Prospek Implementasi UU SJSN dan UU BPJS Dalam Perlindungan Konsumen

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN TEORITIS

Pada UU No 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran khususnya pada pasal 52 juga diatur hak-hak pasien, yang meliputi:

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2014 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

Hubungan Kemitraan Antara Pasien dan Dokter. Indah Suksmaningsih Konsil Kedokteran Indonesia (KKI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PANDUAN TENTANG PEMBERIAN INFORMASI HAK DAN TANGGUNG JAWAB PASIEN DI RSUD Dr. M. ZEINPAINAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG KEWAJIBAN RUMAH SAKIT DAN KEWAJIBAN PASIEN

Sememi dr. Lolita Riamawati NIP

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum terhadap Pasien BPJS Kesehatan dalam Mendapatkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 150, 2004 (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH HAJI MAKASSAR

PANDUAN PENOLAKAN PELAYANAN ATAU PENGOBATAN RSIA NUN SURABAYA 1. LATAR BELAKANG

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR PT. RUMAH SAKIT...No. T E N T A N G KEBIJAKAN HAK PASIEN DAN KELUARGA

Perbedaan puskesmas dan klinik PUSKESMAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kata kunci : tingkat pengetahuan hak dan kewajiban pasien atas informasi medis. Kepustakaan : 17 ( )

PENGELOLAAN, MONITORING DAN EVALUASI ASET JAMINAN SOSIAL KESEHATAN PADA BPJS KESEHATAN. bpjs-kesehatan.go.id

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL

Partisipasi Masyarakat dalam Perlindungan Pasien. Saktya Rini Hastuti Lembaga Konsumen Yogyakarta

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Setelah dijelaskan dan diuraikan sebagaimana tercantum dalam

2016, No Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN, PERAWAT, RUMAH SAKIT DASAR HUKUM

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 58 TAHUN 2001 (58/2001) TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KLINIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 39 TAHUN 2015 TENTANG

vii DAFTAR WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM RUJUKAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB I PENDAHULUAN. nampaknya mulai timbul gugatan terhadap dokter dan rumah sakit (selanjutnya

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.29, 2013 KESRA. Sosial. Jaminan Kesehatan. Pelaksanaan.

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG

BAB IV RUMAH SAKIT TANPA KELAS DAN ASAS KEADILAN SOSIAL. kesehatan yang optimal bagi setiap orang, harus secara terus menerus melakukan

WALIKOTA TANGERANG SELATAN. Menimbang : a. bahwa pembangunan di bidang kesehatan pada. dasarnya ditujukan untuk peningkatan

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG Match Day 11 PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN

BAB IV PEMBAHASAN. A. Perlindungan Hukum Bagi Pasien BPJS Atas Pelayanan Yang Tidak Sesuai

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II LANDASAN TEORI

Hospital by laws. Dr.Laura Kristina

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

Inform Consent. Purnamandala Arie Pradipta Novita Natasya Calvindra L

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GAMBARAN SIKAP PASIEN TERHADAP HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SUKOHARJO

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

BAB IV ANALISIS HAK KEAMANAN PENGGUNA JALAN TOL DARI KABUT ASAP KEBAKARAN LAHAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN PP NO 15 TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

STIE DEWANTARA Perlindungan Konsumen Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan pokok yang harus diperhatikan setiap

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DENGAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PRAKTIK PERAWAT

Buku Saku FAQ. (Frequently Asked Questions) BPJS Kesehatan

BERITA DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2014 NOMOR 15 SERI F NOMOR 311 PERATURAN BUPATI SAMOSIR NOMOR 14 TAHUN 2014

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

I. PENDAHULUAN. hidup layak dan baik. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK PERATURAN DAERAH KOTA PONTIANAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

Prospek Implementasi UU SJSN dan UU BPJS Dalam Perlindungan Konsumen Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Tini Hadad Ketua Disampaikan Pada Seminar Tahunan VI Patient Safety Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia Jakarta Convention Hall, 7-10 Nopember 2012 1

Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) SJSN adalah suatu tata cara penyelenggaraan program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) merupakan badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran. (Pasal-1 UU No. 40/2004 tentang SJSN) 2

Pasal 2: SJSN: Asas, Tujuan, dan prinsip Penyelenggaraan Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia Pasal 3: Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya. 3

UU SJSN: Pasal 14 1. Pemerintah secara bertahap mendaftarkan penerima bantuan iuran sebagai peserta kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial 2. Penerima bantuan iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah fakir miskin dan orang tidak mampu 3. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peaturan Pemerintah 4

