BAB IV BENTUK KOMUNIKASI KONSELING DALAM AL QURAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS. A. Analisis Prinsip-prinsip Pemahaman Qaulan dalam Al-Qur an sebagai Komunikasi Pendidikan Akhlak pada Anak

BAB V PENUTUP. 1. Ayat-ayat al-quran yang berkaitan dengan metode komunikasi pendidik

KONSEP GAYA BICARA GURU DALAM PEMBELAJARAAN MENURUT AL-QURAN Najmuddin Dosen Pendidikan Agama Islam Universitas Almuslim ABSTRAK

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan manusia. Dalam keluarga komunikasi orang tua dan anak itu. sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak.

Internalisasi Nilai-nilai Bahasa Al quran Dalam Kehidupan. Oleh Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M. Pd

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

# Kemampuan Komunikasi # Komunikasi Jitu (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB I PENDAHULUAN. beberapa ayat di dalam al-quran. Penanaman nilai-nilai akhlak mulia menjadi

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. terus dijaga dengan baik. Tidak salah jika dikatakan bahwa kesuksesan dan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

PERAN ISTRI DALAM MEMOTIVASI PRESTASI KERJA SUAMI 1. Oleh: Prof.Dr. Farida Hanum 2

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB III PENYAJIAN DATA

Sukses dengan anak tangga pencitraa diri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA KOMUNIKASI SISTEM ISYARAT BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Ajaran-ajarannya begitu. telah mencapai peradaban dan kebudayaan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS TERAPI BEHAVIOR DENGAN TEKNIK MODELLING. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Pada dasarnya komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB V HUBUNGAN MOTIVASI BERKOMUNIKASI DENGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTAR ETNIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, potensi individu/siswa yang belum berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pribadi yang memuaskan. Menurut Dayakisni dan Hudaniah (2005) ketrampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

BAB IV ANALISIS URGENSI PENGENALAN BUKU SEJAK USIA DINI DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

Yusuf Hasan Baharudin Jurnal Tawadhu Vol. 1 no. 2, 2017

BAB V PENUTUP. dapat penulis simpulkan beberapa hal, yaitu:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama anak, tempat anak meniru

BAB IV PEMBAHASAN. antara ayah dan anak remaja pasca perceraian, berikut peneliti memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB IV ANALISIS MASALAH. 4.1 Analisis Tentang Kepercayaan Diri Anak Tuna Netra di Balai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat saja terganggu, sebagai akibat dari gangguan dalam pendengaran dan

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Konseling dengan Teknik Timing Of Event Models Untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pendidikan yang berbasis agama. Setiap lembaga pendidikan harus bisa

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. interpersonal sebagai kemampuan-kemampuan yang dimiliki seseorang dalam

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. didapatkan 10 siswa termasuk dalam kategori sangat rendah dan rendah yang

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB IV ANALISIS DATA. data yang diperoleh dari penyajian data adalah sebagai berikut: A. Analisis Pelaksanaan Life-Script Analysis Untuk Meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS DATA. umumnya para remaja, tak terkecuali para remaja Broken Home, baik pada saat

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil pembahasan pada bab IV, oleh peneliti rumuskan suatu. kesimpulan, kesimpulan umum dan kesimpulan khusus.

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Asertif. jujur, terbuka, penuh percaya diri, dan teguh pendiriannya (Davis, 1981).

BAB I PENDAHULUAN. Ketika zaman berubah dengan cepat, salah satu kelompok yang rentan

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis dan pengujian terhadap hipotesis yang dilakukan oleh

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

Hak-hak Anak dalam Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada

BAB IV ANALISIS STRATEGI DAN METODE DAKWAH KH MUSLIHUDDIN ASNAWI DALAM PEMBINAAN AKHLAK DI DESA SIDOREJO KEC.SEDAN KAB. REMBANG.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat

BAB I PENDAHULUAN. sosial tertentu. Proses komunikasi antar pribadilah yang dapat menumbuhkan

Transkripsi:

