BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. ditolak eksistensinya di masyarakat. Sayangnya, belum banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah sebuah karya yang indah yang mempunyai banyak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil

Trauma Tokoh Nayla dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa Ayu

BAB I PENDAHULUAN. berbeda, manusia dapat menghasilkan karya berupa produk intelektual (seperti puisi atau

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan orang-orang hanya melihat dari kulit luar semata. Lebih

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah kesusastraan. Kata kesusastraan

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. (1994:10) Sastra juga sebagai pengungkapan baku dari apa yang telah disaksikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB 1 PENDAHULUAN. seorang pengarang akan mencoba menggambarkan realitas yang ada ke dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia sastra, selain tema, plot, amanat, latar, ataupun gaya bahasa, penokohan

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan karya seni tulis yang diciptakan seorang pengarang sebagai

Sumardjo & Saini (1994: 3) mengungkapkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. pengarang tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahasa.luxemburg dkk. (1989:23) mengatakan, Sastra dapat dipandang sebagai

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

Bab 5. Ringkasan. Ruka Kishimoto Dalam Serial Drama Jepang Last Friends. Adapun tujuan dan metode penelitian juga tercantum dalam pendahuluan.

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sastra itu sendiri adalah tiruan dari kehidupan (imitation of life). Banyak karya

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan masyarakat yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

I. PENDAHULUAN. baik itu masalah pribadi maupun masalah umum. Masalah pribadi adalah masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan karena Ijime dapat terjadi pada setiap orang, bahkan di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman itu terlihat pada karya sastra yang berbentuk puisi, prosa, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pengarang, lahir melalui proses perenungan dan pengembaraan yang muncul dari

BAB I PENDAHULUAN. berarti tulisan, istilah dalam bahasa Jawa Kuna berarti tulisan-tulisan utama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang bersifat indah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Terlebih bila, sudah dihadapkan oleh beberapa orang ahli.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perempuan menjadi pembicaraan yang sangat menarik. Terlebih lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kekuatan dalam bidang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, seperti halnya puisi karya Nita Widiati Efsa yang berisi tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat di mana penulisnya hadir, tetapi ia juga ikut terlibat dalam pergolakanpergolakan

BAB 1. Pendahuluan. daripada karya fiksi (Wellek & Warren, 1995:3-4). Sastra memiliki fungsi sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkaji karya sastra dengan cara menghubungkannya dengan aspek-aspek sosial

BAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki arti atau keindahan tertentu (Mihardja, 2012: 2). Dalam Kamus Istilah Sastra (dalam Purba, 2012: 2) Panuti Sudjiman

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan yang berisi ilmu berbagai pengetahuan di dunia. Sastra tidak hanya terkait dalam satu bidang ilmu tetapi juga mencakup beberapa bidang ilmu yang dapat menjadi satu kesatuan. Karena itu karya sastra dapat dikaji dengan menggunakan berbagai bidang ilmu, antara lain psikologi, sosiologi, filsafat. Karya sastra itu sendiri terdiri dari dari prosa, puisi, dan drama sebagai genre karya sastra. Sementara novel dan cerpen merupakan bagian dari prosa. Damono (1978:1) mengungkapkan bahwa sastra menampilkan gambaran dari kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial. Berbicara karya sastra tidak lepas dari cerpen sebagai karya sastra yang membaurkan antara fiksi dan nonfiksi. Sebuah karya sastra semisal cerpen adalah kumpulan dari gambaran kehidupan sosial masyarakat yang biasanya sedang terjadi. Cerita pendek atau cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen sebagai sebuah fiksi biasanya mendeskripsikan masalah-masalah sosial yang terjadi pada kehidupan nyata. Sementara ilmu yang menggambarkan kehidupan sosial itu sendiri adalah ilmu sosiologi. Sosiologi merupakan cabang ilmu sosial yang mempelajari masyarakat dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia. Karena itu tepat sekali jika dikatakan karya sastra merupakan penggambaran keadaan sosial masyarakat yang mencakup berbagai hal. Sehingga perlu diadakan 1

