkait dengan penyelenggaraan transportasi udara. Meningkatkan keandalan pesawat udara dengan menetapkan sistem dan manajemen perawatan pesawat udara yang baik dan dipersyaratkan untuk semua airline dan fasilitas perawatan. Meningkatkan keandalan fasilitas bandara dan ATC dengan memanfaatkan pilot report dan menerapakan sistem dan manajemen perawatan fasilitas yang baik. Meningkatkan kemampuan untuk melakukan prediksi cuaca yang berpengaruh terhadap penerbangan. Meningkatkan kemampuan SAR. Meningkatkan kemampuan indepensi dan balance dalam penyelidikan sebabsebab kecelakaan. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang keselamatan penerbangan dan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berperan dalam melaksanakan fungsi kontrol terhadap penyelenggara transportasi udara. Menerapkan sanksi yang berat bagi perusahaan yang melanggar peraturan keselematan dan meningkatkan peran masyarakat dalam menjamin penegakan aturan tentang keselamatan.

Salah satu indikator keberhasilan kinerja Departemen Perhubungan Laut adalah peningkatan keselamatan dan kualitas pelayanan perhubungan laut nasional

Terima Kasih