BAB IV BENTUK KOMUNIKASI KONSELING DALAM AL QURAN A. Bentuk Komunikasi Konseling Dalam Al Quran Setelah selesai membahas macam-macam lafaz qaulan dalam Al Quran, setidaknya kini kita telah memperoleh gambaran yang jelas mengenai bagaimana bentuk komunikasi yang dianjurkan oleh Allah SWT dalam Al Quran. Jelas sudah bahwa Al Quran telah menunujuk enam qaul tersebut sebagai acuan manusia untuk berkomunikasi dalam setiap sendi kehidupannya, tidak terkecuali dalam kegiatan konseling yang memang sarat akan komunikasi. Penerapan komunikasi konseling yang mengandung nilai Qurani tentu akan memberikan hasil yang lebih baik bagi kelangsungan proses konseling. Selain itu juga diharapkan hubungan profesional yang terjalin antara konselor dan klien akan semakin harmonis. 1. Qaulan Ma rufan Apabila melihat konteks ayatnya, Al Quran menggunakan kalimat tersebut dalam konteks peminangan, pemberian wasiat dan waris. Karena itu, qaulan ma rufan mengandung arti ucapan yang halus sebagaimana ucapan

yang disukai perempuan dan anak-anak; pantas untuk diucapkan oleh pembicara maupun untuk orang yang diajak bicara. Karena itu dapat dikatakan bahwa makna dari kata qaulan ma rufan yaitu kata-kata yang baik dan halus. Kata-kata yang selayaknya diungkapkan oleh wali atau pengasuh-pengasuh anak yatim terhadap anak didiknya, yaitu kata yang halus dan baik dalam upaya mendidik mereka. Kata-kata tersebut hendaknya tidak menyinggung perasaan mereka, karena jiwa anak yang sangatlah mudah tersinggung dan bahkan sangat sensitif karena masih cenderung egosentris. Adapun korelasinya dengan komunikasi konseling, penulis merasa bahwa qaulan ma rufan akan sangat sesuai digunakan saat menghadapi klien yang belum sempurna akalnya, seperti pada klien yang berusia masih kanakkanak/usia dini. Mungkin masih sulit untuk membayangkan bahwa anak-anak bisa mempunyai masalah yang mempengaruhi perkembangan mereka sehingga dirasa perlu untuk dilakukan konseling. Namun perlu diingat bahwa anak-anak merupakan penonton pada pada dunia orang dewasa. Semua kebutuhannya masih bergantung pada orang tua atau orang dewasa lain. Karena masih terbatasnya kebebasan yang dimiliki anak-anak harus terpaksa mengambil apa yang ada saja. Dia tidak dapat mengubah lingkungannya, berbeda dengan orang dewasa yang mempunyai kemampuan yang lebih unggul untuk merubah apa yang mereka tidak suka.

Melakukan konseling atau wawancara dengan anak merupakan suatu tantangan karena sangat membutuhkan keterampilan. Mereka biasanya tidak asertif dan jarang yang mau menentang orang dewasa. Mereka biasanya akan memberikan jawaban yang diiinginkan oleh orang dewasa. Mereka juga mempunyai tendensi untuk menjawab tidak tahu untuk berbagai macam alasan. Berbicara dengan anak-anak memang adalah suatu tantangan, tetapi bisa sangat menyenangkan kalau konselor dapat mengatasi berbagai rintangan yang ada. 1 2. Qaulan Sadidan Perkataan qaulan sadidan diungkapkan Al Quran dalam konteks pembicaraan mengenai wasiat. Menurut beberapa ahli tafsir seperti Hamka, At- Thabari, Al- Baghawi, Al-Maraghi bahwa qaulan sadidan dari segi konteks ayat mengandung makna kekuatiran dan kecemasan seorang pemberi wasiat terhadap anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk ucapan yang lemah lembut (halus), jelas, jujur, tepat, baik, dan adil. Makna sadidan dalam ayat di atas tidak saja berarti benar, akan tetapi juga dapat berarti tepat sasaran. Dalam artian kata-kata yang diungkapkan merupakan kata-kata yang tepat, sesuai dengan kondisi orang yang diajak berdialog, maupun sesuai dengan bidang yang dikuasainya, sehingga kata-kata tersebut benar dapat tercapai seperti apa-apa yang diinginkannya. Agar 1 Jeanette Murad Lesmana, Dasar-Dasar Konseling, (Jakarta, Universitas Indonesia: 2005), h. 167

