EVALUASI KELAYAKAN DAN PENINGKATAN KINERJA JALAN LINGKAR KUDUS

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS JALAN LINGKAR SALATIGA. Kiki Trisnawati, Agnes Putri Wulandari, Bambang Riyanto *), Moga Narayudha *)

PERENCANAAN JALAN LINGKAR UTARA KOTA WONOSARI, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB III LANDASAN TEORI. lintas (traffic light) pada persimpangan antara lain: antara kendaraan dari arah yang bertentangan.

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014, Halaman 511

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN UNGARAN - CANGKIRAN. (Design Increasing Ungaran Cangkiran of Road)

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI

RENCANA JALAN TOL TENGAH DI JL. AHMAD YANI SURABAYA BUKAN MERUPAKAN SOLUSI UNTUK PENGURANGAN KEMACETAN LALU-LINTAS

LEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad )

MANAJEMEN LALU LINTAS SATU ARAH KAWASAN TIMUR SEMARANG. Agus Darmawan, Angga Ajie Permana, Supriyono *), Eko Yulipriyono

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu lintas. Kinerja dari suatu

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

ANALISIS KINERJA JALINAN JALAN IMAM BONJOL-YOS SOEDARSO PADA BUNDARAN BESAR DI KOTA PALANGKA RAYA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN DENGAN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA GRESIK STA STA KABUPATEN GRESIK PROPINSI JAWA TIMUR

BAB IV ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN CONGOT JALI WAWAR SISI SELATAN JAWA TENGAH. Disusun Oleh : Semarang, Nopember 2010

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

Gambar 5.1. Geometrik Tinjauan Titik I Lokasi Penelitian.

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER

MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR

RINGKASAN SKRIPSI ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN SISINGAMANGARAJA (KOTA PALANGKA RAYA)

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

KAJIAN KEBUTUHAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG 6 KUTABLANG LHOKSEUMAWE

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 SIMPANG

Mulai. Studi pustaka. Observasi awal. Proposal disetujui. Survei pendahuluan. Pelaksanaan survei dan pengumpulan data Rekapitulasi data

ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL SECARA TEORITIS DAN PRAKTIS

KINERJA DAN RANCANGAN PEMECAHAN MASALAH LALU LINTAS BAGIAN BARAT UTARA KOTA SEMARANG

MANAJEMEN LALU-LINTAS DAN EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jl. Semolowaru-Jl. Klampis Semolo Timur-Jl.Semolowaru- Jl.

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

BAB 1 PENDAHULUAN. simpang merupakan faktor penting dalam menentukan penanganan yang paling tepat

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

DAMPAK LALU LINTAS AKIBAT PEMBANGUNAN APARTEMEN BALI KUTA RESIDENCE (BKR) Di KUTA, BALI

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PENINGKATAN KINERJA PERSIMPANGAN SEBIDANG PURI KEMBANGAN

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

Peningkatan arus bongkar muat pelabuhan Tanjung Perak Surabaya

ANALISIS KAPASITAS JALAN TERHADAP KEMACETAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja atau tingkat pelayanan jalan menurut US-HCM adalah ukuran. Kinerja ruas jalan pada umumnya dapat dinyatakan dalam kecepatan,

PEMODELAN LALU LINTAS PADA SIMPANG BERSINYAL DI KOTA YOGYAKARTA (STUDI KASUS SIMPANG PINGIT

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

Pengaruh Pemberlakuan Rekayasa Lalulintas Terhadap Derajat Kejenuhan Pada Simpang Jalan Pajajaran dan Jalan Pasirkaliki

OPTIMASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL BERHIMPIT (STUDI KASUS SIMPANG DR. RAJIMAN LAWEYAN, SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

METODE BAB 3. commit to user Metode Pengamatan

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Simpang Bangak di Kabupaten Boyolali)

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

ANALISIS KINERJA SIMPANG TIGA PADA JALAN KOMYOS SUDARSO JALAN UMUTHALIB KOTA PONTIANAK

ABSTRAK. Kata Kunci: Evaluasi, pola pergerakan, efektivitas, ZoSS. iii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disusun oleh : Firendra Hari Wiarta Praptono

ANALISA DAMPAK HAMBATAN SAMPING DAN U-TURN TERHADAP KECEPATAN KENDARAAN (STUDI KASUS DEPAN PASAR FLAMBOYAN JALAN GAJAH MADA KOTA PONTIANAK)