Pasal 22: UU SJSN 1. Manfaat pelayanan kesehatan bersifat pelayanan perseorangan berupa pelayanan kesehatan yg mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk obat dan bahan medis habis pakai yang diperlukan. 2. Untuk jenis pelayanan yang dapt menimbulkan penyalahgunaan pelayanan, peserta dikenakan urun biaya. 5

Pasal 3 dan 4 UU No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit: Pasal 3 : Pengaturan penyelenggaraan rumah sakit bertujuan: a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya rumah sakit, dan rumah sakit Pasal 4 : Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna 6

Kewajiban BPJS dan Hak Peserta Pasal 15 UU No. 40/2004 tentang SJSN (1) BPJS wajib memberikan nomor identitas tunggal kepada setiap peserta dan anggota keluarganya. (2) BPJS wajib memberikan informasi tentang hak dan kewajiban kepada peserta untuk mengikuti ketentuan yang berlaku. (penjelasan : Informasi yang dimaksud dalam ketentuan ini mencakup hak dan kewajiban sebagai peserta, akun pribadi secara berkala minimal satu tahun sekali, dan perkembangan program yang diikutinya.) Pasal 16 UU No. 40/2004 tentang SJSN Setiap peserta berhak memperoleh manfaat dan informasi tentang pelaksanaan program jaminan sosial yang diikuti. 7

Kewajiban Peserta Pasal 17 UU No. 40/2004 tentang SJSN (1) Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase dari upah atau suatu jumlah nominal tertentu. (2) Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya, menambahkan iuran yang menjadi kewajibannya dan membayarkan iuran tersebut kepada Badan Penyelenggara Jaminan Sosial secara berkala. (penjelasan : yang dimaksud pembayaran iuran secara berkala dalam ketentuan ini adalah pembayaran setiap bulan). 8

BPJS (UU No 24/2011) Berdasarkan UU 24/2011 dibentuk BPJS, teridiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan progam jaminan kecelakaan kerja, hari tua, pensiun dan kematian. BPJS Kesehatan mulai beroperasi menyelenggarakan program jaminan kesehatan pada tanggal 1 Januari 2014. (pasal 60 ayat-1) Sejak beroperasinya BPJS, Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program jaminan kesehatan masyarakat; (pasal 60 ayat-2) PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi aset dan liabilitas serta hak dan kewajiban hukum BPJS Kesehatan; (pasal 60 ayat-3) 9

Prospek Implementasi SJSN-BPJS (Khusus Program Jaminan Kesehatan) Dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan/Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan, terdapat sejumlah pihak yang saling terkait, sbb Masyarakat Negara RS Provider RS. Provider 10

Prospek Implementasi SJSN-BPJS (Khusus Program Jaminan Kesehatan) Dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan/Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan, terdapat sejumlah pihak yang saling terkait, sbb Pemberi Kerja Pembe BPJS Peserta: masyarakat, pekerja, dan orang miskin Negara RS. Provider 11

Prospek Implementasi SJSN-BPJS (Khusus Program Jaminan Kesehatan) Dalam pelaksanaan BPJS Kesehatan/Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan, terdapat sejumlah pihak yang saling terkait, sbb Pemberi Kerja Peserta Pemerin -tah BPJS Penyelenggara Pelayanan Kesehatan 12

Prospek Implementasi SJSN-BPJS (Khusus Program Jaminan Kesehatan) Potensi Permasalahan Terkait Peserta (Konsumen). Pemberi Kerja inkonsistensi pemberi kerja dalam membayar iuran yang menjadi kewajibannya. Permasalahan keberlanjtunan jaminan pada masa transisi jika terjadi jika terjadi PHK Ketidakjelasan Penyelesaian Sengketa Peserta/ Masyarakat/ Konsumen vs Pemerintah Inkonsistensi sikap pemerintah terhadap peraturan perundangan yang disusun Perubahan yang tidak smooth dari Jamkesmas ke BPJS pada 1 Januari 2014. Responsivitas pemerintah yang lambat terhadap dinamika permasalahan peserta yang beragam yang menuntut tanggungjawab pemerintah, misalnya akibat PHK. 13

Prospek Implementasi SJSN-BPJS (Khusus Program Jaminan Kesehatan) Potensi Permasalahan Terkait Peserta (Konsumen). Peserta/ Masyarakat / Konsumen vs BPJS Penyelenggara Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, Balai Pengobatan, praktek Dokter dan Dokter Gigi, Laboratorium, Apotik dsb) Ketidaksetaraan hubungan, dominasi BPJS kepada peserta (konsumen) Inkonsistensi antara pengaturan dengan implementasi Ketidaktegasan (inkonsistensi) kebijakan BPJS sebagai bentuk lembaga non profit. Ketidakjelasan Penyelesaian Sengketa Pelayanan diskriminatif (peserta lebih jelek daripada pasien umum) Pelayanan tidak sesuai standar Inkonsistensi tingkat mutu pelayanan akibat perubahan hubungan kerja Penyelenggara dengan BPJS Ketidakjelasan Penyelesaian Sengketa 14

