I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

BERBAGAI TIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGANUKLIR

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

Nomor 36, Tahun VII, April 2001

PERHITUNGAN PEMBAKARAN LENGKAP (BURN-UP) REAKTOR AIR SUPERKRITIS BAHAN BAKAR THORIUM MODEL PERANGKAT (ASSEMBLY) HEKSAGONAL MENGGUNAKAN SRAC.

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

ASPEK KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI NUKLIR, LIMBAH RADIOAKTIF DAN BENCANA GEMPA PADA PLTN DI INDONESIA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

PEMBANGKIT PENGENALAN (PLTN) L STR KTENAGANUKLTR

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maraknya krisis energi yang disebabkan oleh menipisnya

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

TUGAS 2 MATA KULIAH DASAR KONVERSI ENERGI

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

STUDI DESAIN REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN Pb-Bi BERBASIS BAHAN BAKAR URANIUM ALAM MENGGUNAKAN STRATEGI SHUFFLING. Rida SNM *

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

PENGENALAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENTINGNYA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. bising energi listrik juga memiliki efisiensi yang tinggi, yaitu 98%, Namun

diajukan oleh : VERY RICHARDINA J2D005202

DESAIN REAKTOR AIR SUPERKRITIS (SUPERCRITICAL WATER REACTOR) MODEL TERAS SILINDER (r,z) MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM THORIUM.

235 U + n 148 La + 85 Br + 3n

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Definisi PLTN. Komponen PLTN

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

EFISIENSI MATERIAL PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR LWR (LIGHT WATER REACTOR) DAN PHWR (PRESSURIZED HEAVY WATER REACTOR)

ANALISIS PRODUKSI RADIOISOTOP 99 MO PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR 6 HARI BURN-UP DENGAN METODE KOMPUTASI

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR

GUNTINGAN BERITA Nomor : HHK 2.1/HM 01/02/2018

ANALISIS PERUBAHAN MASSA BAHAN FISIL DAN NON FISIL DALAM TERAS PWR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

2. Dari reaksi : akan dihasilkan netron dan unsur dengan nomor massa... A. 6

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

DESAIN INTI TERAS REAKTOR (CORE) X-Y DUA DIMENSI MODEL REAKTOR PWR UNTUK REAKTOR SCWR MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR THORIUM. (Skripsi)

TUGAS MAKALAH PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Teknologi Pembuatan Bahan Bakar Pelet Reaktor Daya Berbasis Thorium Oksida EXECUTIVE SUMMARY

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

Analisis netronik 3-D tentang Skenario SUPEL pada BWR

PE GARUH BUR -UP TERHADAP KUA TITAS DA KARAKTERISTIK BAHA BAKAR UKLIR BEKAS PLT. urokhim Pusat Teknology Limbah Radioaktif-BATAN

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

REAKTOR PENDINGIN GAS MAJU

MAKALAH FISIKA DAN KIMIA DASAR 2B DAMPAK MASALAH LINGKUNGAN LEDAKAN REAKTOR NUKLIR FUKUSHIMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

REAKTOR PIPA TEKAN PENDINGIN AIR DIDIH MODERATOR GRAFIT (RBMK)

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

Dr.Ir. Mohammad Dhandhang Purwadi Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir

KONSEP DAN TUJUAN DAUR BAHAN BAKAR NUKLIR

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

PERHITUNGAN BURN UP MODEL ASSEMBLY X-Y 2 DIMENSI PADA SCWR MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR THORIUM. (Skripsi) Oleh. Arizka Antartika Putri

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

KARAKTERISTIK BAHAN BAKAR BEKAS BERBAGAI TIPE REAKTOR. Kuat Heriyanto, Nurokhim, Suryantoro Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu pemanfaatan tenaga nuklir dalam bidang energi adalah

REAKTOR AIR DIDIH (BOILING WATER REACTOR, BWR)

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan listrik di Indonesia semakin meningkat, sedangkan bahan bakar fosil akan segera habis. Oleh karena itu dibutuhkan pembangkit listrik yang dapat digunakan sebagai pengganti dengan bahan bakar yang lain, seperti pembangkit listrik tenaga air, tenaga diesel, tenaga nuklir dan lain lain. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong (Banten), Batan (Bandung), dan Batan (Yogyakarta). Meskipun terdapat adanya kekhawatiran terhadap kebocoran pada reaktor nuklir namun ketiga riset reaktor nuklir tersebut telah siap untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) (Khurniawan, 2011). Oleh karena itu penelitian desain reaktor nuklir memasukkan kriteria keamanan melalui analisis kecelakaan yang perlu adanya pemilihan solusi teknik dan nilai parameter desain yang utama sehingga dihasilkan reaktor nuklir yang aman dan efisien (Zanocco, 2003). Reaktor nuklir pertama dibangun pada 2 Desember 1942 oleh Enrico Fermi dkk di Universitas Chicago. Reaktor dibangun dari logam uranium dan blok grafit yang ditumpuk 30 x 60 dalam batang kendali yang dilapisi dengan Cadmium. Fermi dkk dapat membuat reaktor dengan faktor multiplikasi k>1 dan dapat membuktikan bahwa reaksi fisi terjadi secara berkelanjutan.

