KATA PENGANTAR. BPHN_2012: Pedoman Prolegda i

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Reformasi Regulasi Dalam Rangka Mendukung Upaya Pencapaian Prioritas Pembangunan Nasional dan Daerah

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 159 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BAB III IMPLEMENTASI PROGRAM LEGISLASI DALAM PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH. A. Mekanisme Program Legislasi Dalam Pembentukan Produk Hukum

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2010 SERI D.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

LD NO.2 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH PEMERINTAH PROVINSI BALI TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.04,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, pembentukan, produk hukum, daerah

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUM. Peraturan Perundang-undangan. Penyusunan. Pedoman

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 8 TAHUN 2012 T E N T A N G PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN BANTAENG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

4&L Jk Am /L. GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 14 TAHUN 2014

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

RANCANGAN BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 42

WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

GUBERNUR JAMBI. 3. Undang...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSES PEMBUATAN PERATURAN DAERAH. Oleh : Biro Hukum SETDA Provinsi Jawa Tengah

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-nya Buku Pedoman tentang Penyusunan dan Pengelolaan Program Legislasi Daerah dapat diselesaikan. Seperti kita ketahui bersama, Program Legislasi Daerah (Prolegda) adalah instrumen perencanaan pembentukan peraturan daerah yang terencana, terpadu dan sistematis dan diatur dalam UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. Sebagai instrumen perencanaan, Prolegda memegang peranan penting dalam mewujudkan pembangunan hukum di daerah agar berjalan selaras dengan sistem hukum nasional, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), otonomi daerah dan tugas pembantuan yang diemban oleh pemerintah daerah. Keberadaan prolegda dapat membantu meminimalisir munculnya persoalan tumpang tindih, inkonsisten dan saling bertentangan, antara peraturan daerah yang satu dan lainnya, antara peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dan peraturan perundang-undangan di atasnya dan menciptakan efisiensi dalam pembentukan peraturan daerah. Pemerintah daerah dan DPRD, selaku pihak penyusun Prolegda serta Kanwil Kementerian Hukum dan HAM selaku instansi vertikal yang dapat diikutsertakan dalam kegiatan penyusunan Prolegda oleh UU No.12 tahun 2011, perlu BPHN_2012: Pedoman Prolegda i

memahami arti penting Prolegda tersebut. Para pihak ini perlu juga diberi pembekalan mengenai mekanisme penyusunan Prolegda yang memenuhi unsur terencana, terpadu dan sistematis. Terencana dimaknai suatu usaha yang sengaja dilakukan untuk menyusun skala prioritas pembentukan peraturan daerah bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat. Terpadu menunjukkan keharusan penyusunan prolegda dilakukan secara terkoordinasi, baik di internal lingkungan pemerintah daerah maupun DPRD, tentunya dengan tetap mempertimbangkan masukan dari instansi vertikal terkait yang mengurusi bidang hukum, dalam hal ini Kanwil Kementerian Hukum dan HAM selaku perpanjangan Kementerian Hukum dan HAM di daerah. Adapun sistematis adalah penggunaan metode dan parameter tertentu dalam penyusunan prolegda. Mendasarkan pada kebutuhan menjawab persoalan substansi peraturan daerah dan membantu membekali SDM penyusun Prolegda khususnya Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dalam menunjang kegiatan penyusunan prolegda sebagai mana tersebut di atas, maka Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) menyusun Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Prolegda. Pedoman ini diharapkan dapat melengkapi peraturan gubernur ataupun Tatib DPRD yang mengatur mengenai tata cara penyusunan Prolegda. Pedoman ini juga telah melalui proses sinkronisasi dengan peraturan yang dikeluarkan oleh Menteri BPHN_2012: Pedoman Prolegda ii

Dalam Negeri yaitu Permendagri No. 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, selaku instansi yang bertanggung jawab terhadap persoalan pemerintah daerah. Semoga Pedoman ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi para fasilitator penyusunan Prolegda. Jakarta, 9 Februari 2012 Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional, ttd Dr. Wicipto Setiadi.,S.H.M.H. BPHN_2012: Pedoman Prolegda iii

DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... HAL i iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Dan Kegunaan... 6 C. Ruang Lingkup Pembahasan. 7 BAB II DASAR HUKUM 8 BAB III MEKANISME PENYUSUNAN PROLEGDA... A. Penyusunan Prolegda Provinsi 1. Tahap Inventarisasi 2. Tahap Seleksi. 9 12 3. Tahap Koordinasi antara pemerintah daerah dan DPRD... 4. Tahap Penetapan 5. Tahap Penyebarluasan... B. Penyusunan Prolegda Kabupaten/Kota... 16 17 18 18 BAB IV PENGELOLAAN PROLEGDA... 19 BAB V PENUTUP... 22 BPHN_2012: Pedoman Prolegda iv