EVALUASI KELAYAKAN TEKNIS LALU LINTAS PADA PERANCANGAN UNDERPASS JATINGALEH SEMARANG

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL PADA SIMPANG TIGA JL. KUPANG INDAH JL. RAYA KUPANG JAYA JL. DUKUH KUPANG UTARA 1 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

ANALISA DAN KOORDINASI SINYAL JALAN DIPONEGORO SURABAYA

Kajian Kapasitas Jalan dan Derajat Kejenuhan Lalu-Lintas di Jalan Ahmad Yani Surabaya

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI III-1

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

PENGARUH PARKIR ON-STREET TERHADAP KINERJA RUAS JALAN ARIEF RAHMAN HAKIM KOTA MALANG

ANALISIS PENGARUH PELEBARAN RUAS JALAN TERHADAP KINERJA JALAN

Pristiwa Sugiharti 1, Wahyu Widodo 2. 2 Staff Pengajar Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

III. METODE PENELITIAN. mengemukakan secara teknis tentang metoda-metoda yang digunakan dalam

TUGAS AKHIR. ANALISIS KINERJA SIMPANG BERSINYAL DAN RUAS JALAN (Studi Kasus: Jalan Penjernihan 1 Jalan KH. Mas Mansyur) Jakarta Pusat

Evaluasi Kinerja Jalan Arteri Primer Jalan Raya Yogya Solo Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Sleman DIY. Simpang ini menghubungkan kota Jogjakarta dengan kota-kota lain di

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

DERAJAT KEJENUHAN JALAN DUA ARAH DENGAN MAUPUN TANPA MEDIAN DI KOTA BOGOR. Syaiful 1, Budiman 2

EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

ANALISIS KINERJA DAN ALTERNATIF PENGATURAN SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus : Jalan Sunset Road-Jalan Nakula-Jalan Dewi Sri di Kabupaten Badung)

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan transportasi. Akibatnya terjadilah peningkatan pengguna jaringan. hambatan bila tidak ditangani secara teknis.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. lebih sub-pendekat. Hal ini terjadi jika gerakan belok-kanan dan/atau belok-kiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

Transkripsi:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 116 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 116 125 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts EVALUASI KELAYAKAN DAN PENINGKATAN KINERJA JALAN LINGKAR KUDUS Asep Setyobudianto, Singgih Prasetyo, Bagus Hario Setiadji *), Moga Narayudha *) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Jalan Lingkar Kudus merupakan jalan arteri primer yang menghubungkan lalu lintas dari ibu kota provinsi Jawa Timur yaitu Surabaya menuju Ibukota Provinsi Jawa Tengah yaitu Semarang. Jalan lingkar ini dibuat dengan tujuan mengalihkan lalu lintas kendaraan tanpa harus melewati kawasan perkotaan sehingga mencegah terjadinya kemacetan di kawasan tersebut. Pembangunan jalan pertama kali dimulai pada tahun 1997 dan telah mengalami beberapa kali perbaikan atau peningkatan jalan. Di usianya yang semakin tua, diperlukan evaluasi terhadap kinerja lalu lintas, geometri jalan, perkerasan, saluran drainase, dan fasilitas pelengkap seperti lampu penerang, marka, dan rambu lalu lintas. Hasil dari evaluasi diharapkan mampu meningkatkan kualitas jalan dalam melayani pergerakan lalu lintas. kata kunci : Kudus; kinerja; geometri; perkerasan; drainase; lampu penerang; marka; rambu ABSTRACT Kudus Ring Road is a primary arterial road that connects traffic from the provincial capital of East Java s Surabaya to the provincial capital of Central Java s Semarang. This ring road was establised with the purpose to redirecting traffic without having to pass through the urban area, so it can reduced the traffic jam. First construction was started at 1997 and has several repairs or improvements. At an early age getting older, this ring road needs an evaluation for many fators such as traffic performance, road geometry, road pavement, drainage channel, and complement facility such as light lamp, road marker, and traffic s signs. The results of the evaluation are expected to improve the quality of this ring road in serving the traffic movements. keywords: Kudus; performance; geometry; pavements; drainage; light lamp; marker; sign. *) Penulis Penanggung Jawab 116

