DAMPAK PEMANFAATAN BRIKET BATUBARA TERHADAP KUALITAS UDARA AMBIEN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGKAJIAN BRIKET LAPORAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BEBERAPA ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Kajian logam berat di udara ambien-th2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

Makalah Baku Mutu Lingkungan

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

Pengertian dari udara ambien

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

LAPORAN KEGIATAN PENGKAJIAN BAKU MUTU KUALITAS UDARA AMBIEN LAMPIRAN. PP No.41 TAHUN 1999

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

masuknya limbah industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. lingkungan tidak memenuhi syarat penghidupan bagi manusia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kota lebih banyak mencerminkan adanya perkembangan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KONTRIBUSI BENGKEL SEBAGAI LEMBAGA UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR DALAM MENGURANGI POLUSI UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sungai maupun pencemaran udara (Sunu, 2001). dan dapat menjadi media penyebaran penyakit (Agusnar, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

Tabel 2.1. Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara Ambient Jalan Raya. Provinsi Jawa Barat


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

Maria Katherina Gnadia Liandy, Endro Suswantoro, Hernani Yulinawati

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

Analisis dan Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Zona Pendidikan (Studi Kasus : Wilayah IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan Universitas Jambi)

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pollution Monitoring Network (BAPMoN) tahun 1960, Global Atmosphere Watch

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (natural sources) seperti letusan gunung berapi dan yang kedua berasal dari

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

b. Dampak Pencemaran oleh Nitrogen Oksida Gas Nitrogen Oksida memiliki 2 sifat yang berbeda dan keduanya sangat berbahaya bagi kesehatan.

PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

PENGARUH VARIASI KOMPOSISI BIOBRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN SEKAM PADI TERHADAP LAJU PEMBAKARAN, TEMPERATUR PEMBAKARAN DAN LAJU PENGURANGAN MASA

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. konstan meningkat sebesar 5,64 % (BPS, 2012). Perkembangan pada suatu wilayah

PETUNJUK TEKNIS EVALUASI KRITERIA TRANSPORTASI BERKELANJUTAN DI PERKOTAAN

I. PENDAHULUAN. bumi dan komponen campuran gas tersebut tidak selalu konstan. Udara juga

BAB 1 : PENDAHULUAN. beberapa tahun terakhir ini. Ekonomi kota yang tumbuh ditandai dengan laju urbanisasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan unsur lingkungan hidup lainnya (SNI ).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 Tahun 1995 Tentang : Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

SLHD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Nitratit (NaNO3) mempunyai struktur kristal yang mirip dengan kalsit dan mudah larut dalam

Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI - Tesis (Membership)

STANDAR KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA. : Penanggung Jawab Pengendalian Pencemaran. Lingkungan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 336 / KPTS / 013 / 2007 TENTANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET CAMPURAN ARANG KAYU DAN JERAMI

TINGKAT POLUSI UDARA DARI EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN VOLUME LALU LINTAS (Studi Kasus : Simpang Empat Bersinyal Kota Lhokseumawe)

TINJAUAN PUSTAKA. kombinasi-kombinasi baru atau melihat hubungan-hubungan baru antar

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk dapat menyelesaikan permasalahan pencemaran udara yang terjadi.

S - 9 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA UNTUK MENGUJI KETERKAITAN ANTARA KONSENTRASI PM 10 DENGAN CO DI DERAH TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. gas nitrogen dan oksigen serta gas lain dalam jumlah yang sangat sedikit. Diantara

Transkripsi:

Rina Aprishanty, Isa Ansyori... : Dampak Pemanfaatan Briket Batura Terhadap Kualitas Udara Ambien DAMPAK PEMANFAATAN BRIKET BATUBARA TERHADAP KUALITAS UDARA AMBIEN 1 Rina Aprishanty, 2 Isa Ansyori, 2 Emalya Rahmawati, 2 Puji Purwanti,, 2 Ricky Nelson (Diterima tanggal 15-11-2011; Disetujui tanggal 14-03-2012) ABSTRAK Penggunaan Briket Batubara sebagai bahan bakar alternatif, perlu dikaji dampaknya terhadap kualitas udara.pemantauan dilakukan di tempat penggunaan briket batu bara sebagai bahan bakar seperti industri kecil menengah, rumah makan dan pondok pesantren. Parameter yang diukur yaitu Debu, gas seperti SO 2, NO 2, CO,dan Hidro karbon. Kualitas udara ambien di seluruh lokasi sampling berada di bawah baku mutu sesuai PP No. 41 tahun 1999. Kata Kunci: Briket Batu Bara, Pencemar Udara ABSTRACT The use of coal briquettes as an alternative fuel, is necessary to study their impact on the quality of air. Monitoring done in the use of coal briquettes as fuel such as small and medium industries, a restaurant and a boarding school. Parameters measured the Total Suspended Particulate, gases such as SO 2, NO 2, CO, and hydro carbon. Ambient air quality in all sampling locations under the quality standards appropriate. Ambient air quality in all sampling locations under the quality standards appropriate PP. 41 of 1999. Keywords: Coal Briquette, Air Pollutants LATAR BELAKANG Pemerintah telah mencanangkan penggunaan briket batubara sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah di industri kecilmenengah dan rumah tangga pada tahun 2005, sesuai dengan sasaran kebijakan energi nasional untuk tahun 2025. Namun demikian, dampak penggunaan briket batubara harus diwaspadai mengingat batubara mengandung komponen yang potensial untuk memberikan dampak terhadap manusia dan lingkungan setelah mengalami proses pembakaran. Oleh sebab diperlukan data-data yang komprehensif untuk mengantisipasi dampak penggunaan briket batubara ini terhadap lingkungan, sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan pengendalian penggunaan briket batubara. Pengkajian pemanfaatan briket batubara di masyarakat oleh PUSARPEDAL-KLH dimulai tahun 2006 hingga 2011. Pengkajian dilakukan melalui kegiatan pemantauan kualitas udara ambien untuk melihat dampak pemanfaatan briket batubara terhadap lingkungan hidup di beberapa daerah di Pulau Jawa. Pemantauan dilakukan melalui pengukuran parameter TSP, SO 2, NO 2, CO, HC sesuai parameter baku mutu yang terdapat dalam Lampiran Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Daerah yang dipilih adalah daerah yang terdapat kegiatan pemanfaatan briket batubara sebagai bahan bakar, seperti: industri kecil menengah, rumah makan dan pondok pesantren. 1) Widyaiswara Pusat Pendidikan dan Pelatihan Lingkungan Hidup -Deputi VII KLH, Kawasan Puspiptek Gedung 210, Serpong, Banten, 15310-Indonesia. 2) Pusat Sarana Pegendalian Lingkungan Hidup -Deputi VII KLH, Kawasan Puspiptek Gedung 210, Serpong, Banten, 15310-Indonesia 99

Ecolab Vol. 6 No. 2 Juli 2012 : 61-104 TUJUAN Mengetahui kualitas udara di sekitar daerah pemanfaatan briket batu bara dan kontrol Lokasi kontrol adalah lokasi tanpa pengaruh dari kegiatan pemanfaatan briket batubara dan masih dalam daerah yang sama dengan lokasi kegiatan. METODE Metode dilakukan dengan metode eksperimen untuk mendapatkan data primer.data diperoleh dengan pengukuran langsung di lokasi pembakaran briket batu bara melalui analisis dan perlakuan contoh uji dengan menggunakan metode dan peralatan standar sesuai parameter polutan udara yang diuji. HASIL DAN PEMBAHASAN Berikut adalah hasil pengukuran yang ditampilkan dalam bentuk grafik hasil perhitungan rata-rata, minimum dan maksimum dari beberapa lokasi pengukuran di suatu daerah pada masing-masing periode pengukuran: Gambar 1A. Sebaran konsentrasi parameter TSP di Gambar 1B. Sebaran konsentrasi parameter TSP di Gambar 1A dan 1B di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran untuk parameter Total Suspended Particulate (TSP) yang dilakukan di berbagai daerah mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011 masih di bawah Baku Mutu kualitas udara ambien; dengan konsentrasi TSP relatif sama antara lokasi kegiatan dan lokasi kontrol. 100

Rina Aprishanty, Isa Ansyori... : Dampak Pemanfaatan Briket Batura Terhadap Kualitas Udara Ambien Gambar 2A. Sebaran konsentrasi parameter SO2 di Gambar 2B. Sebaran konsentrasi parameter SO2 di Gambar 3A. Sebaran konsentrasi parameter NO2 di Gambar 3B. Sebaran konsentrasi parameter NO2 di Gambar 2A, 2B, 3A dan 3B di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran untuk parameter sulfur dioksida (SO 2 ) dan nitrogen dioksida (NO 2 ) yang dilakukan di berbagai daerah mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011 masih di bawah baku mutu kualitas udara ambien; dengan konsentrasi relatif lebih kecil untuk lokasi kontrol. 101