LAMPIRAN Bagan Penyusunan Prolegda Tabel 1 Matrik Prolegda.. Tabel 2 Model Analisa Kerangka Regulasi. Tabel 3 Matrik Monitoring Prolegda Tabel 4 Matrik Rekapitulasi Monitoring Prolegda. 26 27 28 34 34 BPHN_2012: Pedoman Prolegda v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Legislasi Daerah (Prolegda) adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Daerah Kabupaten/Kota yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. 1 Hal tersebut secara jelas menegaskan bahwa mekanisme pembentukan peraturan daerah dimulai dari tahap perencanaan, yang dilakukan secara koordinatif dan didukung oleh cara atau metode yang pasti, baku dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membuat peraturan perundang-undangan. Hal tersebut menegaskan pula bahwa Prolegda tidak saja sebagai wadah politik hukum di daerah, atau potret rencana pembangunan materi hukum (perda-perda jenis apa saja) yang akan dibuat dalam satu tahun ke depan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta untuk menampung kondisi khusus daerah, tetapi juga merupakan instrumen yang mencakup mekanisme perencanaan hukum agar selalu konsisten 1 Ketentuan Pasal 1 angka 10 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 1

dengan tujuan, cita hukum yang mendasari, dan sesuai dengan arah pembangunan daerah. Dalam Pasal 18 ayat (6) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, menyebutkan bahwa pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Dengan pengaturan tersebut maka pemerintah daerah dapat mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya (self regulating power), walaupun begitu, dalam penyusunan perundang-undangan, pemerintah daerah harus memerhatikan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum. Di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, pengaturan mengenai penyusunan Prolegda telah diuraikan secara lebih jelas jika dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004. Beberapa penyempurnaan di dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 terkait penyusunan Prolegda, antara lain : (1) Adanya penambahan pengaturan yang lebih jelas mengenai penyusunan Prolegda sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 35 yaitu harus BPHN_2012: Pedoman Prolegda 2

mendasarkan pada perintah peraturan perundangundangan yang lebih tinggi; rencana pembangunan daerah; penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; serta aspirasi masyarakat daerah, (2) Adanya penjelasan yang lebih rinci dalam pentahapan penyusunan Prolegda, (3) Adanya kejelasan pihak yang mengoordinir penyusunan Prolegda, dalam hal ini adalah Badan Legislasi Daerah (Balegda) sebagai pihak yang mengoordinir penyusunan Prolegda antara DPRD dan pemerintah daerah, (4) Adanya pengaturan naskah akademik sebagai suatu persyaratan dalam penyusunan rancangan peraturan daerah. Banyaknya perda yang dibatalkan karena bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, tumpang tindih dengan peraturan perundang-undangan yang sejajar dan inkonsistensi merupakan bukti kurangnya perencanaan kebutuhan hukum di daerah. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 memberikan arah, agar visi penyusunan Prolegda tidak sekedar menjadi daftar keinginan pembentukan peraturan daerah dari pemerintah daerah dan DPRD, akan tetapi penyusunan peraturan daerah harus sinergis dengan sistem hukum nasional, rencana pembangunan daerah, dan merupakan solusi atas BPHN_2012: Pedoman Prolegda 3

kebutuhan hukum masyarakat yang didukung dengan penelitian, pengkajian dituangkan dalam naskah akademik. Selain pengaturan Prolegda yang lebih jelas dibandingkan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004, Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011 juga memberi ruang bagi keikutsertaan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dalam proses penyusunan Prolegda. Pasal 36 Undang Undang Nomor 12 tahun 2011 menerangkan bahwa penyusunan Prolegda provinsi di lingkungan pemerintah daerah provinsi dikoordinasikan oleh biro hukum dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait. Di dalam penjelasan Undang-Undang ini menyebutkan bahwa instansi vertikal terkait yang dimaksud antara lain adalah kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. Ketentuan kata dapat di dalam Undang-Undang ini hendaknya menjadi peluang bagi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM untuk berperan serta aktif dalam penyusunan Prolegda. Disamping Undang Undang Nomor 12 Tahun 2011, peran Kementerian Hukum dan HAM juga diperkuat dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 217, yang menyebutkan Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah BPHN_2012: Pedoman Prolegda 4

dilaksanakan oleh Pemerintah, salah satu bentuk pembinaan yang dilakukan adalah pemberian pedoman dan standar pelaksanaan urusan pemerintahan serta pemberian bimbingan, supervisi, dan konsultasi pelaksanaan urusan pemerintahan. Pemerintah yang dimaksud di dalam Pasal ini memiliki cakupan yang luas, termasuk Kementerian Hukum dan HAM sebagai kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum juga memiliki tugas untuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah daerah terutama dalam bidang hukum. Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM sebagai pelaksana tugas kementerian di daerah menjalankan tugas dan fungsi tersebut, dalam hal ini dapat memberikan bimbingan dan konsultasi untuk penyusunan Prolegda. Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Prolegda ini merupakan salah satu sarana yang diharapkan bisa menjadi salah satu solusi menangani permasalahan perda baik secara teknis perancangan maupun substansial. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 5