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 117 PENDAHULUAN Jalan Lingkar Kudus terletak di wilayah Pantura dengan keragaman dan volume lalu lintas yang cukup tinggi. Di wilayah ini juga terdapat beragam potensi industri, perdagangan dan pariwisata yang cukup besar. Keadaan seperti ini menuntut tersedianya kondisi jalan yang baik guna terciptanya kelancaran berlalu lintas demi kesuksesan beragam aspek pembangunan di Kabupaten Kudus. Pemerintah dalam usahanya menyediakan jalan sebagai prasarana transportasi membangun jalan ini yang ditetapkan sebagai jalan nasional dengan fungsi jalan arteri primer sesuai SK Menteri No. 631/KPTS/M/2009. Jalan ini dibangun untuk menghubungkan transportasi Kota Semarang (Jawa Tengah) dan Kota Surabaya (Jawa Timur) tanpa memasuki wilayah perkotaan Kudus. Seiring bertambahnya masa layan, ditemui beberapa permasalahan yang menghambat kinerja jalan tersebut. Permasalahan tersebut antara lain perkerasan jalan yang sering mengalami kerusakan, adanya antrian yang panjang pada simpang, dan adanya genangan air pada badan jalan hampir di setiap musim hujan. Kondisi saluran drainase juga tidak mampu menampung debit aliran yang ada. Fasilitas pelengkap jalan pada beberapa bagian jalan ditemukan rusak dan bahkan sudah tidak ada. Gambar 1 hingga Gambar 4 memperlihatkan beberapa permasalahan yang terjadi di Jalan Lingkar Kudus. Gambar 1. Antrian Panjang pada Persimpangan Gambar 2. Kerusakan pada Perkerasan 117

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 118 Gambar 3. Banjir pada Musim Hujan Gambar 4. Kondisi Saluran Drainase Bermula dari peristiwa ini, maka dirasa perlu diadakan evaluasi kembali terhadap kelayakan jalan tersebut. Evaluasi yang dilakukan menyeluruh terhadap aspek kinerja lalu lintas, geometrik, perkerasa, saluran drainase, dan fasilitas pelengkap jalan. Aspek aspek tersebut perlu dikaji ulang sehingga hasil evaluasi dapat digunakan sebagai dasar peningkatan kualitas jalan dan mengurangi resiko kerugian yang lebih besar. TUJUAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan : a. Menentukan kinerja jalan dan lalu lintas serta drainase dari jalan lingkar Kudus. b. Memberikan solusi terhadap masalah yang ditemui untuk peningkatan kinerja jalan dan lalu lintas. METODOLOGI Metodologi pada penelitian ini adalah seperti yang ditampilkan pada Gambar 5. 118

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 119 Mulai Persiapan Studi Pustaka Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data Pengumpulan Data Data Primer Survei Lalu Lintas Survei Kondisi Jalan dan Lingkungan Sekitar Survei Saluran Drainase Data Sekunder Data LHR Data CBR Data Topografi Data Geometrik Data Perkerasan Jalan Data Curah Hujan Data Cukup Tidak Ya Evaluasi: 1. Kinerja Lalu Lintas (DS) 2. Geometrik Jalan 3. Tebal Perkerasan. 4. Saluran Drainase 5. Fasilitas Pelengkap Jalan A Gambar 5. Bagan Alir Metodologi Penelitian 119

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 120 A Ya Sesuai Spesifikasi Tidak Pemecahan Masalah Gambar Desain Kesimpulan Selesai HASIL PENELITIAN Gambar 5. Bagan Alir Metodologi Penelitian (lanjutan) a. Kinerja Ruas Jalan Kinerja ruas jalan dilakukan dengan membandingkan antara volume lalu lintas eksisting dan kapasitas jalan. Volume lalu lintas diperoleh melalui survey traffic count yang dilakukan pada jam sibuk pagi, siang, dan sore hari masing masing arah pada setiap simpang. Volume lalu lintas terbesar masing-masing arah pada setiap ruas dikonversi dari kendaraan/jam menjadi smp/jam. Kemudian dilakukan perhitungan kapasitas (C) dan derajat kejenuhan mengikuti ketentuan MKJI 1997 sebagai berikut: C = Co x FCw x FCsf x FCsp... (1) DS = Q/C... (2) Dimana : C = Kapasitas (smp/jam) Co = Kapasitas dasar (smp/jam/lajur) FCw = Faktor Penyesuaian Akibat Lebar Lajur Lalu Lintas FCsf = Faktor Penyesuaian Akibat Hambatan Samping FCsp = Faktor Penyesuaian Kapasitas akibat Pemisah Arah DS = Derajat Kejenuhan. Batas derajat kejenuhan pada ruas yang diijinkan yaitu 0,75 (MKJI 1997) Q = Volume lalu lintas eksisting (smp/jam) 120