tercapai pada sasaran, maka kata-kata yang akan disampaikan hendaknya diungkapkan dengan nada lemah lembut. Jikalaupun kata-kata tersebut merupakan kritik, maka dalam kondisi yang bersamaan harus dibarengi dengan upaya untuk memperbaikinya, bukan justru meruntuhkannya, sehingga informasi benar-benar sampai pada sasaran secara tepat, benar dan mengena. Adapun hubungannya dengan dunia konseling qaulan sadidan cocok jika ditujukan kepada generasi muda/remaja. Pada usia remaja biasanya mereka memiliki keinginan kuat untuk mandiri, tidak terikat denga orangtua atau orang dewasa lain, tetapi dia juga masih merasa bingung dalam menghadapi dunia barunya ini. Dengan kondisi psikologisnya yang masih labil, para remaja biasanya akan memulai proses pencarian identitas dirinya. Masa-masa ini bisa menjadi sangat rawan jika para remaja tidak dibekali pengetahuan dan informasi yang tepat dan memadai. Konselor bisa memberikan informasi-informasi penting bagi para remaja dengan menggunakan prinsip qaulan sadidan sehingga apa yang mereka cari dapat mereka dapatkan. 3. Qaulan Balighan Melalui bentuk ini, konselor harus senantiasa jeli memperhatikan latar belakang akademis klien yang dihadapinya. Dengan kata lain, konselor harus mampu bersikap sesuai dengan kondisi intelektual kliennya. Karena gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus

dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Selain itu prinsip ini juga cocok diaplikasikan pada klien yang sedang mengalami kebimbangan dalam hidupnya, melalui kata-kata yang berkesan tentu akan meninggalkan kesan yang mendalam pula, sehingga secara tidak langsung akan memberi solusi pada klien sekaligus mematahkan semua argumennya. Perlu diingat bahwa dalam penyampaian kalimatnya tidak boleh bertele-tele tetapi tidak pula singkat sehingga mengaburkan pesan. Kosakata yang merangkai kalimat, tidak asing bagi pendengar dan pengetahuan lawan bicara, mudah diucapkan serta tidak berat untuk didengar. Perlu diperhatikan juga keserasian kandungan gaya bahasa dengan sikap lawan bicara. Hal ini bertujuan agar komunikasi yang berlangsung akan lebih mengena dan efektif. 4. Qaulan Maysuran Bentuk ini sangat tepat digunakan saat berhadapan dengan klien yang berada dalam posisis lemah, putus asa, dan kesulitan. Karena sifatnya memberi kemudahan, dorongan, harapan, arahan, dan jalan keluar, diharapkan akan dapat membantu klien untuk kembali optimis menghadapi kehidupan. Sejalan makna dari qoulan maysuran yaitu kata-kata yang halus, berbudi dan menyenangkan bagi siapa pun yang mendengarkannya, maka untuk itulah di dalam ayat tersebut Allah menganjurkan kepada kita hendaknya mengatakan dengan baik, bahkan ketika kita menolak permintaan klien yang datang saat kita tidak mempunyai kesanggupan untuk membantu mereka. Karena pada

dasarnya kata-kata penolakan yang diungkapkan secara baik dan bijaksana akan memberikan nuansa yang menyenangkan dan membuat lega lagi menyenangkan bagi siapa pun yang menerimanya. Kata-kata yang menyenangkan akan lebih berharga daripada derma yang berbilang. Kata-kata tersebut akan melapangkan jiwa orang yang ditimpa dalam kesusahan dan dirundung musibah. Kata-kata yang demikianlah yang dianjurkan dalam ayat ini, menolak dengan kata yang indah, tanpa harus menyakiti, tetapi sebaliknya membuat tenteram yang bersangkutan. 5. Qaulan Kariman Makna dari qoulan kariman, yaitu kata-kata yang baik, yang mulia dan yang beradab. Kata yang apabila diucapkan tidak membuat orang lain sakit hati, benci atau bahkan jengkel akibat dari kata-kata tersebut. Kata yang demikian, yaitu kata yang sopan dan tidak kasar. Kata kasar seperti kata-kata yang diungkapkan dengan cara membentak-bentak, atau menghardik sehingga orang yang mendengarkannya merasa tidak betah. Kesopanan dalam menyampaikan perkataan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam upaya menyampaikan atau menghadirkan ilmu pengetahuan maupun informasi ke dalam benak maupun hati seseorang. Kata yang santun, yang mulia membuat orang yang mendengarkannya merasa tenang dan tenteram. Sedangkan kata-kata yang kurang bijak dan kasar, hanya

