BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tiada

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik. untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan rakyat. Jika dilihat dari segi ekonomi, Indonesia masih

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaannya diatur dalam undang-undang perpajakan untuk tujuan. akan terlaksana dan target penerimaan pajak akan tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tingkatan dalam strata sosial masyarakat selalu dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. rakyat pada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan)

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB 1 PENDAHULUAN. (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang,

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mencari sumber pemasukan baru

BAB I PENDAHULUAN. langsung berhubungan dengan teori keahlian yang diterima diperkuliahan. Praktik

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ketentuan Pasal 1 angka 1 UU Nomor 16 Tahun 2009 perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan semakin besarnya penerimaan negara dari pajak. pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah berasal dari sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. ini pemungutnya dilaksakan oleh Pemerintah Pusat khususnya Depertemen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan pemerintahan diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. sektor pajak perlu diimplementasikan secara maksimal untuk menjalankan roda

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan agar negara tersebut dapat mandiri dalam membiayai pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dan masyarakat, hal ini ditujukan agar pembangunan tersebut berjalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. telah disempurnakan terakhir dengan UU No. 28 Tahun 2007 pasal 1 ayat 1, pajak

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat bersaing dengan negara-negara lain. Dalam hal ini peran masyarakat Indonesia,

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan Mandiri. mahasiswa secara mandiri yang bertujuan memberikan pengalaman praktis di

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pajak merupakan sumber penerimaan yang paling potensial di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara di dunia.. Sehingga tidak bisa dipungkiri tuntutan ekonomi dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. S.H. dalam bukunya Mardiasmo (2011):

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah salah satu Negara. berkembang yang bertujuan untuk menjadi negara maju di masa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Dalam menjalankan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) salah satu kota terbesar di Indonesia, tidak luput dari keikutsertaan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah kepada masyarakat yang akan digunakan untuk membiayai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran wajib kepada Negara yang terutang oleh yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini status Indonesia masih menjadi negara berkembang, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk kepentingan rakyat yang tidak wajib membayar pajak. pajak, yaitu dengan memperluas subyek dan obyek pajak atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan perundang-undangan tanpa imbalan jasa secara langsung untuk. membiayai penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penting karena merupakan komponen yang terbesar dan sumber dana dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) untuk menjembatani antara dunia pendidikan dengan dunia kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dianggap mampu mencerminkan kerjasama nasional. Dalam hal pembiayaan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara yang digunakan untuk membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan di Indonesia menganut sistem self assessment, yaitu Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diperjualbelikan, telah dikenai biaya pajak selain dari pada harga pokoknya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan negara yang berasal dari iuran masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-undang (yang

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Kementrian Keuangan (2014)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) untuk mewujudkannya. Untuk menanggulangi dana yang cukup besar itu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan suatu negara dibentuk sebagai perwakilan suatu rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. H. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) hak Negara dan hak warga Negara pembayar pajak. Hak Negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi. Sebagaimana tujuan dari negara Indonesia juga dapat sama-sama kita

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tiada mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Undang-Undang No.28 Tahun 2007). Selain itu, ada definisi pajak yang dikemukakan oleh para pakar diantaranya adalah Rochmat Soemitro menyebutkan pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Sedangkan menurut Adriani, pajak adalah iuran kepada Negara yang dapat dipaksakan, yang terutang oleh Wajib Pajak (WP) yang pembayarannya menurut peraturan dengan tidak mendapat imbalan kembali yang dapat ditunjuk secara langsung (Edy Suprianto, 2011). Pasal 1 angka 6 Undang Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menegaskan bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Wajib Pajak (WP) sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Pasal 2 ayat (4a) UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan menegaskan bahwa kewajiban 1

