BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir,sedangkan diare akut adalah

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia melalui WHO (World Health Organitation) pada tahun 1984 menetapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB 1 PENDAHULUAN. masa depan yang penduduknya hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, mampu

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab. Sementara menurut United Nations Childrens Foundation (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented)


BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya hubungan interaktif antara manusia, perilaku serta

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB 1 : PENDAHULUAN. dikonsumsi masyarakat dapat menentukan derajat kesehatan masyarakat tersebut. (1) Selain

BAB 1 : PENDAHULUAN. (triple burden). Meskipun banyak penyakit menular (communicable disease) yang

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat merupakan tolak ukur yang digunakan. dalam pencapaian keberhasilan program dengan berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kualitas lingkungan dapat mempengaruhi kondisi individu dan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya meninggal serta sebagian besar anak-anak berumur dibawah 5

BAB I PENDAHULUAN. bersih, cakupan pemenuhan air bersih bagi masyarakat baik di desa maupun

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

I. PENDAHULUAN. Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan. Saku Petugas Kesehatan Lintas Diare Depkes RI 2011).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terus meningkat, terutama negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

BAB 1 : PENDAHULUAN. oleh makhluk lain misalnya hewan dan tumbuhan. Bagi manusia, air diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang berada di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan ini memiliki luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

KONDISI SUMUR GALI dan KANDUNGAN BAKTERI Escherichia coli PADA AIR SUMUR GALI DI DESA BOKONUSAN KECAMATAN SEMAU KABUPATEN KUPANG TAHUN 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. bila dikonsumsi akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne

BAB I PENDAHULUAN atau Indonesia Sehat 2025 disebutkan bahwa perilaku

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Depkes RI, 2010).

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan salah satunya adalah penyakit infeksi. Masa balita juga merupakan masa kritis bagi

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

Volume VI Nomor 4, November 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. pada anak di dunia, terhitung 5-10 juta kematian/tahun. Besarnya masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Makanan merupakan salah satu dari tiga unsur kebutuhan pokok manusia,

Penyakit diare hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan dunia

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara termasuk Indonesia.Diare sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. dapat bertahan hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air. Air juga digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada pengaruhnya

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan Anak FKUI/RSCM, diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah masalah kejadian demam tifoid (Ma rufi, 2015). Demam Tifoid atau

BAB I PENDAHULUAN. disebut molekul. Setiap tetes air yang terkandung di dalamnya bermilyar-milyar

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Derajat kesehatan masyarakat Indonesia ditentukan oleh banyak faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan dan ketersediaan sarana prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, keturunan, dan faktor lainnya. Faktor-faktor ini berpengaruh pada kejadian morbiditas, mortalitas, dan status gizi masyarakat. (Depkes, 2009) Kecenderungan masih tingginya angka kesakitan dan kematian di Indonesia, dipengaruhi oleh berbagai penyakit yang dialami oleh masyarakat yang berisiko menimbulkan kematian. Salah satu penyakit yang dialami oleh masyarakat adalah penyakit menular. Kejadian penyakit menular di suatu wilayah berakar pada budaya, lingkungan dan sosial kependudukan. (Achmadi, 2005). Diare merupakan salah satu penyakit menular yang menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan meningkatkan risiko kematian pada baik pada orang dewasa maupun bayi dan balita. Meskipun secara umum angka kesakitan dan kematian diare yang dilaporkan oleh sarana kesehatan dan kader kesehatan mengalami penurunan, namun penyakit diare ini masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang cukup banyak menyebabkan kematian (Depkes RI, 2008). Diare adalah penyakit yang ditandai dengan 1

2 perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lazimnya tiga kali atau lebih dalam sehari). (Kemenkes RI, 2011) Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini. (Adisasmito, W, 2007) Penyediaan sarana air bersih yang tidak baik dan hygiene sanitasi yang jelek menyokong 88% terjadinya diare. Perbaikan sarana penyediaan air bersih dapat menurunkan terjadinya diare sebesar 21%, sedangkan perbaikan sanitasi dapat menurunkan terjadianya diare sebesar 37,5%. 6) Kualitas air bersih dan sanitasi yang rendah berhubungan dengan peningkatan terjadinya diare, namun tidak berhubungan dengan episode kejadian diare. (Yuniarno, S, 2005) Laporan Program Pembangunan PBB (UNDP) mengenai status pencapaian Tujuan Pembangunan Manusia atau MDG di Indonesia mengalami kemunduran. Pada tahun 2015, MDG mencanangkan 69 persen

