Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan

dokumen-dokumen yang mirip
PENYELESAIAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU. Oleh; YOSRAN,S.H,M.Hum

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tamb

SENGKETA TATA USAHA NEGARA PEMILU DAN PENYELESAINNYA OLEH PERADILAN TATA USAHA NEGARA

NO. PERIHAL PASAL KETENTUAN 1 BPP DPR Pasal 1 Poin 27.

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

PEDOMAN PEMETAAN ANGGOTA DPRD KABUPATEN/KOTA YANG MENCALONKAN DIRI PADA PILKADA SERENTAK TAHUN 2018 DI DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN, VERIFIKASI, DAN PENETAPAN CALON ANGGOTA DPR, DPRD PROVINSI, DAN DPRD KABUPATEN/KOTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

JENIS FORMULIR. Lampiran I : Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor : 13 Tahun 2008 Tanggal : 4 April 2008

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

Lampiran Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor : 15 Tahun 2012 Tanggal : 25 Oktober 2012

KET BERKAS PERSYARATAN PAW ADA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

Lampiran Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor : 14 Tahun 2013 Tanggal : 26 Juli 2013 TANDA TERIMA BERKAS PERMOHONAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji:

-3- Berpenghargaan...

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA ANCANGAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

JENIS FORMULIR PENCALONAN ANGGOTA DPD DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012

UJI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG PENCALONAN PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

AKTUALISASI KEWENANGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA BERKAITAN DENGAN KEMAJUAN TEKNOLOGI INFORMATIKA

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR.

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

UJI PUBLIK RANCANGAN PERATURAN KPU TENTANG PENCALONAN PESERTA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

QANUN ACEH NOMOR 3 TAHUN 2008

BAB IV SENGKETA VERIFIKASI PARTAI KEADILAN DAN PERSATUAN INDONESIA MENURUT UU NO.15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILU

BAB II PENGATURAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM DI INDONESIA. sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam ajaran demokrasi dan sesuai dengan

SURAT PERNYATAAN. 1. Nama Lengkap :. 2. Tempat dan tanggal lahir/umur

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

IJIN LUAR NEGERI PEJABAT NEGARA ALASAN PENTING BAGI PEJABAT NEGARA & DPRD PROVINSI, KAB/KOTA DASAR HUKUM

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

SURAT PENCALONAN Nomor :... Dewan Pimpinan Wilayah/Daerah*) Partai NasDem

2 Dengan memperhatikan keberlangsungan penyelenggaraan negara dan penyelenggaraan pemerintahan daerah, mekanisme pengunduran diri Kepala Daerah dan Wa

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

2013, No. 405

- 2 - MEMUTUSKAN : mencakup

BERITA NEGARA. No.1109, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Sengketa Pemilu. Penyelesaian. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PENCALONAN PESERTA PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Prosedur berperkara di Mahkamah Konstitusi

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

- 2 - Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 30 Juli 2012; MEMUTUSKAN :

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5729); 4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA,

2017, No sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum, sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huru

PEDOMAN TEKNIS UNTUK KOMISI PEMILIHAN UMUM

I. PARA PIHAK A. Pemohon Saul Essarue Elokpere dan Alfius Tabuni, S.E. (Bakal Pasangan Calon)

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Mahkamah Agung tentang Pedoman Beracar

MATERI SOSIALISASI TAHAPAN PENCALONAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PEDOMAN TEKNIS VERIFIKASI SYARAT CALON PENGGANTI ANTARWAKTU ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH PEMILIHAN UMUM TAHUN 2009

Putusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 4 Maret MEMUTUSKAN :

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

I. UMUM. serasi... serasi antara Pemerintah dan Daerah serta antar Daerah untuk menjaga keutuhan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG PENGUMUMAN. NOMOR : 94/KPU-Kab /VII/2015

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA TANJUNGBALAI. NOMOR: 5 /Kpts/KPU /2015