BAB I PENDAHULUAN 2 perpajakan bagi WP yang diterbitkan NPWP yang dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat 4 UU KUP dimulai sejak WP memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan Perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum diterbitkannya NPWP dan/atau dikukuhkannya sebagai PKP. NPWP merupakan identitas diri WP dan sebagai sarana administrasi dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pajak Penghasilan (PPh), antara lain harus dicantumkan dalam penyetoran dan pelaporan PPh (Rudy dan Wirawan, 2010). Tanpa NPWP, WP tidak bisa melaksanakan penyetoran dan pelaporan PPh (Rudy dan Wirawan, 2010). Jadi, selama WP yang mempunyai NPWP masih dapat memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, maka WP wajib memenuhi kewajiban perpajakannya (Rudy dan Wirawan, 2010). Asas yang dianut saat ini adalah self assesment system, dimana suatu sistem pajak yang memberi wewenang kepada Wajib Pajak (WP) untuk menentukan sendiri pajak terutangnya, serta menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri pajak terutang (Mardiasmo, 2011). Sesuai dengan self assessment system, kewajiban WP setelah menyetorkan pajak yang terutang adalah melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak tersebut kepada Direktorat Jenderal Pajak sehingga pelaporan pajak merupakan sarana untuk melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak yang dilakukan oleh WP (Edy Suprianto, 2011). Sarana untuk melaporkan penghitungan dan penyetoran pajak ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) menurut UU KUP adalah Surat Pemberitahuan (SPT) (Edy Suprianto, 2011). Untuk menyikapi hal tersebut maka diadakannya pendidikan Brevet terpadu yang ditujukan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN 3 pemahaman, pengetahuan dan kemampuan yang komprehensif dalam bidang perpajakan sehingga dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan baik dan benar (Irsan Pratama, 2011). Kesempatan pendidikan yang semakin meluas di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, telah mempengaruhi pasar tenaga kerja. Dalam era globalisasi, dunia usaha dan masyarakat telah menjadi semakin kompleks sehingga menuntut adanya perkembangan berbagai disiplin ilmu termasuk akuntansi (Irsan Pratama, 2011). Akuntansi memegang peranan penting dalam ekonomi dan sosial karena setiap pengambilan keputusan yang bersifat keuangan harus berdasarkan informasi akuntansi. Dalam penelitian yang dilakukan Aditya Fardiansyah (2006) menyebutkan bahwa keadaan yang menjadikan akuntan sebagai suatu profesi yang sangat dibutuhkan keberadaannya dalam lingkungan organisasi bisnis. Keahliankeahlian khusus seperti pengolahan data bisnis menjadi informasi berbasis komputer, pemeriksa keuangan maupun non keuangan penguasaan materi peundang-undangan perpajakan adalah hal-hal yang dapat memberikan nilai lebih bagi profesi akuntansi. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Azyumardi Azra dalam Irsan Pratama, (2011) menyebutkan bahwa banyak orang yang berpikiran bahwa untuk bisa menguasai atau memperoleh pengetahuan harus melalui bangku kuliah. Itu adalah paradigma lama dalam belajar. Sekarang ini dengan tumbuhnya era internet dan pendidikan di luar instansi perguruan tinggi, maka mau tidak mau paradigma belajar sudah mulai berubah. Belajar tidak harus di kampus lagi. Internet telah menyediakan sarana (resources) yang sangat besar bagi yang ingin belajar dan juga lembaga pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 4 Bagaimana dengan belajar pajak? Sekarang ini sangat mungkin sekali untuk mengembangkan kemampuan perpajakan kita melalui pendidikan brevet ataupun melalui internet (Irsan Pratama, 2011). Saat kita di bangku kuliah atau Universitas, mata kuliah perpajakan hanya terbatas pada mata kuliah Perpajakan 1 dan Perpajakan 2, mata kuliah perpajakan yang disajikan hanya terbatas pada perkenalan mengenai perpajakan. Pengenalan lebih mendalam tentang perpajakan hanya diambil oleh mahasiswa akuntansi yang memang berkonsentrasi atau penjurusan ke perpajakan. Sedangkan untuk tingkat bawah maupun yang tidak berkonsentrasi mengenai perpajakan tidak belajar lebih mendalam tentang perpajakan seperti belajar mengenai Akuntansi