2 penelitian dalam bidang kesusastraan untuk mengetahui pengaruh ataupun bentuk gejala sosial yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan sosiologi sastra yaitu suatu pendekatan sastra yang memperhitungkan pentingnya hubungan antara sastra dan masyarakat. Penelitian terhadap masyarakat meliputi penelitian terhadap gejala sosial yang terjadi pada kelompok masyarakat itu. Dalam penelitian ini gejala sosial yang akan diangkat oleh penulis adalah mengenai kaum transgender di masyarakat Indonesia yang ditampilkan dalam sebuah kumpulan cerpen. Adapun kaum transgender yang diangkat dan akan dianalisis hanya pada satu golongan yaitu waria. Ketertarikan untuk menganalisis gejala sosial yaitu waria sebagai bahan analisis, dimulai ketika penulis membaca hasil karya sastra seorang waria. Setelah membaca sebuah karya sastra salah satu pengarang waria lalu penulis mencoba mendapatkan tulisan-tulisan mengenai waria. Dari hasil studi pustaka melalui media koran ataupun internet banyak sekali ditemukan opini bersifat menentang, namun tidak sedikit juga masyarakat yang mencoba menerima ataupun mengerti walaupun tidak membenarkan pilihan hidup sebagai waria. Melalui studi pustaka yang dilakukan, penulis mengetahui bahwa masalah kaum waria memang merupakan bagian dari gejala sosial masyarakat belakangan ini yang mulai banyak disorot. Selain itu pula penelitian ini didasari oleh asumsi penulis bahwa belum ada penelitian terhadap karya sastra khususnya di Indonesia yang mengangkat kaum transgender dengan latar belakang pengarang seorang waria.

3 Pada awalnya penulis merasa bahwa penelitian terhadap cerpen yang bukan diciptakan oleh pengarang dengan nama besar akan dianggap sebelah mata di dalam dunia penelitian, namun mengutip pernyataan Endraswara (2008:2): Penelitian sastra selama ini juga masih sering memilih objek sastra yang dipandang bermutu. Jarang sekali peneliti yang tergiur pada karya-karya populer. Padahal karya-karya tersebut sebenarnya juga menanti sentuhan peneliti, karena didalamnya juga termuat hal yang semestinya menarik. Penelitian sastra yang terlalu terfokus pada karya-karya yang dianggap besar yang lahir dari penulis besar, akan mengaburkan eksistensi sastra yang sesungguhnya. Pernyataan tersebut memotivasi penulis untuk melakukan penelitian pada karya dengan pengarang baru di dunia sastra. Dari itu penulis memberanikan diri untuk menganalis kumpulan cerpen karya Merlyn Sopjan, seorang pengarang baru di dunia kesusastraan Indonesia. Penulis merasa tertarik pada karya Merlyn karena ingin mendalami keunikan sebuah karya sastra yang pengarangnya seorang waria. Sesungguhnya sudah banyak analisis karya sastra baik cerpen maupun novel yang mengangkat kaum transgender. Namun di sini pengarang cerpen ini adalah seorang waria sehingga membuat penulis ingin mengetahui lebih dalam bagaimana seorang waria yaitu Merlyn Sopjan merepresentasikan dirinya dan kaumnya (transgender). Waria dilihat dari sisi psikologi adalah makhluk transeksual yaitu seseorang yang secara jasmani laki-laki, namun secara psikis cenderung berpenampilan seperti wanita. Sementara konteks sosiologi menyebutkan bahwa kaum waria atau disebut juga kaum transgender, yaitu kaum yang menentang konstruksi gender yang diberikan, dalam hal ini laki-laki yang mengubah dirinya menjadi perempuan. Dapat dikatakan bahwa seorang waria ingin sekali dirinya disejajarkan dengan perempuan.

