KAJIAN PENERAPAN INDIKATOR KINERJA KESELAMATAN PADA REAKTOR RISET DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Pengawasan Indikator Kinerja Keselamatan Radiasi Lingkungan Pada Reaktor Nuklir

KETENTUAN KESELAMATAN DEKOMISIONG REAKTOR NUKLIR 1

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

PELUANG DAN TANTANGAN BATAN SEBAGAI ORGANISASI PENDUKUNG TEKNIS DI BIDANG PROTEKSI RADIASI

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM PENGAWASAN PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTN

2. PERSYARATAN UNTUK PENGKAJIAN KESELAMATAN DALAM PROSES PERIJINAN REAKTOR RISET

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (I)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI DAN PROSEDUR OPERASI REAKTOR DAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 instalasi nuklir adalah instalasi radiometalurgi. Instalasi nuklir didesain, dibangun, dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pemanfaatan tenaga

2012, No Instalasi Nuklir, Reaktor Nuklir, dan Bahan Nuklir adalah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Keten

- 5 - INDIKATOR KINERJA UTAMA BAPETEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG VERIFIKASI DAN PENILAIAN KESELAMATAN REAKTOR NONDAYA

TANTANGAN PUSAT LISTRIK TENAGA NUKLIR PERTAMA (PLTN I): SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENUAAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

EVALUASI KESELAMATAN REAKTOR AIR MENDIDIH (BWR) DALAM PENGAWASAN REAKTOR DAYA

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERTIMBANGKAN UNTUK MENETAPKAN KONDISI-KONDISI BATAS UNTUK OPERASI YANG AMAN

JAMINAN MUTU UNTUK PERSIAPAN PEMBANGUNAN PLTN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

KETERKAITAN SDM DENGAN INDIKATOR KINERJA SPESIFIK KESIAPSIAGAAN KEDARURATAN PADA PLTN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR NON REAKTOR

PENINGKATAN SISTEM PROTEKSI RADIASI DAN KESELAMATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG TAHUN 2009

SISTEM PELAPORAN KEJADIAN DI RSG GAS

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Bab 2 PENDEKATAN TERHADAP PERTAHANAN BERLAPIS

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

2015, No Tenaga Nuklir tentang Penatalaksanaan Tanggap Darurat Badan Pengawas Tenaga Nuklir; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 te

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESELAMATAN DALAM UTILISASI DAN MODIFIKASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERIZINAN INSTALASI NUKLIR DAN PEMANFAATAN BAHAN NUKLIR

PENINGKATAN MUTU HASIL UJI KOMPETENSI PERSONIL PPR SEBAGAI STRATEGI PENGAWASAN TENAGA NUKLIR

GAMBARAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI KEADAAN DARURAT PADA SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN ABSTRAK

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA. BAB I KETENTU

MITIGASI DAMPAK KEBAKARAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI NUKLIR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

BERITA NEGARA. No.655, 2012 BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR. Manajemen. Penuaan. Nuklir Nonreaktor. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

PENINGKATAN EFEKTIVITAS INSPEKSI TERHADAP PENGGUNAAN ZAT RADIOAKTIF UNTUK KEGIATAN WELL LOGGING

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PERIZINAN REAKTOR NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN PENJELASAN BENTUK-BENTUK YANG DIGUNAKAN DALAM DOKUMEN

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN MANAJEMEN PENUAAN REAKTOR NONDAYA

KETENTUAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN INSTALASI DAN BAHAN NUKLIR

Bab 5 PERKEMBANGAN PERTAHANAN BERLAPIS UNTUK REAKTOR DAYA DI MASA DEPAN

DEFINISI. Definisi-definisi berikut berlaku untuk maksud-maksud dari publikasi yang sekarang.

MANAJEMEN OPERASI REAKTOR

BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PENDEKATAN ANALISIS KEBUTUHAN PELATIHAN (TRAINING NEEDS ASSESSMENT) PADA BADAN PENGAWAS PEMANFAATAN TEKNOLOGI NUKLIR

LAMPIRAN I METODE DAN PENDEKATAN ANALISIS KESELAMATAN

BUDAYA KESELAMATAN DI BIDANG PEMELIHARAAN PLTN

BERITA NEGARA. BAPETEN. Reaktor Nondaya. Keselamatan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

KESIAPAN SDM ANALISIS KESELAMATAN PROBABILISTIK DALAM PLTN PERTAMA DI INDONESIA

2011, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir ini, yang dimaksud dengan: 1. Reaktor nondaya adalah r

Keamanan Sumber Radioaktif

INSPEKSI KESELAMATAN NUKLIR PADA INSTALASI NUKLIR : PERMASALAHAN DAN TANTANGAN *

BAB I PENDAHULUAN. sangat terbatas, oleh karenanya Jepang melakukan terobosan inovasi dengan

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR (INNR)

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

KAJIAN PROTEKSI RADIASI DALAM PENGOPERASIAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) BERDASARKAN NS-G-2.7

EVALUASI KINERJA SISTEM KESELAMATAN REAKTOR RSG-GAS SELAMA BEROPERASI 25 TAHUN

FORMAT DAN ISI PROGRAM MANAJEMEN PENUAAN

PERTIMBANGAN DALAM PERANCANGAN PENYIMPANAN BAHAN BAKAR BEKAS SECARA KERING. Dewi Susilowati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG FORMAT DAN ISI

