BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh menjadi dewasa. Menurut Hurlock (2002:108) bahwa remaja. mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan tempat didikan bagi anak anak. Lebih dalam tentang

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan untuk

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Peserta didik Sekolah Menengah Pertama (SMP ) berada dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan yang diarahkan pada peningkatan intelektual dan emosional anak

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia dituntut untuk melakukan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan orang lain. Setiap manusia akan saling ketergantungan dalam. individu maupun kelompok dalam lingkungannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

BAB I PENDAHULUAN. proses pemberian atau penambahan pengetahuan kepada seseorang (yang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

I. PENDAHULUAN. yang terjadi. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari dan juga membutuhkan bantuan

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I. Pendahuluan. Nasional pada Bab II menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bimbingan dan Konseling memiliki peranan yang sangat menentukan

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) Pendidikan adalah Usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai individu yang hidup di tengah masyarakat, seseorang ingin diakui sebagai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang suatu proses perubahan yaitu

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. sendiri baik, dan juga sebaliknya, kurang baik. sebagai individu yang sedang berkembang mencapai taraf perkembangan

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial. Salah satu indikasi bahwa manusia

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah wadah untuk mencari ilmu pengetahuan bagi siswa. Selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi seseorang dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional adalah sekolah yang melayani siswa yang berasal dari sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengetahuan. Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Siswa Sekolah Menengah Pertama merupakan tahap anak berada pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. untuk pertama kalinya belajar berinteraksi atau melakukan kontak sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan, ataupun remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentukan arah dan tujuan dalam sebuah kehidupan. Anthony (1992)

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Pendidikan merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan di

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencerdasan kehidupan bangsa, serta membentuk generasi yang berpengetahuan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya dan pada tuntutan masyarakat. Berdasarkan pengalaman-pengalaman yang di dapat di sekolah dan di luar sekolah yaitu memiliki sejumlah pengetahuan, kecakapan, minat-minat, dan sikap-sikap. Dalam pengalaman-pengalaman itu ia secara berkesinambungan dibentuk menjadi seorang pribadi seperti apa yang dia miliki sekarang dan menjadi seorang pribadi tertentu di masa yang akan datang. Dalam hal ini pendidikan pada hakikatnya adalah mengembangkan potensi secara menyeluruh, yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengajarkan berbagai pengetahuan dan kecakapan yang dibutuhkan oleh manusia itu sendiri. Untuk mengetahui apakah hal ini telah tercapai perlu adanya penilaian. Siswa merupakan generasi penerus bangsa, baik tidaknya Bangsa Indonesia di masa akan datang ditentukan oleh kualitas siswa pada masa sekarang. Kualitas yang ingin dilihat tampak siswa mampu melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Salah satu tugas perkembangan seorang siswa sebagai remaja di pusatkan pada penanggulangan sikap dan pola prilaku kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa remaja.

2 Pada sekolah lanjutan pertama (SMP) siswa berada pada tahap perkembangan remaja, tepatnya remaja awal yaitu yang berusia 12 sampai 15 tahun Monks (1999:24). Digolongkan pada usia remaja awal seperti yang di katakan Hurlock (1995:206) adalah masa remaja awal berlangsung kira-kira 12 atau 13 tahun. Pada masa ini memungkinkan timbulnya berbagai konflik diri dan social. Jika remaja dapat menjalani tugas perkembangannya secara optimal. Jika tidak, mereka akan mengalami hambatan-hambatan alam mencapai tahap perkembangannya. Menurut Hawkins & Berndt (dalam Santrock, 2002) peralihan dari SD ke SMP disebut dengan top-dog phenomenon, di mana terjadi pergerakan dari posisi teratas (disekolah dasar, mereka adalah murid murid yang paling tua, paling besar, dan siswa yang paling berkuasa di sekolah) ke posisi rendah (di sekolah lanjutan atau sekolah menengah pertama, menjadi murid murid yang paling lemah di sekolah). Hal tersebut sering sekali meenimbulkan masalah bagi banyak siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru. Masa remaja merupakan masa yang penting dan krisis. Namun, remaja sendiri dan orang tua sering tidak menegtahui serta tidak memahami perubahanperubahan yang terjadi. Bahkan, ketika remaja memerlukan bantuan, orang tua maupun pendidik tidak tahu yang semestinya dilakukan, yang akhirnya berdampak negatif bagi kesehatan jiwa jiwa maupun kesehatan jasmani para remaja. Remaja didefenisikan sebagai periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, yang mencakup aspek biologis, kognitif dan perubahan sosial yang berlangsung antara 10-19 tahun.

