BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III KARAKTERISTIK DESAIN HTTR DAN PENDINGIN Pb-Bi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI DESAIN HTTR DENGAN PENDINGIN PB-BI BERBAHAN BAKAR URANIUM DAN THORIUM

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Desain Reaktor Air Superkritis (Supercritical Cooled Water Reactor) dengan Menggunakan Bahan Bakar Uranium-horium Model Teras Silinder

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Geometri Aqueous Homogeneous Reactor (AHR) Geometri AHR dibuat dengan menggunakan software Visual Editor (vised).

Analisis Neutronik pada Gas Cooled Fast Reactor (GCFR) dengan Variasi Bahan Pendingin (He, CO 2, N 2 )

BAB III DESAIN REAKTOR DAN METODE PERHITUNGAN

BAB II TEORI DASAR. Proses tumbukan dua inti atomik dan partikel penyusunnya, lalu menghasilkan

DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS HTR-PBMR PADA DAYA 50 MWe DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC2006

III.3. Material Fisil dan Fertil III.4. Persamaan Diferensial Bateman III.5. Efek Umpan Balik Reaktivitas Suhu dan Void III.6.

Desain Reaktor Air Superkritis (Super Critical Water Reactor) dengan Bahan Bakar Thorium. Design of Supercritical Water Reactor with Thorium Fuel Cell

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Analisis Neutronik Super Critical Water Reactor (SCWR) dengan Variasi Bahan Bakar (UN-PuN, UC-PuC dan MOX)

OPTIMASI GEOMETRI TERAS REAKTOR DAN KOMPOSISI BAHAN BAKAR BERBENTUK BOLA PADA DESAIN HIGH TEMPERATURE FAST REACTOR (HTFR).

EVALUASI TINGKAT KESELAMATAN HIGH TEMPERATURE REACTOR 10 MW DITINJAU DARI NILAI SHUTDOWN MARGIN.

PENGARUH BAHAN BAKAR UN-PuN, UC-PuC DAN MOX TERHADAP NILAI BREEDING RATIO PADA REAKTOR PEMBIAK CEPAT

ANALISIS NEUTRONIK PADA REAKTOR CEPAT DENGAN VARIASI BAHAN BAKAR (UN-PuN, UC-PuC DAN MOX)

ANALISIS FAKTOR PUNCAK DAYA TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 SI 2 -AL. Jati Susilo, Endiah Pudjihastuti Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir

ANALISIS PENINGKATAN FRAKSI BAKAR BUANG UNTUK EFISIENSI PENGGUNAAN BAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 2,96 gu/cc DI TERAS RSG-GAS

STUDI SENSITIVITAS KETINGGIAN TERAS REAKTOR DALAM DESAIN HTR PEBBLE BED ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. penduduk dunia yaitu sekitar 7 miliar pada tahun 2011 (Worldometers, 2012),

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

Studi Sensitivitas Ketinggian Teras Reaktor dalam Desain Htr Pebble Bed

Disusun oleh: SUSANTI M SKRIPSI

DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SEBAGAI FUNGSI BURN-UP BAHAN BAKAR PADA REAKTOR KARTINI

ANALISA KESELAMATAN REAKTOR CEPAT DENGAN DAUR ULANG AKTINIDA. Mohammad Taufik *

Analisis Distribusi Suhu Aksial Teras Dan Penentuan k eff PLTN Pebble Bed Modular Reactor (PMBR) 10 MWE Menggunakan Metode MCNP 5

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS NEUTRONIK TERAS SILISIDA DENGAN KERAPATAN 5,2 g U/cc REAKTOR RSG-GAS Lily Suparlina *)

STUDI PARAMETER BURNUP SEL BAHAN BAKAR BERBASIS THORIUM NITRIDE PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN HELIUM

I. PENDAHULUAN. hampir 50 persen dari kebutuhan, terutama energi minyak dan gas bumi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI THORIUM SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS UNTUK PLTN

STUDI PARAMETER REAKTOR BERBAHAN BAKAR UO 2 DENGAN MODERATOR H 2 O DAN PENDINGIN H 2 O

ANALISIS JUMLAH PRODUK MOLYBDENUM-99 ( 99 Mo) SEBAGAI FUNGSI WAKTU BURN-UP PADA NILAI KRITIKALITAS OPTIMUM PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR (AHR)

STUDI PENGEMBANGAN DESAIN TERAS REAKTOR NUKLIR RISET 2 MWTH DENGAN ELEMEN BAKAR PLAT DI INDONESIA

Analisis Termal Hidrolik Gas Cooled Fast Reactor (GCFR)

KONSEP DESAIN NEUTRONIK REAKTOR AIR TEKAN BERBAHAN BAKAR PLUTONIUM-URANIUM OKSIDA (MOX) DENGAN INTERVAL PENGISIAN BAHAN BAKAR PANJANG ASIH KANIASIH

PENGARUH JENIS MATERIAL REFLEKTOR TERHADAP FAKTOR KELIPATAN EFEKTIF REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PROTEUS

PERHITUNGAN REAKTIVITAS UMPAN BALIK AKIBAT KOMPAKSI BAHAN BAKAR DAN KEBOCORAN YANG DISEBABKAN OLEH GEMPA PADA HTR-10 DENGAN CODE MVP

POTENSI PRODUKSI MOLYBDENUM-99 ( PADA REAKTOR SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MO-99 PRODUCTION (SAMOP)

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

Optimasi Ukuran Teras Reaktor Cepat Berpendingin Gas dengan Uranium Alam sebagai Bahan Bakar

TUGAS AKHIR. Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program sarjana pada Departemen Fisika Institut Teknologi Bandung.

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan selama tiga bulan, yaitu mulai dari bulan Februari

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

MODUL 2 ANALISIS KESELAMATAN PLTN

Pengaruh Ketinggian Larutan Bahan Bakar pada Kekritisan Aqueous Homogeneous Reactor

BAB III DAUR ULANG PLUTONIUM DAN AKTINIDA MINOR PADA BWR BERBAHAN BAKAR THORIUM

PENGARUH VARIASI BAHAN PENDINGIN JENIS LOGAM CAIR TERHADAP KINERJA TERMALHIDROLIK PADA REAKTOR CEPAT

ANALISIS KEKRITISAN TERAS REAKTOR NUKLIR CEPAT DAN TERMAL TERKOPEL BERDASARKAN PADA LETAK SUMBER NEUTRONNYA

ANALISIS KOEFFISIEN REAKTIVITAS TERAS RSG-GAS BERBAHAN BAKAR U 3 Si 2 -Al 4,8gU/cc DENGAN KAWAT KADMIUM MENGGUNAKAN SRAC ABSTRAK

2. Reaktor cepat menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. 3. Reaktor subkritis menggunakan sumber neutron luar

ANALISIS PRODUKSI RADIOISOTOP 99 MO PADA AQUEOUS HOMOGENEOUS REACTOR 6 HARI BURN-UP DENGAN METODE KOMPUTASI

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

Analisis Kemampuan Breeding Ratio dan Void Reactivity Reaktor Termal Air Berat Berbahan Bakar Thorium

DESAIN TERAS SUPERCRITICAL WATER COOLED FAST BREEDER REACTOR

DESAIN TERAS DAN BAHAN BAKAR PLTN JENIS PEBBLE BED MODULAR REACTOR (PBMR) DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM SRAC.