Semarang Pati JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 121 Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perhitungan Derajat Kejenuhan Ruas Q C Arah Ruas DS (smp/jam) (smp/jam) (a) (c) (d) (e) (f=d/e) Ngembal-Mejobo 1469 3874,86 0,38 Mejobo-Tanjung 1521 3800,00 0,40 Tanjung-Tanggulangin 1153 4031,42 0,29 Mejobo-Tanjung 1808 3953,14 0,46 Tanjung-Tanggulangin 1751 4031,42 0,43 Ngembal-Mejobo 1807 4031,42 0,45 Hasil perhitungan derajat kejenuhan pada Tabel 1 memperlihatkan bahwa seluruh ruas jalan yang terdapat di sepanjang Jalan Lingkar Kudus memiliki nilai DS < 0,75. Hal ini memperlihatkan bahwa kapasitas yang dimiliki oleh ruas jalan tersebut masih mampu menampung arus lalu lintas yang ada sehingga kondisi lalu lintas masih lancar. b. Kinerja Simpang Kinerja simpang dihitung dengan mengkonversi volume lalu lintas terbesar masingmasing pendekat dari kendaraan/jam menjadi smp/jam. Volume tersebut kemudian dibandingkan terhadap kapasitas simpang sehingga diperoleh derajat kejenuhan pada simpang tersebut. Perhitungan dilakukan mengikuti ketentuan MKJI 1997 sebagai berikut : C = S x... (3) DS = Q/C... (4) Dimana : C = Kapasitas (smp/jam) S = Arus jenuh (smp/jam hijau) g = Waktu hijau eksisting (detik) c = Waktu siklus (detik) DS = Derajat Kejenuhan Simpang. Batas derajat kejenuhan pada simpang yang diijinkan yaitu 0,85 (MKJI 1997) Q = Volume lalu lintas eksisting (smp/jam) Dari hasil evaluasi hampir seluruh derajat kejenuhan disetiap simpang tidak memenuhi syarat. Pengaturan ulang sinyal perlu dilakukan pada setiap simpang agar derajat kejenuah setiap simpang memenuhi syarat secara sistem maupun secara jaringan. Perbandingan sebelum dan setelah evaluasi kinerja simpang akan ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Hasil Evaluasi Simpang Ngembal Sebelum evaluasi Setelah evaluasi Antrian Rata-Rata 0,78 0,698 Tundaan Rata-Rata 31,792 25,601 Waktu Siklus 80 85 Derajat Kejenuhan 0,937 0,488 121