Prospek Implementasi SJSN-BPJS (Khusus Program Jaminan Kesehatan) Dalam penyelenggraan Program Jaminan Kesehatan khususnya hubungan antara peserta dengan penyelenggara pelayanan kesehatan, berlaku : - UU No. 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen - UU No. 29/2004 tentang praktek Kedokteran - UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, berserta aturan pelaksanaanya, seperti diperlihatkan oleh diagram berikut : 15

Peraturan Terkait dengan Perlindungan Konsumen/Pasien: UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Peraturan Per-UU Tentang Kesehatan, SJSN dan BPJS PP 57/2001 Tentang BPKN PP 58/2001 Pembinaan Pengawassan Penyelenggaraan Perlind Konsumen PP 59/2001 Tentang LPKSM Keppres 90/2001 Pembentukan BPSK UU No 29 /2004 Praktek Kedokteran UU No. 40/ 2004 Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) UU No. 36 /2009 Kesehatan UU No. 44/2009 Rumah Sakit UU No. 24/2011 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Keppres 150/M/200 4 Jo 80/P/2009 Tentang Pembentu kan BPKN Kepmen 634/2002 Tatacara Pengawasan Barang/jasa Yg Beredar Kepmen 302/2001 Tatacara Pendaftaran LPKSM Kepmen 350/2001 Tugas dan Wewenang BPSK Permenkes No 1621/2011 Keselamatan Pasien Rumah Sakit Permenkes No 1438/2010 Standar Pelayanan Kedokteran Permenkes No 129/2008 SPM Rumah Sakit Permenkes No 269/2008 Rekam Medis Permenkes No 2090/2008 16 Persetujuan Tindakan Kedokteran

Konsumen Menurut UU Perlindungan Konsumen Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperda-gangkan. (ps1-butir 2 UUPK) 17

Pasien Menurut UU Rumah Sakit Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit. (pasal 1-UU 44/2009 Rumah Sakit) 18

2. Rumah Sakit Menurut UU Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.(pasal 1-UU 44/2009 Rumah Sakit) 19

20

Hak Konsumen dan Kewajiban Pelaku Usaha Hak Konsumen (Pasal-4 UUPK) Kewajiban Pelaku Usaha (Pasal 7 UUPK) 1. hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan; 2. hak untuk memilih, mendapatkan barang/jasa sesuai nilai tukar dan jaminan yang diperjanjikan; 3. hak atas informasi benar dan jujur ; 4. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya 5. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan penyelesaian sengketa 6. hak pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; 8. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi 9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan Per-UU- lainnya. 1. beritikad baik; 2. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur; 3. memperlakukan konsumen tidak diskriminatif; 4. menjamin mutu barang sesuai standar yang berlaku; 5. memberi kesempatan kepada konsumen mencoba barang serta memberi jaminan; 6. memberi kompensasi, ganti rugi atas kerugian; 7. memberi kompensasi, ganti rugi apabila tidak sesuai dengan perjanjian. 21

Hak Pasien dan Kewajiban Rumah Sakit Hak Pasien (Pasal-32 UU 44/2009) Kewajiban Rumah Sakit (Pasal 29 UU 44/2009) a) memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; b) memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien; c) memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; d) memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional; e) memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian fisik dan materi; f) mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan; g) memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit; h) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit; a) memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat; b) memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit; c) memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya; d) berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai dengan kemampuan pelayanannya; e) menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau miskin; 22

3. Hak Pasien dan Kewajiban Rumah Sakit (lanjutan) Hak Pasien (Pasal-32 UU 44/2009) Kewajiban Rumah Sakit (Pasal 29 UU 44/2009) i) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data medisnya; j) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya pengobatan; k) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya; l) didampingi keluarganya dalam keadaan kritis; m) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya; n) memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah Sakit; f) melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi kemanusiaan; g) membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien; h) menyelenggarakan rekam medis; i) menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui, anak-anak, lanjut usia; j) melaksanakan sistem rujukan; k) menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi 23 dan etika serta peraturan perundangundangan;

3. Hak Pasien dan Kewajiban Rumah Sakit (lanjutan) Hak Pasien (Pasal-32 UU 44/2009) Kewajiban Rumah Sakit (Pasal 29 UU 44/2009) o) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya; p) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidaksesuai dengan agama dan kepercayaan yang dianutnya; q) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan r) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. a) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan kewajiban pasien; b) menghormati dan melindungi hak-hak pasien; c) melaksanakan etika Rumah Sakit; d) memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana; e) melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan baik secara regional maupun nasional; f) membuat daftar tenaga medis yang g) melakukan praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya; h) menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit (hospital by laws); i) melindungi dan memberikan bantuan 24 hukum bagi semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas; dan