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. mekanisme yang banyak digunakan untuk menghasilkan energi nuklir melalui

Kajian Awal Aspek Neutronik Dari Rancangan Konseptual Fasilitas ADS Berbasis Reaktor Kartini

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. KATA PENGANTAR...

ANALISIS POLA MANAJEMEN BAHAN BAKAR TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

TINJAUAN PUSTAKA. ditimbulkan oleh semakin berkurangnya sumber energi fosil serta dampak

REAKTOR GRAFIT BERPENDINGIN GAS (GAS COOLED REACTOR)

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

PERHITUNGAN BURN UP BAHAN BAKAR REAKTOR RSG-GAS MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM BATAN-FUEL. Mochamad Imron, Ariyawan Sunardi

Analisis Densitas Nuklida Lead-Bismuth Cooled Fast Reactor (LFR) Bedasarkan Variasi Daya Keluaran

2. Prinsip kerja dan Komponen Utama PLTN

ANALISIS KOEFISIEN REAKTIVITAS TEMPERATUR MODERATOR PWR DENGAN WIMS-ANL

PERHITUNGAN BURN UP PADA REAKTOR SUB KRITIS BERDAYA SEDANG BERPENDINGIN Pb - Bi BURN UP CALCULATION OF Pb Bi COOLED MEDIUM SIZED SUBCRITICAL CORE

PENGEMBANGAN SOFTWARE CPEM SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN EKSPERIMEN FISIKA REAKTOR PADA REAKTOR KARTINI

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

PERHITUNGAN BENCHMARK NILAI REAKTIVITAS ELEMEN KENDALI REAKTOR TEMPERATUR TINGGI HTR-10. Ferhat Aziz *

ANALISIS PERHITUNGAN KOEFISIEN KEHITAMAN PADA PERANGKAT KRITIS HITACHI TRAINING REACTOR MENGGUNAKAN BATAN-2DIFF 1

Diterima editor 02 September 2011 Disetujuai untuk publikasi 03 Oktober 2011

SYNOPSIS REAKTOR NUKLIR DAN APLIKASINYA

OPTIMASI SHIELDING NEUTRON PADA THERMALIZING COLUMN REAKTOR KARTINI

DESAIN KONSEPTUAL TERAS REAKTOR RISET INOVATIF BERBAHAN BAKAR URANIUM-MOLIBDENUM DARI ASPEK NEUTRONIK

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS BURN UP PADA REAKTOR CEPAT BERPENDINGIN GAS MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR URANIUM ALAM

Analisis Neutronik Teras RSG-Gas Berbahan Bakar Silisida

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

ANALISIS PASCA-KRITIKALITAS REAKTOR TEMPERATUR TINGGI PRISMATIK HTTR. Ferhat Aziz, Abu K. Rivai'

STUDI TENTANG FISIBILITAS DAUR ULANG AKTINIDA MINOR DALAM BWR. Abdul Waris 1* dan Budiono 2

REAKTOR AIR BERAT KANADA (CANDU)

PERHITUNGAN DEFLESI BAHAN BAKAR TERAS PWR

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

ANALISIS NILAI KOEFISIEN REAKTIVITAS SUHU BAHAN BAKAR DAN MODERATOR PADA HTR-10

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

ANALISIS PENGARUH FRAKSI BAKAR TERHADAP FLUX NEUTRON PADA DESAIN TERAS REAKTOR RISET TIPE MTR

Investigasi Kritikalitas HTR (High Temperature Reactor) Pebble Bed Sebagai Fungsi Radius dan Pengkayaan Bahan Bakar Kernel

PERHITUNGAN NEUTRONIK DESAIN TERAS SETIMBANG UNTUK MENDUKUNG TERBENTUKNYA TERAS REAKTOR RISET INOVATIF

Diterima editor 10 Agustus 2010 Disetujui untuk dipublikasi 28 September 2010

Transkripsi:

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS HASIL PERHITUNGAN DESAIN HTTR 4.1 Parameter Desain Teras Reaktor 4.1.1 Komposisi bahan bakar pada teras reaktor Dalam pendesainan reaktor ini pertama kali dilakukan perhitungan densitas untuk masing-masing nuklida dari komposisi material teras reaktor, meliputi komposisi kompak bahan bakar (kernel, lapisan mantel partikel bahan bakar, matrik), homogenisasi kompak bahan bakar, racun dapat bakar, komposisi batang bahan bakar (graphite sleeve), blok hexagonal bahan bakar, blok perisai dapat ganti, blok grafit bahan bakar (dummy block) dan permanent reflector, serta blok pandu batang kendali. Kernel Kernel Tabel 4.1.1 Kerapatan Atom Pada Kompak Bahan Bakar Kernel Uranium (3.4%-9.9% ) Satuan: (n/cm/barn) Pengayaan Uranium Nuklida 3.4(wt%) 3.9(wt%) 4.3(wt%) 4.8(wt%) 5.2(wt%) 5.9(wt%) 235 U 8.2367E-4 9.5638E-4 1.6429E-3 1.3627E-3 1.4522E-3 1.6357E-3 238 U 2.3280E-2 2.3038E-2 2.3008E-2 2.2834E-2 2.2750E-2 2.2586E-2 O 4.8168E-2 4.7948E-2 4.8102E-2 4.7993E-2 4.8004E-2 4.8044E-2 Pengayaan Uranium Nuklida 6.3(wt%) 6.7(wt%) 7.2(wt%) 7.9(wt%) 9.4(wt%) 9.9(wt%) 235 U 1.7149E-3 1.8163E-3 1.9460E-3 2.1085E-3 2.4773E-3 2.5912E-3 238 U 2.2455E-2 2.2325E-2 2.2291E-2 2.2246E-2 2.1812E-2 2.1740E-2 O 4.7939E-2 4.7883E-2 4.8073E-2 4.8309E-2 4.8179E-2 4.8262E-2 Kernel Tabel 4.1.2 Kerapatan Atom Pada Kompak Bahan Bakar Kernel Uranium (3%-12%) Satuan: (n/cm/barn) Pengayaan Uranium Nuklida 3.0 (wt%) 3.5(wt%) 4.0 (wt%) 4.5(wt%) 5.0(wt%) 5.5(wt%) 235 U 6.2321E-4 7.2707E-4 8.3093E-4 9.3479E-4 1.0386E-3 1.1425E-3 238 U 1.9896E-2 1.9794E-2 1.9691E-2 1.9588E-2 1.9485E-2 1.9383E-2 O 3.6174E-2 3.6175E-2 3.6177E-2 3.6179E-2 3.6181E-2 3.6182E-2-36-