2 Reaksi fisi yang berkelanjutan ditunjukkan dengan jumlah neutron tumbuh secara eksponensial yaitu k eff > 1. Gambar 1. CP1 Chicago Pile (Roulstone, 2011) Gambar 1.1 di atas merupakan reaktor yang dibangun oelah Fermi dkk, diberi nama CP1 (Roulstone, 2011). Dalam pengembangan dan pemanfaatannya energi nuklir selalu disertai oleh tiga isu global, yaitu Nuclear Safety atau keselamatan reaktor nuklir, Radioactive Waste Management atau pengaturan sampah radioaktif, dan Nuclear Non-proliferation atau pembatasan penggunaan bahan nuklir. Isu keselamatan reaktor nuklir dan pengaturan sampah radioaktif telah dipercaya akan tidak menjadi masalah lagi, mengingat sekitar 438 Nuclear Power Plant yang sudah beroperasi hingga tahun 2002 telah membuktikan bahwa energi nuklir (Rida, 2008). Sehingga perlu dilakukan penelitian ini agar diperoleh reaktor yang aman dan efisien. Bahan bakar reaktor yang digunakan dalam reaktor thermal adalah uranium. Uranium adalah logam berat bewarna putih keperakan yang

3 bersifat radioaktif dan mempunyai lambang kimia U. Uranium pertama kali ditemukan oleh Martin Heinrich Klaproth, kimiawan Jerman tahun 1789. Radioaktif yang disebabkan oleh unsur ini dapat menyebabkan leukemia. Karena bersifat radioaktif maka uranium kadang-kadang mengeluarkan elektron pada saat peluruhan tetapi neutron tersebut jarang bereaksi dengan inti untuk membentuk reaksi inti. Karena merupakan unsur yang aktif maka uranium akan mengalami peluruhan dengan waktu paruh tertentu. Uranium mengandung tiga isotop utama, yaitu U 238 sebanyak 99,3%, U 235 sebanyak kurang dari 0,7% dan U 234 dalam jumlah yang sangat kecil. Selain isotop utama uranium juga mempunyai isotop buatan diantaranya adalah U 233, U 237, dan U 239, walaupun banyak isotop dari uranium namun semua isotop uranium tersebut mempunyai sifat yang radioaktif (Wati, 2009). Uranium U 235 sebagai bahan dasar reaktor nuklir hanya terdapat di alam sebagai atom yang fisionable. Reaksi fisinya (pembelahan inti sel atom) sebagai reaksi kimia 1.1 berikut: ( ) 1.1 Pada reaksi diatas menunjukkan n (neutron) yang ditambahkan dengan menghasilkan produksi fifi ( FP ) misalnya, dan neutron baru dengan rata rata v ~2 3 dan energi sebesar 193 MeV. Menurut jenis neutronnya reaktor dibagi menjadi dua tipe yaitu reaktor termal dan reaktor cepat. Light water reactor atau reaktor berpendingin air, misalnya

4 Pressurised Water Reactor (PWR) dan Boiling Water Reactor (BWR) (Roulstone, 2011). Nuklida yang juga berpotensi menjadi bahan bakar reaktor adalah thorium. Thorium merupakan unsur kimia radioaktif alami dengan simbol Th dan nomor atom 90. Ditemukan pada tahun 1828 oleh mineralog Norwegia, Morten Thrane Esmark dan diidentifikasi oleh kimiawi Swedia, Jons Jakob Berzelius kemudian diberi nama Thor, yang berarti dewa guntur. Mempuanyai isotop 232 yang dapat ditransmutasikan menjadi U 233 sebagai bahan reaktor (Wikipedia, 2012). Jenis reaktor yang merupakan reaktor generasi IV (terkini) dan sedang dikembangkan adalah reaktor air superkritis (SCWR). Reaktor tersebut memiliki efisiensi termal yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis reaktor air yang lain (Cheng et al, 2007). Konsep SCWR dikembangkan di Universitas Tokyo dikenal dengan dua tipe yaitu reaktor air super ringan (Super LWR) dan reaktor super cepat (Super FR) (Oka et al, 2010). Penelitan SCWR yang sudah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya menggunakan bahan bakar uranium, sedangkan dalam penelitian ini akan menggunakan thorium sebagai bahan bakar SCWR. Dalam penelitian ini program yang digunakan untuk mendesain reaktor adalah SRAC ( Standard thermal Reactor Analysis Code). Kode tersebut dibuat oleh K. Tsuchihashi et al yang dikembangkan di JAEA ( Japan Atomic Energy Agency ). Program tersebut merupakan program standar yang biasa digunakan untuk mendesain reaktor. SRAC adalah sebuah sistem