LINGKUP KESELAMATAN NUKLIR DI SUATU NEGARA YANG MEMILIKI FASILITAS NUKLIR

TATA CARA DAN ETIKA INSPEKSI. Oleh : SUYATI

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

Keselamatan Instalasi Nuklir

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

KAJIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN (SML) DALAM SISTEM MANAJEMEN TERINTEGRASI UNTUK KESELAMATAN INSTALASI NUKLIR

KESIAPAN SUMBER DAYA PENGAWAS PLTN DI INDONESIA

2. PENGEMBANGAN BATAS-BATAS DAN KONDISI-KONDISI OPERASIONAL

DAFTAR ACUAN. 1 World Nuclear Association (WNA) ( Juni 2007). Nuclear Power in the World Today. Nuclear Engineering International, including Handbook.

Sihana

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

ORGANISASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR BATAN YOGYAKARTA DAN PENANGANAN FASILITAS PTAPB PASCA GEMPA BUMI

Transkripsi:

KAJIAN PENERAPAN INDIKATOR KINERJA KESELAMATAN PADA REAKTOR RISET DI INDONESIA Yusri Heni, Dedi Hermawan dan Pandu Dewanto Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Jalan Gajah Mada No. 8 Jakarta, Po Box 4005 Jkt 10040 ABSTRAK KAJIAN PENERAPAN INDIKATOR KINERJA KESELAMATAN PADA REAKTOR RISET DI INDONESIA. Saat ini Indonesia mempunyai 3 reaktor riset, pengawasan yang dilakukan BAPETEN ditujukan untuk memastikan bahwa reaktor riset yang ada telah dioperasikan sesuai dengan ketentuan keselamatan sehingga aman bagi pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup. Tingkat keselamatan yang tinggi merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara desain yang baik, operasi yang aman, dan kinerja manusia yang handal. Indikator kinerja keselamatan yang ada akan memberikan informasi yang berharga dalam mengelola kinerja keselamatan instalasi yang efektif. Di beberapa negara penerapan indikator kinerja keselamatan pada reaktor daya maupun reaktor riset ini diperlukan untuk meningkatkan efektivitas proses pengawasan. Kajian penerapan indikator kinerja keselamatan yang dilakukan ini ditujukan untuk meningkatkan obyektivitas proses pengawasan terhadap umpan balik keselamatan operasi reaktor riset sehingga keputusan subyektif dan penilaian yang tidak bersifat proses dapat diminimalkan, tindakan pengawasan yang dilakukan memiliki kaitan yang jelas dengan kinerja keselamatan pemegang izin, sehingga sumber daya badan pengawas dan pemegang izin terfokus pada aspek kinerja keselamatan yang memiliki dampak besar terhadap operasi fasilitas nuklir yang selamat. Dari hasil kajian identifikasi terhadap ketiga reaktor riset di Indonesia serta kesesuaiannya dengan lingkup pengawasan yang dilakukan oleh BAPETEN maka dihasilkan lima Indikator Kinerja Keselamatan Keseluruhan yaitu Keselamatan Reaktor, Keselamatan Radiasi bagi pekerja, Keselamatan radiasi Lingkungan, Kedaruratan Nuklir, dan Jaminan Mutu. Secara keseluruhan dihasilkan 11 indikator stratejik dan 72 indikator spesifik yang dapat langsung dimonitor dan dikuantifikasi. Indikator kinerja keselamatan ini akan dilaporkan oleh pemegang izin setiap triwulan kemudian diverifikasi oleh BAPETEN melalui kegiatan inspeksi. Tindakan penegakkan hukum terhadap penyimpangan keselamatan dilakukan sesuai dengan ketentuan dan kategori temuan hasil pengawasan. Kata kunci : Reaktor Riset, Indikator Kinerja Keselamatan ABSTRACT THE ASSESSMENT OF SAFETY PERFORMANCE INDICATOR IMPLEMENTATION ON RESEARCH REACTORS IN INDONESIA. Indonesia has three research reactors which regulate by BAPETEN to ensure that the operation will conform with regulation for the safety and health of worker, public, and environment. High safety level is a complex interaction between good design, safety operation and reliability of human performance. Safety performance indicator give valuable information in managing installation performance effectively. The implementation of safety performance indicator on NPP and research reactors has been used to improved the effectiveness of regulation process in the other countries. The assessment of safety performance indicator, have purposes to increase the objectiveness of regulatory process as a feedback to the safety operation of research reactor to minimize subjective decision and unprocessed review, to have distinct relation between regulatory action and users, so the resource of the regulatory body and the owner focused on safety performance aspect which have great impact to the safety operation of the nuclear facility. From the identification assessment on research reactors in indonesia and then conform it with the regulation aspect of BAPETEN, the Overall Safety Performance Indicator is divided into 5 overall indicators which is reactor safety, radiation safety for worker, radiation safety for environment, emergency preparedness, quality assurance. Overall, the safety performance indicators has been concluded into 11 strategic indicators and 72 specific indicators which can directly monitored and quantified. This safety performance indicators will be reported by owner every three month and BAPETEN will conduct inspection to verified it. Law enforcement action to safety violence will be conduct conform with the regulation and finding category of inspection. Keywords : research reactors, safety performance indicator 347