BAB III KEWENANGAN KPU DALAM MENETAPKAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG PENGUMUMAN. NOMOR : 95/KPU-Kab /VII/2015

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

(Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2011 Nomor 8 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5189);

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 45/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA

Transkripsi:

PENGADILAN TINGGI TATA USAHA NEGARA SEBAGAI LEMBAGA PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KPU, KPU PROPINSI, KPU KABUPATEN/KOTA DAN ANGGOTA DPR, DPD, DPRD PROPINSI, DPRD KABUPATEN/KOTA YANG DICORET DARI DAFTAR CALON TETAP Oleh; YOSRAN,S.H,M.Hum 1) Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 6 Tahun 2012, kewenangan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara diperluas untuk mengadili sengketa Tata Usaha Negara Pemilu. Sengketa tata usaha negara Pemilu adalah sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara Pemilu antara calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan Kabupaten/Kota dan Partai Politik calon peserta Pemilu dengan KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten/kota sebagai akibat dikeluarkannya keputusan KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten/kota. Sengketa tata usaha negara Pemilu merupakan sengketa yang timbul antara : a. KPU dan Partai Politik calon Peserta Pemilu yang tidak lolos virifikasi sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU tentang penetapan Partai Politik Peserta Pemilu; b. KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten/Kota dan calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/kota yang dicoret dari daftar calon tetap ( Pasal 268 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012). Dengan demikian, pihak yang dapat mengajukan gugatan atau yang dapat bertindak sebagai Penggugat dalam sengketa tata usaha negara Pemilu adalah Partai Politik calon peserta Pemilu yang tidak lolos verifikasi dan calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi Kabupaten/Kota yang dicoret 1

dari daftar calon tetap. Sedangkan pihak Tergugat adalah Komisi Pemilihan Umum/Komisi Pemilihan Umum Propinsi/Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota dan keputusan yang harus digugat sebagai obyek gugatan pada sengketa tata usaha negara Pemilu adalah Keputusan Komisi Pemilhan Umum tentang Penetapan Partai Politik Peserta Pemilu dan Keputusan Komisi Pemilihan Umum/Komisi Pemilihan Umum Propinsi/Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/ Kota tentang Penetapan Daftar Calon Tetap Pemilu. Bagaimana proses penyelesaian sengketa tata usaha negara Pemilu? Pasal 259 ayat (3) UU Nomor 8 Tahun 2012 memberikan kewenangan kepada Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara untuk menyelesaikan sengketa Tata Usaha Negara Pemilu. Beberapa sengketa antara KPU dan Partai Politik calon Peserta Pemilu yang tidak lolos verifikasi telah selesai diproses oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Jakarta, antara lain gugatan dari partai PKPI dan partai Bulan Bintang. Sekarang saatnya kita akan menghadapi kemungkinan adanya gugatan dari calon anggota DPR/DPD/DPRD Propinsi/DPRD Kabupaten/Kota yang dicoret dari daftar calon tetap. Namun, sebelum adanya penetapan daftar calon tetap dimaksud, apabila ada bakal calon yang merasa kepentingannya dirugikan pada saat dikeluarkannya keputusan daftar calon sementara, apa upaya hukum yang dapat ditempuhnya? apakah ia dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara atau ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara? Berdasarkan ketentuan Pasal 258 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, yang menyebutkan Bawaslu berwenang menyelesaikan sengketa Pemilu, maka calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota yang merasa kepentingannya dirugikan karena namanya tidak dimuat dalam daftar calon sementara 2