3 penduduk Indonesia dapat mengakses air minum yang layak dan 72,5 persen memperoleh layanan sanitasi yang memadai. Faktanya, hanya 18 persen penduduk yang memiliki akses ke sumber air minum dan sekitar 45 persen mengakses sarana sanitasi yang memadai (Adisasmito, W, 2007). Menurut data World Health Organization (WHO), diare adalah penyebab nomor satu kematian balita di seluruh dunia. Di Indonesia, diare adalah pembunuh balita nomor dua setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sementara UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk urusan anak) memperkirakan bahwa, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare (Yuniarno, S, 2005). Angka kejadian diare di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Berdasarkan data Kemenkes RI, tahun 2010 jumlah kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) diare di Indonesia sebanyak 4.204 kasus, dengan 73 orang diantaranya meninggal dunia (CFR/Case Fatality Rate = 1,74%). Disamping itu, berdasarkan laporan dari rumah sakit di Indonesia, penyakit diare dan gasitroenteritis merupakan penyakit nomor 1 yang paling banyak diderita oleh pasien yang ada di rumah sakit. Pada tahun 2010, diketahui insiden diare di rumah sakit sebesar 71.889 kasus dengan jumlah yang meninggal sebanyak 1.289 orang (CFR = 1,79%) (Kemenkes RI, 2011). Banyak faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kejadian diare, salah satunya adalah lingkungan. Faktor lingkungan yang paling dominan menyebabkan diare yaitu sarana penyediaan air bersih dan pembuangan tinja, kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta berakumulasi

4 dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, maka penularan diare dengan mudah dapat terjadi (Soegijanto, 2002). Hal ini didukung oleh penelitian Wulandari (2009), dimana sumber air minum tidak terlindung sebanyak 54,3% dan sumber air terlindung sebanyak 45,7%. Jenis jamban tidak sehat sebanyak 35,7% dan jamban sehat sebanyak 64,3%. Hasil analisa data menunjukan ada hubungan antara faktor lingkungan yang meliputi sumber air minum (p=0,001), jenis tempat pembuangan tinja (p=0,001), pada balita dengan kejadian diare pada balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Bahaya laten yang selalu mengancam kita lewat media air bersih dan air minum ini adalah bakteri E.coli. Bakteri yang sangat identik dengan pencemaran tinja. Mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja dapat menularkan beragam penyakit bila masuk tubuh manusia, dalam 1 gram tinja dapat mengandung 1 milyar partikel virus infektif, yang mampu bertahan hidup selama beberapa minggu pada suhu dibawah 10 derajat Celcius. Terdapat 4 mikroorganisme patogen yang terkandung dalam tinja yaitu : virus, Protozoa, cacing dan bakteri yang umumny diwakili oleh jenis Escherichia coli (E.coli). Menurut catatan Badan Kesehatan dunia (WHO), air limbah domestik yang belum diolah memiliki kandungan virus sebesar 100.000 partikel virus infektif setiap liternya, lebih dari 120 jenis virus patogen yang terkandung dalam air seni dan tinja. Sebagian besar virus patogen ini tidak memberikan gejala yang jelas sehingga sulit dilacak penyebabnya. Bakteri penghuni usus

5 manusia dan hewan berdarah panas ini telah mengkontaminasi hampir keseluruhan air baku air minum, sungai, dan sumur. Sesuai Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dipersyaratkan bahwa angka E.coli dalam air minum adalah Nol per 100 ml air harus dipenuhi. Sedangkan menurut baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam PP 82/2001 tentang Pengendalian Limbah cair menyebutkan bahwa badan air yang dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum kandungan E.coli dalam 100 ml air tidak boleh lebih dari 10.000. Semakin banyak jumlah kandungan E.coli dalam air yang diminum, akan semakin tinggi risiko timbulnya diare pada orang tersebut (Hauferson, 2013). Di wilayah Provinsi Banten, diperoleh informasi bahwa pada tahun 2010 terdapat kasus diare sebanyak 385 kasus dengan 3 orang diantaranya meninggal dunia (CFR = 0,78%) (Kemenkes RI, 2011). Sedangkan di Kota Serang, tahun 2011 terdapat kasus diare sebanyak 128 orang, 2 orang diantaranya meninggal dunia (Profil Dinkes Kota Serang, 2011). Di wilayah Puskesmas Kecamatan Curug, diperoleh informasi jumlah kejadian diare tahun 2012 sebanyak 647 kasus. Angka tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kasus tahun 2011 yaitu sebanyak 487 orang. Masih tingginya angka kejadian diare di wilayah Puskesmas Kecamatan Curug diduga berkaitan dengan sarana air minum yang digunakan oleh masyarakat di Kecamatan Curug tersebut. Hasil informasi diperoleh beberapa