I. PENDAHULUAN Kajian Indikator Kinerja Keselamatan reaktor riset ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas serta kualitas pelaksanaan pengawasan reaktor riset yang sudah dilakukan oleh BAPETEN, khususnya untuk mendukung kegiatan inspeksi keselamatan reaktor riset. Penerapan indikator kinerja keselamatan ini dibeberapa negara sudah dilakukan, hal ini diperlukan untuk kajian yang terkait dengan umpan balik pengalaman operasi (operational experience feed back OEF). Kajian ini juga diperlukan untuk melakukan pengembangan proses yang lebih obyektif untuk mengkaji pengawasan pemegang izin dalam memantau kinerja keselamatan reaktor riset. Ambang setiap indikator kinerja keselamatan memberikan indikasi obyektif mengenai kebutuhan untuk meningkatkan pelaksanaan inspeksi reaktor riset serta sebagai pertimbangan tindakan pengawasan lainnya yang berdasar pada kinerja pemegang izin. Keseluruhan proses pengkajian diperlukan untuk: Meningkatkan obyektivitas proses pengawasan sehingga keputusan subyektif dan penilaian yang tidak bersifat proses dapat diminimalkan. Meningkatkan penelitian yang mendalam dalam proses pengkajian badan pengawas sehingga tindakan badan pengawas memiliki kaitan jelas dengan kinerja keselamatan pemegang izin, dan Memberikan informasi proses pengkajian pengawasan sehingga sumber daya badan pengawas dan pemegang izin terfokus pada aspek kinerja keselamatan dan keamanan yang miliki dampak yang lebih besar terhadap operasi fasilitas yang selamat. Dalam mengidentifikasi aspek-aspek kinerja pemegang izin tersebut yang penting bagi misi badan pengawas adalah memberikan proteksi memadai bagi kesehatan dan keselamatan pekerja, masyarakat dan lingkungan. Tujuan pemantauan kinerja Keselamatan [5,12,15] Menjaga frekuensi kejadian yang dapat menyebabkan suatu kecelakaan reaktor nuklir tetap rendah. Paparan radiasi signifikan yang dihasilkan dari rektor nuklir adalah nol; Tidak ada peningkatan jumlah pelepasan bahan radioaktif di luar tapak dari reaktor nuklir yang melebihi batas ketentuan keselamatan. Manajemen keselamatan yang efektif untuk memperkecil kecelakaan reaktor. Tidak ada pelanggaran yang berarti terhadap proteksi fisik yang memperlemah proteksi terhadap sabotase radiologis, pencurian, atau diversi terhadap material nuklir khusus. Kajian Indikator Kinerja Keselamatan dilakukan untuk lima bidang sesuai dengan lingkup inspeksi keselamatan reaktor riset yang selama ini sudah dilakukan oleh BAPETEN, sehingga hasil kajian dan data indikator kinerja keselamatan reaktor yang di laporkan oleh pemegang izin kepada BAPETEN, dapat diverifikasi melalui pelaksanaan inspeksi. Hasil inspeksi akan melengkapi atau menyempurnakan kondisi kinerja keselamatan dari setiap bidang. Proses pengawasan yang dilakukan oleh BAPETEN akan difokuskan pada kinerja keselamatan yang lemah dan perlu mendapat perhatian yang serius, atau proses pengawasan dilakukan untuk aspek yang menunjukkan resiko lebih tinggi. Dengan demikian maka sumberdaya pengawasan akan lebih efektif dan efisien. Kelima bidang inspeksi reaktor riset tersebut mencakup : a. Keselamatan operasi reaktor b. Keselamatan radiasi bagi pekerja c. Keselamatan radiasi lingkungan d. Kedaruratan nuklir e. Jaminan mutu II. TEORI Tingkat keselamatan yang tinggi merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara desain yang baik, operasi yang aman, dan kinerja manusia yang handal. Indikator kinerja keselamatan yang ada akan memberikan informasi yang berharga dalam mengelola kinerja keselamatan instalasi yang efektif. II.1. Indikator Kinerja Keselamatan berdasarkan IAEA IAEA telah menerbitkan TECDOC 1141 tentang Indikator Kinerja Keselamatan Operasional PLTN yang jabarkan sebagai berikut [8] : - Indikator keseluruhan: diharapkan memberikan evaluasi aspek kinerja keselamatan relevan menyeluruh - Indikator strategis: menyediakan jembatan dari indikator keseluruhan ke indikator spesifik 348

