GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DAN POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA BONGKUDAI KECAMATAN MODAYAG BARAT Rolavensi Djola*

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN ORANGTUA SERTA POLA ASUH DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KOTA DAN KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu masalah utama dalam tatanan kependudukan dunia.

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

Al Ulum Vol.53 No.3 Juli 2012 halaman

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia sangat dipengaruhi oleh rendahnya

Woro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

PENGARUH KONSELING GIZI TERHADAP

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KELUARGA SADAR GIZI DI DESA SILEBO-LEBO KECAMATAN KUTALIMBARU KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu masalah gizi di Indonesi adalah gizi kurang yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerima bahan makanan dari lingkungan hidupnya dan. menggunakan bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktifitas

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

Perbedaan Tingkat Kecukupan Karbohidrat dan Status Gizi (BB/TB) dengan Kejadian Bronkopneumonia

BAB I PENDAHULUAN atau 45% dari total jumlah kematian balita (WHO, 2013). UNICEF

METODE PENELITIAN. n= z 2 1-α/2.p(1-p) d 2

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Istilah kembang berhubungan dengan aspek diferensiesi bentuk atau fungsi,

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB III METODE PENELITIAN

Semuel Sandy, M.Sc*, Maxi Irmanto, M.Kes, ** *) Balai Litbang Biomedis Papua **) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

e-journal Boga, Volume 04, Nomor 09, Edisi Yudisium Periode Maret 2015, hal 71-75

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI KURANG PADA BALITA TERHADAP KEJADIAN GIZI KURANG DI DESA PENUSUPAN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

KEJADIAN KEK DAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KALONGAN KABUPATEN SEMARANG

World Hunger Organization (WHO), terdapat empat jenis masalah kekurangan. Anemia Gizi Besi (AGB), Kurang Vitamin A (KVA) dan Gangguan Akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain : sehingga perhatian ibu sudah berkurang.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

PENDAHULUAN. Setiap manusia mengalami siklus kehidupan mulai dari dalam. kandungan (janin), berkembang menjadi bayi, tumbuh menjadi anak,

1 Universitas Indonesia

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI MALALAYANG KECAMATAN MALALAYANG. Nonce Nova Legi

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG ANAK BADUTA (12-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

Transkripsi:

Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 33 GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU Rusmini Yanti*, dan Fathurrahman* ABSTRAK Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2010, jumlah penderita berat kurang di kalangan anak balita mencapai 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang, sementara prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi badan mencapai 14% (Zatnika, 2011). Prevalensi anak stunting 35,6% yang artinya 1 diantara 3 anak kemungkinan besar tubuhnya pendek. Pada kegiatan baseline data yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin pada tanggal 5-10 Nopember 2012 di Kelurahan Landasan Ulin Tengah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru ditemukan 26% balita dengan status gizi kurang dan 8% status gizi buruk menurut indeks berat badan per umur. Selain itu terdapat 44% balita pendek menurut tinggi badan per umur dan 10% balita kurus dan 8% balita kurus sekali menurut indeks berat badan menurut tinggi badan. Penyebab langsung masalah gizi adalah konsumsi pangan dan kemampuan tubuh untuk menggunakan zat-zar gizi. Selain itu ada banyak faktor tidak langsung yang mempengaruhi kondisi gizi diantaranya sosial budaya, sosial ekonomi (pendapatan dan pekerjaan), antropometri, data demografi keluarga (jumlah anggota keluarga, jarak kelahiran anak), kesehatan ibu dan anak (KIA), pengetahuan gizi, pendidikan, kesehatan lingkungan dan sebagainya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Kelurahan Landasan Ulin Tengah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru dengan sampel adalah balita yang berstatus gizi kurang dan buruk. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional. Pengambilan data status gizi dengan penimbangan berat badan balita sedangkan data karakteristik keluarga dengan teknik wawancara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian diperoleh bahwa pengetahuan ibu balita termasuk cukup (60%), pendidikan ibu termasuk sedang (70%), pendapatan keluarga berada di bawah rata-rata (65%), seluruh keluarga balita (100%) termasuk keluarga kecil dan kesehatan lingkungan keluarga termasuk cukup (60%). PENDAHULUAN Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat yang penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor. Masalah gizi di Indonesia dan negara berkembang masih didominasi oleh masalah kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi (AGB), gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), dan kurang vitamin A (KVA). Secara umum di Indonesia masalah KEP masih lebih tinggi dari pada negara ASEAN lainnya. Tantangan lain yang juga dihadapi oleh banyak negara berkembang adalah mulai banyak ditemukannya orang yang mengalami kelebihan nutrisi bahkan obesitas (Supariasa, 2002). * Tenaga Pengajar POLTEKKES Kemenkes Banjarmasin Jurusan Gizi

Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 34 Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2010, jumlah penderita berat kurang di kalangan anak balita mencapai 17,9% yang terdiri dari 4,9% gizi buruk dan 13,0% gizi kurang, sementara prevalensi kegemukan pada anak balita secara nasional berdasarkan indikator berat badan menurut tinggi badan mencapai 14% (Zatnika, 2011). Prevalensi anak stunting 35,6% yang artinya 1 diantara 3 anak kemungkinan besar tubuhnya pendek. Pada kegiatan baseline data yang dilakukan oleh mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Banjarmasin pada tanggal 5-10 Nopember 2012 di Kelurahan Landasan Ulin Tengah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru ditemukan 26% balita dengan status gizi kurang dan 8% status gizi buruk menurut indeks berat badan per umur. Selain itu terdapat 44% balita pendek menurut tinggi badan per umur dan 10% balita kurus dan 8% balita kurus sekali menurut indeks berat badan menurut tinggi badan. Masalah gizi meskipun sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan seperti pada kasus tertentu (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi). Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya. Dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan dan masalah kesempatan kerja. Ada beberapa faktor yang sering merupakan penyebab gangguan gizi baik langsung maupun tidak langsung. Penyebab langsung adalah konsumsi pangan dan kemampuan tubuh untuk menggunakan zat-zat gizi. Kedua faktor utama ini ditentukan oleh berbagai sub faktor yang paling berkaitan yaitu tersedianya pangan, daya beli dan tingkah laku manusia (Depkes RI, 1999). Konsumsi pangan sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan balita adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh (Suparyanto, 2012). Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kualitas hidangan menunjukkan adanya semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan hidangan dan perbandingannya antara satu dengan yang lain. Apabila konsumsi baik kualitasnya dan dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan tubuh maka akan memberikan kondisi atau keadaan yang baik, sebaliknya konsumsi yang kurang, baik kualitas dan kuantitas akan memberikan kondisi kesehatan dan gizi yang kurang atau kondisi defisiensi (Sediaoetama, 2000). Selain faktor-faktor di atas ada banyak faktor yang mempengaruhi kondisi gizi diantaranya sosial budaya, sosial ekonomi (pendapatan dan pekerjaan), antropometri, data demografi keluarga (jumlah anggota keluarga, jarak kelahiran anak), kesehatan ibu dan anak (KIA), pengetahuan gizi, pendidikan, kesehatan lingkungan dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik keluarga balita dengan status gizi kurang dan buruk di Kelurahan Landasan Ulin Tengah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru.

Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 35 METODE Penelitian ini bersifar deskriftif dengan menggambarkan karakteristik keluarga balita yang berstatus gizi kurang dan buruk. Rancangan penelitian adalah cross sectional yaitu semua variable atau karakteristik keluarga balita diamati pada saat yang bersamaan pada satu waktu penelitian. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh balita yang ada pada Kelurahan Landasan Ulin Tengah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru yang berjumlah 627 orang. Sampel adalah semua balita yang berstatus gizi kurang dan buruk di Kelurahan Landasan Ulin Tengah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru yang berjumlah 20 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus - Oktober 2013. Tempat penelitian di Kelurahan Landasan Ulin Tengah Kecamatan Liang Anggang Kota Banjarbaru. Pengambilan data status gizi dilakukan dengan cara menimbang berat badan balita dengan dacin atau timbangan injak. Pengambilan data status gizi ini dilakukan di posyandu yang ada di wilayah Kelurahan Landasan Ulin Tengah. Data tentang karakteristik keluarga balita yang meliputi pengetahuan, pendidikan, pendapatan, jumlah anggota keluarga dan kesehatan lingkungan diperoleh teknik wawancara dengan bantuan kuesioner. Data yang telah diolah dimasukkan dalam tabel distribusi frekuensi untuk dianalisis secara deskriptif. Pengolahan dan analisis data menggunakan program komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Kelamin Balita Tabel 4.1. Distribusi balita gizi kurang dan buruk menurut jenis kelamin balita Jenis Kelamin Balita n % Laki-laki 7 35 Perempuan 13 65 Balita yang mengalami gizi kurang dan buruk sebagian besar adalah laki-laki yaitu 65%. Hal ini dikarenakan secara kebetulan sampel yang didapatkan dan mengalami kekurangan gizi lebih banyak anak balita perempuan dibandingkan anak laki-laki. Umur balita Tabel 4.2. Distribusi balita gizi kurang dan buruk menurut umur Umur balita n % 24 bulan 2 10 24 sampai 36 bulan 9 45 37 sampai 48 bulan 8 40 49 sampai 60 bulan 1 5 Sebagian besar balita yang mengalami status gizi kurang dan buruk berumur antara 24 sampai 36 bulan yaitu sebesar 45% dan 5% yang berumur antara 49 sampai 60 bulan. Status Gizi Tabel 4.3. Distribusi balita dengan status gizi kurang dan buruk No Status Gizi n % 1. Kurang 16 80 2. Buruk 4 20 Dengan pengukuran berat badan dibandingkan umur balita didapatkan balita yang berstatus gizi kurang sebanyak 80% dan buruk sebanyak 20%. Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh konsumsi pangan dan kemampuan tubuh untuk menggunakan zat-zat gizi tersebut. Kedua factor utama ini ditentukan oleh berbagai sub factor yang saling berkaitan seperti ekonomi, tersedianya pangan, daya beli dan tingkah laku manusia (Depkes RI, 1995).

Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 36 Pengetahuan Tabel 4.4. Distribusi responden menurut pengetahuan ibu balita No Pengetahuan Ibu n % 1. Baik 0 0 2. Cukup 12 60 3. Kurang 8 40 Sebagian besar pengetahuan responden termasuk kategori cukup yaitu 60%. Namun masih terdapat responden dengan pengetahuan kurang sebesar 40%. Tidak ada responden yang termasuk dalam kategori pengetahuan baik. Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai gizi merupakan faktor penting dalam masalah gizi kurang. Sebab yang penting dari gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari (Supariasa, 2003). Pendapatan Tabel 4.5. Distribusi responden menurut pendapatan No Pendapatan n % 1. Di atas rata-rata 7 35 2. Di bawah rata-rata 13 65 Pendapatan keluarga responden sebagian besar berada di bawah rata-rata yaitu Rp. 1.612.500,- dengan persentase 63%. Keluarga dengan pendapatan terbatas besar kemungkinan kurang dapat memenuhi kebutuhan makannya sejumlah yang diperlukan oleh tubuh setidaknya keanekaragaman bahan makanan kurang bisa dijamin karena dengan uang yang terbatas itu tidak akan banyak pilihan (Apriadji, 1986). Pendidikan ibu Tabel 4.6. Distribusi responden menurut tingkat pendidikan ibu balita No Tingkat Pendidikan Ibu n % 1. Tinggi 0 0 2. Sedang 14 70 3. Rendah 6 30 Pendidikan ibu balita dengan kategori sedang merupakan persentase terbesar yaitu 70%. Namun terdapat 30% ibu balita yang berpendidikan dengan kategori rendah. Tingkat pendidikan ibu sangat berpengaruh terhadap kurang gizi pada balita atau golongan rawan gizi. Rendahnya pendidikan berarti kurangnya pengetahuan ibu tentang memilih dan menyajikan bahan makanan yang bergizi bagi anak-anaknya. Jumlah Anggota Keluarga Tabel 4.7. Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga No Jumlah Anggota Keluarga n % 1. Besar 0 0 2. Kecil 20 100 Seluruh keluarga balita memiliki jumlah anggota keluarga yang tergolong kecil dengan ratarata 5 orang anggota dalam satu rumah. Menurut Sukirman (1992), jumlah anggota keluarga dapat mempengaruhi status gizi balita dalam rumah tangga yang bersangkutan. Jumlah anggota keluarga yang semakin besar tanpa diikuti oleh peningkatan jumlah pendapatan akan memperburuk status gizi keluarga secara keseluruhan terutama anggota keluarga yang tidak produktif (bayi, anak dan ibu). Namun dalam hal ini jumlah anggota keluarga kemungkinan tidak mempengaruhi status gizi balita tetapi faktor lain seperti pendapatan keluarga yang umumnya di bawah rata-rata akan berpengaruh terhadap status gizi balita.

Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 37 Kesehatan Lingkungan Tabel 4.8. Distribusi responden menurut kondisi kesehatan lingkungan No Kesehatan Lingkungan n % 1. Baik 5 25 2. Cukup 12 60 3. Kurang 3 15 Jumlah 50 100 Sebagian besar kesehatan lingkungan responden termasuk kategori cukup yaitu 60%. Terdapat 25% kesehatan lingkungannya yang termasuk baik meskipun masih terdapat 15% yang kurang. Keadaan ini disebabkan masih adanya responden yang membuang sampah di belakang rumah dan tidak memiliki tempat sampah. Selain itu juga ditemukan responden yang jendela rumahnya masih kurang, tidak memiliki saluran pembungan air limbah, memiliki kandang ternak/hewan peliharaan yang menempel pada rumah. Kesehatan lingkungan akan berakibat atau mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995). Sebab dengan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman setidaknya akan mencegah lingkungan dari berbagai kemungkinan tumbuh dan berkembangnya penyakit yang dapat menurunkan status kesehatan dalam segala hal termasuk diantaranya status gizi masyarakat. KESIMPULAN DAN SARAN Kondisi kesehatan lingkungan keluarga balita sebagian besar termasuk cukup yaitu 60%. Untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita tentang gizi dan kesehatan diharapkan ibu-ibu balita sering mengikuti penyuluhan baik di posyandu maupun puskesmas. Dan untuk meningkatkan status gizi balita diharapkan ibu balita memantau berat badan balitanya secara rutin dan sering berkonsultasi dengan petugas kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Almatsier, Sunita, 2001, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta, PT. Gramedia. Astuti, Sri, 2007, Anak Balita Gizi Kurang, Jakarta, Depkes RI.http://bankdata.depkes.co.id Berg, Alan, 1986, Peranan Gizi Dalam Pembangunan Nasional, Jakarta, Rajawali. Depkes RI, 1995, Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju Kesehatan Indonesia Sehat 2010. Depkes RI., 1999, Pedoman Tata Laksana Kurang Energi-Protein Pada Anak di Puskesmas dan Rumah Tangga, Yogyakarta. Depkes RI., 2011, Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, Jakarta, Dirjen Bina Gizi Dan KIA. Pengetahuan ibu balita sebagian besar termasuk cukup yaitu 60% Pendidikan ibu balita sebagian besar termasuk kategori sedang yaitu 70%. Pendapatan keluarga balita umumnya di bawah rata-rata yaitu 65%. Seluruh keluarga balita termasuk dalam kategori keluarga kecil. Notoadmodjo, Soekidjo, 2003, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Notoadmodjo, Soekidjo, 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta, Rineka Cipta. Sediaoetama, Achmad Djaeni, 2000, Ilmu Gizi, Jakarta, Dian Rakyat.

Al Ulum Vol.60 No.2 April 2014 halaman 33-38 38 Suhardjo, 1985, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Jakarta, Bumi Aksara. Suhardjo, 1989, Berbagai Cara Pendidikan Gizi, Jakarta, Bumi Aksara. Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk., 2002, Penilaian Status Gizi, Jakarta, Buku Kedokteran EGC. Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk., 2010, Penilaian Status Gizi, Jakarta, Buku Kedokteran EGC. Suparyanto, 2012, Konsep Dasar Status Gizi Balita, http://drsuparyanto.blogspot.com/2012/02/ konsep-dasar-status-gizi-balita.html. Diakses pada tanggal 26 April 2012. Sukirman, 1977, Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Jakarta, PT. Gramedia. Apriadji, Wied Harry, 1986, Gizi Keluarga, Jakarta, Penebar Swadaya. Zatnika, Iis, 2011, Indonesia Hadapi Beban Ganda Masalah Gizi, http://www.pdpersi.co.id/ content/news.php?mid=5&nid=646&catid=23.