oleh KPU/KPU Propinsi/KPU Kabupaten/Kota dapat meminta penyelesaiannya kepada Bawaslu. Keputusan Bawaslu mengenai penyelesaian sengketa Pemilu tersebut merupakan keputusan terakhir dan mengikat, kecuali keputusan terhadap sengketa Pemilu yang berkaitan dengan verifikasi partai politik peserta Pemilu dan daftar calon tetap anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota ( Pasal 259 ayat (1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012), sehingga dengan demikian setelah adanya keputusan Bawaslu yang berkaitan dengan daftar calon sementara tidak dapat digugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara atau Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 menentukan daftar calon sementara bukan objek sengketa Tata Usaha Negara Pemili di Peradilan TUN. Berkaitan dengan sengketa tata usaha negara Pemilu tentang calon anggota DPR, DPD/DPRD Propinsi/ DPRD Kabupaten/Kota yang namanya dicoret dari daftar calon tetap oleh KPU/KPU Propinsi/KPU Kabupaten/Kota harus diselesaikan terlebih dahulu di Bawaslu ( Pasal 259 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012). Setelah melakukan pemeriksaan, Bawaslu dapat menyatakan bahwa keputusan KPU/KPU Propinsi/KPU Kabupaten/Kota sudah benar atau menyatakan keputusan KPU/KPU Propinsi/KPU Kabupaten/Kota tidak benar. Apabila Bawaslu menyatakan keputusan KPU/KPU Propinsi/KPU Kabupaten/Kota tidak benar dan KPU/KPU Propinsi/KPU Kabupaten/Kota kemungkinan tidak mau menindaklanjutinya, maka untuk menganitisipasi agar pengajuan gugatan tidak lewat waktu (daluarsa), sebaiknya calon anggota DPR/DPD/DPR Provinsi/DPRD Kabupaten/Kota tersebut segera mengajukan gugatan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dalam tenggang waktu 3 hari kerja setelah dikeluarkannya keputusan Bawaslu sesuai dengan maksud Pasal 269 ayat (2) 3

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012, guna tercapainya target penyelesaian 21 hari kerja sejak gugatan didaftarkan. Sebaliknya dalam hal Bawaslu menyatakan keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/kota sudah benar dan calon anggota DPR/DPD/DPRD Propinsi/DPRD Kabupaten/Kota tersebut merasa kepentingannya dirugikan, ia dapat mengajukan gugatan secara tertulis terhadap keputusan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/Kota tersebut ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Gugatan tersebut harus diajukan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan KPU/KPU Provinsi/KPU Kabupaten/ Kota selaku tergugat, yang untuk wilayah sumatera harus diajukan ke Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan. Gugatan harus diajukan dalam tenggang waktu paling lama 3 hari kerja setelah dikeluarkannya keputusan Bawaslu tersebut, dengan menyebutkan keputusan KPU/KPU Provinsi/Kabupaten/Kota yang digugat dan alamat lengkap termasuk alamat emailnya (Pasal 259 ayat (2), Pasal 269 ayat (1), (2) UU No.8 Tahun 2012, Pasal 2 butir 1 Perma No. 6 Tahun 2012 dan 54 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986). Pemeriksaan sengketa tata usaha negara Pemilu di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dilakukan tanpa melalui tahap pemeriksaan persiapan untuk penyempurnaan surat gugatan penggugat oleh majelis hakim yang bersangkutan (Pasal 269 ayat (3) UU No.8 Tahun 2012 dan Pasal 3 butir 2 Perma No. 6 Tahun 2012 jo Pasal 63 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986), namun demikian kesempatan untuk menyempurnakan surat gugatan dapat dilakukan oleh penggugat atas petunjuk ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara atau hakim yang ditunjuk sebelum surat gugatan tersebut didaftarkan ( Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2012 ayat (3) dan Pasal 3 butir 4 4