Perpajakan, Aplikasi Perpajakan dimana akan langsung praktek mengisi SPT (Surat Pemberitahuan) yang dimana cara mengisi SPT adalah hal yang harus diketahui oleh Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Irsan Pratama (2011) dalam dunia kerja, pengetahuan dan pemahaman mengenai perpajakan sangat dibutuhkan untuk menghitung Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21, PPh pasal 22, PPh pasal 23 berkaitan dengan bunga deposito, dividen dan sewa, PPh final, Pajak Petambahan Nilai (PPN), Pajak Import, dan lain sebagainya yang sangat berkaitan dan mempengaruhi keuangan perusahaan. Nyatanya dalam dunia kerja, karyawan yang menangani dalam perhitungan pajak perusahaan merangkap juga sebagai karyawan yang menangani kegiatan akuntansi perusahaan, dalam arti lain tidak ada batas atau staf khusus untuk menghitung pajak-pajak terutang perusahaan. Bahkan yang lebih parah nya lagi, seorang pegawai di perusahaan yang menangani pajak perusahaan adalah bukan seorang yang mempunyai dasar akuntansi sama sekali atau dalam kata lain bukan dari jurusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN 5 Dalam penelitian yang dilakukan Irsan Pratama (2011), peranan akuntansi pajak di dalam perusahaan adalah signifikan, yaitu: 1. Memberikan serta membuat perencanaan dan strategi perpajakan (dalam artian positif). 2. Memberikan analisa dan prediksi mengenai potensi pajak perusahaan di masa yang akan datang. 3. Dapat menerapkan perlakuan akuntansi atas kejadian perpajakan (mulai dari penilaian/penghitungan, pencatatan, (pengakuan) atas pajak, dan dapat menyajikannya di dalam laporan komersial maupun laporan fiskal perusahaan. 4. Dapat melakukan pengarsipan dan dokumentasi perpajakan dengan lebih baik, sebagai bahan untuk melakukan pemeriksaan dan evaluasi. Pada perusahaan berskala menengah dan besar, kesadaran akan pentingnya akuntansi pajak telah ada dan diterapkan secara serius. Akan tetapi tidak sedikit perusahaan (apapun skalanya) belum menyadari pentingnya akuntansi pajak. Ada kecenderungan untuk mengabaikan atau tidak mau pusing mengurusinya, sehingga diserahkan kepada konsultan, yang hampir pasti tidak mengetahui operasional perusahaan yang ditanganinya secara benar dan detail, yang sangat mungkin dapat menjerumuskan perusahaan (Irsan Pratama, 2011). Akibat sedikitnya pegawai atau staf accounting yang sungguh-sungguh memahami perpajakan (bahkan untuk menghitung pun masih banyak yang belum bisa), dan tidak mempunyai cukup waktu untuk mengikuti perkembangan (perubahan) undang undang dan peraturan perpajakan, banyak kejadian perpajakan tidak ditangani dengan baik (Irsan Pratama, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 6 Apa dan bagaimana kualifikasi untuk manajemen atau staff akuntansi pajak (tax accounting). Menurut Irsan Pratama (2011), kualifikasi ideal untuk petugas (manajemen dan staf) akuntansi pajak hendaknya: a. Minimal D3 Akuntansi atau D3 Pajak (untuk level staf) dan Sarjana untuk level Manajemen. b. Minimal menguasai Akuntansi Keuangan (basic dan Intermediate) untuk level staf dan bersertifikasi Akuntan Publik untuk level Manajemen. c. Memegang sertifikasi Perpajakan (Brevet A & B) untuk level staff dan Brevet C untuk level Manajemen. d. Mengikuti perkembangan (perubahan) Undang Undang Perpajakan dan peraturan-peraturannya. Pelatihan Perpajakan atau Brevet (A & B) memang bukan suatu kewajiban, namun seperti yang telah disampaikan sebelumnya, pelatihan Brevet sangat berguna untuk para Wajib Pajak. Mengingat pentingnya pelatihan Brevet A & B Terpadu untuk para mahasiswa yang akan atau mungkin sudah ada yang menjadi Wajib Pajak maka diperlukan motivasi dari dalam diri mahasiswa terhadap minat untuk mengikuti pelatihan Brevet A & B Terpadu (Irsan Pratama, 2011). Motivasi sering kali diartikan sebagai konsep yang digunakan untuk menggambarkan dorongan-dorongan yang timbul pada atau di dalam seorang individu yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku untuk menunjukkan arah tindakan (Gibson et al, 2003). Terdapat enam teori yang termasuk ke dalam teori motivasi, yaitu: 1. Teori Abraham Maslow (Teori Hierarki Kebutuhan) 2. Teori Frederick Herzberg (Teori Motivasi Dua Faktor) 3. Teori Clayton Alderfer (Teori ERG)