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 122 Tabel 2. Perbandingan Hasil Evaluasi (lanjutan) Simpang Mejobo Sebelum evaluasi Setelah evaluasi Antrian Rata-Rata 1,987 0,791 Tundaan Rata-Rata 168,547 35,894 Waktu Siklus 88 102 Derajat Kejenuhan 1,215 0,64 Simpang Tanjung Sebelum evaluasi Setelah evaluasi Antrian Rata-Rata 1,928 0,826 Tundaan Rata-Rata 175,487 40,472 Waktu Siklus 88 102 Derajat Kejenuhan 1,609 0,588 Simpang Tanggulangin Sebelum evaluasi Setelah evaluasi Antrian Rata-Rata 0,807 0,647 Tundaan Rata-Rata 27,611 19,097 Waktu Siklus 86 78 Derajat Kejenuhan 0,847 0,576 c. Alinyemen Horizontal Evaluasi alinyemen horizontal berfungsi untuk mengetahui apakah tikungan Jalan Lingkar Kudus memiliki jari-jari tikungan (R) sesuai desain yang berdasarkan pada kecepatan rencana. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dari tujuh tikungan yang ada terdapat dua tikungan (STA 1+500 dan STA 1+800) yang belum memenuhi syarat karena Rc < Rmin. Adapun Rmin yang disyaratkan adalah 210 meter karena jalan ini merupakan jalan arteri primer dengan kecepatan rencana 80 km/jam (Departemen Pekerjaan Umum, 1997). Tikungan tersebut seharusnya diubah jari-jarinya sesuai persyaratan, namun solusi tersebut tidak mungkin diterapkan. Alternatif solusi yang tepat adalah dengan menambahkan rambu peringatan untuk menurunkan kecepatan dan menambahkan marka strip sebelum lampu lalu lintas sehingga pengendara cenderung menurunkan kecepatan. d. Alinyemen Vertikal Evaluasi alinyemen vertikal terbatas untuk mengetahui apakah kelandaian dan panjang kritis memenuhi atau tidak. Kelandaian maksimum yang diijinkan untuk kecepatan rencana 80 km/jam adalah 5% (Departemen Pekerjaan Umum, 1997). Evaluasi dilakukan pada dua alinyemen vertikal yang ada dan semuanya memenuhi syarat karena kelandaian pada masing-masing lengkung tidak melebihi 5% dan jarak antara kedua lengkung lebih besar dari setengah jumlah panjang lengkung yang berdekatan. e. Perkerasan Evaluasi perkerasan yang dilakukan adalah evaluasi perkerasan kaku yang ditujukan untuk mengetahui apakah tebal perkerasan eksisting mampu menahan beban lalu lintas atau tidak. Evaluasi dilakukan dengan mengacu peraturan Pd T-14-2003 tentang Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen (Kementrian Pekerjaan Umum, 2003). Ketebalan plat minimum yang diperoleh dari perhitungan adalah 230 mm dengan asumsi nilai CBR tanah dasar adalah 4,2%. Ketebalan ini cukup mampu dalam melayani beban lalu lintas yang ada dengan hasil analisa fatik sebesar 0% dan analisa 122

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 123 erosi sebesar 51,71%. Pada kenyataannya plat beton eksisting saat ini memiliki ketebalan 310 mm, jauh lebih besar dari tebal plat minimum. Dari perbandingan ini dapat disimpulkan bahwa ketebalan plat beton di Jalan Lingkar Kudus aman dalam menahan beban lalu lintas f. Drainase. Evaluasi drainase mengacu pada Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan No.008/T/BNKT/1990 (Departemen Pekerjaan Umum, 1990). Cara yang dilakukan adalah dengan membandingkan debit saluran apakah lebih besar daripada debit aliran. Adapun untuk dimensi saluran eksisting bervariasi antara 80x80cm, 100x80 cm, 100x150 cm, dan 150x80 cm. Hasil evaluasi pada STA 0+000 - STA 1+000 dan STA 4+000 STA 10+700 arah Pati, STA 0+200 STA 0+400 dan STA 4+100 STA 10+700 arah Demak tidak mampu menampung debit aliran. Perhitungan pada salah satu segmen saluran (STA 0+000- STA1+000) menunjukkan besarnya debit aliran adalah 1,647 /detik sedangkan debit yang dapat ditampung saluran adalah 0,97 m 3 /det. Hal ini menunjukkan bahwa pada STA tersebut, saluran samping tidak mencukupi dalam menampung debit aliran sehingga perlu dilakukan perhitungan ulang untuk mendapatkan dimensi saluran yang mencukupi. Hasil pendimensian menunjukkan bahwa dimensi saluran diusulkan diperbesar menjadi 100x150 cm. Dimensi ini merupakan hasil pertimbangan terhadap kemampuan menampung debit aliran dan juga menyesuaikan saluran eksisting yang telah ada sehingga mencegah terjadinya sedimentasi akibat perbedaan elevasi dasar/kedalaman. g. Lampu Penerang Jalan Lampu penerang jalan eksisting yang digunakan adalah lampu merkuri MBF/U dengan tinggi 10 meter. Pada STA 4+600 STA 4+900 tidak ditemui adanya lampu penerang jalan sehingga diperlukan pengadaan lampu penerang jalan yang dipasang pada median jalan dengan jarak antar lampu sebesar 50 meter. Adapun spesifikasi lampu yang digunakan mengikuti ketentuan SNI 7391:2008 tentang Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan (Badan Standarisasi Nasional, 2008). h. Marka Dari hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan, marka jalan yang berada disepanjang ruas Jalan Lingkar Kudus sudah sesuai dengan persyaratan yang ada. Tetapi marka pada STA 0+700 STA 1+000 dan beberapa Zebracross persimpangan yang terdapat didalam Jalan Lingkar Kudus sudah mulai memudar. Sehingga tindak peningkatan yang bisa dilakukan adalah pengecatan ulang marka garis pada STA tersebut. Spesifikasi marka yang digunakan mengacu pada Pd T-12-2004-B tentang Penempatan Marka Jalan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2004) i. Rambu Di sepanjang Jalan Lingkar Kudus terdapat beberapa rambu lalu lintas yang belum ditempatkan sesuai kebutuhan. Terdapat juga beberapa bagian jalan yang belum dipasangi rambu. Solusi yang dapat dilakukan adalah memindahkan rambu tersebut serta menambahkan beberapa rambu sesuai dengan fungsi dan kebutuhan. Hasil evaluasi seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. 123