4 Fenomena tentang waria di Indonesia sesungguhnya sudah ada sejak lama, walaupun kenyataanya para waria yang dikenal masyarakat selama ini masih terfokus pada Pekerja Seks Komersil (PSK) dan waria salon. Waria yang pada awalnya hanya sekelompok kaum marginal di tengah-tengah masyarakat, saat ini mulai menunjukkan diri bahwa pada dasarnya mereka (kaum waria) juga dapat memberikan peran sebagai layaknya anggota masyarakat pada umumnya. Salah satu fenomena menarik beberapa tahun belakangan ini khususnya dalam kesusastraan Indonesia modern yaitu munculnya karya sastra dengan pengarang waria. Meskipun karya sastra yang dihasilkan masih relatif sedikit dibandingkan dengan jumlah mereka yang amat banyak saat ini. Namun kenyataan yang dapat dirasakan, hasil karya tulisan mereka tidak kalah laris dibanding karya sastra lainnya. Sebut saja Merlyn Sopjan dan Shuniyah, waria yang telah melahirkan karya dalam dunia kesusastraan Indonesia, hasil karya mereka sangat membuat masyarakat umum ingin mengetahui seperti apa kehidupan yang digambarkan oleh seseorang yang memiliki keadaan psikologis berbeda. Hal itu biasanya disebabkan perbedaan latar belakang seorang pengarang sering mempengaruhi pemilihan dan penampilan fakta-fakta sosial dalam karyanya. Begitu pula pada kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V karya Merlyn Sopjan, latar belakang pengarang sebagai seorang waria yang memperjuangkan kaumnya diangkat dalam karya-karyanya. Buku kedua yang ditulis olehnya ini, memuat 10 cerita pendek dengan tema yang berbeda Semua cerita yang terangkum dalam kumpulan cerpen ini merupakan jejak hidupnya yang sengaja direkam dalam bentuk tulisan. Kumpulan tulisannya itu

5 ingin menunjukkan bagaimana pemberontakan hati dan jiwanya ketika orang melecehkan hidupnya hanya karena pilihannya untuk menjadi seorang wanita dibalik balutan tubuh dan kelamin pria. Selain itu ia ingin apresiasikan diri dengan menunjukkan keadaan sosial kaum waria dalam kehidupan nyata yang dituangkannya dalam kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V. Kumpulan cerpen ini tak hanya melulu membicarakan kegetiran penulis tentang peran ganda kelaminnya dalam buku ini pun ia menuliskan tentang cinta dan juga tentang kehidupan. Kehidupan pun dapat disindirnya dengan lugas. Cerita mengenai waria yang ditulis oleh Merlyn merupakan sebuah bentuk eksistensi. Dari itu penulis tertarik untuk menganalisis bentuk eksistensi kaum waria dalam kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V karya Merlyn. Mengutip pernyataan Merlyn Hidup adalah sebuah eksistensi (Sopjan. 2005:154). Sebab itu dalam karya-karyanya, Merlyn selain ingin menampilkan kaum waria juga ingin menunjukkan bahwa ia ada karena eksistensi atau keberadaannya sebagai seorang perempuan. Sehingga tokoh utama yang ia ciptakan dalam kumpulan cerpen ini sebagian besar adalah sosok perempuan. Kisah perempuan tanpa kelamin, bagi sebagian orang memang menjadi cerita lucu, banyak juga yang menilai tragis. Sebuah perjalanan panjang nan melelahkan ketika waria mencari eksistensi di tengah masyarakat. Adalah Merlyn Sopjan, sosok intelektual waria yang memperjuangkan eksistensi waria melalui Buku Kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Eksistensi Waria dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Tanpa V (analisis deskriptif terhadap cerpen Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu

6 adalah Hatiku, Mbak Inul Mati Mbok.. dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra.). Dari 10 judul cerpen yang terdapat dalam kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V, penulis mencoba menganalisis tiga judul antara lain Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, Mbak Inul Mati, Mbok.. Merlyn membagi kumpulan cerpennya ke dalam tiga bagian Aku, Cinta dan Kehidupan. Ketiga cerpen yang penulis analisis terdapat di tiap-tiap bagian dan ketiga cerpen tersebut mewakili perasaan Merlyn sebagai seorang perempuan. Cerpen pertama yaitu Perempuan Tanpa Vagina, sebuah cerpen monolog menceritakan tentang Aku (Merlyn) tentang fisiknya yang laki-laki namun jiwanya perempuan, hanya perempuan tanpa vagina. Ia menggambarkan bagaimana masyarakat memperlakukannya dengan tidak adil, menghujatnya dan mempertanyakan moralnya namun Merlyn tidak pernah menyalahkan Tuhan atas apa yang terjadi padanya. Dan satu keyakinan yang ia tunjukkan dalam cerpen Perempuan Tanpa Vagina bahwa ia adalah perempuan dan anggota masyarakat yang menpunyai hak yang sama seperti yang lain. Cerpen kedua berjudul Rumahmu adalah Hatiku. Menceritakan seorang wanita bernama Destia, seorang istri yang merasa tidak bahagia lagi dengan pernikahan bersama suaminya, Rasyid. Perasaan yang pudar terhadap suaminya sendiri membuat ia mencari pelabuhan lain di luar rumah. Bertemulah ia dengan Prastanto, teman lama yang dahulu pernah menjadi lelaki Impiannya. Mulailah Destia menjalani hubungan terlarang dengan Prastanto. Rasyid yang mengetahui hubungan istrinya dengan pria lain tidak dapat melakukan apa-apa karena tidak

7 ingin kehilangan istri yang masih sangat dicintainya. Dan Rasyid percaya bahwa istri yang amat ia cintai itu akan kembali padanya. Cerpen ini dianalisis untuk mengetahui bagaimana pandangan waria tentang cinta dan hubungan atau ikatan pernikahan yang dianggap suci dalam masyarakat. Cerpen ketiga yaitu Mbak Inul Mati, Mbok.. Sebuah sindiran halus kepada pemerintah tentang Undang-Undang anti pornografi dan pornoaksi yang dianggap perlahan-lahan akan menegelamkan budaya bangsa Indonesia. Cerpen ini menceritakan tokoh Si Mbok yang bermimpi tentang putrinya, Inul. Dalam mimpi Si Mbok, Inul yang selalu memakai kebaya, pakaian sehari-hari yang juga merupakan busana nasional wanita Indonesia, membuat resah masyarakat karena dianggap menentang UU anti pornografi dan pornoaksi. Bagaimana Merlyn sebagai individu yang merasa dirinya sejajar dengan kaum perempuan menanggapi UU ini akan diungkap dengan menganalisis cerpen ini. 1.2 Pengarang dan Karyanya Merlyn Sopjan seorang pengarang waria kelahiran Kediri, 16 februari 1973. Seorang waria yang mempunyai nama asli Aryo Pamungkas ini lulusan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang jurusan Teknik Sipil. Pernah menyandang gelar Ratu Waria Indonesia 1995 dan Putri Waria 2006. Saat ini masih aktif sebagai Case Manager HIV/AIDS, Sosial Worker, Ketua Ikatan Waria Malang (IMAWA) dan dianugerahi gelar Doktor HC dari Nothern California Global University karena aktivitas sosialnya dalam bidang HIV/AIDS.

8 Meluncurkan buku pertamanya yang berjudul Jangan Lihat Kelaminku (Suara Hati Seorang Waria) diterbitkan Galang Press pertengahan tahun 2005 dilanjutkan dengan buku keduanya Perempuan Tanpa V tahun 2006. 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian Pada penelitian ini korpus diambil dari kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V karya Merlyn Sopjan. Fokus penelitian ini adalah tiga cerpen, yaitu Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, dan Mbak Inul Mati, Mbok. Adapun Penelitian ini mengambil masing-masing satu dari tiga pembagian kelompok dalam kumpulan Cerpen Perempuan Tanpa V, yaitu Aku, Cinta, dan Kehidupan. Cerpen Perempuan Tanpa Vagina diambil dari bagian Aku, Rumahmu adalah Hatiku diambil dari bagian Cinta, dan cerpen Mbak Inul Mati, Mbok di pilih dari bagian Kehidupan. Setelah mendapatkan korpus yang berguna bagi penelitian dilanjutkan dengan analisis struktur. Tahap selanjutnya menerapkan pendekatan sosiologi sastra untuk mengetahui gejala sosial pada ketiga cerpen tersebut yang terlebih dahulu mengacu pada analisis struktur yang telah diterima sebelumnya. 1.4 Rumusan Masalah Setelah mempelajari bagaimana kumpulan cerpen ini diwujudkan untuk merepresentasikan kaum waria. Maka penulis menentukan rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