5 dengan kode yang dapat diterapkan pada analisis neutronik sebagai salah satu variasi dari beberapa tipe reaktor. Sejak diterbitkannya penggunaan manual versi kedua dari SRAC sistem pada tahun 1986, adanya tambahan dan perubahan fungsi dan data pustaka yang dibuat untuk mendukung keseluruhan sistem kode neutron. Sistem SRAC didesain untuk perhitungan neutronik pada beberapa macam tipe reaktor termal. Sistem ini mengedepankan keefektifan dari penampang melintang mikro dan makro, static cell, perhitungan core yang termasuk kedalam analisis burn-up. Pada reaktor jenis SCWR ini radius dan pengkayaan bahan bakar merupakan parameter kunci yang sangat penting yang dapat diuji untuk menentukan nilai kritikalitas yang diinginkan (Zuhair, 2012). Penelitian ini akan melakukan uji kritikalitas menggunakan program SRAC pada reaktor air superkritis (SCWR) radius dan pengayaan sel bahan bakar reaktor, sehingga reaktor berada dalam keadaan kritis sebagai reaktor yang aman dan efisien serta menganalisis apakah reaktor dapat disebut sebagai breeder (pembiak). Pada penelitian ini bahan bakar yang digunakan adalah uranium (U 233 ) yang bersifat fisil dan dihasilkan dari transmutasi bahan bakar non fisil thorium (Th 232 ) melalui reaksi penangkapan neutron. Nuklida aktif yaitu thorium dapat digunakan sebagai bahan bakar reaktor dengan memanfaatkan reaksi penangkapan neutron dan meluruh menjadi uranium (U 233 ) (Media Nuklir, 2010). Penelitian ini menggunakan jenis reaktor air superkritis (Supercritical Water Reactor) SCWR dengan komposisi seperti pada Tabel 1.1 berikut.

6 Tabel 1.1. Komposisi Reaktor SCWR Pin Bahan Bakar (fuel pin) Material Uranium(U 233 );Thorium (Th 232 ) Temperatur 1200 o C Massa Jenis 10,5 gr/cm 3 (Media Nuklir, 2010) Selongsong (cladding) Material Zirkonium (Zr) Temperatur 873 o C Massa Jenis 6,4 gr/cm 3 (Wikipedia, 2012) Moderator Material Air (H 2 O) Temperatur 658 o C Massa Jenis 0,78 gr/cm 3 (Wikipedia, 2012) Tabel 1.1 menunjukkan komposisi pin bahan bakar, selongsong dan moderator yang akan digunakan dalam proses penelitian. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan pengayaan (enrichment) U 233 pada reaktor air superkritis (SCWR) agar reaktor berada dalam keadaan kritis ditunjukkan dengan nilai k eff = 1,00000; 2. Menentukan radius pin bahan bakar reaktor air superkritis (SCWR) untuk mendapatkan bentuk pembakaran yang efisien dan reaktor berada dalam keadaan kritis ditunjukkan dengan nilai k eff = 1,00000; 3. Menganalisis pembiakan (breeding) reaktor yang ditunjukkan dengan meningkatnya densitas atom U 233 setelah pembakaran.

7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui pengayaan (enrichment) U 233 pada reaktor air superkritis (SCWR) agar reaktor berada dalam keadaan kritis ditunjukkan dengan nilai k eff = 1,00000; 2. Mengetahui radius pin bahan bakar reaktor air superkritis (SCWR) untuk mendapatkan bentuk pembakaran yang efisien dan reaktor berada dalam keadaan kritis ditunjukkan dengan nilai k eff = 1,00000; 3. Menganalisis pembiakan (breeding) reaktor yang ditunjukkan dengan meningkatnya densitas atom U 233 setelah pembakaran. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dari penelitian ini adalah: Mengetahui pengayaan (enrichment) U 233 pada reaktor air superkritis (SCWR) agar reaktor berada dalam keadaan kritis ditunjukkan dengan nilai k eff = 1,00000. Menentukan radius pin bahan bakar reaktor air superkritis (SCWR) untuk mendapatkan bentuk pembakaran yang efisien dan reaktor berada dalam keadaan kritis yang ditunjukkan dengan nilai k eff = 1,00000, serta dapat menganalisis pembiakan (breeding) reaktor yang tepat ditunjukkan dengan densitas atom U 233 meningkat setelah pembakaran.

8 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dapat mengetahui pengayaan (enrichment) yang tepat pada reaktor air superkritis (SCWR) agar reaktor berada dalam keadaan kritis ditunjukkan dengan nilai k eff = 1,00; 2. Dapat mengetahui radius pin bahan bakar reaktor air superkritis (SCWR) untuk mendapatkan bentuk pembakaran yang efisien dan reaktor berada dalam keadaan kritis ditunjukkan dengan nilai k eff = 1,00; 3. Dapat menganalisis pembiakan (breeding) reaktor yang ditunjukkan dengan meningkatnya densitas atom U 233 setelah pembakaran.