Muh. Syarifudin Noor 1/29/2014

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PERFILMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2009 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI GORONTALO dan GUBERNUR GORONTALO MEMUTUSKAN:

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 10 TAHUN 2015 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, maupun komunikasi. Salah satu buah

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 11 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL ABIRAWA TOP FM

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG

Bab IV Penutup. A. Kebebasan Berekspresi sebagai Isi Media

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

TINJAUAN MATA KULIAH...

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 15 TAHUN 2010

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

BUPATI BANGKA TENGAH

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN

QANUN KOTA SABANG. Nomor 10 Tahun 2010

S A L I N A N KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA NOMOR 005/SK/KPI/5/2004 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

KOMISI PENYIARAN INDONESIA DAERAH SULAWESI SELATAN KEPUTUSAN KOMISI PENYIARAN INDONESIA (KPI) Nomor 240/SK/KPID-SS/03/2018 TENTANG

PETA PERMASALAHAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI DI INDONESIA

Ketentuan UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran terkait Haluan Dasar, Karakteristik Penyiaran, dan Prinsip Dasar Penyiaran di Indonesia

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO PUBLIK KOTA DENPASAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. bidang teknologi informasi dan komunikasi, pers telah memberikan andil yang

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 3TAHUN 2016 TENTANG


PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM

4. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik

MEDIA WATCH DAN PELAKSANAAN KEBEBASAN PERS. Djoko Walujo 1

BUPATI MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO GEMILANG KABUPATEN MAGELANG

REGULASI PENYIARAN DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIKKA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL RADIO SUARA SIKKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN JEMBRANA dan BUPATI JEMBRANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK LOKAL TELEVISI KABUPATEN SINJAI

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, salah satunya adalah pertukaran informasi guna meningkatkan. ilmu pengetahuan diantara kedua belah pihak.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

KURIKULUM PROGRAM S-1 MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI & INFORMASI INSTITUT MANAJEMEN TELKOM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1992 TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR : TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL

MAKALAH SISTEM PERS DI INDONESIA. Di susun Guna Memenuhi Tugas. Mata Kuliah Sistem Komunikasi di Indonesia. Dosen Pengampu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

TV 96% Radio 38% Koran 8% Online 40% Internet

TUGAS AKHIR PEMASYARAKATAN PANCASILA DALAM ERA GLOBALISASI

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA YANG DITUANGKAN DALAM UNJUK RASA (DEMONSTRASI) SEBAGAI HAK DALAM MENGEMUKAKAN PENDAPAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERFILMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1966 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Denis M c Q u a il. Teori Komunikasi Massa c Q a il

RUANG LINGKUP MATA KULIAH PANCASILA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

SISTEM EKONOMI INDONESIA BY DIANA MA RIFAH

BUPATI CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

Baru sulit diperoleh, kecuali pada media bawah tanah (underground). Pada

PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian

PERS SEHAT, BEBAS DAN BERTANGGUNG JAWAB

SISTEM EKONOMI PANCASILA:

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

TERDIRI DARI 64 pasal, dan 12 bab

Implementasi Manajemen Sistem Informasi Siaran Pada Radio Venus FM Makassar

BAB I PENDAHULUAN. arus globalisasi telah ditunjang dengan kemajuan teknologi informasi dan

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENYIARAN INDOENSIA Nomor 02 Tahun 2007 Tentang PEDOMAN PERILAKU PENYIARAN

SAMBUTAN KUNCI MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN PADA PERTEMUAN BAKOHUMAS TINGKAT NASIONAL DAN ANUGERAH MEDIA HUMAS TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

KEBIJAKAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA DEWAN PENGAWAS LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK RADIO REPUBLIK INDONESIA

Dasar-dasar Penyiaran

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

4.4 Uraian Materi Nilai-Nilai Pancasila dalam Hidup Bermasyarakat. Ideologi merupakan seperangkat sistem yang menjadi dasar pemikiran setiap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2000 TENTANG PENDIRIAN PERJAN JAWATAN TELEVISI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-2 Dinamika Penerapan Demokrasi

KEWARGANEGARAAN GLOBALISASI DAN NASIONALISME. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Teknik Informatika.