Perma No.6 Tahun 2012). Perbaikan surat gugatan penggugat tersebut adalah berkenan dengan formalitas surat gugatan, yaitu meliputi mengenai uraian tentang identitas penggugat, identitas tergugat, keputusan obyek sengketa, dasar/alasan gugatan (posita) dan tuntutan penggugat (petitum) sebagaimana diatur pada ketentuan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Tenggat untuk memperbaiki gugatan hanya diberikan waktu paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya surat gugatan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Apabila penggugat tidak dapat menyempurnakan surat gugatannya dalam tenggang waktu tersebut, maka Ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara memberikan putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima dan putusan tersebut tidak dapat dilakukan upaya hukum ( Pasal 269 ayat (3), (4), dan (5) UU No.8 Tahun 2012 dan Pasal 3 butir 4 Perma No.6 Tahun 2012). Apabila setelah surat gugatan diteliti dan dinyatakan lengkap oleh ketua atau hakim yang ditunjuk, maka gugatan didaftarkan dan setelah gugatan didaftar, kemudian paling lama dalam waktu 3 (tiga) hari kerja setelah gugatan didaftarkan, ketua Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara harus sudah menetapkan majelis hakim untuk mengadilinya ( Pasal 3 butir 5 dan 6 dan 13 Perma No.6 Tahun 2012). Pada tahap pembuktian, sesuai dengan ketentuan Pasal 107 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, hakim harus aktif menentukan apa yang harus dibuktikan dan menentukan kepada siapa pembuktian itu dibebankan sebaiknya hakim pada hari persidangan pertama juga memberikan pengarahan kepada para pihak tentang pengajuan alat-alat bukti. 5

Dalam sengketa tata usaha negara Pemilu antara KPU, KPU Propinsi dan KPU Kabupaten/Kota dengan anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota yang dicoret dari Daftar Calon Tetap, minimal para pihak telah mempersiapkan alatalat bukti surat berupa : 1. Kartu tanda penduduk warga negara Indonesia; 2. Fotocopi ijzah, surat tanda tamat belajar (STTB), syahadah, atau surat keterangan lain yang dilegalisasi oleh satuan pendidikan atau program pendidikan menengah; 3. Surat pernyataan diatas materai bagi calon anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota yang tidak pernah dipidana dengan diancam hukuman 5 (lima) tahun atau lebih atau surat keterangan dari lembaga pemasyarakatan bagi calon yang pernah dijatuhi pidana; 4. Surat keterangan sehat jasmani dan rohani; 5. Surat tanda bukti telah terdaftar sebagai pemilih; 6. Surat pernyataan diatas kertas bermaterai tentang kesediaan untuk bekerja penuh waktu; 7. Surat pernyataan kesediaan untuk tidak berpraktik sebagai akuntan publik, advokat/pengacara, notaries, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), dan/atau tidak melakukan pekerjaan penyedia barang dan jasa yang berhubungan dengan keuangan negara serta pekerjaan lain yang dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tugas, wewenang dan hak sebagai anggota DPR, DPD, DPRD Propinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, yang ditandatangani diatas ketas bermaterai cukup; 6

8. Surat pengunduran diri sebagai kepala daerah, wakil kepala daerah, pegawai negeri sipil, anggota Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Repblik Indonesia, direksi, komisaris, dewan pengawas, dan karyawan pada badan usaha milik negara dan/atau badan usaha milik daerah serta pengurus pada badan lain yang anggarannya bersumber dari keuangan negara; 9. Kartu tanda anggota partai politik peserta Pemilu; 10. Surat pernyataan tentang kesediaan untuk hanya dicalonkan oleh 1(satu) partai politik untuk 1(satu) lembaga perwakilan yang ditandatangani diatas kertas bermaterai cukup; 11. Surat pernyataan tentang kesediaan hanya dicalonkan pada 1(satu) daerah pemilihan yang ditandatangani diatas kertas bermaterai cukup; ( Pasal 51 UU No.8 Tahun 2012); 12. Daftar bakal calon anggota DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota dari pengurus partai politik pusat, propinsi, kabupaten/kota ( Pasal 53 UU No.8 Tahun 2012); 13. Berita acara verifikasi kelengkapan dan kebenaran dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota ( Pasal 58 UU No.8 Tahun 2012); 14. Surat tanda bukti pengembalian dokumen persyaratan administrasi bakal calon anggota DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota dari KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten/Kota kepada partai politik ( Pasal 59 UU No.8 Tahun 2012 ); 7

