IDENTIFIKASI BAHAN DAN PROPERTIESNYA PADA KARTER OLI EKS MESIN DIESEL MAN D 2842 LE201 PLTD IPUH BARU UNIT 1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM (Al) PADUAN DAUR ULANG DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN LOGAM DAN CETAKAN PASIR

BAB IV HASIL DAN ANALISA. pengujian komposisi material piston bekas disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Piston Bekas

Jurnal Flywheel, Volume 1, Nomor 2, Desember 2008 ISSN :

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

PENGARUH PENAMBAHAN Mg TERHADAP SIFAT KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK SERTA STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN Al-Si BERBASIS MATERIAL PISTON BEKAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA. Gajah Mada, penulis mendapatkan hasil-hasil terukur dan terbaca dari penelitian

Pengaruh Waktu Penahanan Artificial Aging Terhadap Sifat Mekanis dan Struktur Mikro Coran Paduan Al-7%Si

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

Pengaruh Variasi Komposisi Kimia dan Kecepatan Kemiringan Cetakan Tilt Casting Terhadap Kerentanan Hot Tearing Paduan Al-Si-Cu

BAB II DASAR TEORI AAXXX.X

PENGUJIAN KEKUATAN TARIK PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM. Hera Setiawan 1* Gondangmanis, PO Box 53, Bae, Kudus 59352

ANALISA SIFAT FISIS DAN MEKANIS PULLEY HASIL CORAN DENGAN BAHAN TAMBAH PISTON BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam membuat suatu produk, bahan teknik merupakan komponen. yang penting disamping komponen lainnya. Para perancang, para

BAB I PENDAHULUAN. tentang unsur tersebut. Berikut potongan ayat tersebut :

BAB II STUDI LITERATUR

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

Analisis Sifat Fisis dan Mekanis Pada Paduan Aluminium Silikon (Al-Si) dan Tembaga (Cu) Dengan Perbandingan Velg Sprint

CYBER-TECHN. VOL 11 NO 02 (2017) ISSN

PENGARUH JARAK DARI TEPI CETAKAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA CORAN ALUMINIUM

STUDI BAHAN ALUMUNIUM VELG MERK SPRINT DENGAN METODE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

ANALISIS PEMBUATAN HANDLE REM SEPEDA MOTOR DARI BAHAN PISTON BEKAS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium merupakan logam ringan yang mempunyai sifat ketahanan

TUGAS AKHIR STUDI TENTANG PENAMBAHAN UNSUR PADA ALUMINIUM PADUAN PISTON SEPEDA MOTOR TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II STUDI LITERATUR

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pengaruh Temperatur Bahan Terhadap Struktur Mikro

PENGARUH UNSUR Mn PADA PADUAN Al-12wt%Si TERHADAP SIFAT FISIK DAN MEKANIK LAPISAN INTERMETALIK PADA FENOMENA DIE SOLDERING SKRIPSI

BAB IV HASIL PENELITIAN

PENGGUNAAN 15% LUMPUR PORONG, SIDOARJO SEBAGAI PENGIKAT PASIR CETAK TERHADAP CACAT COR FLUIDITAS DAN KEKERASAN COR

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam dicairkan dalam tungku peleburan kemudian. dituangkan kedalam rongga cetakan yang serupa dengan bentuk asli

TUGAS PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK II CETAKAN PERMANEN

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

MATERIAL TEKNIK LOGAM

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN AL-SI-CU DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Pembuatan spesimen dilakukan dengan proses pengecoran metode die

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

STUDI KEKUATAN IMPAK DAN STRUKTUR MIKRO BALL MILL DENGAN PERLAKUAN PANAS QUENCHING

ANALISIS SIFAT MEKANIK MATERIAL TROMOL REM SEPEDA MOTOR DENGAN PENAMBAHAN UNSUR CHROMIUM TRIOXIDE ANHYDROUS (CrO 3 )

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

PENGECORAN SUDU TURBIN AIR AKSIAL KAPASITAS DAYA 102 kw DENGAN BAHAN PADUAN TEMBAGA ALLOY 8A

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

PENGARUH HEAT TREATMENT TERHADAP PERUBAHAN SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA VELG MERK STOMP YANG MEMENUHI STANDART ASTM