B. TUJUAN DAN KEGUNAAN 1. Tujuan : a. Memberikan arah mengenai mekanisme penyusunan dan pengelolaan Prolegda yang ideal; b. Menciptakan persamaan persepsi bagi para pembentuk peraturan perundang - undangan dan pihak yang terkait dalam penyusunan serta pengelolaan Prolegda; c. Menciptakan SDM yang memiliki kemampuan substansi dan teknis dalam penyusunan dan pengelolaan Prolegda. 2. Kegunaan : Pedoman penyusunan dan pengelolaan prolegda ini digunakan sebagai pedoman teknis bagi Kanwil Kementerian Hukum dan HAM dalam memberikan fasilitasi penyusunan Prolegda di daerah maupun bagi para pembentuk peraturan perundang-undangan di Pemda dan DPRD serta pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam rangka penyusunan dan pengelolaan Prolegda. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 6

C. RUANG LINGKUP Ruang Lingkup Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Prolegda meliputi: 1. Dasar hukum yang digunakan dalam pelaksanaan penyusunan Prolegda ; 2. Mekanisme penyusunan Prolegda; 3. Perangkat teknis penyusunan Prolegda (matriks Prolegda); dan 4. Pengelolaan Prolegda. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 7

BAB II DASAR HUKUM PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROLEGDA 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 2. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tentang Tata Tertib Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 8

BAB III MEKANISME PENYUSUNAN PROLEGDA Dalam pelaksanaan penyusunan prolegda dapat dilakukan melalui 5 (lima) tahapan sebagai berikut : A. Penyusunan Prolegda Provinsi 1. Tahap Inventarisasi Inventarisasi usulan Prolegda di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi : a. Kepala daerah memerintahkan kepada pimpinan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) menyusun Prolegda di lingkungan pemerintah daerah provinsi. b. Penyusunan Prolegda di lingkungan pemerintah daerah provinsi dikoordinasikan oleh biro hukum. c. Biro hukum pemerintah daerah provinsi mengirimkan surat permintaan pengajuan usul Prolegda Provinsi kepada SKPD Provinsi sesuai dengan bidang tugasnya dan bupati/walikota dalam hal pengaturan lintas kabupaten/kota di provinsi yang bersangkutan. d. SKPD menyusun rencana pembentukan peraturan daerah dengan mendasarkan atas : BPHN_2012: Pedoman Prolegda 9

1) perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; 2) rencana pembangunan daerah; 3) penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan 4) aspirasi masyarakat daerah. e. Dalam menyusun usulan Prolegda, SKPD mempergunakan matriks Prolegda yang terdiri atas nomor, judul rancangan perda, materi yang diatur, status Rancangan peraturan daerah, keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya, unit atau instansi terkait, serta target penyampaian. f. Dalam hal SKPD telah menyusun Naskah Akademik dan/atau draft rancangan peraturan daerah, maka Naskah Akademik dan draft rancangan peraturan daerah tersebut turut disertakan dalam penyampaian perencanaan pembentukan rancangan peraturan daerah. g. Biro hukum pemerintah daerah provinsi menginventarisir usulan prolegda dari SKPD, bupati/walikota untuk disusun dalam rancangan daftar skala prioritas prolegda provinsi di lingkungan pemerintah daerah. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 10

Inventarisasi usulan Prolegda di lingkungan DPRD Provinsi: a. Penyusunan Prolegda di lingkungan DPRD Provinsi dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD Provinsi yang khusus menangani bidang legislasi (Balegda) b. Balegda DPRD Provinsi mengirimkan surat permintaan pengajuan usul Prolegda provinsi kepada anggota, komisi, gabungan komisi atau badan legislasi daerah. c. Pimpinan fraksi mengoordinir usulan Prolegda dari para anggotanya dengan memerhatikan arahan partai politik induk fraksinya serta masukan dari masyarakat konstituen masing-masing anggota fraksi. d. Pimpinan Komisi mengoordinir usulan Prolegda di komisinya dengan memerhatikan skala prioritas bidang tugas komisi serta masukan dari satuan kerja perangkat daerah yang menjadi pasangan kerjanya dan aspirasi masyarakat. e. Pimpinan fraksi, pimpinan komisi dan/atau anggota DPRD menyampaikan usulan prolegda kepada pimpinan Balegda DPRD Provinsi. f. Pimpinan Balegda DPRD Provinsi membuka akses bagi masyarakat dan pemangku kepentingan untuk BPHN_2012: Pedoman Prolegda 11

menyampaikan masukan/usulan tertulis mengenai prolegda provinsi kepada Balegda DPRD Provinsi. g. Balegda DPRD menginventarisir masukan/usulan prolegda provinsi yang berasal dari fraksi, komisi,anggota dan/atau masyarakat dan disusun dalam rancangan daftar skala prioritas prolegda provinsi. 2. Tahap Seleksi Penyeleksian usulan prolegda di lingkungan pemerintah daerah : a. Berdasarkan hasil inventarisasi usulan rencana pembentukan peraturan daerah, biro hukum selanjutnya melakukan seleksi substansi usulan rancangan peraturan daerah dengan mendasarkan pada : 1) perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; 2) rencana pembangunan daerah; 3) penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan 4) aspirasi masyarakat daerah. Penyeleksian substantif tersebut bertujuan untuk mendapatkan rancangan peraturan daerah yang BPHN_2012: Pedoman Prolegda 12