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT

DEMOKRASI. Drs. H.M. Umar Djani Martasuta, M.Pd

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA SENSOR FILM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

2014 Rangkuman sistem komunikasi indonesia Muh. Syarifudin Noor 10034100010 1/29/2014

SISTEM PERS INDONESIA Posisi ideal yang harus dirasionalisasikan dan diaktualisasikan terus sebagai jati diri pers Indonesia sebagai Pers Pancasila, adalah keseimbangan yang sama berat antara kebebasan dan tanggung jawab sosial dan nasional sesuai dengan ideologi Pancasila yang memosisikan secara harmonis antara kolektivisme dan individualisme yang diwujudkan dalam prinsip kedaulatan rakyat. A. Karakteristik Pers Pers Indonesia sebagai lembaga sosial serta sebagai alat kommunikasi massa. Dalam UU no. 11 tahun 1966 Tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pers, tanggal 12 Desember 1966, dirumuskan bahwa pers adalah lembaga kemasyarakatan, alat revolusi yang mempunyai karya sebagai salah satu media massa yang bersifat umum, berupa penerbitan yang teratur pada waktu terbitnya, dilengkapi atau tidak dilemgkapi dengan alat alat sendiri berupa percetakan, alat alat foto, klise, mesin mesin Stensil atau alat alat teknik lainnya. Pers sebagai alat Revolusi, menjadi alat perjuangan nasional, dan berubah lagi menjadi wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, sehingga Pers tidak lagi berarti hanya sebagai media cetak, tetapi juga dapat menjangkau elektronik ( radio atau televisi ) dan segala jenis saluran yang tersedia ( Internet ). Dengan demikian, Pers memiliki empat makna yaitu : 1. Pers sebagai Lembaga Kemasyarakatan 2. Pers sebagai Alat Revolusi atau Alat Perjuangan Nasional 3. Pers sebagai Media Komunikasi Massa, dan 4. Media yang Melaksanakan Kegiatan Jurnalistik B. Dinamika dan Romantika Sejak Indonesia merdeka hinggan saat ini, telah berlaku empat macam sistem politik dan sistem ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga dikenal juga dengan tiga macam sistem pers. Ketiga macam sistem pers itu adalah Pers Merdeka yang berkaitan dengan masa perjuangan ( 1945 1950 ) dan Demokrasi Liberal (1950 1959 ), Sistem Pers Terpimpin yang terpaut dengan demokrasi Terpimpin ( 1950 1965 ), dan Sistem Pers Pancasila yang bergandengan dengan Demokrasi Pancasila ( 1960 1999 ) serta sistem Pers dewasa ini, sebagai sebuah reformasi yang menjurus kepada Liberalisasi dalam bidang politik dan ekonomi. C. Rasionalitas dan Jati Diri Pers Pancasila Meskipun istilah Pers Pancasila tidak disebut dalam Sistem Pers Indonesia yang berdasarkan UU Pers 1999, dari Perspektif Ideologi tetap dapat disebut bahwa Pers Indonesia adalah Pers Pancasila. Istilah Pers Pancasila merupakan karakteristik Pers Indonesia, untuk membedakan dengan Pers Libetarian, Pers Otoritarian, dan Pers Komunis. Kini Pers Pancasila sebagai kajian ilmiah perlu dirasianalisasikan dan diaktualisasikan kembali, setelah sempat surut sejak tahun 1999. Hal ini pentong karena Sistem Pancasila memiliki prinsip dasar tersendiri yang merupakan jati dirinya yang sekaligus sebagai jati diri bangsa, yaitu prinsip bebas dan bertanggung jawab serta prinsip interaksi positif tri komponen ( Pers, Pemerintah, Masyarakat ). S i s t e m K o m u n i k a s i I n d o n e s i a Hal. 2