PENGARUH DEOKSIDASI ALUMINIUM TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA MATERIAL SCH 22 Yusup zaelani (1) (1) Mahasiswa Teknik Pengecoran Logam

Analisa Pengaruh Penambahan Sr atau TiB Terhadap SDAS, Sifat Mekanis dan Fluiditas Pada Paduan Al-6%Si

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

BAB I PENDAHULUAN. Luasnya pemakaian logam ferrous baik baja maupun besi cor dengan. karakteristik dan sifat yang berbeda membutuhkan adanya suatu

PEMBUATAN BRACKET PADA DUDUKAN CALIPER. NAMA : BUDI RIYONO NPM : KELAS : 4ic03

2.2 Sistem Penamaan Aluminium dan Paduannya

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS

PENGARUH PERBEDAAN LAJU WAKTU PROSES PEMBEKUAN HASIL COR ALUMINIUM 319 DENGAN CETAKAN LOGAM TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS

SEMINAR NASIONAL ke 8 Tahun 2013 : Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi

ANALISIS PENGARUH TEMPERATUR PENUANGAN DAN TEMPERATUR CETAKAN TERHADAP SIFAT MEKANIS BAHAN PADUAN Al-Zn

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMUNIUM PADUAN Al, Si, Cu DENGAN CETAKAN PASIR

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

ANALISA SIFAT KARAKTERISTIK BLOK SILINDER LINER BAHAN ALUMINIUM SILIKON

TIN107 - Material Teknik #10 - Metal Alloys (2) METAL ALLOYS (2) TIN107 Material Teknik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

ANALISA PENGARUH BEBAN TERHADAP LAJU KEAUSAN AL-Si ALLOY DENGAN METODE PIN ON DISK TEST

Pembahasan Materi #11

Seminar Nasional IENACO ISSN: DESAIN KUALITAS PERANCANGAN PRODUK LIMBAH PLAT ALUMUNIUM MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMENT

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

PENGEMBANGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS SEPATU KAMPAS REM KENDARAAN BERMOTOR BERBAHAN ALUMUINUM DAUR ULANG

ANALISA STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM HASIL PENGECORAN CETAKAN PASIR

BAB I PENDAHULUAN. Penemuan logam memberikan manfaat yang sangat besar bagi. kehidupan manusia. Dengan ditemukannya logam, manusia dapat

ANALISIS KEGAGALAN PISTON SEPEDA MOTOR BENSIN 110 cc

ANALISA SIFAT MEKANIK PROPELLER KAPAL BERBAHAN DASAR ALUMINIUM DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Cu. Abstrak

PENGOLAHAN LIMBAH TEMBAGA DAN TIMAH SEBAGAI BAHAN KOMPONEN RADIATOR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Coran Kuningan dari Limbah Rosokan dan Gram-Gram Sisa Permesinan untuk Komponen Permesinan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN TEMPERATUR CETAKAN PADA HIGH PRESSURE DIE CASTING (HPDC) BERBENTUK PISTON PADUAN ALUMINIUM- SILIKON

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

PENGARUH PENAMBAHAN NIKEL TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN PADA BESI TUANG NODULAR 50

REDESAIN DAPUR KRUSIBEL DAN PENGGUNAANNYA UNTUK MENGETAHUI PENGARUH PEMAKAIAN PASIR RESIN PADA CETAKAN CENTRIFUGAL CASTING

PENGARUH TEMPERATUR CETAKAN PADA PENGECORAN SQUEEZE TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALMINIUM DAUR ULANG (Al 6,4%Si 1,93%Fe)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penguatan yang berdampak terhadap peningkatan sifat mekanik dapat

Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

ISSN hal

PENGUJIAN KEKERASAN DAN KOMPOSISI KIMIA PRODUK COR PROPELER ALUMUNIUM

II. KEGIATAN BELAJAR 2 DASAR DASAR PENGECORAN LOGAM. Dasar-dasar pengecoran logam dapat dijelaskan dengan benar

Transkripsi:

IDENTIFIKASI BAHAN DAN PROPERTIESNYA PADA KARTER OLI EKS MESIN DIESEL MAN D 2842 LE201 PLTD IPUH BARU UNIT 1 Sahlan STT-PLN Jln. Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Jakarta Barat sahlan_1956@yahoo.com Abstrak Telah dilakukan kegiatan penelitian untuk mengidentifikasikan bahan atau material untuk karter oli eks mesin Diesel MAN D 2842 LE 201 yang dioperasikan oleh PLTD Ipuh Baru pada unit 1 sejak tahun 2005. Dari hasil analisis kimia yang mempergunakan metoda uji Spark OES (optical Emission Sprectroscopy), dapat diidentifikasikan sebagai bahan logam berbasis aluminum. Analisis metalugrafi dengan standar uji ASTM E- 407-93 dapat diidentifikasi bahwa bahan karter mempunyai struktur mikro primary aluminum dan eutektik atau lebih dikenal dengan struktur mikro tunggal hypoeutektik, karena kandungan Si sekitar 8,92%. Dari anaiisis metalugrafi ini menunjukkan bahwa proses pembuatan karter dilakukan dengan proses pengecoran (casting). Sifat mekanisnya dari uji kekerasan bahan yang menggunakan metoda Brinell dengan 95,5 HBN (Hard Brinell Numbers) atau dengan tingkat kekerasan 95,5 kgf/mm. Hasil dari identifikasi ini, diharapkan, bilamana dipasaran sudah tidak dapat diperoleh lagi maka kita dapat melakukan upaya produk sendiri dengan cara pengecoran. Kata Kunci: Identifikasi bahan, karter oli, Aluminum paduan Al-Si Pendahuluan Unit PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Diesel) Ipuh Baru, PT PLN (Persero) Area Bengkulu Rayon Mukomuko, untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Bengkulu Barat masih mengandalkan mesin Diesel. Unit PLTD Ipuh Baru memiliki empat unit mesin Diesel, masing-masing berkapasitas 2 MWatt. Banyak kendala dalam pengoperasian dan perawatan mesin Diesel di Unit PLTD Ipuh Baru ini, terutama pengadaan suku cadangnya. Mesin Diesel MAN D 2842 LE 201 eks USA di produksi tahun 2005, praktis sudah beroperasi di Unit PLTD Ipuh Baru kurang lembih selama 9 tahun. Untuk suku cadang yang bergerak (fast moving parts) agen mitra pengadaan masih dapat memenuhinya, namun untuk komponen yang tetap sangat sulit untuk pengadaannya. Dari informasi yang di peroleh dilapangan, saat terjadi trip (gangguan) karena disambar petir, mesin Diesel Unit 1 mengalami kerusakan fatal, mesin lepas kendali. Akibatnya batang torak patah dan torak jatuh menumbuk kebawah pada bak penyimpan (karter oli) minyak pelumas. Akibat musibah yang terjadi tersebut maka sampai saat ini mesin belum bisa beroperasi, karena kesulitan pengadaan karter oli yang baru. Dan telah dilakukan pengadaan untuk membuat sendiri melalui proses pengecoran di industri foundry. Sebagai bahan masukkan pada pihak Unit PLTD Ipih Baru dan industri foundry, di lakukan penelitian untuk menganalisis hal-hal yang berkenaan dengan prosedur pengecoran, yaitu menganalisis untuk mengidentifikasikan komposisi kimia dan homogenitasnya struktur mikro pada karter oli. Homogenitas struktur mikro perlu dianalisis karena ada keterkaitannya dengan tata cara dan metoda pada proses pengecoran karter oli nantinya, terutama pada performa atau kekuatannya. Studi Pustaka Aluminum banyak digunakan secara luas sebagai bahan industri untuk konstruksi. Aluminum merupakan non fero yang memiliki ketahanan korosi yang baik serta baik sebagai penghantar panas dan listrik. Tetapi dalam kelemahan aluminum adalah kekerasan, batas cair dan regangan yang rendah, sehingga menyebabkan aluminum murni tidak dapat dipakai sebagai bahan konstruksi tegaangan tinggi. Pembuatan aluminum paduan merupakan salah satu solusi untuk mengurangi kelemahaan tersebut. Unsur-unsur paduan aluminum adalah Cu, Si, Mg, Mn akan memperbaaiki sifat-sifat mekanik aluminum. Dalam pemakain untuk konstruksi aluminum dapat dibuat melalui proses ekstrusi atau metal forming serta pengecoran. Berikut uraian mengenai pengaruh unsur-unsur paduan aluminum: M-15