- Indikator spesifik : mewakili ukuran kinerja yang dapat dikuantifikasi Dalam pemantauan kinerja keselamatan operasional PLTN, dilakukan pendekatan seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Apa yang diperlukan instalasi agar kinerjanya selamat Parameter yang Menunjukkan tingkat kinerja keselamatan operasi keseluruhan Atribut keselamatan operasi Indikator keseluruhan Parameter yang sesuai Parameter yang dapat dimonitor & diukur secara langsung Indikator stratejik Indikator spesifik Atribut keselamatan Operasi normal Operasi dg resiko rendah Gambar 1. Hirarki Indikator Kinerja Keselamatan Operasional PLTN Tabel 1. Indikator keseluruhan dari setiap atribut keselamatan [8] Operasi dg sikap positif thdp keselamatan Dokumen ini juga banyak digunakan oleh beberapa negara untuk mengkaji dan menetapkan indikator kinerja keselamatan reaktor riset, dengan mengidentifikasi indikator-indikator yang sesuai atau dapat diberlakukan pada reaktor riset. II.2. Indikator Kinerja Keselamatan Pengoperasian PLTN dari WANO. Untuk menjaga keselamatan dan keamanan operasi PLTN terhadap pekerja, masyarakat dan lingkungan hidup, sebuah asosiasi operator PLTN dunia (World Assosiation of Nuclear Operator WANO) menyiapkan 10 indikator kinerja keselamatan yang digunakan oleh anggota WANO dan dilakukan evaluasi terhadap penerapan indikator kinerja keselamatan [12], yaitu : Indikator Keseluruhan Kinerja pengoperasian Status SSK (struktur, sistem dan komponen) Event / kejadian Tantangan untuk Keselamatan Sistem Kemampuan dari instalasi untuk merespon tantangan Konfigurasi resiko pada instalasi Sikap terhadap keselamatan Usaha Keras Untuk Peningkatan. Faktor Kapabilitas Unit Faktor Kehilangan Kapabilitas Tak Direncanakan Scram Otomatis Tak Direncanakan per 7000 Jam Operasi Unjuk Kerja Sistem Keselamatan Unjuk Kerja Thermal Reliabilitas Bahan Bakar Kinerja Kimia Paparan Radiasi Kolektif Kecelakaan terkait Keselamatan dalam Industri Volume Limbah Radioaktif Padat Laju II.3. Indikator Kinerja Keselamatan Operasional PLTN di Amerika Serikat Kerangka kerja penilaian kinerja PLTN di USA ada di NUREG-1649. Di NUREG-1649 terlihat 3 jenis indikator kinerja PLTN, yaitu indikator kinerja strategik (sebanyak 3 buah), indikator faktor penentu keselamatan 349

(cornerstone sebanyak 7 buah), indikator kinerja terukur (sebanyak 15 buah). Tabel 2. Indikator kinerja keselamatan di USA [9,13,15] Penentu Tingkat Indikator Kinerja dari Penentu Tingkat Keselamatan Keselamatan Peristiwa pemicu Pemadaman reaktor tidak terencana (automatik dan manual) Sistem Mitigasi Integritas Penghalang Mencegah Rilis Radioaktivitas Persiapan Keadaan Darurat Kegagalan sistem pendingin reaktor yang beroperasi pada saat situasi normal, di mana kegagalan ini terjadi setelah pemadaman reaktor tidak terencana Peristiwa tidak terencana yang menyebabkan adanya perubahan penting pada daya reaktor Sistem Keselamatan tidak berfungsi berupa gagalnya: - Bagian tertentu dari Sistem Pendingin Teras Darurat - Sistem Daya Listrik Darurat Kelongsong bahan bakar (diukur dengan cara mengukur tingkat radioaktivitas di sistem pendingin reaktor) Kecepatan bocornya sistem pendingin reaktor. Kinerja organisasi tanggap darurat pada saat diadakannya latihan Keselamatan Radiasi Pekerja Keselamatan Radiasi Masyarakat Proteksi Fisik Kesiapan dari organisasi tanggap darurat Keberadaan sistem peringatan untuk penduduk di sekitar PLTN Kepatuhan terhadap aturan yang ditujukan untuk mengendalikan akses ke daerah berradiasi di dalam PLTN Paparan radiasi tidak terkendali yang diterima para pekerja lebih dari 10 % dari batas yang ditetapkan pengawas. Rilis zat radioaktif mewajibkan adanya laporan ke NRC menurut ketentuan peraturan dan kondisi izin. Ketersediaan peralatan sistem keamanan Kinerja dari program yang digunakan untuk menyaring personil yang masuk ke fasilitas Keefektifan dari program kebugaran-pada masa-bertugas yang ditujukan untuk pekerja Indikator kinerja dilaporkan ke NRC setiap 3 bulan oleh setiap pemegang izin. Selanjutnya dikompilasi dan dikaji oleh staf NRC, indikator kinerja ditampilkan dalam websitenya ; www.nrc.gov/nrr/oversight/assess/index. html. Metode proses pengawasan baru ditujukan untuk memenuhi 4 tujuan berikut, yang ditetapkan oleh NRC, yaitu: Menetapkan sebuah kerangka kerja pengawasan dari badan pengawas yang menyediakan jaminan bahwa PLTN terus menerus dioperasikan secara aman oleh operator PLTN. Untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap program pengawasan NRC dengan meningkatkan kemampuan sehingga 350