sesuai dengan sistem hukum nasional, sinergis dengan prioritas pembangunan, dan memenuhi kebutuhan masyarakat daerah. b. Biro hukum dalam melakukan penyusunan Prolegda dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait antara lain dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan instansi vertikal lainnya dalam hal sesuai dengan : 1) Kewenangan; 2) Materi muatan; atau 3) Kebutuhan dalam pengaturan. c. Dalam hal untuk mendapatkan usulan rancangan peraturan daerah yang sinergis dengan perencanaan pembangunan daerah, biro hukum bersama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) melakukan analisis/review usulan rancangan peraturan daerah dengan menggunakan Model Analisis Kerangka Regulasi (MAKARA). Model Analisis Kerangka Regulasi adalah alat analisis untuk menilai layak atau tidak layak -nya suatu usulan peraturan perundang-undangan masuk ke dalam rencana pembentukan peraturan daerah dan mendapatkan alokasi anggaran. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 13

d. Biro hukum menyelenggarakan rapat konsultasi penyusunan prolegda provinsi dengan mengundang SKPD, bupati/walikota dan dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait, masyarakat/pemangku kepentingan untuk melakukan pemantapan daftar usulan prolegda di lingkungan pemerintah daerah. e. Hasil penyusunan prolegda dari biro hukum provinsi disampaikan kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah. f. Kepala daerah menyampaikan hasil penyusunan prolegda di lingkungan pemerintah daerah kepada Balegda melalui pimpinan DPRD. Penyeleksian usulan prolegda di lingkungan DPRD : a. Berdasarkan hasil inventarisasi usulan rencana pembentukan peraturan daerah, Balegda DPRD selanjutnya melakukan seleksi substansi usulan rancangan peraturan daerah dengan mendasarkan pada : 1) perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; 2) rencana pembangunan daerah; BPHN_2012: Pedoman Prolegda 14

3) penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; dan 4) aspirasi masyarakat daerah. Penyeleksian substantif tersebut bertujuan untuk mendapatkan rancangan peraturan daerah yang sesuai dengan sistem hukum nasional, sinergis dengan prioritas pembangunan, dan memenuhi kebutuhan masyarakat daerah. b. Balegda DPRD provinsi menyusun prolegda provinsi di lingkungan DPRD provinsi dengan mengundang pimpinan fraksi, pimpinan komisi DPRD, dan juga dapat menyertakan masyarakat/pemangku kepentingan serta para pakar/ahli yang terkait untuk membahas prolegda provinsi di lingkungan DPRD provinsi. c. Berdasarkan hasil pembahasan, Balegda DPRD provinsi menyampaikan laporan kepada rapat pleno DPRD provinsi untuk menetapkan prolegda provinsi dari lingkungan DPRD provinsi, untuk selanjutnya dibahas bersama dengan pemerintah daerah provinsi. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 15

3. Tahapan koordinasi antara pemerintah daerah dan DPRD a. Penyusunan prolegda provinsi antara pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi dikoordinasikan oleh DPRD melalui alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi (Balegda DPRD). b. Pembahasan antara pemerintah daerah dan DPRD dilakukan dalam rangka melakukan harmonisasi dan sinkronisasi usulan Prolegda dari pemerintah daerah provinsi dan DPRD provinsi untuk kemudian menjadi usulan prioritas Prolegda dalam jangka waktu satu tahun. c. Pembahasan untuk penyusunan Prolegda provinsi dilakukan dalam : 1) rapat kerja antara Baleg DPRD Provinsi dan Gubernur; 2) rapat dengar pendapat umum sebagai sarana penyebarluasan usulan prolegda untuk memberikan informasi dan/atau memperoleh masukan dari masyarakat, para pakar dan/atau pemangku kepentingan terkait; 3) rapat panitia kerja yang dibentuk oleh Baleg DPRD Provinsi; dan/atau BPHN_2012: Pedoman Prolegda 16

4) rapat tim perumus/tim sinkronisasi yang dibentuk oleh panitia kerja. 4. Tahap Penetapan a. Hasil rapat koordinasi antara Balegda DPRD Provinsi dan pemerintah daerah provinsi yang telah disepakati selanjutnya disampaikan pada rapat paripurna DPRD untuk ditetapkan sebagai Prolegda Provinsi dengan keputusan DPRD. b. Penetapan prolegda provinsi dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan peraturan daerah tentang APBD provinsi. c. Dalam keadaan tertentu, DPRD Provinsi atau gubernur dapat mengajukan rancangan peraturan daerah di luar Prolegda provinsi dan harus ditetapkan dengan rapat paripurna DPRD Provinsi. d. Dalam Prolegda provinsi dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas : 1) Akibat putusan Mahkamah Agung; 2) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi; 3) Pembatalan atau klarifikasi dari Menteri Dalam Negeri; dan BPHN_2012: Pedoman Prolegda 17