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 37 - Kernel Kernel Kernel Kernel Kernel Pengayaan Uranium Nuklida 6.0(wt%) 6.5(wt%) 7.0(wt%) 7.5(wt%) 8.0(wt%) 9.0(wt%) 235 U 1.2464E-3 1.3502E-3 1.4541E-3 1.5579E-3 1.6618E-3 1.8694E-3 238 U 1.9280E-2 1.9177E-2 1.9075E-2 1.8972E-2 1.8869E-2 1.8664E-2 O 3.6184E-2 3.6186E-2 3.6188E-2 3.6189E-2 3.6191E-2 3.6195E-2 Pengayaan Uranium Nuklida 10.0(wt%) 11.0(wt%) 12.0(wt%) 235 U 2.0771E-3 2.2848E-3 2.4925E-3 238 U 1.8459E-2 1.8253E-2 1.8048E-2 O 3.6198E-2 3.6202E-2 3.6205E-2 Tabel 4.1.3 Kerapatan Atom Pada Kompak Bahan Bakar Kernel Thorium (3%-12%) Satuan: (n/cm/barn) Pengayaan Thorium Nuklida 3.0 (wt%) 3.5(wt%) 4.0 (wt%) 4.5(wt%) 5.0(wt%) 5.5(wt%) U-2 6.0411E-4 7.0480E-4 8.0549E-4 9.0618E-4 1.0069E-3 1.1076E-3 Th-232 1.9617E-2 1.9516E-2 1.9415E-2 1.94E-2 1.9213E-2 1.9112E-2 O 2 4.0443E-2 4.0442E-2 4.0441E-2 4.0440E-2 4.0439E-2 4.0439E-2 Pengayaan Thorium Nuklida 6.0(wt%) 6.5(wt%) 7.0(wt%) 7.5(wt%) 8.0(wt%) 9.0(wt%) U-2 1.2082E-3 1.3089E-3 1.4096E-3 1.5103E-3 1.6110E-3 1.8124E-3 Th-232 1.9011E-2 1.8910E-2 1.8809E-2 1.8708E-2 1.8606E-2 1.8404E-2 O 2 4.0438E-2 4.0437E-2 4.0436E-2 4.0436E-2 4.0435E-2 4.04E-2 Pengayaan Thorium Nuklida 10.0(wt%) 11.0(wt%) 12.0(wt%) 235 U 2.0138E-3 2.2152E-3 2.4166E-3 238 U 1.8202E-2 1.8000E-2 1.7798E-2 O 4.0432E-2 4.0430E-2 4.0429E-2 Tabel 4.2.1 Kerapatan Atom Pada Homogenisasi Kompak Bahan Bakar Uranium (3.4%-9.9%) Satuan: (n/cm/barn) Pengayaan Uranium Nuklida 3.4(wt%) 3.9(wt%) 4.3(wt%) 4.8(wt%) 5.2(wt%) 5.9(wt%) 235 U 6.6509E-5 7.6887E-5 8.5358E-5 9.5663E-5 1.2049E-4 1.3448E-4 238 U 1.8659E-3 1.8396E-3 1.8362E-3 1.8366E-3 1.8229E-3 1.7983E-3 O 3.8607E-3 3.8291E-3 3.8392E-3 3.8605E-3 3.8468E-3 3.8255E-3 Pengayaan Uranium Nuklida 6.3(wt%) 6.7(wt%) 7.2(wt%) 7.9(wt%) 9.4(wt%) 9.9(wt%) 235 U 1.4041E-4 1.4899E-4 1.5793E-4 1.7296E-4 1.9780E-4 2.0843E-4 238 U 1.7822E-3 1.7790E-3 1.7583E-3 1.7771E-3 1.7004E-3 1.7105E-3 O 3.8052E-3 3.8159E-3 3.7924E-3 3.8596E-3 3.7564E-3 3.7979E-3

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 38 - Kernel Kernel Kernel Tabel 4.2.2 Kerapatan Atom Pada Homogenisasi Kompak Bahan Bakar Uranium (3%-12%) Satuan: (n/cm/barn) Pengayaan Uranium Nuklida 3.0 (wt%) 3.5(wt%) 4.0 (wt%) 4.5(wt%) 5.0(wt%) 5.5(wt%) 235 U 1.5722E-4 1.8342E-4 2.0962E-4 2.3582E-4 2.6202E-4 2.8822E-4 238 U 5.0193E-3 4.9934E-3 4.9675E-3 4.9415E-3 4.9156E-3 4.8897E-3 O 9.1255E-3 9.1260E-3 9.1264E-3 9.1269E-3 9.1273E-3 9.1278E-3 Pengayaan Uranium Nuklida 6.0(wt%) 6.5(wt%) 7.0(wt%) 7.5(wt%) 8.0(wt%) 9.0(wt%) 235 U 3.1442E-4 3.4062E-4 3.6682E-4 3.9302E-4 4.1921E-4 4.7161E-4 238 U 4.8638E-3 4.8379E-3 4.8120E-3 4.7861E-3 4.7602E-3 4.7084E-3 O 9.1282E-3 9.1287E-3 9.1291E-3 9.1295E-3 9.1300E-3 9.1309E-3 Pengayaan Uranium Nuklida 10.0(wt%) 11.0(wt%) 12.0(wt%) 235 U 238 U 5.2400E-4 5.7639E-4 6.2878E-4 4.6566E-3 4.6048E-3 4.5529E-3 O 9.18E-3 9.1327E-3 9.15E-3 Tabel 4.2.3 Kerapatan Atom Pada Homogenisasi Kompak Bahan Bakar Thorium (3%-12%) Satuan: (n/cm/barn) Pengayaan Thorium Nuklida 3.0 (wt%) 3.5(wt%) 4.0 (wt%) 4.5(wt%) 5.0(wt%) 5.5(wt%) U-2 1.5240E-4 1.7780E-4 2.0320E-4 2.2860E-4 2.5400E-4 2.7940E-4 Kernel Th-232 4.9488E-3 4.9234E-3 4.8979E-3 4.8724E-3 4.8469E-3 4.8214E-3 O 2 1.0202E-2 1.0202E-2 1.0202E-2 1.0202E-2 1.0202E-2 1.0202E-2 Pengayaan Thorium Nuklida 6.0(wt%) 6.5(wt%) 7.0(wt%) 7.5(wt%) 8.0(wt%) 9.0(wt%) Kernel U-2 3.0481E-4 3.3021E-4 3.5561E-4 3.8101E-4 4.0641E-4 4.5722E-4 Th-232 4.7959E-3 4.7704E-3 4.7449E-3 4.7194E-3 4.6939E-3 4.6429E-3 O 2 1.0201E-2 1.0201E-2 1.0201E-2 1.0201E-2 1.0201E-2 1.0200E-2 Pengayaan Thorium Nuklida 10.0(wt%) 11.0(wt%) 12.0(wt%) Kernel 235 U 238 U 5.0802E-4 5.5882E-4 6.0963E-4 4.5919E-3 4.5409E-3 4.4899E-3 O 1.0200E-2 1.0199E-2 1.0199E-2

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 39-4.1.2 Pengaturan elemen bahan bakar, batang kendali dan racun dapat bakar Pengaturan material di dalam teras reaktor memegang peranan penting. Teras reaktor HTTR disusun oleh 15 macam pengayaan elemen bahan bakar masing-masing 3 wt% terendah dan yang tertinggi 12 wt%. Elemen bahan bakar diatur sedemikian rupa sehingga hasil perhitungan desain reaktor sesuai dengan yang diharapkan. Keseluruhan komponen teras aktif tersusun secara silinder. Terlihat pada gambar 4.1, satu kolom dalam arah aksial tersusun dari 9 layer teras. Setiap kolom bahan bakar terdiri dari 2 blok perisai atas, 5 perangkat elemen bahan bakar, dan 2 blok perisai bawah. Dalam arah radial terbagi dalam 4 zona bahan bakar, zona pertama, kedua dan keempat terdiri dari masing-masing 6 kolom bahan bakar dan zona ketiga terdiri dari 12 kolom bahan bakar. Elemen bahan bakar dengan pengayaan tertinggi ditempatkan pada bagian teratas dan terluar dari kolom bahan bakar pada teras reaktor untuk menghasilkan distribusi suhu yang merata. Pada tabel 4.9 di bawah dapat dilihat pengaturan elemen bahan bakar beserta tipe racun dapat bakar yang digunakannya. (a) (b) Gambar 4.1 Teras Dilihat Secara Radial (a) dan Aksial (b)