6 sarana air bersih yang digunakan untuk minum oleh masyarakat antara lain adalah bersumber dari sumur gali (65,5%), air sungai (27,2%), PDAM (3,2%), dan lainnya (4,1%) (Profil Puskesmas Kecamatan Curug, 2012). Cukup rentannya kondisi sarana air yang digunakan masyarakat khususnya di wilayah Puskesmas Kecamatan Curug yang dapat meningkatkan risiko kejadian diare, sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai hubungan jumlah koloni E.Coli di sumur dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Curug Kota Serang tahun 2013. B. Identifikasi Masalah Banyak faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan kejadian diare, salah satunya adalah lingkungan. Faktor lingkungan yang paling dominan menyebabkan diare yaitu sarana penyediaan air bersih. Sesuai Permenkes Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, dipersyaratkan bahwa angka E.coli dalam air minum adalah Nol per 100 ml air harus dipenuhi. Sedangkan menurut baku mutu yang ditetapkan oleh Pemerintah dalam PP 82/2001 tentang Pengendalian Limbah cair menyebutkan bahwa badan air yang dimanfaatkan sebagai bahan baku air minum kandungan E.coli dalam 100 ml air tidak boleh lebih dari 10.000. Semakin banyak jumlah kandungan E.coli dalam air yang diminum, akan semakin tinggi risiko timbulnya diare pada orang tersebut.

7 Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Curug, bahwa masyarakat di wilayah kerja tersebut menghadapi sejumlah masalah berkaitan dengan kejadian diare yang perlu mendapat perhatian khusus, sebagai berikut : 1. Kejadian diare meningkat dari tahun ke tahun. 2. Sebagian besar masyarakat menggunakan sumur gali sebagai sumber air minum bagi keluarga. 3. Latar belakang pendidikan dan sosial ekonomi masyarakat sebagian besar rendah, sehingga pemahaman tentang penyebab diare dan upaya pencegahan diare juga relatif rendah. 4. Belum pernah dilakukannya penelitian mengenai jumlah koloni E.Coli di sumur dengan kejadian diare. C. Pembatasan Masalah Dari keempat masalah yang dihadapi oleh Puskesmas Kecamatan Curug tersebut, masalah utama yang berhubungan dengan kejadian diare adalah jumlah koloni E.coli dalam sumber air minum. Oleh karena itu, peneliti dapat membatasi permasalahan penelitian : kejadian diare sebagai variabel dependen, dan jumlah koloni E.Coli di sumur sebagai variabel independen. Karena jumlah koloni E.Coli di sumur yang memenuhi persyaratan dapat mencegah timbulnya diare, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan status kesehatan khususnya dalam keluarga.

8 D. Perumusan Masalah Penelitian ini dirancang dan dilaksanakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi : Apakah ada hubungan antara jumlah koloni E.Coli dalam sumur dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Curug Kota Serang tahun 2013? E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara jumlah koloni E.Coli dalam sumur dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Curug Kota Serang tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Mendapatkan gambaran kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Curug Kota Serang tahun 2013 b. Mendapatkan gambaran jumlah koloni E.Coli dalam sumur di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Curug Kota Serang tahun 2013 c. Menganalisis hubungan antara jumlah koloni E.Coli dalam sumur dengan kejadian diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Curug Kota Serang tahun 2013. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Kecamatan Curug Kota Serang Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama untuk :

9 a. Kepala Puskesmas, untuk meningkatkan pelayanan dan pencegahan penyakit diare dalam masyarakat melalui sarana dan sumber air minum yang sehat b. Masyarakat dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan penyakit diare melalui penurunan jumlah koloni E.Coli dalam sumur. 2. Bagi Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Indonusa Esa Unggul Diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan tentang penyakit diare, dan dapat dijadikan referensi untuk penelitian lain yang sejenis. 3. Bagi Peneliti Lainnya Semua pihak yang berminat untuk memperoleh informasi dan data dasar dalam mengadakan penelitian lanjutan yang berkaitan dengan penelitian ini.