4) Perintah dari peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi setelah Prolegda ditetapkan. 5. Tahap Penyebarluasan Prolegda Penyebarluasan Prolegda provinsi dilakukan bersama oleh DPRD Provinsi dan pemerintah daerah provinsi yang dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi (Balegda DPRD) melalui media yang mudah diakses masyarakat untuk memberikan informasi kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan. B. Penyusunan Prolegda Kabupaten/Kota 1. Penyusunan Prolegda Provinsi sebagaimana diuraikan di atas, secara mutatis mutandis berlaku bagi penyusunan Prolegda Kabupaten/Kota. 2. Dalam Prolegda kabupaten dapat dimuat daftar kumulatif terbuka yang terdiri atas : a. Pembentukan, pemekaran dan penggabungan kecamatan atau nama lainnya; dan b. Pembentukan, pemekaran dan penggabungan desa atau nama lainnya. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 18

BAB IV PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH Pengelolaan Prolegda diarahkan agar program pembentukan peraturan daerah dalam Prolegda dapat dilaksanakan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan. Metode pengelolaan Program Legislasi Daerah terdiri atas : 1. Inventarisasi Program Legislasi Daerah Inventarisasi adalah kegiatan mengumpulkan data rancangan peraturan daerah yang masuk dalam prolegda tahun bersangkutan, baik yang sedang dalam tahap pembahasan di DPRD ataupun rancangan peraturan daerah yang belum masuk tahap pembahasan di DPRD (masih dalam internal pemrakarsa), data hasil inventarisasi digunakan sebagai bahan untuk monitoring Prolegda. Kegiatan : a. Inventarisasi dilakukan dengan mempergunakan Matriks Prolegda. b. Data inventarisasi prolegda diperoleh dari biro/bagian hukum pemerintah daerah dan Balegda DPRD Prov/Kab/Kota. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 19

2. Monitoring Monitoring bertujuan untuk memantau perkembangan rancangan peraturan daerah yang sudah diprioritaskan dalam Prolegda. Monitoring Prolegda dilakukan bersama oleh DPRD provinsi/ kabupaten/ kota dan pemerintah daerah provinsi/ kabupaten/kota. Kegiatan : a. Memantau perkembangan pembahasan rancangan peraturan daerah; b. Memantau jumlah rancangan peraturan daerah yang telah disahkan menjadi Perda. Perangkat : Dalam rangka rekapitulasi hasil kegiatan monitoring dilakukan dengan menggunakan matrik monitoring Prolegda yang memuat nama judul rancangan peraturan daerah, perkembangan penyusunan dan pembahasan rancangan peraturan daerah serta rekapitulasi jumlah Rancangan peraturan daerah yang sudah menjadi perda. 3. Evaluasi Kegiatan penilaian terhadap hasil dari pemantauan pelaksanaan Prolegda pada tahun berjalan, digunakan untuk perencanaan penyusunan Prolegda tahun berikutnya. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 20

Kegiatan : a. Mengukur pelaksanaan prolegda dengan membandingkan antara pencapaian dan perencanaan. b. Berdasarkan hasil evaluasi, memberikan usulan untuk penyusunan prioritas tahun berikutnya. Apabila suatu rancangan peraturan daerah tidak dapat diselesaikan pada tahun berjalan sesuai dengan skala prioritas Prolegda yang telah ditetapkan, maka rancangan peraturan daerah tersebut dapat dijadikan prioritas Prolegda tahun berikutnya dengan syarat rancangan peraturan daerah tersebut sudah pernah dibahas dalam rapat pembahasan rancangan peraturan daerah di DPRD provinsi/kabupaten/kota. Apabila suatu rancangan peraturan daerah belum pernah dibahas pada tahun berjalan sesuai dengan skala prioritas yang ditetapkan, maka rancangan peraturan daerah tersebut perlu dievaluasi kembali urgensinya untuk diajukan pada Prolegda tahun berikutnya. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 21

BAB V PENUTUP Terbentuknya suatu peraturan perundang-undangan khususnya peraturan daerah yang sinergis dengan sistem hukum nasional, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, otonomi daerah dan tugas pembantuan adalah hal yang dicitacitakan oleh setiap komponen bangsa ini. Sebagai bagian dari pembangunan hukum nasional, peraturan daerah sebaiknya berorientasi pada dua hal, yaitu yuridis substansial dan yuridisformal. Dalam konteks yuridis substansial, suatu peraturan daerah harus bersifat responsif dan berkeadilan sosial, memiliki kepastian hukum, berorientasi sebesar-besarnya pada kesejahteraan rakyat dan memberi perlindungan yang memadai terhadap hak-hak yudisial (dalam peraturan perundangundangan) atau hak konstitusional (dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945). Suatu peraturan daerah harus mampu mencerminkan sisi kemanfaatan dan keadilan hukum, tentu dengan tidak mengabaikan sisi kepastian hukumnya. Selanjutnya pada sisi yuridis-formal (prosedural), peraturan daerah perlu memperhatikan agar materi muatan yang dikandungnya tidak bertentangan dengan kepentingan sebagian BPHN_2012: Pedoman Prolegda 22