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 40 - Table 4.3.1 Pengaturan Elemen Bakar Uranium dan Thorium (a) Posisi Blok Bahan Bakar dari atas 1 2 3 4 5 Posisi Blok Bahan Bakar dari atas 1 2 3 4 5 Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) No. Zona Bahan Bakar 1 2 3 4 7.9 9.4 9.9 6.7 5.2 I 4.3 I 3.4 3.4 6.3 I 5.2 I 3.9 3.9 7.2 I 5.9 I 4.3 4.3 7.9 I 6.3 I 4.8 4.8 No. Zona Bahan Bakar 1 2 3 4 7.9 9.4 9.9 6.7 5.2 I 4.3 I 3.4 3.4 6.3 I 5.2 I 3.9 3.9 7.2 I 5.9 I 4.3 4.3 7.9 I 6.3 I 4.8 4.8

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 41 - Table 4.3.2 Pengaturan Elemen Bakar Uranium dan Thorium (b) Posisi Blok Bahan Bakar dari atas 1 2 3 4 5 Posisi Blok Bahan Bakar dari atas 1 2 3 4 5 Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Uranium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) Pengayaan Thorium (wt%) No. Zona Bahan Bakar 1 2 3 4 10 11 12 9 5.5 5 3 3 7 I 5.5 I 3.5 3.5 7.5 I 6 I 4 4 8 I 6.5 I 4.5 4.5 No. Zona Bahan Bakar 1 2 3 4 10 11 12 9 5.5 5 3 3 7 I 5.5 I 3.5 3.5 7.5 I 6 I 4 4 8 I 6.5 I 4.5 4.5

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 42-4.1.3 Pembagian region dan mesh Untuk mempermudah perhitungan parameter reaktor dan untuk mendekati keadaan real reaktor, maka dilakukan diskritisasi ruang geometri teras. Teras dibagi menjadi beberapa region. merupakan daerah-daerah pada teras reaktor yang memiliki karakteristik tertentu sesuai dengan material penyusunnya. Pembagian region berdasarkan pada sistem koordinat yang digunakan dengan lebar yang bervariasi sesuai dengan pendesainan. Selanjutnya region-region tersebut dibagi menjadi beberapa mesh. Di dalam mesh inilah perhitungan parameter reaktor dilakukan, dengan tetap memperhitungkan keintegralan sistem. Sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat silinder tiga dimensi θ - R Z, pada tabel di bawah ini dapat dilihat pembagian region dan mesh pada teras reaktor. Tabel 4.4 Pembagian Teras Reaktor Arah θ 1 2 3 4 5 6 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.1309 0.1309 0.0873 0.0436 0.2618 0.0436 7 8 9 10 11 12 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.0873 0.1309 0.1309 0.1309 0.1309 0.0873 13 14 15 16 17 18 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.0436 0.2618 0.0436 0.0873 0.1309 0.1309 19 20 21 22 23 24 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.1309 0.1309 0.0873 0.0436 0.2618 0.0436 25 26 27 28 29 30 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.0873 0.1309 0.1309 0.1309 0.1309 0.0873 32 34 35 36 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.0436 0.2618 0.0436 0.0873 0.1309 0.1309 37 38 39 40 41 42 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.1309 0.1309 0.0873 0.0436 0.0436 0.0436

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 43-43 44 45 46 47 48 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.0873 0.1309 0.1309 0.1309 0.1309 0.0873 49 50 51 52 53 54 Mesh 1 1 1 1 1 1 Sudut (rad) 0.0436 0.2618 0.0436 0.0873 0.1309 0.1309 Tabel 4.5.1 Pembagian Teras Reaktor Arah R (a) 1 2 3 4 5 6 Mesh 2 3 3 3 3 5 Radial (cm) 18.901.100 32.38000 32.58000 32.65 51.200 Tabel 4.5.2 Pembagian Teras Reaktor Arah R (b) 1 2 3 4 5 6 Mesh 2 3 3 3 3 5 Radial (cm) 28.901 41.100 42.38000 42.58000 42.65 61.200 Tabel 4.6.1 Pembagian Teras Reaktor Arah Z (a) 1 2 3 4 5 6 7 Mesh 4 4 4 4 4 4 4 Aksial (cm) 116.0 58.00 58.00 58.000 58.00 58.00 116.0 Tabel 4.6.2 Pembagian Teras Reaktor Arah Z (b) 1 2 3 4 5 6 7 Mesh 4 4 4 4 4 4 4 Aksial (cm) 126.0 68.00 68.00 68.000 68.00 68.00 126.0 4.2 Analisis Hasil Perhitungan Desain Teras Reaktor 4.2.1 Kekritisan pertama reaktor (HTTR - first criticality dan excess reactivity ) Pengisian bahan bakar pada teras, diawali dengan pengisian 18 kolom bahan bakar (thin annular core), 19 kolom bahan bakar, 20 kolom bahan bakar, 21 kolom bahan bakar dilanjutkan sampai 24 kolom bahan bakar (thick annular core) dan kemudian 30 kolom bahan bakar (fully-loaded core).

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 44 - Gambar 4.2 Penomoran Pengisian Elemen Bahan Bakar Dalam pengisian bahan bakar terdapat tiga (3) macam cara. Pertama, pengisian dimulai dari tepi reaktor (zona ke-4 dan ke-3) searah putaran jam kemudian ke bagian dalam teras reaktor (zona ke-2) sampai pada zona ke-1. Kedua, sebaliknya dari bagian dalam teras reaktor (zona ke-1) searah putaran jam sampai ke tepi teras reaktor (zona ke-4 dan ke-3). Dan ketiga, dengan mengkombinasikan kedua cara di atas, dimulai dari tepi luar (zona ke-4 dan ke-3) terus langsung ke zona 1, dan terakhir baru diisi zona ke-2. Pemilihan cara pengisian bahan bakar menentukan jumlah kolom bahan bakar yang menyebabkan kekritisan pertama. Pada perhitungan ini dipilih cara pengisian yang pertama karena berdasarkan referensi, cara pengisian ini menghasilkan peningkatan harga ekses reaktivitas yang smooth. Kolom bahan bakar yang belum terisi oleh bahan bakar pertama kali diisi oleh dummy block bahan bakar yang akan tergantikan semuanya ketika teras diisi 30 kolom bahan bakar. Demikian pula dengan kolom batang kendali ketika terangkat penuh hanya berisi selongsong batang kendali. Perhitungan dilakukan untuk menentukan jumlah kolom bahan bakar yang menyebabkan kekritisan pertama (HTTR First Criticality) dan juga untuk menentukan harga ekses reaktifitasnya (HTTR Excess Reactivity) saat kekritisan pertama dicapai, dilanjutkan dengan perhitungan burn-up teras reaktor

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 45 - untuk setiap kolom bahan bakar yang dihitung. Perhitungan dilakukan dengan assumsi keadaan batang kendali terangkat penuh (fully withdraw) dari teras reaktor serta tekanan helium pada 1 atm. Beberapa model teras reaktor setelah diisi bahan bakar seperti terlihat gambar 4.3 sampai gambar 4.5 dibawah ini. Gambar 4.3 Penampang Horizontal Model Teras 18 Kolom Bahan Bakar Gambar 4.4 Penampang Horizontal Model Teras 24 Kolom Bahan Bakar