3 Sekolah mempunyai peranan penting sebagai media untuk mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial, dan moral para siswa. Suasana di sekolah baik sosial maupun psikologis menentukan proses dan pola penyesuaian diri. Disamping itu, hasil pendidikan yang diterima siswa di sekolah merupakan bekal bagi proses penyesuaian diri di masyarakat. Proses belajar di sekolah merupakan suatu dasar fundamental dalam proses penyesuaian diri, karena melalui belajar akan berkembang pola-pola respon yang akan membentuk kepribadian sebagian besar respon-respon dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak yang diperoleh yang secara diwariskan. Dalam proses penyesuain diri, belajar merupakan suatu proses modifikasi tingkah laku sejak fase-fase awal dan berlangsung terus sepanjang hayat dan diperkuat dengan kematangan. Faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar. Ada dua faktor yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Demikian pula dengan prestainya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor penyesuaian diri dengan lingkungan di sekolah, penyesuaian diri dengan teman, guru, dan peraturan sekolah dan yang lainnya. Penyesuaian diri sangat berperan dalam menunjang kelancaran proses belajar siswa. Siswa yang kurang dapat menyesuaikan diri akan canggung dalam bergaul, tidak memiliki semangat untuk mengerjakan tugas, kurang konsentrasi belajar, sehingga berpengaruh terhadap siswa dalam mengikuti pelajaran dan kegiatan di sekolah. Pada umumnya siswa yang sulit menyesuaikan diri dengan teman, ada kemungkinan mendapatkan nilai prestasi belajar yang kurang memuaskan. Hal ini

4 disebabkan karena siswa yang sulit menyesuaikan diri akan merasa canggung karena jarang berkomunikasi dengan teman-temannya. Siswa tidak pernah bertanya tentang pelajaran di sekolah jadi ilmu yang didapatnya sangat minim. Tidak seperti teman-teman lainnya yang mampu dan mau untuk bertukar pikiran tentang pelajaran di sekolah. Secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Menurut Ali (2010:175) penyesuaian diri dapat diartikan sebagai suatu proses yang mencakup respon-respon mental dan behavioral yang diperjuangkan individu agar dapat berhasil menghadapi kebutuhan-kebutuhan internal,ketegangan,frustasi,konflik serta untuk menghasilkan kualitas keselarasan antara tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dari dalam diri individu dengan tuntutan dunia luar atau lingkungan tempat individu berada. Menurut pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses dimana individu mampu belajar bereaksi terhadap dirinya dan lingkungannya dengan cara-cara yang matang, memuaskan, dan sehat serta dapat mengatasi konflik, frustasi, serta mampu untuk menghadapi masalah dalam hidup dan bergaul secara wajar dengan lingkungannya. Permasalahan penyesuaian diri disekolah mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalah penyesuaian diri dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagian akibatnya antara lain adalah prestasi belajar menjadi menurun di banding dengan prestasi di sekolah sebelumnya.

5 Permasalahan lain yang mungkin timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan kebiasaan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesualitan dalam membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya. Penyesuaian diri merupakan salah satu syarat penting bagi terciptanya kesehatan mental individu. Banyak individu yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena ketidakmampuan dalam menyesuaikan dirinya. Akibatnya individu tersebut mengalami stres dan depresi karena kegagalannya untuk melakukan penyesuaian diri dengan situasi yang penuh tekanan. Hasil observasi dilakukan secara umum dengan mengamati dan menanyakan ke pada remaja untuk menggambarkan diri mereka, menunjukkan bahwa terdapat gejala ketidakmampuan dirinya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan seperti, merasa terkucil untuk berteman karena merasa dirinya kurang dari teman yang lainnya. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dari guru BK di MTs. Miftahussalam Medan pada tanggal 18 Januari 2016 sampai 21 Januari 2016 ditemukan masalah-masalah seperti sulit menyesuaikan diri dengan temantemannya yaitu merasa terkucil karena merasa kurang dari teman yang lainnya, siswa merasa takut tidak diterima oleh teman sebaya dalam berpendapat, maupun dalam berpenampilan siswa berfikir rendah terhadap dirinya sendiri akan penilaian orang tentang dirinya, takut dinilai sombong, tidak berani