warga masyarakat, peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan mengarah pada langkah sinkronisasi serta harmonisasi dalam kerangka tertib hukum. Sebagai salah satu upaya mewujudkan peraturan daerah yang dicita-citakan tersebut, maka tahap perencanaan pembentukan peraturan daerah yang dikenal dengan Prolegda, harus mampu menjadi pintu gerbang awal untuk menyeleksi rancangan peraturan daerah agar selaras dengan 4 (empat) komponen pembangunan hukum yaitu sistem hukum nasional, RPJMD, otonomi daerah dan tugas pembantuan yang diemban oleh daerah. Agar dapat menjawab tantangan ini, maka kegiatan penyusunan Program Legislasi Daerah harus memenuhi 3 unsur yang ditetapkan oleh UU No. 12 Tahun 2012 yaitu : a. Terencana : Kegiatan penyusunan program legislasi daerah dilakukan secara sengaja untuk menyusun skala prioritas peraturan daerah. Oleh karenanya, setiap pihak yang terlibat perlu persiapan yang matang dan cermat agar maksud dari kegiatan ini yaitu tersusunnya skala prioritas Prolegda dapat tercapai. b. Terpadu : Kegiatan penyusunan Prolegda harus dilaksanakan secara terkoordinasi diantara pemerintah daerah dan DPRD, serta pihak lain yang dapat diikutsertakan dalam kegiatan BPHN_2012: Pedoman Prolegda 23

penyusunan Prolegda dalam hal ini Kanwil Kementerian Hukum dan HAM di daerah. Keberadaan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM penting dalam memberi masukan yang terkait dengan menjaga kesesuaian muatan Perda dengan hierarki peraturan perundang-undangan dan kebutuhan hukum masyarakat. c. Sistematis : Kegiatan penyusunan Prolegda harus mendasarkan pada metode dan parameter tertentu. Metode meliputi tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD beserta instansi vertikal terkait yang terlibat dalam kegiatan penyusunan Prolegda. Tahapantahapan tersebut meliputi : tahap inventarisasi, seleksi, koordinasi dan penetapan. Adapun parameter berkaitan dengan penggunaan syarat substansi yaitu perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi; rencana pembangunan daerah; penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan; serta aspirasi masyarakat daerah. Dalam mensinergiskan dengan perencanaan pembangunan daerah, Biro hukum bersama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) melakukan analisis/review usulan rancangan peraturan daerah dengan Model Analisa Kerangka Regulasi (MAKARA). menggunakan BPHN_2012: Pedoman Prolegda 24

Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Prolegda ini disusun untuk digunakan sebagai acuan bagi para stakeholder dalam melaksanakan penyusunan prolegda. Sehubungan dengan telah diterbitkannya Permendagri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah, maka Pedoman Penyusunan Prolegda yang diterbitkan oleh BPHN bersifat saling melengkapi dan dapat dipergunakan sebagai model alternatif yang mungkin dapat dikembangkan dan diterapkan menuju terbentuknya pola penyusunan Prolegda yang definitif. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 25

Lampiran : BAGAN PENYUSUNAN PROLEGDA Penyusunan Prolegda di Lingkungan DPRD Penyusunan Prolegda di Lingkungan Pemda Pimp. DPRD Perintah penyusunan Prolegda Perintah penyusunan Prolegda Kepala Daerah komisi,frak si,anggota Pengusulan Prolegda Pengusulan Prolegda SKPD Balegda Inventarisasi usulan Prolegda Inventarisasi Usulan Prolegda Biro Hukum Balegda Seleksi Usulan Prolegda Seleksi Usulan Prolegda Biro Hukum Balegda Usulan Prolegda Prioritas DPRD Usulan Prolegda Prioritas Pemda Kepala Daerah Usulan Prolegda Prioritas Pemda dan DPRD Balegda Pembahasan usulan Prolegda Pemda + DPRD Pemda & DPRD Penetapan Prolegda Prioritas Sidang Paripurna DPRD Penyebarluasan Prolegda Prioritas Pemda & DPRD BPHN_2012: Pedoman Prolegda 26

Satuan Kerja Perangkat Daerah. TABEL 1 BENTUK MATRIKS PROGRAM LEGISLASI DAERAH No Jenis Tentang Materi Pokok Status Baru Ubah Pelaksanaan Unit/Instansi Terkait Target Penyampaian 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ket Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah TABEL 1.1 TATA CARA PENGISIAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH Kolom 1 : Nomor urut pengisian Kolom 2 : Peraturan daerah Kolom 3 : Penamaan peraturan daerah Kolom 4 : Materi Muatan Pokok Yang Diatur dalam peraturan daerah Kolom 5 : Penyusunan peraturan daerah yang baru Kolom 6 : Penyusunan perubahan peraturan daerah Kolom 7 : Penyusunan peraturan daerah merupakan delegasi/perintah dari peraturan yang lebih tinggi Kolom 8 : Unit kerja / instansi terkait dengan materi muatan penyusunan peraturan daerah Kolom 9 : Tahun penyelesaian peraturan daerah Kolom 10 : Hal-hal yang berkaitan dengan pembahasan peraturan daerah BPHN_2012: Pedoman Prolegda 27