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 46 - Gambar 4.5 Penampang Horizontal Model Teras 30 Kolom Bahan Bakar HTTR adalah reaktor yang didesain sebagai reaktor termal yang kritis, maka faktor multiplikasi efektif haruslah lebih besar dari satu (k-eff >1) dan demikian seterusnya selama masa reaktor beroperasi. K eff > 1 terjadi ketika jumlah neutron pada suatu generasi lebih banyak dari jumlah neutron pada generasi sebelumnya. Neutron-neutron akan tercipta akibat dari reaksi fisi, dan akan bergerak di dalam reaktor hingga pada akhirnya berkurang atau musnah karena proses leakage, capture dan scattering yang menyebabkan turunnya harga k-eff. Proses ini akan berlangsung sesuai masa operasi reaktor yang telah ditentukan. Parameter neutronik lain yang sangat terkait dengan faktor multiplikasi efektif adalah harga ekses reaktivitasnya. Harga ini menunjukan tingkat kereaktifan reaktor. Harga ekses reaktivitas yang negatif menunjukan bahwa reaktor dalam keadaan subkritis berarti jumlah neutron pada suatu generasi akan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah neutron pada generasi sebelumnya, dan reaksi fisi yang terjadi dalam reaktor akan tereduksi seiring dengan waktu. Sedangkan untuk reaktivitas yang bernilai positif menunjukan bahwa reaktor

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 47 - dalam keadaan superkritis berarti jumlah neutron pada suatu generasi lebih banyak dibandingkan dengan jumlah neutron pada generasi sebelumnya sehingga reaksi yang terjadi akan terus bertambah seiring dengan waktu. Semakin kecil nilai ekses reaktivitasnya (mendekati nol) semakin tinggi tingkat keselamatan reaktor dan hal inilah yang diharapkan. 4.2.2 Burn Up Teras HTTR Untuk menganalisa keadaan teras reaktor selama masa beroperasi dilakukan perhitungan burn-up, dengan perioda burn-up selama 660 hari. Hasil perhitungan ditunjukan pada tabel 4.7 di bawah ini. Hasil A Tabel 4.7.1 Bahan Bakar Uranium dan Thorium (a)* *(Versi Awal hanya diganti pendinginnya dengan Timbal-Bismut) 18 kolom bahan bakar Thorium 18 kolom bahan bakar Uranium No. Periode K-EFF Reaktifitas No. Tahun K-EFF Reaktifitas 1 0 0.8852616-0.1296096 1 0 0.7871464-0.2704117 2 1 0.8596211-0.16032 2 1 0.8166834-0.2244647 3 2 0.85185-0.1746209 3 2 0.8115042-0.2322795 4 3 0.8436120-0.1853791 4 3 0.8062507-0.240309 5 4 0.8359016-0.196 5 4 0.8005410-0.2491553 6 5 0.8278157-0.2079984 6 5 0.7938360-0.259706 7 6 0.8189146-0.2211286 7 6 0.7855781-0.2729479 24 kolom bahan bakar Thorium 24 kolom bahan bakar Uranium No. Periode K-EFF Reaktifitas No. Tahun K-EFF Reaktifitas 1 0 0.9846758-0.0155627 1 0 0.87105-0.14504 2 1 0.9560574-0.0459623 2 1 0.9099801-0.0989251 3 2 0.9472779-0.0556564 3 2 0.9050470-0.104915 4 3 0.9392258-0.0647067 4 3 0.9000919-0.1109977 5 4 0.92419-0.0738348 5 4 0.8945811-0.1178416 6 5 0.9228109-0.0836456 6 5 0.8877717-0.1264157 7 6 0.91521-0.094868 7 6 0.8789273-0.1377505 30 kolom bahan bakar Thorium 30 kolom bahan bakar Uranium No. Periode K-EFF Reaktifitas No. Tahun K-EFF Reaktifitas 1 0 1.0468790 0.0447798 1 0 0.9269850-0.0787661 2 1 1.0159020 0.01565 2 1 0.9697750-0.0167 3 2 1.0068140 0.0067679 3 2 0.96591-0.0359054 4 3 0.9986520-0.0013498 4 3 0.9609054-0.0406852 5 4 0.9905593-0.0095307 5 4 0.9556435-0.0464153 6 5 0.9817811-0.018557 6 5 0.9484515-0.0543502 7 6 0.9715217-0.029 7 6 0.9383626-0.0656861

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 48 - K-eff Bahan Bakar Thorium dan Uranium K-eff 1.1 1.05 1 0.95 0.9 0.85 0.8 0.75 0.7 0 1 2 3 4 5 6 7 Periode 18 kolom Th-232 24 kolom Th-232 30 kolom Th-232 18 kolom U-235 24 kolom U-235 30 kolom U-235 Gambar 4.6 Grafik Faktor Multiplikasi Efektif Teras HTTR (kasus A) reaktivitas (% Δk/k) 0.1 0.05 0-0.05-0.1-0.15-0.2-0.25-0.3 Reaktivitas Bahan Bakar Thorium dan Uranium 0 1 2 3 4 5 6 7 Periode 18 kolom th-232 24 kolom Th-232 30 kolom Th-232 18 kolom U-235 24 kolom U-235 30 kolom U-235 Gambar 4.7 Grafik Reaktivitas Teras HTTR (kasus A)

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 49 - Hasil B Tabel 4.7.2 Bahan Bakar Uranium dan Thorium (b)* *(perubahan ukuran arah R (radial) dan Z (Aksial)) 18 kolom bahan bakar Uranium 18 kolom bahan bakar Thorium No. Periode K-EFF Reaktivitas No. Tahun K-EFF Reaktivitas 1 0 8.5040E-1-1.7591E-1 1 0 1.0206E+0 2.0230E-2 2 1 9.2697E-1-7.8778E-2 2 1 1.0117E+0 1.1523E-2 3 2 9.2301E-1-8.3409E-2 3 2 1.0066E+0 6.5646E-3 4 3 9.1959E-1-8.7444E-2 4 3 1.0027E+0 2.6529E-3 5 4 9.1619E-1-9.1477E-2 5 4 9.9916E-1-8.3670E-4 6 5 9.1273E-1-9.5614E-2 6 5 9.9590E-1-4.1216E-3 7 6 9.0922E-1-9.9845E-2 7 6 9.9274E-1-7.34E-3 24 kolom bahan bakar Uranium 24 kolom bahan bakar Thorium No. Periode K-EFF Reaktivitas No. Tahun K-EFF Reaktivitas 1 0 9.2361E-1-8.2708E-2 1 0 1.1173E+0 1.0499E-1 2 1 1.0128E+0 1.2628E-2 2 1 1.1074E+0 9.7021E-2 3 2 1.0085E+0 8.43E-3 3 2 1.1019E+0 9.2461E-2 4 3 1.0047E+0 4.7266E-3 4 3 1.0975E+0 8.8862E-2 5 4 1.0010E+0 9.9401E-4 5 4 1.0937E+0 8.5632E-2 6 5 9.9716E-1-2.8449E-3 6 5 1.0900E+0 8.2577E-2 7 6 9.9327E-1-6.7774E-3 7 6 1.0865E+0 7.9602E-2 30 kolom bahan bakar Uranium 30 kolom bahan bakar Thorium No. Periode K-EFF Reaktivitas No. Tahun K-EFF Reaktivitas 1 0 9.8200E-1-1.84E-2 1 0 1.1152E+0 1.0329E-1 2 1 1.03E+0 3.06E-2 2 1 1.0836E+0 7.7176E-2 3 2 1.0273E+0 2.6596E-2 3 2 1.0748E+0 6.9571E-2 4 3 1.0235E+0 2.2958E-2 4 3 1.0669E+0 6.2686E-2 5 4 1.0190E+0 1.8636E-2 5 4 1.0591E+0 5.5823E-2 6 5 1.0127E+0 1.2540E-2 6 5 1.0508E+0 4.8340E-2 7 6 1.0036E+0 3.5702E-3 7 6 1.0411E+0 3.9471E-2