akan mengakibatkan orang menjauhkan diri dari orang yang menyampaikannya. Melalui bentuk ini, konselor dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik dan memuaskan pada semua klien tanpa memandang latar belakang sosial budaya maupun pribadinya. Dengan kata lain semua klien diberi perlakuan yang sama baiknya tanpa ada perbedaan. Dengan begitu klien akan merasa dimuliakan yang kemudian akan melahirkan rasa nyaman dan simpati pada konselor. Jika sudah begitu maka secara tidak langsung klien akan terhipnotis menceritakan semua permasalahannya kepada konselor. 6. Qaulan Layyinan Menekankan kepada sentuhan rasa, karena layyinan berarti sesuatu yang menyentuh rasa atau hati. Melalui bentuk ini sudah seharusnya konselor menunjukkan sikap lemah lembutnya dalam bertutur kata. Lemah lembut di sini bukan dalam artian loyo, tidak bergairah, apalagi genit. Kelembutan tutur kata konselor bukan hanya ditujukan pada klien yang bersikap positif saja, namun juga perlu ditujukan kepada klien yang memiliki sikap negative. Dengan kelembutan tutur kata dan didukung pula dengan kelembutan sikap konselor diharapkan sang klien akan tersentuh hatinya sehingga akan semakin mudah untuk diajak kerjasama. Kelembutan perkataan dan perbuatan harus ada unsur ketegasan di dalamnya, dengan begitu baru akan menimbulkan rasa simpati dari klien. Dan

jika sang klien sudah tertarik hatinya, sudah barang tentu semuanya akan dicermati dengan sepenuh hati, karena tersentuh penampilan pembicara yang simpatik. Akhirnya, hati pun tergerak untuk menggerakkan semua anggota tubuh agar melaksanakan apapun yang disampaikan oleh sang konselor. Jika sudah demikan keadaannya, konselor tidak akan kesulitan untuk mengarahkan klien karena klien sendiri sudah dengan sukarela melakukannya. B. Analisis Dari semua uraian di atas, baik dari segi makna dan penafsiran lafazlafaz qaulan dan kaitannya dengan dunia konseling, terlebih dalam hal komunikasi yang terjadi selama proses konseling berlangsung, tampak sekali bahwa lafaz-lafaz qaulan ini sangat relevan untuk berbagai kondisi, baik di masa lalu maupun di masa sekarang ini. Lafaz-lafaz ini sangatlah aplikatif dalam kehidupan sehari-hari meliputi dunia pendidikan maupun kehidupan bermasyarakat. Meskipun relevansi lafazlafaz qaulan ini sangat luas, dalam penelitian ini penulis hanya membatasinya dalam kajian komunikasi konseling. Melihat penggunaannya, lafaz-lafaz qaulan inipun juga cocok digunakan kegiatan konseling sebagai prinsip komunikasi konseling yang lebih Islami yang disandarkan pada nilai-nilai Al Quran dan juga hadits sebagai pelengkapnya.