15. Daftar calon sementara anggota DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota dari Ketua KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten/Kota ( Pasal 62 ayat (1) dan (2) UU No. 8 Tahun 2012 ); 16. Pengumuman daftar calon sementara anggota DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota dari Ketua KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten/Kota ( Pasal 62 ayat (1) dan (2) UU No. 8 Tahun 2012 ); 17. Keputusan KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten/Kota tentang Penetapan Daftar Calon Tetap anggota DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota ( Pasal 66 ayat (1), (2) UU No.8 Tahun 2012 ); 18. Pengumuman dari KPU, KPU Propinsi, KPU Kabupaten/Kota tentang Penetapan Daftar Calon Tetap anggota DPR, DPRD Propinsi, DPRD Kabupaten/Kota ( Pasal 67 ayat (1) UU No.8 Tahun 2012); Selain pengajuan alat bukti surat, para pihak juga diberi kesempatan untuk mengajukan saksi dan ahli sebagaimana dimaksud Pasal 100 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986. Setelah acara pembuktian selesai, hakim memberikan kesempatan kepada para pihak untuk mengajukan kesimpulannya masing-masing. Kemudian setelah bermusyawarah majelis hakim akan memutus sengketa tersebut ( Pasal 97 ayat (2), (3), (4), (5), (6) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 ). Atas putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara, bagi pihak yang tidak puas dapat mengajukan upaya hukum permohonan kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia, dalam tenggang waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara diucapkan kepada pihak yang hadir atau 7 (tujuh) hari kerja sejak putusan dikirimkan kepada pihak yang tidak hadir ( Pasal 269 ayat (7), 8

(8) UU No.8 Tahun 2012 dan Pasal 3 butir 8, 9 Perma No. 6 Tahun 2012). Permohonan kasasi wajib disertai dengan memori kasasi ( Pasal 3 butir 10 Perma No.6 Tahun 2012). Dalam tenggang waktu 21 (dua puluh satu ) hari kerja sejak diterimanya memori kasasi, berkas perkara harus dikirimkan ke Mahkamah Agung ( Pasal 3 butir 11 Perma No.6 Tahun 2012), kemudian berkas perkara kasasi harus dicatat dalam register dalam tenggang waktu 3 (tiga) hari kerja sejak berkas diterima Mahkamah Agung ( Pasal 3 butir 12 Perma No.6 Tahun 2012 ). Dalam tenggang waktu 3 (tiga) hari sejak perkara dicatat dalam register, ketua Mahkamah Agung menetapkan majelis hakim untuk mengadili sengketa tata usaha negara Pemilu yang bersangkutan ( Pasal 3 butir 13 Perma No. 6 Tahun 2012) dan Majelis Hakim pada Mahkamah Agung wajib memutuskan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak permohonan kasasi diajukan ( Pasal 269 ayat (9) UU No.8 Tahun 2012). Putusan Mahkamah Agung tersebut bersifat terakhir dan mengikat, sehingga tidak dapat dilakukan upaya hukum lain ( Pasal 269 ayat (10) UU No.8 Tahun 2012). Dalam tenggang waktu 14 (empat belas ) hari kerja setelah perkara diputus, Mahkamah Agung mengirimkan kembali berkas perkara ke pengadilan pengaju ( Pasal 3 butir 14 Perma No.6 Tahun 2012 ). Selanjutnya KPU atau KPU Propinsi atau Kabupaten/Kota wajib menindaklanjuti putusan Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara atau putusan Mahkamah Agung RI paling lama 7 (tujuh) hari kerja ( Pasal 269 ayat (11) UU No.8 tahun 2012 ). 1).Hakim Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara Medan 9