1). Silikon (Si) Penambahan silikon pada aluminum murni berpengaruh terhadap: - Meningkatkan fluiditas atau keenceran atau mampu alir. - Meningkatkan ketahanan terhadap hot tearing (sobekan) - Meningkatkan karakteristik mampu cornya. - Batas kandungan silikon ditentukan berdasarkan proses pengecoran, dimana 5-7% Si dipakai untuk proses kecepatan pendinginan lambat (seperti sand, investment dan plester casting). 7-9% Si untuk permanen mould, dan 8-12% Si untuk proses kecepatan pendinginan tinggi (die casting). Dasarnya adalah hubungan antara laju pendinginan, fluiditas dan fasa eutektik pada paduan. Gambar 1: Diagram fasa Al-Si Berdasarkan diagram fasa (Gambar 1), daerah eutektik berada pada kandungan 12% Si dan kondisi eutektik pada proses caasting sangat diinginkan karena dua hal: - Kondisi Eutektik menghindari fasa lumpur, sehingga pada saat soliditas tidak ada material yang membeku terlebih dahulu, sehingga kita dapat menghindari kegagalan dan memiliki fluiditas yang yang baik. - Kondisi Eutektik memiliki titik lebur yang terendah, jika kita mengacu pada diagram Al-Si, hal ini menguntungkan karena efisien dalam bahan bakar. 2). Tembaga (Cu) Tembaga ditambahkan untuk meningkatkan kekuatan mekanis dengan membetuk endapan. Pengaruh tembaga pada paduan aluminum adalah: - Meningkatkan kekuatan dan kekerasan pada produk hasil cor dan pada kondisi perlakuan panas. - Mengurangi ketahanan terhadap korosi - Mengurangi ketahanan retak panas dan menurunkan mampu cor. 3). Besi (Fe) Pengaruh penambahan besi pada paduan aluminum adalah: - Meningkatkan ketahanan terhadap retak panas - Mengurangi kecenderungan soldering pada die casting - Pada kadar yang tinggi akan menyebabkan kegetasan. Sebetulnya, besi merupakan unsur pengotor (impuritas) yang sering ditemukan dalam paduan alumnum. Keberadaan besi dalam jumlah yang besar dari 0,05% akan membentuk fasa intermetalik seperti FeAl 3, FeMnAl dan αalfesi, karena kelarutannya yang rendah pada fasa padat. 4). Magnesium (Mg) Magnesium dapat meningkatkan kekuatan dan kekerasan paduan aluminum silikon. Hal ini dikarenakan fasa MgSi yang berfungsi sebagai penguat (reinforcement). Fasa ini memiliki batas kelarutan 0,7% Mg, dan jika melebihi yang terjadi adalah pelunakan pada matrik aluminum. Komposisi aluminum silikon yang memiliki keuatan tinggi kadar magnesiumnya antara 0,4-07%. 5). Seng (Zn). M-16