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 50-1.20E+00 1.10E+00 K-Eff Bahan Bakar Uranium dan Thorium K-Eff 1.00E+00 9.00E-01 8.00E-01 7.00E-01 0 1 2 3 4 5 6 7 Periode 18 kolom U-235 24 kolom U-235 30 kolom U-235 18 kolom Th-232 24 kolom Th-232 30 kolom Th-232 Gambar 4.8 Grafik Faktor Multiplikasi Efektif Teras HTTR Reaktivitas (% Δk/k) Reaktivitas Bahan Bakar Uranium dan Thorium 1.50E-01 1.00E-01 5.00E-02 0.00E+00-5.00E-02-1.00E-01-1.50E-01-2.00E-01 0 1 2 3 4 5 6 7 Periode 18 kolom U-235 24 kolom U-235 30 kolom U-235 18 kolom Th-232 24 kolom Th-232 30 kolom Th-232 Gambar 4.9 Grafik Reaktivitas Teras HTTR

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 51 - Hasil C Tabel 4.7.3 Bahan Bakar Uranium dan Thorium (c)* *(perubahan pengayaan Uranium dan Thorium) 18 kolom bahan bakar Uranium 18 kolom bahan bakar Thorium No. Periode K-EFF Reaktivitas No. Tahun K-EFF Reaktivitas 1 0 8.5040E-1-1.7591E-1 1 0 1.0206E+0 2.0230E-2 2 1 9.2697E-1-7.8778E-2 2 1 1.0117E+0 1.1523E-2 3 2 9.2301E-1-8.3409E-2 3 2 1.0066E+0 6.5646E-3 4 3 9.1959E-1-8.7444E-2 4 3 1.0027E+0 2.6529E-3 5 4 9.1619E-1-9.1477E-2 5 4 9.9916E-1-8.3670E-4 6 5 9.1273E-1-9.5614E-2 6 5 9.9590E-1-4.1216E-3 7 6 9.0922E-1-9.9845E-2 7 6 9.9274E-1-7.34E-3 24 kolom bahan bakar Uranium 24 kolom bahan bakar Thorium No. Periode K-EFF Reaktivitas No. Tahun K-EFF Reaktivitas 1 0 9.2361E-1-8.2708E-2 1 0 1.1173E+0 1.0499E-1 2 1 1.0128E+0 1.2628E-2 2 1 1.1074E+0 9.7021E-2 3 2 1.0085E+0 8.43E-3 3 2 1.1019E+0 9.2461E-2 4 3 1.0047E+0 4.7266E-3 4 3 1.0975E+0 8.8862E-2 5 4 1.0010E+0 9.9401E-4 5 4 1.0937E+0 8.5632E-2 6 5 9.9716E-1-2.8449E-3 6 5 1.0900E+0 8.2577E-2 7 6 9.9327E-1-6.7774E-3 7 6 1.0865E+0 7.9602E-2 30 kolom bahan bakar Uranium 30 kolom bahan bakar Uranium No. Periode K-EFF Reaktivitas No. Tahun K-EFF Reaktivitas 1 0 9.6954E-1-3.1414E-2 1 0 1.1815E+0 1.5365E-1 2 1 1.0697E+0 6.5158E-2 2 1 1.1709E+0 1.4593E-1 3 2 1.0653E+0 6.12E-2 3 2 1.1649E+0 1.4157E-1 4 3 1.0614E+0 5.7838E-2 4 3 1.1602E+0 1.3811E-1 5 4 1.0574E+0 5.4302E-2 5 4 1.1560E+0 1.3498E-1 6 5 1.0534E+0 5.0652E-2 6 5 1.1521E+0 1.3200E-1 7 6 1.0492E+0 4.6894E-2 7 6 1.1482E+0 1.2910E-1

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 52 - K-eff 1.30E+00 1.20E+00 1.10E+00 1.00E+00 9.00E-01 8.00E-01 7.00E-01 K-Eff Bahan Bakar Uranium dan Thorium 0 1 2 3 4 5 6 7 Periode 18 kolom U-235 24 kolom U-235 30 kolom U-235 18 kolom Th-232 24 kolom Th-232 30 kolom Th-232 Gambar 4.10 Grafik Faktor Multiplikasi Efektif Teras HTTR Reaktivitas (% Δk/k) Reaktivitas Bahan Bakar Uranium dan Thorium 2.00E-01 1.50E-01 1.00E-01 5.00E-02 0.00E+00-5.00E-02-1.00E-01-1.50E-01-2.00E-01 0 1 2 3 4 5 6 7 Periode 18 kolom U-235 24 kolom U-235 30 kolom U-235 18 kolom Th-232 24 kolom Th-232 30 kolom Th-232 Gambar 4.11Grafik Reaktivitas Teras HTTR Parameter pertama dan utama untuk mendapatkan desain reaktor adalah faktor multiplikasi (k-eff). Ciri reaktor yang memenuhi standar yaitu mempunyai harga faktor multiplikasi yang hampir sama selama operasinya, dan karena reaktor yang didesain merupakan reaktor termal yang kritis, maka nilai faktor multiplikasinya harus lebih besar dari 1 (keff >1) selama masa operasinya. Selain

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 53 - itu, penentuan kekritisan reaktor juga ditentukan oleh harga reaktivitasnya. Denganya dapat menentukan apakah reaktor kritis, sub-kritis atau super-kritis. Karena reaktivitas dan faktor multiplikasi saling berhubungan maka bentuk grafiknya tidak jauh berbeda dengan grafik faktor multiplikasi. Gambar grafik di atas yang diperoleh dari burnup teras reaktor. Dari gambar grafik faktor multiplikasi (4.6, 4.8, dan 4.10) dan gambar grafik reaktivitas (4.7, 4.9, dan 4.11) diperoleh dua tipe grafik yang dihasilkan. Hal ini dipengaruhi dari bahan bakar yang digunakan. Pada reaktor yang menggunakan bahan bakar uranium, sebagai contoh hasil 30 kolom bahan bakar uranium pada grafik 4.10 dan 4.11, memiliki harga k- eff dan ekses reaktifitas yang mula-mula naik pada awal reaktor diaktifkan hingga titik balik maksimum k-eff 1.0697 dan 0.065 (% Δ k / k) pada periode pertama (110 hari) kemudian menurun hingga periode keenam (660). Akan tetapi, mengalami perubahan menurun yang smooth sehingga pada akhir periode tetap memiliki nilai faktor multiplikasi lebih besar dari 1 (keff >1). Alasan grafik yang didapatkan menurun disebabkan oleh efek pembakaran burnable poison. Sementara nilai k-eff yang tetap di atas 1 disebabkan jumlah neutron yang dihasilkan masih lebih besar dibanding dengan jumlah neutron yang mengalami leakage, capture dan scattering, walaupun perbandingan neutron yang dihasilkan dengan yang tiga hal ini terus mengalami penurunan. Sementara reaktor yang menggunakan bahan bakar thorium memiliki grafik yang hampir mirip dengan bahan bakar uranium hanya saja pada thorium grafiknya tidak pernah mengalami kenaikan sejak reaktor dioperasikan. Sebagai contoh, hasil burnup teras reaktor 30 kolom bahan bakar thorium pada grafik 4.8 dan 4.9 memiliki harga k-eff dan ekses reaktifitas yang cenderung terus menurun dari periode nol (1.1152 dan 0.10 (% Δ k / k) ) hingga keenam (1.0411 dan 0.039 (% Δ k / k) ). Kecenderungan disebabkan karena dengan berkurangnya moderator neutron hasil fisi termoderasi lebih kecil, sehingga jumlah neutron termal yang ditangkap oleh U-2 dan kemudian menghasilkan fisi jadi berkurang