TABEL 2 MODEL ANALISA KERANGKA REGULASI (MAKARA)* RKPD SKPD Pengusul Judul Rancangan peraturan daerah yang diusulkan :.. : Kelengkapan Dokumen Naskah [ada/tidak ada] Akademik Naskah [ada/tidak ada] Rancangan peraturan daerah Penilaian Rancangan peraturan daerah Ruang No Lingkup Kriteria Pertanyaan Analisis Ket Kriteria A. Maksud Perintah Normatif Eksplisit dan tujuan pembentuk an Diperintahkan oleh UU/PP/Perpres/Per men Sebutkan pasal UU/PP/Perpres/Permen yang memerintahkan pembentukan rancangan peraturan daerah? Diperintahkan oleh Perda lainnya Sebutkan pasal Perda yang memerintahkan pembentukan rancangan peraturan daerah? No Ruang Lingkup Kriteria Perintah Normatif Implisit Sebagai konsekwensi Putusan MA. Sebutkan Putusan MA yang memutuskan uji materi Perda terkait? Kriteria Pertanyaan Analisis Ket Konsekuensi Pembatalan Perda oleh Pemerintah Kesesuaian dengan RPJMD Sebutkan peraturan yang membatalkan Perda yang perlu ditindaklanjuti dengan membentuk rancangan peraturan daerah baru (memperbaiki sebagian atau seluruh materi peraturan daerah yang dibatalkan)? Apakah Rancangan peraturan daerah sudah BPHN_2012: Pedoman Prolegda 28

No Ruang Lingkup Kriteria Rancangan peraturan daerah yang diusulkan sesuai/ mendukung prioritas daerah yang tercantum di RPJMD Kebutuhan Kebijakan Rancangan peraturan daerah yang diusulkan memang dibutuhkan/ diperlukan oleh masyarakat/pembangunan untuk mengatur/mengatas i permasalahan yang ingin diatasi dan tidak ada alternatif diluar Perda untuk mengatasi permasalahan tersebut diusulkan dalam RPJMD? Sebutkan prioritas pembangunan daerah yang terkait/sesuai dengan rancangan peraturan daerah? Sebutkan permasalahan strategis (urgent/mendesak/krusial) di daerah yang perlu diatasi dengan membentuk Rancangan peraturan daerah? Apakah Naskah Akademik telah memuat dan menjelaskan latar belakang masalah yang dihadapi dan ingin diselesaikan oleh Pemda? Apakah ada cara lain untuk mengatasi permasalahan strategis di atas, selain dengan membentuk Rancangan peraturan daerah? Kriteria Pertanyaan Analisis Ket Apa sajakah cara-cara mengatasi masalah (solusi) yang disebutkan di dalam rancangan peraturan daerah? Apakah solusi tersebut sudah mampu mengatasi masalah strategis di atas? Apakah solusi dalam Rancangan peraturan daerah tidak menimbulkan masalah baru? Apakah solusi tidak merupakan duplikasi dari Perda atau peraturan perundangundangan lain yang sudah ada? Apakah muatan Rancangan peraturan daerah tidak BPHN_2012: Pedoman Prolegda 29

bertentangan dengan peraturan per-uu-an yang setingkat ataupun yang lebih tinggi? Apakah materi pengaturan sesuai dengan materi muatan Perda? Ruang No Lingkup Kriteria B. Potensi Dampak terhadap Keuangan Daerah Kriteria Pertanyaan Analisis Ket Potensi Beban Bagi Keuangan Daerah Pembentukan kelembagaan baru (ditambahkan kolom ada/tidak) Apakah Rancang an peratura n daerah ini memben tuk lembaga baru? [ya] [tdk] Penyediaan sarana prasarana baru Pembentukan peraturan pelaksanaan (Peraturan Kepala Daerah, dan Peraturan Desa) Penyediaan alokasi anggaran pada bidang-bidang pembangunan tertentu Apabila ya, Bagaimana pengaruh stuktur organisasi lembaga yang dibentuk dalam Rancangan peraturan daerah terhadap anggaran? Ketentuan apa di dalam Rancangan peraturan daerah yang membawa konsekwensi penyediaan sarana prasarana baru? Sebutkan sarana prasarana yang dibutuhkan. Apa saja jenis peraturan pelaksanaan (Peraturan Kepala Daerah, dan Peraturan Desa) yang harus dibentuk? Sebutkan! Apakah Rancangan peraturan daerah membawa konsekuensi penyediaan anggaran pada bidang pembangunan tertentu? Jika ya, sebutkan bidang pembangunan dimaksud. BPHN_2012: Pedoman Prolegda 30