Ecolab Vol. 6 No. 2 Juli 2012 : 61-104 Gambar 4A. Sebaran konsentrasi parameter CO di Gambar 4B. Sebaran konsentrasi parameter CO di Gambar 5A. Sebaran konsentrasi parameter HC di Gambar 5B. Sebaran konsentrasi parameter HC di Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran untuk parameter karbon monoksida (CO) yang dilakukan di berbagai daerah mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011 masih di bawah baku mutu kualitas udara ambien; dengan konsentrasi CO relatif sama antara lokasi kegiatan dengan lokasi kontrol. Gambar 5 di atas menunjukkan bahwa hasil seluruh pengukuran untuk parameter hidrokarbon (HC) yang dilakukan di berbagai daerah mulai dari tahun 2006 sampai dengan 2011 melebihi Baku Mutu kualitas udara ambien; baik untuk lokasi kegiatan maupun lokasi kontrol. Sebagai catatan, kondisi konsentrasi melebihi baku mutu untuk parameter HC di udara ambien selalu terjadi di berbagai pengukuran; hal ini perlu menjadi perhatian dikarenakan baku mutu yang ditetapkan di peraturan saat ini tidak mencantumkan ketentuan apakah hidrokarbon yang diukur adalah sebagai total atau sebagai hidrokarbon non metana. Konsentrasi latar untuk hidrokarbon metana di Indonesia yang cukup tinggi merupakan kontribusi terbesar nilai baku mutu terlampaui. 102

Rina Aprishanty, Isa Ansyori... : Dampak Pemanfaatan Briket Batura Terhadap Kualitas Udara Ambien Gambar 6A. Sebaran konsentrasi parameter PAH di Gambar 6B. Sebaran konsentrasi parameter PAH di Gambar 6 di atas menunjukkan bahwa konsentrasi parameter PAH terdeteksi sebesar 0,0037 µg/m 3 dan 0,0064 µg/m 3 di masingmasing lokasi pengukuran di daerah Kuningan dan Serang; sebagai pembanding, pemerintah Inggris pada tahun 2001 menetapkan target baku mutu ambien PAH sebesar 0,00025 µg/ M 3. Adapun konsentrasi PAH terdeteksi tidak signifikan untuk lokasi kontrol. Konsentrasi selama periode 2006 2011 pada semua parameter cenderung rendah, hal ini disebabkan karena pada periode tersebut terjadi kemarau basah, sehingga polutan tercuci oleh air hujan. KESIMPULAN Hasil pengukuran parameter kualitas udara ambien menunjukkan kualitas udara ambien di seluruh lokasi sampling berada di bawah baku mutu sesuai PP No. 41 tahun 1999, kecuali untuk parameter hidrokarbon (HC) hasil pengukuran di atas nilai baku mutu 160 µg/ M 3. Adapun konsentrasi PAH di udara ambien pada lokasi kegiatan terdeteksi melebihi nilai di negara Inggris 0,00025 µg/m 3 ; DAFTAR PUSTAKA (1) Aprishanthy Rina, 2011, Laporan Pengkajian Briket Batu Bara 2006-2011. Pusarpedal Deputi VII. Kementrian Lingkungan Hidup. Serpong (2) Farhani Novy, et al, 2010, Status Deposisi Asam Di Indonesia Tahun 2001 2008. Pusarpedal Deputi VII.Kementrian Lingkungan Hidup Serpong (3) Gindo S Agus.2010.Kondisi Cuaca Kawasan Nuklir Serpong, Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pengelolaan Limbah VIII Pusat Teknologi Limbah Radioaktif- BATAN.Serpong.ISSN 1410-6086 (4) Nasrullah, 2011. Perubahan Iklim dan Trend data Iklim, http://www.bmkg. go.id. Didownload 18 September 2012. (5) Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Udara. Kemetrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Jakarta (6) Rita, 2007. Studi Kualitas Udara di Sekitar Briket Batu Bara, Pasca Sarjana Universitas Indonesia. Tesis. Jakarta 103

Ecolab Vol. 6 No. 2 Juli 2012 : 61-104 (7) Riyadi Novrian, 2011, Penggunaan Briket Batubara sebagai Sumber Energi Alternatif. http://teknologi. kompasiana.com/terapan/2011/10/05/ penggunaan-briket-batubara-sebagaisumber-energi-alternatif/ Didownload 11 Oktober 2011. (8) Widarti Enik Sri; Sarwono, dan Hantoro,Ridho, Studi Eksperimental Karakeristik Briket Organik Dengan Bahan Baku Dari PPLH Seloliman. Jurusan Teknik Fisika FTI ITS Surabaya. Kampus ITS Keputih Sukolilo, Surabaya (9) Kepmen ESDM NO.47 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pembuatan dan Pemanfaatan Briket Batubara dan Bahan Bakar Padat Berbasis Batubara. 104