SISTEM PERFILMAN INDONESIA Sistem Perfilman Indonesia mencakup kebebasan berekspresi, berkreasi, berinovasi, dan berkarya dengan menjunjung tinggi nilai nilai agama, etika, moral, kesusilaan, dan budaya bangsa dalam negara kesejahteraan yang berkedaulatan rakyat. A. Karakteristik Film Film Indonesia sebagai karya seni budaya yang merupakan wahana sosial dan sebagai media komunikasi massa ( media massa ) yang bersifat audio visual, menemukan sistemnya secara mantap melalui UU No. 1 Pnps tahun 1994, tentang Perfilman ( UU Perfilman 1964 ). Undang - Undang itu lahir pada masa sistem Politik Demokrasi Terpimpin, serta pengembangan kepribdian bangsa dalam paradigma revolusi belum selesai. Itulah sebabnya film Indonesia diletakkan sebagai alat revolusi. Dalam Undang Undang Perfilman 2009 disebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan Pranata Sosial dan Media Komunikasi Massa yang dibuat berdasarkan kaidah Sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan ( Pasal 1 ). Dengan demikian film mengandung tiga makna, yaitu : 1. Film sebagai Karya Seni Budaya, 2. Film sebagai Pranata Sosial ( sosial instituion ),dan 3. Film sebagai Media Komunikasi Massa. B. Dinamika Perfilman Nasional Sejak Indonesia merdeka sampai saat ini, sistem Perfilman Indonesia mengalami empat periode sistem politik dan sitem ekonomi yang berbeda satu dengan yang lainnya, yaitu : 1. Periode Revolusi ( 1945-1950 ) 2. Periode Demokrasi Liberal ( 1950 1959 ) 3. Periode Demokrasi Terpimpin ( 1959 1965 ) 4. Periode Demokrasi Pancasila ( 1966 1999 ) dan Periode Reformasi yang menjurus kepada Liberalisasi dalam bidang Politik dan Ekonomi ( 1999 hingga saat ini ). C. Peran Negara dan Masyarakat Dalam Sistem Perfilman Indonesia senantiasa diperlukan adanya pengawasan dan pembinaan pemerintah, terutama dalam bentuk sensor dan izin. Hal itu mencakup sensor terhadap isi film, iklan film, 9 poster, stillphoto, thriller, banner, pamlet, brosur, baliho, spanduk, folder, dan plakat ) serta izin pembuatan dan pertunjukan film, karena berkaitan dengan produksi dan distribusi pesan. Meskipun berkaitan dengan komunikasi ( distribusi pesan ), impor ekspor fillm dan peredaran film memerlukan izin karena sangat kuat dengan dimensi ekonomi ( perdagangan ). Berdasarkaan hal tersebut, Sistem Perfilman Indonesia yang dikembangkan sesuai Undang Undang Perfilman 2009, terutama dari aspek Ideologis, dapat juga disebut sebagai Sistem Perfilman Pancasila, meskipun pada tahun 1999 Indonesia mengalami revisi atau perubahan sesuai dengan semangat zaman baru dan tampilnya generasi baru. Meskipun demikian, dalam peerubahannya diperlukan Kesinambungan. S i s t e m K o m u n i k a s i I n d o n e s i a Hal. 3

SISTEM PENYIARAN INDONESIA Sistem Penyiaran Indonesia yang disebut juga Sistem Penyiaran Nasional yang berwawasan ke Indonesiaan menggabungkan tiga prinsip yang berbeda, yaitu : 1. Kebebasan Individu, 2. Kebebasan Media, serta 3. Kewajiban dan Tanggung Jawab Media kepada Negara dan Masyarakat A. Karakteristik Radio dan Televisi Dalam Sistem Penyiaran Nasional siaran diartikan sebagai pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara atau gambar, atau suara dan gambar yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima. Sedangkan penyiaran merupakan kegiatan pemancarluasan siaran melalui saran pemancaran dan / sarana tranmisi darat, di laut, atau di antariksa dengan menggunakan spektrum frekuensi radio melalui udara, kabel, dan / atau media lainnya untuk dapat diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran. Berikut fungsi Radio dan Televisi, yaitu : 1. Radio sebagai Media Siaran Auditif 2. Televisi sebagai Media Siaran Audio Visual B. Dinamika Penyiaran Nasional Menurut Undang Undang Penyiaran 2002, penyiaran diselenggarakan dalam satu Sistem Penyiaran Nasional. Dalam Sistem Penyiaran Nasional itu, negara menguasai Spektrum Frekuensi Radio yang merupakan gelombang elektromagnetik itu adalah ranah publik. Sumber daya alam Indonesia terbatas, sehingga perlu diatur dan dikendalikan penggunaannya, berdasarkan asas manfaat, adil, dan merata, kepastian hukum, keamanan, keberagaman, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Sistem Penyiaran Nasional atau Sistem Penyiararan Indonesia itu merupakan subsistem dari Sistem Komunikasi Indonesia yang menempatkan Sistem Kenegaraan Indonesia sebagai Suprasistemnyam. Walaupun peraturan peraturan yangb dikeluarkan oleh pemerintah sebelum lahirnya Undang Undang Penyiaran 1997 bersifat Parsial sesuai S i s t e m K o m u n i k a s i I n d o n e s i a Hal. 4