menjadi dapat diprediksi, konsisten, obyektif dan transparan, sehingga semua pihak dilayani dengan baik oleh perubahan yang sedang terjadi. Untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, dan realisme proses pengawasan dengan sumber daya NRC dan sumber daya pemegang izin difokuskan untuk isu-isu yang memiliki dampak terhadap keselamatan yang paling besar. Untuk mengurangi masalah yang menumpuk, perlu diamati, apakah proses sudah menjadi lebih efisien dan efektif. II.4. Indikator Kinerja Keselamatan Operasional PLTN di CANADA Terdapat 22 unit reaktor nuklir di Canada, 18 telah mendapat izin untuk memproduksi listrik. Canadian Nuclear Safety Commission (CNSC) selaku badan pengawas di negara melakukan pengukuran kinerja yang berbeda dari TECDOC 1141. WILAYAH KESELAMATAN 1. KINERJA OPERASI 2. KINERJA OPERASI 3. KINERJA JAMINAN 4. DESAIN DAN ANALISA Tabel 2. Indikator kinerja keselamatan di Canada [1,2,3] 5. PERALATAN BEKERJA DG BAIK PROGRAM Organisasi dan Manajemen Instalasi Operasional Pekerjaan Kesehatan dan Keselamatan (Non-rad) Organisasi dan Manajemen Instalasi Operasional Pekerjaan Kesehatan dan Keselamatan (Non-rad) manajemen kualitas faktor manusia/personil pelatihan, pengujian dan serrtifikasi analisa keselamatan masalah keselamatan desain perawatan problem yang terintegrasi kehandalan kualifikasi peralatan 6. KEDARURATAN NUKLIR kedaruratan nuklir 7. PERLIND LINGK. sistem manajemen lingkungan 8. PROTEKSI RADIASI paparan personil 9. KEAMANAN LINGKUNGAN proteksi fisik 10. SAFEGUARDS safeguards II.5 Indikator Kinerja Keselamatan Reaktor Riset di HANARO Korea Selatan. Dalam upaya meningkatkan kinerja keselamatan pada reaktor riset, pihak KAERI telah mulai menerapkan Indikator Kinerja Keselamatan Operasional pada reaktor riset HANARO, dan saat ini statusnya adalah sebagai berikut [14] : 1. HANARO berupaya mempersiapkan naskah akhir tentang program kinerja keselamatan operasional yang dikhususkan untuk reaktor riset dan penggunaannya. 2. Program didasarkan pada model yang diusulkan oleh IAEA-TECDOC-1141 Tiga atribut utama telah dipertahankan untuk aktivitas reaktor riset kecuali atribut safe utilization. Dibandingkan dengan referensi IAEA TECDOC 1141, maka berdasarkan pemilihan indikator kinerja keselamatan reaktor riset HANARO mempunyai struktur pada tabel 3, sedangkan Indikator Kinerja Keselamatan Keseluruhan pada Reaktor Riset HANARO ditampilkan pada tabel 4 di bawah. 351

Tabel 3. Indikator kinerja keselamatan reaktor riset HANARO [14] Struktur Jumlah Ref. IAEA Atribut Keselamatan 4 3 Indikator Keseluruhan 10 8 Indikator Strategis 22 21 Indikator Spesifik 42 70 Tabel 4. Indikator kinerja keselamatan keseluruhan reaktor riset HANARO [14] Operasi Normal Atribut Kinerja Operasi Indikator Keseluruhan Kondisi dari Struktur, Sistem dan Komponen Operasi dengan resiko rendah Operasi dengan sikap keselamatan positif Operasi dengan keselamatan pemanfaatan Kejadian Tantangan terhadap Sistem Keselamatan Kemampuan plant merespon tantangan Konfigurasi resiko plant Sikap terhadap Keselamatan Upaya Peningkatan Keadaan Peralatan eksperimen Kemampuan pengguna merespon perubaha kerja lapangan III. TATA KERJA Tata kerja kajian penerapan indikator kinerja keselamatan pada reaktor riset di Indonesia ini telah dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Melakukan kajian terhadap Tecdoc 1141 IAEA, kemudian belajar dari pengalaman beberapa negara Amerika, Canada, Korea dan WANO dalam menerapkan indikator kinerja keselamatan. b. Melakukan kajian terhadap implemetasi pelaksanaan inspeksi keselamatan terhadap reaktor riset untuk menentukan lingkup dan pengembangan indikator kinerja keselamatan reaktor riset yang akan dikaji. c. Melakukan kajian terhadap semua peraturan terkait dengan keselamatan reaktor riset yang saat ini diberlakukan oleh BAPETEN. d. Melakukan identifikasi terhadap parameter indikator kinerja keselamatan reaktor riset pada ketiga reaktor riset yaitu Reaktor Triga Bandung, Reaktor Kartini, dan RSG. e. Melakukan survey terhadap penerapan penilaian indikator kinerja keselamatan dengan model projek RSG f. Melakukan hasil analisis dan pembahasan baik dengan nara sumber maupun inspektur keselamatan nuklir BAPETEN. g. Kesimpulan dan rekomendasi tindak lanjut hasil kajian untuk mendukung efektifitas pelaksanaan pengawasan reaktor riset. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan kajian terhadap penerapan indikator kinerja keselamatan terhadap reaktor daya maupun reaktor riset dibeberapa negara serta indikator kinerja keselamatan dari IAEA, dan setelah dilakukan kajian dan identifikasi penerapan indikator kiinerja keselamatan reaktor riset di ketiga reaktor riset (Triga 2000, Reaktor Kartini, RSG-GAS ) kemudian disesuaikan dengan lingkup pengawasan, maka dihasilkan indikator kinerja keselamatan untuk reaktor riset yang dapat diterapkan di Indonesia adalah sebagai berikut : 352