3. Kewajiban Pasien dan Hak Rumah Sakit Kewajiban Pasien (Pasal-31 UU 44/2009) a) Setiap pasien mempunyai kewajiban terhadap Rumah Sakit atas pelayanan yang diterimanya. b) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pasien diatur dengan Peraturan Menteri. Hak Rumah Sakit (Pasal 30 UU 44/2009) a) menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit; b) menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; c) melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka mengembangkan pelayanan; d) menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; e) menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian; f) mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan kesehatan; 25

3. Kewajiban Pasien dan Hak Rumah Sakit (lanjutan) Kewajiban Pasien (Pasal-31 UU 44/2009) Hak Rumah Sakit (Pasal 30 UU 44/2009) g) mempromosikan layanan kesehatan yang ada di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan h) mendapatkan insentif pajak bagi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit yang ditetapkan sebagai Rumah Sakit pendidikan. 26

Penyelesaian pengaduan Pasal 48 (1) BPJS wajib membentuk unit pengendali mutu pelayanan dan penanganan pengaduan Peserta (2) BPJS wajib menangani pengaduan aling lama 5 (lima) hari kerja sejak diterimanya pengaduan 27

Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi Pasal 49 (1) Pihak yg merasa dirugikan yg pengaduannya belum dapat diselesaikan oleh unit sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 ayat (1), penyelesaian sengketanya dapat dilakukan melalui mekanisme mediasi (2) Mekanisme mediasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui bantuan mediator yg disepakati oleh kedua belah pihak secara tertulis (3) Penyelesaian sengketa melalui mediasi dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak penanda tanganan kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) oleh kedua belah pihak (4) Penyelesaian sengketa melalui mekanisme mediasi, setelah ada kesepakatan kedua belah pihak secara tertulis, bersifat final dan mengikat 28

Penyelesaian Sengketa melalui Pengadilan Pasal 50 Dalam hal pengaduan tidak dapat diselesaikan oleh unit pengendali mutu pelayanan dan penanganan pengaduan Peserta melalui mekanisme mediasi tidak dapat terlaksana, penyelesaiannya dapat diajukan ke pengadilan negeri diwilayah tempat tinggal pemohon. 29

Penyelesaian Sengketa Dalam UUPK. Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut UUPK (asal 45-48 ) Pengadilan (Litigasi) Mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku Diluar Pengadilan (Non Litigasi) Tidak menghilangkan tanggung jawab pidana Bila gagal, (yang dinyatakan oleh satu atau para pihak) bisa ke pengadilan berdasarkan pilihan para pihak yang bersengketa 30

Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui BPSK Gugatan Konsumen melalui BPSK Putusan MA 21 hari kerja 30 hari MA Putusan BPSK F & M Para pihak dapat mengajukan keberatan 14 hari kerja PN 21 hari kerja 14 hari kerja Putusan PN Pelaku Usaha menerima putusan 7 hari kerja Pelaku Usaha wajib melaksanakan putusan BPSK menyerahkan putusannya kepada penyidik sesuai Hukum Acara Pidana 31

Penutup Implementasi UU SJSN dan UU BPJS, berpeluang menimbulkan permasalahan terkait dengan peserta/ masyarakat/ konsumen, baik terkait hubungan dengan pemerintah, pemberi kerja, BPJS maupun dengan penyelenggara pelayanan kesehatan. Batas waktu pelaksanaan BPJS 1 Januari 2014, merupakan waktu yang relatif singkat untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang mungkin timbul, oleh karena itu perlu dimanfaatkan waktu sebaikbaiknya dalam persiapan terebut. Persiapan mengenai diberlakukannya UU SJSN dan UU BPJS ini, hendaknya merupakan suatu kerja sama yg terintergrasi dari seluruh badan/instansi yg terkait, sehingga tidak terjadi kerancuan dan ke-tidaksepakatan di kemudian hari, karena pada akhirnya akan merugikan masyarakat/konsumen/pasien 32

Penutup (lanjutan) UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, berlaku umum termasuk pasien, sehingga perlu pula mendapat perhatian para pihak terkait dengan pelayanan kesehatan. Konsumen (pasien) dalam penyelenggaran pelayanan kesehatan adalah stakeholder kunci, sehingga harus ditempatkan dengan tepat dalam manajemen pelayanan baik pada pasien umum maupun pasien program jaminan kesehtan BPJS. 33

TERIMAKASIH 34