Seng tidak memiliki keuntungan teknis bila ditambahkan kedalam paduan aluminum silikon, akan tetapi digunakan dengan tembaga dan/atau magensium, menghasilkan komoposisi heat-treatable dan ageing yang unik. Pada kandungan secondary alloy kandungan seng sampai 3% memungkinkan digunakannya scrap alumnum kelas rendah, sehingga biaya produksi menjadi berkurang. 6). Mangan (Mn) Mangan juga merupakan unsur pengotor yang sering hadir pada aluminum. Konsentrasi normal mangan biasanya antara 0,05-0,5% Mn. Kehadiran mangan akan menguragi resitivitas alumnum, namun disisi yang lain dapat meningkatkan kekuatan melalui mekanisme solid solution strengtening atau fasa intermetalik. 7). Nikel Biasanya digunakan dengan tembaga untuk mempertahankan sifat-sifat paduan pada kenaikan temperatur, nikel memiliki kelarutan padat yang tidak mencapai 0,04%, selebihnya akan menghasilkan fasa intermetalik, yang umunya berkombinasi dengan unsur besi. Nikel sampai 2% akan meningkatkan kekuatan aluminum dan menurunkan keuletan, Umumnya nikel ditambahkan kedalam paduan alumnum silikon untuk meningkatkan kekerasan dan kekuatan pada temperatur tinggi dan mengurangi koefisien ekspansi thermal. 8). Timah (Sn). Pengaruh penambahan timah pada paduan alumnum adalah: - Meningkatkan sifat anti gesek - Memperbaiki sifat mampu mesin (machinability) - Dapat mempengaruhi respon terhadap precipitation hardening pada beberapa sistem paduan. 9). Titanium (Ti) Titanium digunakan untuk memperluas butir paduan alumnum hasil pengecoran, bahkan sering dikombinasikan dengan sedikit unsur boron. Apabila digunakan tanpa kandungan boron pengaruhnya akan berkurang dengan meningkatnya waktu tahan aluminum cair, atau akibat prose peleburan kembali. Penambahan titanium 0,05 0,05% dibutuhkan untuk mengurangi kecenderungan terjadinya retak. Pada Tabel 1, menunjukkan berbagai macam variasi komposisi unsur kimia dalam paduan aluminum cor paduan yang dapat dipergunakan sebagai acuan standar. Tabel 1 : Komposisi Kimia Aluminum Cor Paduan Hubungan antara struktur mikro dengan sifat mekanik logam dipengaruhi oleh kuantitas fasa, ukuran fasa dan pengaruh bentuk fasa. Pada paduan Al-Si memiliki kombinasi karakteristik yang baik antara lain castability, ketahanan korosi yang baik (good corrosion resistance), ketahanan aus (wear resistance), dan mampu mesin yang baik (machinability) dan Gambar 1 menunjukkan hubungan struktur mikro dari paduan Al-Si terhadap sifat fasanya. M-17

Gambar 2: Struktur mikro paduan Al-Si Bahan dan Metoda. Serpihan atau pecahan dari karter oli yang diperoleh dari Unit PLTD Ipuh Barat dipergunakan sebagai bahan penelitian, dan dipergunakan sebagai bakuan standar hasil penelitian nantinya. Ada tiga sasaran dalam penelitian ini, yaitu: 1) Apakah kita mampu untuk membuat duplikat karter oli terutama dari segi kelayakan pakai dan K3 (Keselamatan dan Keamanan Kerja). 2) Mengetahui komposisi kimia. 3) Homogenitasnya, yaitu homogenitas pada struktur mikro dan kekuatannya. Dalam pelaksanaan penelitian dilakukan pengamatan dan analisis di laboratorium yang mencakup pada: 1) Analisis komposisi kimia, Dalam analisis kimia bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur dari karter oli, dimana setiap unsur yang terkandung dalam karter oli secara langsung memberikan pengaruh struktur mikro dan kekuatannya. Pengujian komposisi kimia menggunakan Spark OES Spectrometer, dan dari analisis komposisi kimia juga akan diketahui bahan dasar (based materials) dan jenisnya yang dipergunakan didalam karter oli. 2) Analisis Struktur mikro. Dengan menggunakan metoda uji struktur mikro ASTM E 407-93 yang umum dipergunakan dalam analisis struktur mikro untuk bahan dasar aluminum, akan diketahui jenis struktur mikronya dan larutan fasanya. Ini perlu dianalisis berkenaan dengan apakah fasa yang dimiliki didalam karter oli memang sesuai peruntukannya. Tentunya kita percaya bahwa pabrikan sudah merancang bahan untuk karter oli sudah tentu sesuai peruntuknya. 3) Analisis kekuatan mekanisnya, yang dalam hal ini dilakukan uji kekerasan bahan dengan metoda Brinell. Idealnyanya, metoda uji kekerasan Brinell bagi material yang memiliki nilai kekerasan sampai 400 HBN, jika lebih dari nilai tersebut maka disarankan menggunakan metoda uji kekerasan Rockwell ataupun Vickers. Angka kekerasan Brinell (HB) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,102 dan luas permukaan bekas luka (penetrasi) bola baja (A) dalam milimeter persegi. Dari pengamatan visual bahwa bahan sampel pecahan korter oli dari bahan dasar aluminum maka tentunya metoda uji kekerasan Brinell yang relevan dipertimbangkan untuk digunakanan. 4) Membuat rekonstruksi karter oli. Untuk analisis komposisi kimia dan homogenitas struktur mikro dan kekuatannya, rekonstruksi model korter oli prektis diperlukan. Ini menyangkut pada bentuk dan letak beban kritisnya, karena disana, desain korter oli ada yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda sesuai dengan model beban kritis tentunya. Hasil Dan Pembahasan Dalam penelitian disiapkan sepuluh buah sample dengan pengambilan sampel sesuai dengan daerah beban kritisnya, yang dianggap sudah memakilinya. Dari setiap sample diambil tiga titik pengamatan, sehingga praktis telah dilakukan analisis kimia di tiga puluh titik yang menyebar merata. Tiap sampel yang diambil tiga titik pengamatan hasilnya merupakan harga rata-rata sampel, dan dari kesepuluh sampel diambil harga rata-rata untuk menunjukkan nilai dari keseluruhan komposisi korter oli. Tabel 2 menunjukkan hasil rata-rata tiga titik pengamatan setiap sampel dan hasil keseluruhan komposisi korter oli. Ini diambil dengan pertimbangan, secara analisis visualnya menunjukkan perbedaan nilai komposisi yang tidak jauh berbeda antara satu titik pengamatan dengan titik pengamatan yang lainnya. M-18