IV.1. Bidang Keselamatan Reaktor Dalam memantau keselamatan operasi reaktor riset maka aspek dasar (cornerstone) sebagai indikator stratejik keselamatan reaktor riset yaitu : IV.1.1. Ketersediaan Operasi Pada Daya Yang Direncanakan Indikator ini memantau jumlah perubahan daya yang tidak direncanakan di luar scram dan penggunaan reaktor yang mungkin mempengaruhi fungsi sistem keselamatan. Indikator Spesifiknya adalah : Jumlah ketersediaan operasi pada daya nominal, dalam MWD operasi pertahun Prosentase Ketersediaan Operasi pada daya yang direncanakan, MWD operasi / MWD yang direncanakan Jumlah Irradiasi sampel di reaktor riset. jumlah layanan operasi untuk penelitian dan pendidikan IV.1.2. Kejadian Pemicu Indikator ini ditujukan untuk membatasi frekuensi kejadian yang mengganggu stabilitas instalasi dan fungsi keselamatan kritis pada operasi reaktor riset. Apabila kejadian ini tidak termitigasi dan bila sistem penghalang gagal, kecelakaan reaktor dapat terjadi. Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Jumlah scram tidak direncanakan selama setahun Jumlah permintaan aktuasi RPS/ECCS/EPS dan sistem keselamatan lainnya dalam satu tahun Jumlah Scram karena kehilangan perpindahan panas normal dalam satu tahun. Jumlah kejadian atau kecelakaan yang signifikan karena penyebab internal Jumlah kejadian atau kecelakaan yang signifikan karena penyebab eksternal. Kejadian karena pelanggaran Batasan Kondisi Operasi (BKO) IV.1.3. Sistem Mitigasi Indikator ini ditujukan untuk memantau ketersediaan, keandalan dan kemampuan sistem yang memitigasi efek kejadian pemicu untuk mencegah rusaknya teras. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kecelakaan reaktor dengan mempertahankan ketersediaan dan keandalan sistem mitigasi. Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Jumlah perintah kerja untuk perbaikan yang dikeluarkan untuk sistem keselamatan. Jumlah perintah kerja untuk perbaikan yang dikeluarkan diluar sistem keselamatan. Perbandingan perintah kerja yang ditindak lanjuti dengan yang direncanakan. Untuk sistem keselamatan, dan untuk non keselamatan. Jumlah perintah kerja yang tertunda lebih dari 3 bulan. Jumlah jam tak tersedia yang direncanakan (termasuk tidak operasi, sedang maintenance) Jumlah jam tak tersedia yang tidak direncanakan ( seharusnya berfungsi tetapi tidak berfungsi ) Jumlah jam dimana sistem tersebut dipersyaratkan siap operasi. Jumlah kegagalan fungsi sistem keselamatan selama satu tahun. IV.1.4. Integritas Penghalang Indikator ini ditujukan untuk menyediaakan jaminan yang dapat diterima bahwa penghalang fisik (kelongsong bahan bakar, sistem pendingin reaktor, dan ventilasi ) melindungi pekerja dan masyarakat dari pelepasan radionuklida yang disebabkan oleh kejadian atau kecelakaan reaktor. Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Jumlah kegagalan kelongsong bahan bakar pada saat operasi atau di penyimpanan Aktinitas spesifik sistem pendingin. Jumlah penyimpangan kondisi kimia air (Konduktivitas, PH,kandungan unsur ) Kebocoran sistem pendingin. Hal ini ditunjukkan dengan nilai aktual ketinggian air kolam, dibandingkan dengan nilai batas ketinggian air kolam normal. Kebocoran ventilasi IV.1.5. Kesiapan Operator reaktor Indikator ini ditujukan untuk memantau kualifikasi dan kemampuan operator reaktor untuk menjamin operasi reaktor riset yang aman. Jumlah waktu yang disediakan untuk pelatihan. 353