9 1) Bagaimana struktur cerpen Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, Mbak Inul Mati, Mbok... yang terdapat dalam kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V? 2) Bagaimana struktur cerpen Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, Mbak Inul Mati, Mbok.. merepresentasikan waria, cinta dan kehidupan? 3) Bagaimana cerpen Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, Mbak Inul Mati, Mbok.. merepresentasikan eksistensi waria? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mendeskripsikan struktur cerpen Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, Mbak Inul Mati, Mbok.. yang terdapat dalam kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V; 2) Mendeskripsikan representasi kaum waria, cinta, dan kehidupan dalam struktur cerpen Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, Mbak Inul Mati, Mbok.. ; 3) Mendeskripsikan eksistensi waria yang direpresentasikan dalam kumpulan cerpen Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, Mbak Inul Mati, Mbok....

10 1.6 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini yaitu dapat memperoleh pengetahuan tentang penerapan sosiologi sastra dalam Perempuan Tanpa Vagina, Rumahmu adalah Hatiku, Mbak Inul Mati, Mbok. yang terdapat dalam kumpulan cerpen Perempuan Tanpa V. Dalam pendidikan, penelitian ini dapat menjadi bandingan dalam penulisan dengan tema serupa yaitu eksistensi kaum transgender. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi masyarakat. Agar dapat mengetahui bagaimana pandangan kaum waria terhadap perlakuan masyarakat. Selain itu agar masyarakat mengetahui bagaimana menyikapi fenomena kaum transgender yang selalu dianggap sebagai masalah sosial. Tentunya semua itu dapat disesuaikan dengan norma yang ada. 1.7 Definisi Operasional 1) Eksistensi Waria merupakan bentuk atau dan tindakan seorang transgender (laki-laki menjadi perempuan) untuk mendapatkan sebuah pengakuan keberadaan. Dalam KBBI eksistensi sendiri mempunyai arti hal berada atau keberadaan. Istilah eksistensi berasal dari akar kata ex-sistere, yang secara literal berarti bergerak atau tumbuh keluar. Dengan istilah in hendak dikatakan oleh para eksistensialis bahwa eksistensi manusia seharusnya dipahami bukan sebagai kumpulan, substansi-substansi, mekanisme-mekanisme, atau pola-pola statis, melainkan gerak atau menjadi, sebagai sesuatu yang mengada. Waria menurut KBBI

11 berakar dari kata wanita pria mempunyai arti pria yang bersifat dan bertingkah laku seperti wanita; pria yang mempunyai perasaan sebagai wanita. Waria dilihat dari sisi psikologi adalah makhluk transeksual yaitu seseorang yang secara jasmani laki-laki namun secara psikis cenderung berpenampilan seperti wanita. Namun konteks sosiologi menyebutkan bahwa kaum waria atau di sebut juga kaum transgender, yaitu kaum yang menentang kontruksi gender yang diberikan. Dalam kasus ini eksistensi waria merupakan bentuk usaha kaum waria untuk menunjukan keberadaannya dalam masyarakat sosial. 2) Merlyn Sopjan, seorang pengarang waria bernama asli Aryo Pamungkas ini lahir di Kediri, 16 februari 1973. Waria lulusan Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang jurusan Teknik Sipil ini pernah menyandang gelar Ratu Waria Indonesia 1995 dan Putri Waria 2006. Meluncurkan buku pertamanya yang berjudul Jangan Lihat Kelaminku (Suara Hati Seorang Waria) diterbitkan Galang Press pertengahan tahun 2005 dilanjutkan dengan buku keduanya Perempuan Tanpa V tahun 2006. 3) Ratna (2006:59) mengatakan bahwa pendekatan sosiologi merupakan analisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Dasar filosofis pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan masyarakat.