Selama ini komunikasi dalam konseling lebih diwarnai oleh pemikiranpemikiran para ahli non muslim. Karena itulah penelitian ini hadir sebagai alternatif baru bagi mereka para calon maupun tenaga konselor. Melalui penelitian ini setidaknya didapatkan enam prinsip komunikasi konseling yang kental dengan nilai dan kandungan Al Quran. Tidak salah jika dikatakan bahwa keenam prinsip komunikasi konseling dalam Al Quran ini disebut sebagai ahsanu qaulan. Karena dalam ahsanu qaulan terkandung materimateri yang langsung diajarkan olehnya sebagai subjek semua ilmu. Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh penulis sebelumnya, fokus utama penggunaan qaulan ma rufan dan qaulan sadidan dalam komunikasi konseling adalah usia klien. Klien yang berusia dewasa dimungkinkan lebih sulit dilakukan modifikasi persepsi dan tingkah lakunya dibandingkan dengan klien yang berusia belasan tahun, karena berhubungan dengan fleksibilitas kepribadiannya. Artinya remaja lebih fleksibel dalam mengubah sikap dan tingkah lakunya dibandingkan dengan orang yang sudah dewasa. Penggunaan qaulan ma rufan cenderung kepada klien yang masih belum sempurna akalnya, dengan kata lain klien yang masih berusia anakanak. Dalam menghadapi anak-anak, konselor haruslah memahami perkembangan anak yang normal sehingga dapat digunakan untuk mengevaluasi anak-anak yang bermasalah. Perlu juga diperhatikan bahwa anak-anak tidak dapat disamakan dengan orang dewasa. Orang dewasa

haruslah dipandang sebagai orang dewasa, dan anak sebagai anak. Dengan kata lain, jalan menuju kesejahteraan jiwa adalah memberi mereka tempatnya masing-masing. Sedangkan penggunaan qaulan sadidan cocok digunakan untuk menghadapi klien usia remaja. Karena remaja merupakan kelompok yang unik, maka konselor yang berhadapan dengan remaja harus memahami karakteristik perkembangan remaja. Konselor perlu memahami bahwa walaupun remaja lebih mandiri dibandingkan anak-anak, tetapi pada dasarnya mereka masih tergantung secara emosional pada orangtua. Usaha-usaha remaja untuk menemukan identitas dirinya juga menimbulkan perasaan kebingungan. Mereka menginginkan kebebasan, tetapi juga cemas menghadapi dunianya tanpa bimbingan. Akibatnya remaja dapat berperilaku sangat menentang dan memberontak, tetapi pada saat yang lain dapat tampil penuh kasih sayang dan penurut. Adapun dalam penggunaan qaulan balighan, konselor dituntut untuk jeli memperhatikan tingkat pendidikan dan inteligensi klien yang dihadapinya. Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungannya. Karena itu, akan berbeda sikap klien yang berpendidikan tinggi dibandingkan yang berpendidikan rendah dalam menyikapi proses dan berinteraksi selama konseling berlangsung. Sedangkan inteligensi pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dan cara-cara

pengambilan keputusan. Klien yang berinteligensi tinggi akan banyak cara berpartisipasi dalam proses konseling, lebih cepat dan tepat dalam pembuatan keputusan. Selanjutnya dalam penggunaan qoulan maysuran, qoulan kariman, dan qaulan layyinan dapat dipraktekkan saat konselor menghadapi klien dengan beragam kehidupan sosialnya, termasuk status sosial ekonomi dan sosial budaya klien. Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Individu yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya baik dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa depannya dibandingkan dengan mereka yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah. Sedangkan sosisal budaya termasuk di dalamnya pandangan keagamaan, kelompok etnis dapat mempengaruhi proses konseling, khususnya dalam penyerapan nilai-nilai sosisal keagamaan untuk memperkuat superegonya. Ketidakcocokan sosial budaya dapat berakibat resistensi pada seseorang dan menghambat proses dan hasil konseling. Selain itu perlu diingat bahwa dalam konseling juga terselip nasehatnasehat yang disampaikan konselor kepada klien. Meski begitu nasehat adalah sesuatu yang paling sulit untuk dilakukan, tidak terkecuali bagi konselor. Konselor perlu menjelaskan kesalahan dan membuka kekurangan yang ada di dalam diri klien. Sementara sudah fitrah bahwa manusia sangat mencintai dirinya dan suka menentang hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang

diinginkannya. Oleh karena itu dalam penyampaiannya harus menghindari kata-kata yang keras dan kasar dalam pengungkapannya serta menjauhi sikap demonstratif dan menggurui. Dengan begitu nasehat yang disampaikan akan berbuah manis.