IV.2. Keselamatan Radiasi Pekerja Indikator ini memantau keselamatan bagi pekerja radiasi dan menjaga paparan radiasi dosis okupasional yang diterima pekerja dibawah batas yang ditetapkan. Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Jumlah pekerja radiasi yang menerima dosis diatas nilai batas dosis yang diijinkan atau paparan kerja pada kejadian normal, kejadian radiasi tinggi ( > 1 rem perjam ), Kejadian pada daerah radiasi sangat tinggi (10 rad=0.1gy) selama 4 triwulan. Maksimum dosis individu untuk anggota staff operasi (msv) Maksimum dosis individu untuk setiap orang yang berada di reaktor (msv) Jumlah pekerja radiasi yang tidak mengikuti madical check up (%) Jumlah Kejadian Penerimaan dosis tidak merata pada pekerja radiasi Paparan radiasi kolektif pada kejadian normal, kejadian pada paparan yang melebihi daerah pengawasan, kejadian pada paparan yang melebihi daerah pengendalian. Jumlah/persentase control area yang terkontaminasi, termasuk kontaminasi pada lantai, kontaminasi udara dan kontaminasi air pendingin yang melebihi batas. IV.3. Keselamatan Radiasi Lingkungan Indikator ini memantau keselamatan publik dan menjaga agar pelepasan efluen radiologis di sekitar reaktor tidak melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan. Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Jumlah kejadian efluen radiologis dari reaktor riset setiap triwulan yang melibatkan dosis melebihi nilai efluen indikator. Noble gas yang terlepas dari reaktor ke atmosfir (GBq) Iodine yang terlepas ke atmosfer (MBq) Limbah radioaktif cair yang dibuang (m 3 ) Limbah radioaktif padat yang dihasilkan (m 3 ) IV.4. Bidang Kedaruratan Nuklir Tujuan dari penerapan indikator kinerja keselamatan terhadap aspek kedaruratan nuklir ini bagi pengawasan adalah untuk memastikan bahwa pemegang ijin reaktor riset ini mampu mengimplementasikan tindakan yang memadai dalam melindungi keselamatan dan kesehatan bagi pekerja dan masyarakat selama waktu terjadi kedaruratan nuklir. Dalam memantau aspek kedaruratan nuklir pada reaktor riset maka aspek dasar (cornerstone) sebagai indikator stratejik keselamatan reaktor riset yaitu IV.4.1. Sistem Kewaspadaan dan Notifikasi Indikator ini memantau kesiapan sistem kewaspadaan dan notifikasi untuk melakukan kedaruratan nuklir setiap saat. Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Kesiapan sistem peralatan proteksi kebakaran (detektor asap, alarm line cable, smash glass box, sistem booster pump, sistem hydran, dan tabung Apar). Data yang dilaporkan mencakup jumlah total uji fungsi peralatan sistem kebakaran selama triwulan sebelumnya dan jumlah uji fungsi peralatan sistem kebakaran yang berhasil selama triwulan sebelumnya. Kesiapan sistem Sirine. Data yang dilaporkan mencakup jumlah total uji sirine selama triwulan sebelumnya dan jumlah uji sirine yang berhasil selama triwulan sebelumnya. Kesiapan sistem komunikasi, mencakup laporan jalur telpon di ruang krisis, laporan pengelolaan peralatan di ruang krisis, check list setiap 6 bulan. IV.4.2. Latihan Kedaruratan Nuklir Indikator kinerja latihan kedaruratan nuklir ditujukan untuk memonitor kinerja pemegang izin tepat waktu dan akurat dalam latihan kedaruratan nuklir selama delapan triwulan sebelumnya. Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Jumlah latihan kedaruratan nuklir yang telah dilakukan dalam setiap tahun operasi reaktor Jumlah staff yang dilatih untuk mengikuti latihan Kedaruratan Nuklir ( tim pelaksana kedaruratan nuklir, Staff yang dilatih, Tamu yang dilatih ) Jumlah waktu yang digunakan untuk perencanaan latihan kedaruratan nuklir Jumlah waktu yang digunakan untuk persiapan kedaruratan nuklir Jumlah waktu yang digunakan untuk latihan kedaruratan nuklir 354

Temuan selama pemeriksaan perencanaan kedaruratan. Termasuk prosedur, kelengkapan bahan dan alat latihan, tindak lanjut temuan latihan kedaruratan nuklir sebelumnya. Temuan selama latihan kedaruratan. Termasuk penilaian temuan evaluator dalam latihan kedaruratan nuklir, ketepatan waktu perencanaan dengan pelaksanaan latihan kedaruratan nuklir, keseriusan dalam latihan. IV.5. Jaminan Mutu Berdasarkan TecDoc 1141 maka Indikator ini berkaitan erat dengan atribut keselamatan Operasi dengan sikap positif terhadap keselamatan. Tujuan indikator ini adalah untuk memantau sikap, kepedulian dan kepatuhan pemegang izin terhadap ketentuan, program dan prosedur yang ditetapkan. Indikator stratejik dari atribut keselamatan ini mencakup : IV.5.1. Sikap terhadap Prosedur, Kebijakan, Aturan keselamatan Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Jumlah Pelanggaran yang ditemukan pada saat pemeriksaan Intern Jumlah temuan dalam inkonsistensi manajemen Jumlah revisi/review thd prosedur, kebijakan, aturan dan Dokumen keselamatan Jumlah dokumen (prosedur, kebijakan dan aturan) yang tidak terpenuhi/ tidak tersedia Jumlah penyimpangan yang ditemukan ada saat surveilens IV.5.2. Kinerja Manusia terhadap keselamatan Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : Jumlah kesalahan manusia dalam kegiatan operasi, pengujian dan perawatan terhadap prosedur yang ada Jumlah kejadian akibat kekurangan dalam training (terkait kualitas training)- kekurangan jam terbang operasi Jumlah kejadian akibat kekurangan dalam prosedur Jumlah kejadian terkait manusia pada kegiatan pengujian, perawatan dan perbaikan IV.5.3. Kepedulian terhadap Keselamatan Dari hasil identifikasi dan kajian dihasilkan indikator spesifik sebagai berikut : % karyawan yang manangani. keselamatan / Jumlah staf yang mengikuti training keselamatan Jumlah Seminar/pertemuan yang terkait dengan Keselamatan Jumlah personil panitia keselamatan yang kompeten. Jumlah pertemuan koordinasi keselamatan pada tingkat Puslit, Bidang/ Unit, dan pada tingkat Subidang/ Kelompok Number of Safety Committee meetings Jumlah item safety related hasil pertemuan yang ditindaklanjuti pada masing-masing tingkat. Jumlah item safety related urgensi hasil temuan lapangan yang ditindaklanjuti pada forum rapat harian Number of peer reviews (national and international) and number of recommendations implemented Jumlah staf yang mengikuti seminar terkait keselamatan Frekuensi dan kelengkapan rapat/pertemuan panitia Keselamatan IV.5.4. Penilaian diri Jml pemeriksaan QA Jml Temuan dari pemeriksa QA Jumlah temuan yang diselesaikan Jumlah temuan yang berulang Jml dokumen/prosedur (rev) yang direview oleh Tim Kes Jumlah kajian diri / survey keselamatan IV.5.5. Umpan Balik Pengalaman Operasi Jml kejadian di fasiltas yg sdg ditinjau/analisis Jml kejadian /kecelaka an di fasiltas lain yang sejenis yang dianalisis sbg masukan dari pengalaman operasi Seluruh indikator kinerja keselamatan tersebut dilaporkan oleh pemegang izin reaktor riset kepada Badan Pengawas setiap Triwulan, selanjutnya BAPETEN akan menverifikasi laporan kinerja keselamatan melalui inspeksi dan melakukan penilaian untuk periode 4 Triwulan. Tindakan penegakkan hukum terhadap penyimpangan 355