Tabel 2: Hasil analisis rata-rata komposisi kimia pada setiap sampel No. Unsur No.Urut Sampel Rata2 Seluruh 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Sampel 1. Si 7,88 7,78 7,82 7,88 7,85 7,85 7,88 7,85 7,82 7,84 7,854 2. Fe 0,61 0,58 0,58 0,58 0,60 0,61 0,58 0,58 0,61 0,62 0,596 3. Cu 2,57 2,55 2,56 2,54 2,54 2,45 2,54 2,57 2,55 2,56 2,543 4. Mn 0,26 0,21 0,28 0,28 0,26 0,26 0,26 0,28 0,26 0,26 0,261 5. Mg 0,15 0,12 0,12 0,12 0,15 0,12 0,15 0,15 0,15 0,14 0,137 6. Zn 0,68 0,68 060 0,64 0,64 0,68 0,68 0,66 0,66 0,68 0,660 7. Ti 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,06 0,069 8. Cr 0,03 0,02 0,03 0,03 0,02 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,028 9. Ni 0,06 0,06 0,06 0,03 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,057 10. Pb 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 11. Sn 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 12. Al 87,6 88,4 87,8 87,7 87,7 87,8 87,7 87,6 87,7 87,67 87,77 Tabel 2 mempunyai makna, prosentase unsur-unsur kimia pada setiap sudut, bagian, atau setiap titik pengamatan sampel, unsur-unsur yang dikandung memupnyai prosentase yang hampir sama dan homogen. Adapun perbedaan setiap titik pengamatan tidak terlalu jauh antara titik satu terhadap lainnya. Ini mengidikasikan terjadi kelarutan yang sempurna. Unsur logam dasar (metal based) yang dominan dalam hal ini adalah Al (aluminum), yaitu berkisar 87,77% dan unsur dominan kedua adalah Si yang besarnya 7,854%, dan kemudian disusul Cu (tembaga) sebesar 2,543%. Dan kemudian dimasukkan kedalam Gambar 1, maka korter oli adalah paduan AL-Si hipoeutektik, artinya bahwa kandung Si kurang dari 12% dapat dipastikan Si terlarut sempurna dalam paduan Al-SI. Keuntungan dari aluminium yang memiliki kondisi hipoeutektik adalah machinebility dan ketangguhan lebih baik. Sedang kerugiannya adalah kekuatan dan dan kekerasan lebih rendah. Dan sesuai dengan Tabel 1, karter oli merupakan paduan AL-Si dengan standar AC24B dengan indikasi standar, mempunyai kelebihan sifat mampu cor yang sangat baik (karena fluiditasnya tinggi), tahan terhadap hot cracking dan tahan terhadap penyusutan, maka sangat sesuai untuk karter oli. Dan juga memiliki kekuatan tarik maksimal 235 Mpa, sehingga jika terjadi pembebanan lebih karter oli akan pecah. Tembaga (Cu) sekitar 2,543% artinya karter oli mempunyai kekuatan mekanis yang baik dengan terbentuknya presipitat. Namun mengurangi ketahanan korosi dan ketahanan retak panas dan menurunkan mampu cornya. Dan produsen korter oli menambahkan besi (Fe) sekitar 0,596% kedalamnya tentunya dengan maksud untuk meningkatkan ketahanan terhadap retak panas karena terbentuknya membentuk intermetailk FeMnAl dan αalfesi. Adapun kandungan Magnesium (Mg) sekitar 0,137% relatif tidak berpengaruh, karena kurang dari 0,4% Mg. Dan Seng (Zn) yang besarnya 0,660% relatif tidak berpengaruh pada paduan Al-Si pada korter karena kurang dari 3%. Penambahan 0,261% Mn pada paduan dengan harapan korter kekuataya menjadi bertambah karena terbentuknya mekanisme solid solution strenghtening atau fasa intermetalik. 0,057% Ni didalam paduannya dianggap tidak memberi pengaruh terbentuknya fasa intermetalik. Demikian pula 0,06% Pb sangat tidak berpengaruh baik fasa maupun sifat mekanisnya. Dan terakhir 0,02% Sn secara kualitatif juga tidak memberi pengaruh apapun. Gambar 3: Struktur mikro denga pembesaran 30 µm Gambar 3 adalah hasil foto metalografi dari struktur mikro sampel dengan pembesaran 30 µm dan kemudian di padankan dengan Gambar 2 menunjukkan kesamaan gambar dengan 2 (b), artinya bahwa fasa paduan M-19