BAB I PENDAHULUAN 7 4. Teori Kebutuhan McClelland 5. Teori Desakan Kebutuhan Murray 6. Teori Victor Vroom (Teori Harapan) Dalam hal ini penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang motivasi yang berdasarkan pada teori Calyton Alderfer (Teori ERG) karena teori tersebut merupakan penyempurnaan dari Teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow. Stephen P. Robbins (Organizational Behaviour) yang dialihbahasakan oleh Tim Indeks (2007) menyebutkan bahwa Calyton Alderfer seorang ahli dari Yale University mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan inti, yaitu: Eksistensi (Exsistence), Hubungan (Relatedness), dan Pertumbuhann (Growth), jadi disebut teori ERG. Menurut Stephen P. Robbins (2007), Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan utama, yaitu: 1. Exsistence Needs (Kebutuhan akan keberadaan), berhubungan dengan kebutuhan termasuk di dalamnya Physiological Needs dan Safety Needs dari Maslow. 2. Relatedness Needs (Kebutuhan akan afiliasi), menekankan akan pentingnya hubungan antar-individu (interpersonal relationship) dan bermasyarakat (social relationship). 3. Growth Needs (Kebutuhan akan kemajuan) adalah keinginan intrinsik dalam diri seseorang untuk maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya. Semua kelompok kebutuhan yang ada dalam teori tersebut mendorong motivasi yang berbeda-beda dalam diri seorang individu untuk melakukan sesuatu (Stephen P. Robbins, 2007). Dalam hal ini penulis ingin melihat pengaruh motivasi tersebut dan minat mahasiswa akuntansi mengikuti pendidikan brevet dikaitkan dengan pemahaman undang-undang perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN 8 Penelitian terdahulu, yaitu Irsan Pratama (2011) telah meneliti pengaruh motivasi dan minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan brevet terhadap pemahaman undang undang perpajakan pada empat perguruan tinggi yang berada di Bandung dengan hasil bahwa secara bersama-sama semua variabel bebas yaitu motivasi dan minat mahasiswa untuk mengikuti pendidikan brevet mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pemahaman undang-undang perpajakan. Melihat fenomena ini, penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian ulang dengan menggunakan variabel penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan yang ada dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Pada penelitian sebelumnya, tidak berlandaskan pada teori motivasi yang sudah ada, melainkan menurut judgement pribadi. Sedangkan pada penelitian ini penulis memakai Teori Clayton Alderfer sebagai landasan teorinya. 2. Pada penelitian sebelumnya Irsan Pratama (2011), sampel yang digunakan berasal dari empat Perguruan Tinggi di Kota Bandung yang mengadakan pelatihan Brevet A dan B Terpadu. Sedangkan pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah Perguruan Tinggi di Kota Bandung yang memiliki jurusan akuntansi, karena pengetahuan pelatihan mengenai brevet tidak hanya terbatas pada perguruan tinggi yang di dalamnya mengadakan pelatihan pendidikan Brevet A dan B Terpadu. Atas dasar tersebut maka penulis berminat untuk melakukan penelitian ulang dengan judul: Pengaruh Motivasi dan Minat Mahasiswa Akuntansi Untuk Mengikuti Pendidikan Brevet Terhadap Pemahaman Undang-Undang Perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN 9 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah-masalah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Seberapa besar pengaruh dari motivasi dan minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan brevet terhadap pemahaman undang-undang perpajakan secara simultan? 2. Seberapa besar pengaruh dari motivasi dan minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan brevet terhadap pemahaman undang-undang perpajakan secara parsial? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud dapat memberikan kontribusi bukti empiris tentang masalah yang diteliti yaitu pengaruh motivasi dan minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan brevet terhadap pemahaman undang-undang perpajakan yang diharapkan agar dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan pendidikan akuntansi, dan profesi akuntansi. Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi dan minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan brevet terhadap pemahaman undang-undang perpajakan secara simultan. 2. Mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi dan minat mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan brevet terhadap pemahaman undang-undang perpajakan secara parsial.

BAB I PENDAHULUAN 10 1.4 Kegunaan Penelitian Setiap penelitian terutama berguna baik untuk peneliti maupun pihak lain yang akan menggunakan hasil penelitian tersebut, semua informasi yang akan diperoleh dari hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1. Ilmu pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dipakai sebagai acuan dan referensi awal untuk melakukan penelitian selanjutnya, serta dapat menambah pemahaman mengenai perpajakan dan pendidikan brevet. 2. Penyelenggara pendidikan brevet Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan petunjuk mengenai animo mahasiswa akuntansi untuk mengikuti pendidikan brevet sekaligus mengetahui motivasi apa yang mendorong mereka untuk mengikuti pendidikan brevet tersebut sehingga penyelenggara pendidikan brevet tersebut dapat meningkatkan sosialisasi dan promosi kepada mahasiswa akuntansi sekaligus menjelaskan segala sesuatu tentang Undang-undang perpajakan dengan sebenar-benarnya di masa yang akan datang supaya lebih baik lagi. 3. Penulis Hasil penelitian ini meningkatkan pengetahuan dan wawasan peneliti mengenai masalah undang-undang perpajakan serta memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang dalam meriah gelar sarjana Jurusan Akuntansi pada.