keselamatan dilakukan sesuai dengan ketentuan dan kategori temuan hasil pengawasan V. KESIMPULAN Keselamatan dan keamanan merupakan tujuan utama seluruh pengoperasian reaktor nuklir, sehingga diperlukan suatu metode untuk mengukur kinerja keselamatan pengoperasian reaktor nuklir. IAEA telah menyiapkan TECDOC 1141 tentang Indikator Kinerja Keselamatan Operasional PLTN sebagai pedoman negara anggota IAEA dalam mengukur kinerja keselamatan operasi PLTN. Dokumen ini juga banyak digunakan oleh beberapa negara untuk mengkaji penerapan indikator kinerja keselamatan reaktor riset. Penerapan indikator kinerja keselamatan untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pengawasan telah dilakukan oleh USNRC Amerika, CNSC-Canada, KINS Korea dan WANO untuk seluruh anggota operator PLTN. Kajian dari pengalaman beberapa negara tersebut kemudian digunakan oleh BAPETEN untuk melakukan kajian dalam rangka meningkatan efektivitas proses pengawasan reaktor nuklir di Indonesia. Dari hasil kajian identifikasi terhadap ketiga reaktor riset di Indonesia dan lingkup pengawasan maka telah ditetapkan Lima Bidang Indikator Kinerja Keselamatan yaitu Keselamatan operasi reaktor, Keselamatan radiasi bagi pekerja, Keselamatan radiasi lingkungan, Kedaruratan nuklir dan Jaminan mutu. Secara keseluruhan terdapat 11 indikator strategik dan 72 indikator spesifik yang langsung dapat dimonitor dan dikuantifikasi. Hasil laporan indikator kinerja keselamatan masih perlu diverifikasi lagi dengan inspeksi yang dilakukan oleh BAPETEN. Tindakan penegakkan hukum terhadap penyimpangan keselamatan dilakukan sesuai dengan ketentuan dan kategori temuan hasil pengawasan. VI. DAFTAR PUSTAKA 1. INFO-0761, Annual CNSC Staff Report for 2006 on the Safety Performance of the Canadian Nuclear Power Industry, Canadian Nuclear Safety Commission, June 2007 2. Canadian Nuclear Safety Commission Performance Report For the period ending March 31, 2007 3. CCSN INFO-0763, Canadian National Report for the Convention on Nuclear Safety Fourth Report, Canadian Nuclear Safety Commission, September 2007 4. NEA/CSNI/R(2002)2, Safety Performance Indicators Workshop Proceedings, 17-19 October 2000, Madrid, Spain, Nuclear Energy Agency Committee On The Safety Of Nuclear Installations, 28-May-2002 5. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Operating Safety Performance Indicators for Nuclear Power Plants, IAEA TECDOC-1141, - Vienna, 2000 6. INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, Safe and Effective Nuclear Power Plant Life Cycle Management Toward Decommissioning, IAEA-TECDOC-1305, Vienna, 2002 7. K. DAHLGREN (IAEA), L. LEDERMAN (IAEA), T. SZIKSZAi (IAEA), J. PALOMO (Spain), IBERDROLA (Spain), Safety Performance Indicators, Topical Issue Paper No. 5 International Conference on Topical Issues in Nuclear Safety 3-6 September 2001 Vienna, Austria 8. IAEA, Operational safety performance indicators for nuclear power plants, IAEA-TECDOC-1141, May 2000. 9. USNRC, Reactor Oversight Process (ROP), NUREG-1649, Rev. 3, July 2000 10. US-NRC, Reactor Oversight Process (ROP), September 2009 : 11. http://www.nrc.gov/nrr/oversight/asses S/ 12. US-NRC, Inspection Procedures & Performance Indicators by ROP Cornerstone, Augustus 2009,: http://www.nrc.gov/nrr/oversight/asses S/cornerstone.html 13. NEA/CNRA, Joint CSNI/CNRA Report On Regulatory Uses Of Safety Performance Indicators, March 2006. 14. GAO, Nuclear Regulatory Commission Oversight of Nuclear Power Plant Safety Has Improved, but Refinements Are Needed, September 2006. 15. JONG SUP, WU, Development of Safety Performance Indicators (SPI) for HANARO 16. NEI 99-02 Rev 2, Regulatory Assessment Performance Indicator Guideline 356