Al-Si untuk karter oli merupakan paduan Al-Si dengan perlakuan thermal pada proses akhirnya, sehingga membentuk fasa αalsi yang sempurna. Gambar 4: Kurva kekerasan material uji Hasil analisis kekerasan seperti pada Gambar 4, memperoleh bukti bahwa nilai kekerasan sebesar 95,0 97,94 HBN atau bila dikonversikan kedalam tegangan tarik setara dengan 230 Mpa. Artinya, seperti pada buku referensi 4, menunjukkan harga tegangan tarik yang tinggi untuk paduan Al-Si bilamana dipergunakan untuk Karter oli. Kesimpulan - Unsur logam dasar (metal based) yang dominan dalam hal ini adalah Al (aluminum), yaitu berkisar 87,77% dan unsur dominan kedua adalah Si yang besarnya 7,854%, dan kemudian disusul Cu (tembaga) sebesar 2,543%. maka korter oli adalah merupakan paduan AL-Si hipoeutektik, artinya bahwa kandung Si kurang dari 12% dapat dipastikan Si terlarut sempurna dalam paduan Al-SI. Keuntungan dari aluminium yang memiliki kondisi hipoeutektik adalah machinebility dan ketangguhan lebih baik. Dan merupakan paduan AL-Si dengan standar AC24B dengan indikasi standar, mempunyai kelebihan sifat mampu cor yang sangat baik (karena fluiditasnya tinggi), tahan terhadap hot cracking dan tahan terhadap penyusutan, maka sangat sesuai untuk karter oli. Dan juga memiliki kekuatan tarik maksimal 235 Mpa, sehingga jika terjadi pembebanan lebih karter oli akan pecah. - Foto metalografi dari struktur mikro sampel dengan pembesaran 90 µm dan kemudian di padankan dengan Gambar 2 menunjukkan kesamaan gambar dengan 2 (b), artinya bahwa paduan Al-Si untuk karter oli merupakan paduan Al- Si dengan perlakuan thermal pada proses akhirnya, sehingga membentuk fasa αalsi yang sempurna. - Hasil analisis kekerasan seperti pada Gambar 4, memperoleh bukti nilai kekerasan sebesar 95,0 97,94 HBN atau bila dikonversikan kedalam tegangan tarik setara dengan 230 Mpa. Artinya, seperti pada buku referensi 4, menunjukkan harga tinggi untuk paduan Al-Si bilamana dipergunakan untuk Karter oli. Daftar Pustaka ASM Speciality Handbook, (1993), Aluminum and Aluminum Alloys, USA: ASM International, Hatch, John E. (1984), Aluminum Properties and Physical Metallurgy, Ohio: Asm, Metal Park,. Petunjuk Praktis Pengecoran Alumium Coran, Badan Standar Nasional, Jakarta, 2007 Surdia Tata dan Shenji, Chijiwa, (2009), Teknik Pengecoran Logam, Jakarta: PT Pradnya Paramita, M-20