6 mengemukakan pendapat kepada guru saat proses belajar berlangsung, cenderung sensitif sehingga ada hambatan yang terjadi dalam penyesuaian diri siswa tersebut. Pemahaman mendalam terhadap konseli atau siswa akan menjadikan proses bantauan yang lebih komprensif, artinya bantuan yang diberikan sesuain dengan kebutuhan siswa yang mengalami ketidakmampuan dirinya menyesuaikan diri. Banyak cara yang dilakukan guru untuk membantu siswa dalam menyesuaikan dirinya, namun salah satu cara yang dinilai efektif untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan layanan bimbingan kelompok melalui teknik latihan asertif. Telah banyak upaya bimbingan dan konseling dalam melakukan penyesuain diri siswa salah satunya dengan layanan bimbingan kelompok teknik realita. Namun dalam upaya teknik tersebut belum mencapai hasil yang maksimal. Maka untuk mengatasi masalah-masalah penyesuaian diri siswa dibutuhkan teknik latihan asertif Prayitno (1995:23). Salah satu teknik yang dapat dalam bimbingan kelompok ini adalah teknik latihan asertif. Assertive Training (Latihan Asertif) merupakan teknik yang sering kali digunakan oleh pengikut aliran behavioristik. Teknik ini sangat efektif jika dipakai untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan rasa percaya diri, pengungkapan diri atau ketegasan diri (Hartono 2012:129) Layanan bimbingan kelompok sangat berguna bagi siswa untuk materi tentang masalah penyesuaian diri, sangat berguna bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan hubungan sosial baik di rumah, di sekolah maupun di masyarakat.

7 Dilihat dari aspek kemudahan, kualitas penggunaan pedoman layanan bimbingan kelompok ini sangat mudah digunakan, mudah dipahami dan sederhana. Dari aspek kemenarikan, pedoman ini memiliki penilaian sangat menarik karena siswa dapat mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan rasa percaya diri, pengungkapan diri, ataupun ketegasan diri. Adapun masalah peneliti menggunakan teknik latihan asertif adalah untuk membantu peserta didik mengatasi masalah penyesuaian diri siswa yang terjadi pada dirinya. Karena dalam teknik ini konselor berusaha memberikan keberanian pada konseli dalam mengatasi kesulitan terhadap orang lain (Willis, 2010:73). Selain itu teknik latihan asertif ini memiliki kelebihan yaitu pelaksanaan yang cukup sederhana, penerapannya dilakukan dengan pengombinasiaan beberapa latihan seperti relaksasi yang dapat membuat individu merasakan segar kembali. Selain itu latihan ini juga dapat mengubah perilaku individu secara lansung melalui perasaan dan sikapnya. Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti ingin melakukan penelitian bimbingan kelompok dengan teknik latihan asertif yang berjudul Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Dengan Teknik Latihan Asertif Terhadap Penyesuain Diri Siswa Kelas VII MTs. Miftahussalam Medan T.A 2015/2016.

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Siswa kurang percaya diri bersosialisasi dengan teman-temannya Siswa yang memiliki kepribadian tertutup Ada siswa yang merasa takut salah untuk memberikan pendapat Kurang berkomunikasi terhadap guru dan teman-teman 1.3 Batasan Masalah Untuk lebih mendekati arah permasalahan yang akan dikaji, maka dilakukan pembatasan masalah. Mengingat keterbatasan, kemampuan, dan waktu yang penulis miliki, maka peneliti ini dibatasi hanya pemberian layanan bimbingan kelompok teknik latihan asertif dan pengaruhnya terhadap penyesuaian diri siswa kelas VII MTs. Miftahussalam Medan. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan Latar Belakang di atas, secara khusus masalah ini dirumuskan sebagai berikut: Adakah pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Latihan Asertif Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII MTs. Miftahussalam Medan Tahun Ajaran 2015/2016 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah Untuk Mengetahui Pengaruh Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Latihan Asertif Terhadap Penyesuaian Diri Siswa Kelas VII MTs. Miftahussalam Medan Tahun Ajaran 2015/2016.

9 1.6 Manfaat Peneliti Peneliti ini diharapkan dapat memberikan maaf yang berarti bagi pihak-pihak yang tekait. Manfaat tersebut dianaranya adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis a. Peneliti ini diharapkan mampu mengembangkan teori-teori tentang bimbingan dan konseling di masa depan b. Hasil peneliti ini diharapkan menjadi bahan informasi serta kajian begi pengembangan ilmu 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Peneliti ini diharapkan dapat memeberikan petunjuk kepada siswa mengenai penyesuaian diri. Sehingga siswa dapat mengenal dirinya lebih sebagai priadi yang baik, dapat menjalin hubungan sosial dengan baik, sehingga dapat menyelesaikan permasalahan, khususnya dalam penyesuaian diri agar prestasi belajarnya meningkat. b. Bagi Sekolah Peneliti ini diharapkan dapat memberikan solusi dan masukan dalam upaya membantu siswa mereduksi permasalahan dan memandirikan siswa. c. Bagi Konselor Peneliti diharapkandapat memberikan gambaran pada konselor dalam penyesuaian diri yang dialami siswa di MTs. Miftahussalam Medan. Selain itu hasil penelitian tentang penyesuaian diri ini diharapkan menjadi salah satu strategi konselor di MTs. Miftahussalam Medan dalam

10 memberikan layanan bimbingan konseling dalam mengatasi masalah penyesuaian diri siswa. d. Bagi Peneliti Peneliti ini menjadi pengalaman berharga dalam membangun kompetensi sebagai konselor di sekolah.