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 54 - hingga efek lanjutnya nilai kritikalitas bahan bakar menurun. Berkurangnya fisi membuat U-2 lebih tahan didalam teras hingga membuat teras lebih tahan. Dari grafik di atas terlihat bahwa nilai k-eff dan reaktivitas bahan bakar thorium selalu lebih besar dari pada bahan bakar uranium. Hal ini disebabkan bahwa nilai cross section fission bahan bakar material fisil U-2 sedikit lebih besar dibandingkan dengan U-235, sehingga reaksi fisi yang dilakukan U-2 cenderung lebih cepat yang menyebabkan ketersediaan jumlah neutron yang dihasilkan dari fisi lebih besar. Hal inilah menjadi alasan pemanfaatan thorium untuk reaktor jangka panjang. Begitu pula dengan teras yang lain mengalami pola grafik yang sama. Reaktor didesain untuk beroperasi selama 660 hari dengan ekses reaktifitas yang menurun sesuai dengan waktu beroperasi teras reaktor. K-eff menurun seiring dengan waktu karena reaksi yang terjadi di teras reaktor dan kebocoran-kebocoran neutron lain yang mungkin terjadi. Seperti yang pernah disebutkan sebelumnya, neutron-neutron akan tercipta akibat dari reaksi fisi, dan akan bergerak di dalam reaktor hingga pada akhirnya berkurang atau musnah karena proses leakage, capture dan scattering yang menyebabkan turunnya harga k-eff. Proses ini akan berlangsung sesuai masa operasi reaktor yang telah ditentukan. Dari keseluruhan grafik yang diperoleh, menunjukkan bahwa untuk meningkatkan nilai dari faktor multipilikasi (k-eff) dan reaktivitas salah satu caranya adalah dengan meningkatkan besar nilai pengayaan (enrichment) bahan bakar yang digunakan. Akan tetapi, dalam hal besar nilai pengayaan memiliki keterbatasan yang disebabkan kesulitan untuk memproduksi bahan bakar reaktor pada persenan pengayaan yang besar, selain itu juga ada aturan yang melarang pengayaan hingga di atas 20% karena hal ini dapat digunakan sebagai senjata nuklir.

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 55-4.2.3 Distribusi daya teras HTTR Untuk menjaga keselamatan reaktor, sangat penting mengontrol peningkatan suhu bahan bakar hal ini berarti terkait dengan pengaturan distribusi daya (power distribution) yang tentunya tidak lepas dari pengaturan letak pengayaan bahan bakar pada teras reaktor. Telah dihitung distribusi daya rata-rata arah radial dan aksial teras reaktor pada awal diaktifkan (beginning of life) dengan 18, 24 dan 30 kolom bahan bakar. Data hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 4.8.1, 4. 8.2, 4.9.1 dan 4.9.2 di bawah ini. Distribusi Daya Arah Radial Mesh Tabel 4.8.1 Distribusi Daya Arah Radial Bahan Bakar Thorium Beginning of Life 18 Kolom Bahan Bakar 24 Kolom Bahan Bakar 30 Kolom Bahan Bakar Power Density (Watt/cc) Power Density (Watt/cc) Power Density (Watt/cc) 1 2.0524E-23 3.726298E-23 4.9820E-23 2 2.925068E-23 4.514352E-23 4.648328E-23 3 3.945144E-23 5.621327E-23 2.949001E+00 4 5.564940E-23 6.556562E-23 3.021261E+00 5 7.096463E-23 6.452260E-23 3.255740E+00 6 9.192638E-23 4.273602E+00 4.074780E+00 7 1.091789E-22 4.229488E+00 3.926937E+00 8 1.025749E-22 4.076081E+00 3.491472E+00 9 6.600217E+00 3.657149E+00 2.929521E+00 10 5.872048E+00 3.250159E+00 2.455245E+00 11 5.970730E+00 3.149062E+00 2.320708E+00 12 8.394416E-23 4.954586E-23 3.355202E-23 13 7.489620E-23 4.364786E-23 2.969606E-23 14 5.542266E-23 3.226656E-23 2.196679E-23 15 3.592287E-23 2.098457E-23 1.427821E-23 16 2.159829E-23 1.267503E-23 8.615916E-24 17 1.247180E-23 7.350348E-24 4.991709E-24 18 6.527495E-24 3.859352E-24 2.619013E-24 19 2.5444E-24 1.371419E-24 9.302779E-25

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 56 - Mesh Tabel 4.8.2 Distribusi Daya Arah Radial Bahan Bakar Uranium Beginning of Life 18 Kolom Bahan Bakar 24 Kolom Bahan Bakar 30 Kolom Bahan Bakar Power Density (Watt/cc) Power Density (Watt/cc) Power Density (Watt/cc) 1 3.225394E-23 4.515523E-23 5.552984E-23 2 4.061912E-23 5.438682E-23 5.052719E-23 3 5.428503E-23 6.697035E-23 2.817515E+00 4 7.53E-23 7.629890E-23 2.870857E+00 5 9.459566E-23 7.277863E-23 3.163926E+00 6 1.200844E-22 4.543204E+00 4.112410E+00 7 1.377303E-22 4.292953E+00 3.996805E+00 8 1.238200E-22 4.004238E+00 3.519955E+00 9 6.653550E+00 3.504203E+00 2.862888E+00 10 5.694159E+00 3.1003E+00 2.428582E+00 11 6.095285E+00 3.245005E+00 2.447896E+00 12 1.021738E-22 5.615814E-23 4.200567E-23 13 9.5304E-23 5.199652E-23 3.877881E-23 14 7.2482E-23 3.942767E-23 2.935887E-23 15 4.802964E-23 2.608359E-23 1.940130E-23 16 2.938430E-23 1.594181E-23 1.184943E-23 17 1.717919E-23 9.4750E-24 6.920648E-24 18 9.064158E-24 4.913088E-24 3.649416E-24 19 3.228400E-24 1.749630E-24 1.299460E-24 Nilai power density arah radial dihitung dengan merata-ratakan nilai power density 54 mesh arah θ (satu putaran) dan 28 mesh arah z dalam satu mesh arah radial, dilanjutkan sampai 18 mesh arah radial selanjutnya. Grafik perhitungan distribusi daya terdapat pada gambar 4.12 dan 4.13 di bawah ini.