perkembangan keadaan negara, secara normatif elah dapat membentuk sebuah sistem, yaitu Sistem Penyiaran Indonesia yang mencakup hubungan Struktural dan hubungan fungsional antara pemerintah, dengan lembaga penyiaran dan masyarakat ( organisasi sosial, politik, ekonomi ). Periode Periode Penyiaran di Indonesia, yaitu : 1. Sistem Penyiaran Merdeka ( 1945-1950 ) 2. Sistem Penyiaran Terpimpin ( 1950 1959 ) 3. Sistem Penyiaran Pancasila ( 1966 saat ini ) 4. Sistem Penyiaran Nasional 5. C. Demokratisasi dan Peran serta Masyarakat Kebebasan berbicara dan kebebasan berekspresi bagi rakyat melalui lembaga penyiaran ( radio dan televisi ), semakin berkembang sejalan dengan berakhirnya pemerintahan Orde Baru ( 1998 ) ketika Presiden Soeharto mengundurkan diri, dan digantikan oleh Wakil Presiden B.J Habibie sebagai Presiden RI yang ketiga ( 21 Mei 1999 ). Dengan demikian, berakhir pula Sistem Demokrasi Pancasila yang bersifat Sentralis dengan peranan Negara yang besar dalam Sistem Penyiaran Nasional. Dalam Sistem Penyiaran Nasional, sesuai dengan Undang Undang Penyiaran 2002, disebutkan bahwa penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dengan asas manfaat, adil, dan merata, kepastian, hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Berdasarkan dasar, tujuan, dan fungsi penyiaran tersebut, penyiaran antara lain diatahkan untuk : 1. Untuk Menjunjung Tinggi Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 2. Menjaga dan Meningkatkan Moralitas dan Nilai Nilai Agama dan Jati Diri Bangsa 3. Menjaga dan Memperkuat Persatuan Bangsa 4. Menyalurkan Pendapat Umum 5. Mencegah Monopoli Kepemilikan dan Mendukung Persaingan yang Sehat di Bidang Penyiaran, serta 6. Memberikan Informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab, serta 7. Memajukan Kebudayaan Nasional S i s t e m K o m u n i k a s i I n d o n e s i a Hal. 5

KARAKTERISTIK SISTEM KOMUNIKASI INDONESIA Berdasarkan perspektif ideologi, Sistem Komunikasi Indonesia dapat juga disebut Sistem Komunikasi Pancasila yang sangat berbeda dengan Sistem Komunikasi Otoritarian, Sistem Komunikasi Libertarian, Sistem Komunikasi Lainnya. A. Sistem Komunikasi Pancasila Sistem Komuikasi Indonesia yang merupakan subsistem dari Sistem Kenegaraan Indonesia, dapat juga dipahami sebagai himpunan beberapa subsistem yang memiliki sistemnya sendiri, yaitu : Sistem Pers Indonesia Sistem Perfilman Indonesia Sistem Penyiaran Indonesia Dalam perspektif yang lain, Sistem Komunikasi Indonesia dapat juga disebut Sistem Komunikasi Indonesia. Sedangkan dari perspektif ideologi Sistem Komunikasi Indonesia, dapat juga disebut Sistem Komunikasi Pancasila, yang sangat berbeda dengan Sistem Komunikasi Libertarian, Sistem Komunikasi Otoritarian, dan Sistem Komunikasi Komunis, serta sistem Komunikasi Lainnya. Penyebutan Sistem Komunikasi Indonesia sebagai Sistem Komunikasi Pancasila, telah sejalan dengan penyebutan Sistem Pers Pancasila, Sistem Perfilman Pancasila, Sistem Penyiaran Pancasila. Dengan demikian, Sistem Komunikasi Indonesia, memiliki muatan yang berat tentang nilai ( values ) dan bobot ideologi karena pers, perfilman dan penyiaran sebagai lembaga sosial dan media massa berorientasi, bersikap, dan berprilaku berdasarkan nilai nilai Pancasila, yakni : Ketuhanan Kemanusiaan Persatuan Kerakyatan Keadilan Hal itu memberi gambaran penekanan pada ranah atau dominan afektif yang sangat tajam yang berkaitan erat dengan Agama, Etika, dan Moral. B. Usaha Bersama dan Kekeluargaan Salah satu hal yang menjadi pusat kajian dalam Sistem Komunikasi Indonesia adalah pemilikan Pers, film, radio, dan televisi, karena pemilikan pers, film, radio, dan televisi itu sangat berkaitan dengan konsep kebebasan pers ( freedom of the press ) sebagai bagian dari kebebasan berbicara ( freedom of speech ) dan kebebasan berekspresi ( freedom of expression ) yang tercakup dalam kebebasan informasi ( freedom of information ). Telah dijelaskan bahwa pers dalam arti kegiatan jurnalistik yang bebas menurut pandangan orang komunis adalah pers yang tidak dimilki atau tidak dikendalikan oleh kapitalis. Seddangkan orang Amerika menyebut pers adalah pers yang dimiliki oleh kapitalis dan tidak dikontrol oleh pemerintah. Dengan adanya dua pandangan yang bertolak belakang tersebut, dalam Sistem Komunikasi Indonesia, ditempuh semacam jalan tengah karena dalam Ideologi Pancasila, Indonesia dianut oleh konsep kedaulatan rakyat yang bermakna demokratis politik sekaligus demokrasi ekonomi. Indonesia juga menganut konsep negara kekeluargaan dan kesejahteraaan yang berbedda dengan negara jaga malam ( Amerika Serikat ) dan negara kekuasaan ( Soviet Komunis, China, dll ). S i s t e m K o m u n i k a s i I n d o n e s i a Hal. 6