No Ruang Lingkup Kriteria Kriteria Pertanyaan Analisis Ket Penambahan beban bagi pengeluaran rutin pemerintah daerah Apa saja beban pengeluaran rutin yang timbul akibat dari Rancangan peraturan daerah ini? C. Potensi Manfaat dan Pengaruhn ya bagi Pembangu nan Daerah No Ruang Lingkup Kriteria Potensi Manfaat bagi Keuangan Daerah Potensi Manfaat Apa bentuk potensi manfaat yang langsung bagi keuangan daerah (misal Pajak, Retribusi, penghematan keuangan daerah, dll)? Apa bentuk potensi manfaat yang tidak langsung bagi keuangan daerah? (misal: peningkatan investasi, peningkatan infrastruktur, dll) Sektor Apa sektor perekonomian Perekonomian yang berpotensi mendapat manfaat dari Rancangan peraturan daerah? Siapa pelaku ekonomi yang berpotensi mendapat Sektor Sosial Kemasyarakatan manfaat? Apa bentuk manfaat terhadap sektor sosial kemasyarakatan? (misal: terhadap kerukunan antar warga masyarakat, ketenteraman/ ketertiban umum; terhadap hak-hak masyarakat di bidang ekonomi, sosial (pendidikan, kesehatan, dll), politik, budaya, dll) Kriteria Pertanyaan Analisis Ket Sektor Lingkungan Hidup Sektor Hak Asasi Manusia/Perempua Siapa unsur masyarakat yang berpotensi mendapat manfaat? Apa bentuk manfaat terhadap sektor lingkungan hidup. Apa bentuk manfaat terhadap sektor Hak Asasi BPHN_2012: Pedoman Prolegda 31

D. Potensi Kerugian bagi Pembangu nan Daerah No Ruang Lingkup Kriteria n dan Kelompok Rentan Sektor otonomi daerah dan pelayanan umum Sektor Perekonomian Sektor Sosial Kemasyarakatan Manusia/Perempuan dan Kelompok Rentan (tidak bersifat diskriminatif)? Apa bentuk manfaat terhadap sektor otonomi daerah dan pelayanan publik? Apa bentuk kerugian terhadap sektor perekonomian? Apa bentuk kerugian terhadap sektor sosial kemasyarakatan? (misal: terhadap kerukunan antar warga masyarakat, ketenteraman/ ketertiban umum; terhadap hak-hak masyarakat di bidang ekonomi, sosial (pendidikan, kesehatan, dll), politik, budaya, dll) Kriteria Pertanyaan Analisis Ket Sektor Lingkungan Hidup Sektor Hak Asasi Manusia/Perempua n dan Kelompok Minoritas Sektor otonomi daerah dan pelayanan umum Apa bentuk kerugian terhadap sektor lingkungan hidup? Apa bentuk kerugian terhadap sektor Hak Asasi Manusia/Perempuan dan Kelompok Minoritas (mengandung sifat diskrimitatif)? Apa bentuk kerugian terhadap sektor otonomi daerah dan pelayanan publik? Kesimpulan: Rekomendasi: Pelaksana Analisis Tanggal * matrik ini dipergunakan apabila SKPD sudah memiliki naskah akademik dan draft raperda BPHN_2012: Pedoman Prolegda 32

TABEL 2.1 MODEL ANALISA KERANGKA REGULASI (MAKARA)** RKPD SKPD Pengusul Judul Rancangan peraturan daerah yang diusulkan :.. : No. Kriteria 1 Landasan Hukum (Legal Basis) 2 Kebutuhan (Needs) Tolak Ukur Perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi. Materi Muatan Perda (penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi) Belum diatur oleh Peraturan Perundangundangan lainnya Raperda yang diusulkan telah didasarkan pada RPJMD dan RKPD. Terdapat permasalahan yang ingin diselesaikan dengan pembentukan Perda Pembentukan Perda merupakan upaya terakhir untuk mengatasi permasalahan tersebut. Jika tidak, sebutkan alternatif lainnya. 3 Potensi Manfaat Raperda ini memberikan potensi manfaat secara sosial dan ekonomi bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat Kesimpulan: Ya/ Tidak Analisis Rekomendasi: (a) Diterima masuk Prolegda; (b) Tidak Diterima masuk Prolegda ** matrik ini dipergunakan apabila SKPD belum memiliki naskah akademik dan draft raperda BPHN_2012: Pedoman Prolegda 33

TABEL 3 MATRIK MONITORING PROGRAM LEGISLASI DAERAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH TAHUN.. No. JUDUL RANCANGAN PERDA PEMRAKARSA PERKEMBANGAN KET 1 2 3 4 5 TABEL 3.1 PETUNJUK PENGISIAN MATRIK MONITORING KOLOM KETERANGAN 1 Nomor urut Rancangan peraturan daerah 2 Nama Judul Rancangan Peraturan Daerah satuan kerja perangkat daerah/anggota, komisi, gabungan komisi atau Balegda DPRD 3 yang menjadi pemrakarsa/pengusulrancangan peraturan daerah Perkembangan tahap pembahasan Rancangan peraturan daerah (Rancangan 4 peraturan daerah yang telah disampaikan kepada Kepala Daerah, DPRD, Proses pembahasan di DPRD, sudah ditetapkan menjadi Perda) 5 Diisi dengan hal-hal yang dianggap perlu dan belum dicantumkan dalam kolom 1 s.d 4 TABEL 4 MATRIK REKAPITULASI MONITORING PROLEGDA REKAPITULASI NO Posisi Jumlah Keterangan 1 Rancangan peraturan daerah Prioritas Tahun... 2 Rancangan peraturan daerah Daftar Tambahan Proses 1 Pengharmonisasian, pembulatan dan pemantapan konsepsi 2 Telah disampaikan Kepada DPRD/kepala daerah 3 Proses pembahasan di DPRD 4 Sudah Menjadi Perda J U M L A H BPHN_2012: Pedoman Prolegda 34