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 57 - Distribusi Daya arah radial 18,24,30 kolom Thorium Power Density (watt/cc) 7.00E+00 6.00E+00 5.00E+00 4.00E+00 3.00E+00 2.00E+00 1.00E+00 0.00E+00 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 Mesh 18 kolom Thorium 24 kolom Thorium 30 kolom Thorium Gambar 4.12 Grafik Distribusi Daya Arah Radial Teras 18, 24 dan 30 Kolom Bahan Bakar Thorium Distribusi Daya Arah Radial 30,24,18 kolom Uranium Power density (Watt/cc) 8.00E+00 6.00E+00 4.00E+00 2.00E+00 0.00E+00-2.00E+00 0 5 10 15 20 Mesh 30 kolom 24 kolom 18 kolom Gambar 4.13 Grafik Distribusi Daya Arah Radial Teras 18, 24 dan 30 Kolom Bahan Bakar Uranium Dalam arah radial, teras reaktor terbagi menjadi 6 region yang masingmasing terdiri dari region 1 berisi blok selongsong batang kendali, region 2 berisi dummy block bahan bakar untuk teras dengan 18 dan 24 kolom bahan bakar sedangkan untuk 30 kolom bahan bakar berisi elemen bahan bakar, region 3 dan 4 berisi elemen bahan bakar dengan pengayaan bahan bakar meningkat dari pusat

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 58 - reaktor ke tepi reaktor, region 5 dan 6 berisi replaceable reflector dan permanent reflector, lihat tabel 4.3. Konfigurasi ini menghasilkan distribusi daya arah radial, seperti ditunjukan pada grafik 4.12 dan 4.13 di atas. Bentuk grafik distribusi daya dibuat se-flat mungkin untuk mengatur kemerataan suhu bahan bakar dalam arah radial. Grafik di atas memiliki bentuk yang berbeda antara 18, 24, dan 30 kolom, karena distribusi daya dipengaruhi oleh enrichment (pengayaan) bahan bakar yang berbeda antara 18, 24, dan 30 kolom. Hal ini terjadi karena pengayaan bahan bakar berkaitan dengan cross section macroscopic reaction (penampang lintang makroskopik reaksi) dan fluks neuton. Distribusi Daya Arah Aksial Tabel 4.9.1 Distribusi Daya Arah Aksial Bahan Bakar Thorium Beginning of Life 18 Kolom 24 Kolom 30 Kolom Nomor Layer Teras Reaktor Power Density Power Density Power Density (Watt/cc) (Watt/cc) (Watt/cc) 1 6.E-23 6.56E-23 6.90E-23 2 1.84E+01 1.79E+01 1.77E+01 3 1.13E+01 1.16E+01 1.20E+01 4 4.67E+00 4.84E+00 4.85E+00 5 1.E+00 1.E+00 1.15E+00 6 3.56E-01 3.39E-01 2.72E-01 7 1.12E-24 1.12E-24 1.01E-24

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 59 - Distribusi Daya Arah Aksial 18,24,30 kolom Thorium Power Density (Watt/cc) 2.00E+01 1.75E+01 1.50E+01 1.25E+01 1.00E+01 7.50E+00 5.00E+00 2.50E+00 0.00E+00 0 2 4 6 8 Nomor LayerTeras Reaktor 18 kolom 24 kolom 30 kolom Gambar 4.14 Grafik Distribusi Daya Arah Aksial Teras 18, 24 dan 30 Kolom Bahan Bakar Thorium Tabel 4.9.2 Distribusi Daya Arah Aksial Bahan Bakar Uranium Beginning of Life 18 Kolom 24 Kolom 30 Kolom Nomor Layer Teras Reaktor Power Density Power Density Power Density (Watt/cc) (Watt/cc) (Watt/cc) 1 5.90E-23 5.64E-23 6.89E-23 2 1.49E+01 1.48E+01 1.52E+01 3 1.23E+01 1.26E+01 1.24E+01 4 6.22E+00 6.22E+00 6.07E+00 5 2.01E+00 1.84E+00 1.79E+00 6 6.08E-01 5.53E-01 5.26E-01 7 2.32E-24 2.18E-24 2.38E-24

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 60 - Distribusi Daya Arah Aksial 18,24,30 kolom Uranium Power Density (Watt/cc) 1.80E+01 1.60E+01 1.40E+01 1.20E+01 1.00E+01 8.00E+00 6.00E+00 4.00E+00 2.00E+00 0.00E+00 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Layer Teras Reaktor 18 kolom 24 kolom 30 kolom Gambar 4.15 Grafik Distribusi Daya Arah Aksial Teras 18, 24 dan 30 Kolom Bahan Bakar Uranium Dalam arah aksial, teras reaktor terbagi menjadi 7 layer yang masingmasing terdiri dari, layer 1 berisi 2 blok perisai dapat ganti bagian atas, layer 2, 3, 4, 5 dan 6 berisi bahan bakar dengan pengayaan bahan bakar yang semakin menurun dari layer bahan bakar atas ke layer bahan bakar paling bawah, lihat pengaturan elemen bakar pada tabel 4.3 di atas. Kemudian layer 7 berisi 2 blok replaceable reflector bagian bawah. Konfigurasi ini menghasilkan distribusi daya arah aksial, seperti ditunjukan pada grafik 4.14 dan 4.15 di atas. Bentuk grafik distribusi daya untuk layer bahan bakar dibuat berbentuk eksponensial menurun. Pada layer bahan bakar ke-5 dan ke-6 dibuat pengayaan bahan bakar yang sama karena power density menurun dari layer ke-5 ke layer ke-6 disebabkan juga oleh neutron leakage ke perisai dapat ganti bagian bawah. Analisa penempatan elemen bahan bakar dengan pengayaan tertinggi ditempatkan pada bagian teratas dan terluar dari kolom bahan bakar pada teras reaktor salah satunya dimaksudkan untuk antisipasi kecelakkaan reaktor, karena konduktifitas panas radial ke arah luar. Daya reaktor sebanding dengan fluks neutron, maka pengaturan daya reaktor dapat tercapai dengan pengaturan faktor multiplikasi efektif. Kalau faktor

BAB IV DATA DAN ANALISIS - 61 - multiplikasi efektif dibuat lebih besar daripada satu, maka reaktor akan superkritis dan daya reaktor akan naik. Kalau faktor multiplikasi efektif diatur sama dengan satu, reaktor kritis dan daya rektor tetap tidak berubah. Sedangkan kalau faktor multiplikasi efektif dibuat lebih kecil daripada satu, maka reaktor akan subkritis dan daya reaktor akan turun. Oleh karena itu, agar reaktor dapat dinaikan dayanya, dalam teras reaktor perlu tersedia sejumlah bahan bakar yang lebih dari masa kritisnya. Kemudian, faktor multiplikasi efektif atau reaktivitas diatur dengan jalan merubah keseimbangan antara kecepatan produksi dan kecepatan hilangnya neutron dalam reaktor. Beberapa cara yang biasa dipakai untuk mengatur reaktifitas reaktor adalah penambahan atau pemindahan bahan bakar, moderator atau reflektor, atau bahan-bahan penyerap neutron. Cara pengendalian dengan penambahan atau pemindahan bahan penyerap neutron merupakan cara yang paling banyak dipakai untuk pengendalian reaktor termik.