INDONESIA DALAM ARUS KEBEBASAN INFORMASI GLOBAL Kebebasan informasi yang mencakup kebebasan berekspresi, berbicara, dan kebebasan pers, telah menimbulkan ketimpangan arus informasi Internasional, karena arus informasi dari negara maju yang menganut individualisme, liberalisme, dan pragmatisme mengalir deras dengan bebas ke negara sedang berkembang, termasuk Indonesia yang menganut Ideologi Pancasila. A. Kebebasan Informasi dan Revolusi Komunikasi Kebebasan informasi ( freedom of information ) yang mencakup kebebasan berekspresi ( freedom of expression ), kebebasan berbicara ( fereedom of speech ), kebebasan pers ( freedom of the press ) yang melintasi bataas batas negara, telah menimbulkan ketimpangan informasi internasional dan antar wilayah dalam satu negara. Sistem Komunikasi Indonesia yang dapat juga disebut sebagai Sistem Komunikasi Pancasila dengan sendirinya menghadapi tantangan berat, di tengah kebebasan informasi dalam era globalisasi yang telah melanda dunia hingga saat ini. Liberalisasi informasi yang berkembang di Indonesia dewasa ini, semakin membuka peluang derasnya arus informasi publik yang bebas masuk kedalam Indonesia, dengan seluruh dampak positif dan negatifnya sebagai akibat kemajuan tehnologi informasi, baik melalui pers, radio, televisi, maupun melalui media sosial ( internet ), termaduk jurnalistik internet. Hal itu juga sebagai akibat revolusi komunikasi yang mendorong terjadinya globalisasi terutama dalam bidang komunikasi dan ekonomi. B. Pro Kontra Kebebasan Informasi Evolusi sangat berpengaruh terhadap proses komunikasi, terutama dalam komunikasi internasional sebagai salah satu dimensi penting dalam komunikasi antarbangsa. Persoalan pokok dalam komunikasi Internasional sebagai elemen penting dalam globalisasi itu, ialah munculnya dominasi negara negara maju terhadap negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, sejaln dengan terjadinya ketimpangan arus komunikasi Internasional. Arus komunikasi dan informasi dalam era globalisasi telah lama berlangsung, dan didukung paling kurang oleh tiga hal penting, yaitu : 1. Paradigma freedom of information atau kebebasan informasi 2. Kemajuan teknologi dan ilmu, terutama teknologi informasi, dan 3. Kemajuan dalam bidang ekonomi dan industri. Hal itu menimbulkan ketimpangan arus informasi Internasional atau anatarnegara dan antar wilayah dalam suatu negara serta terjadinya dominasi negara negara maju terhadap negara negara yang sedang membangun. Indonesia dan negara berkembang lainnya telah berjuang dengan keras untuk menciptakan Tatanan Informasi Internasional Baru yang sulit diterima oleh negara negara maju, karena dipandang bertentangan dengan kebebasan inforamsi yang berbasis Liberalisme. Hal itu menantang langsung Sistem Komunikasi Indonesia yang berbasis Ideologi Pancasila tanpa bisa dikontrol atau dibatasi. S i s t e m K o m u n i k a s i I n d o n e s i a Hal. 7