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 124 Tabel 3. Kebutuhan Rambu Lalu Lintas Sta. Arah Semarang Jarak dengan Jarak dengan Sta. Atah Pati Objek (m) Objek (m) 1+660 Belok Kanan 160 0+218 Belok Kiri 160 1+960 Belok Kiri 160 1+640 Belok Kanan 160 5+545 Belok Kanan 180 4+854 Belok Kiri 160 8+753 Belok Kiri 180 6+680 Belok Kiri 160 8+000 Rambu Hati-Hati 0 8+167 Belok Kanan 160 10+650 Rambu Hati-Hati 50 10+600 Rambu Penunjuk Arah 100 KESIMPULAN a. Dari hasil penilaian kinerja jalan, setiap ruas jalan Jalan Lingkar Kudus masih mampu dalam melayani lalu lintas yang ada. Hal ini dapat dilihat dari nilai DS terbesar yaitu 0,46 yang terjadi di ruas Tanjung-Tanggulangin arah Semarang. Nilai tersebut masih memenuhi syarat maksimum kinerja jalan yaitu nilai DS<0,75. b. Hasil evaluasi kinerja simpang menunjukkan bahwa dengan menggunakan waktu hijau eksisting terdapat beberapa nilai derajat kejenuhan yang tidak memenuhi persyaratan. Sehingga waktu hijau dan waktu siklus perlu dihitung ulang agar syarat untuk masingmasing pendekat dapat terpenuhi. c. Hasil evaluasi geometri untuk alinyemen vertikal dan horizontal masih memenuhi syarat sehingga tidak perlu dilakukan peningkatan. d. Hasil evaluasi tebal perkerasan menununjukkan bahwa ketebalan lapis perkerasan kaku di Jalan Lingkar Kudus masih masih mampu dalam menahan beban lalu lintas saat ini. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa tebal minimum yang dibutuhkan adalah 23 cm, sedangkan ketebalan yang ada di lapangan sebesar 31 cm. Analisa fatik dan erosi untuk ketebalan 23 cm juga cukup memenuhi persyaratan dimana tebal tersebut menghasilkan nilai fatik 0% dan nilai erosi 51,71 %. e. Hasil evaluasi saluran drainase menunjukkan bahwa beberapa bagian saluran eksisting tidak mampu dalam menampung debit aliran untuk daerah tangkapan yang dilayani. Bagian saluran tersebut meliputi saluran pada STA 0+000 - STA 1+000 dan STA 4+000 STA 10+700 arah Pati dan STA 0+200 STA 0+400 dan STA 4+100 STA 10+700 arah Demak. Solusi yang dilakukan adalah dengan mendimensi ulang saluran. f. Hasil evaluasi bangunan pelengkap jalan menunjukkan bahwa pada beberapa bagian jalan belum terdapat lampu penerang jalan pada STA 4+600 STA 4+900. Jenis lampu yang dapat digunakan adalah lampu penerang jenis 400W MBF/U dengan tinggi 10 meter. Marka jalan juga mulai memudar, dimana pada STA 0+700 STA 1+000 perlu diadakan pengecatan ulang untuk jenis marka garis tepi, marjinal, dan marka sumbu dan pemisah. Fasilitas lain yang perlu dilakukan adalah pengadaan papan rambu. DAFTAR PUSTAKA Badan Standarisasi Nasional. 2008. SNI 7391:2008 Spesifikasi Penerangan Jalan di Kawasan Perkotaan. Badan Standarisasi Nasional: Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 1990. Petunjuk Desain Drainase Permukaan Jalan No.008/T/BNKT/1990. Direktorat Jenderal Bina Marga: Jakarta. 124

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 125 Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia. Direktorat Jenderal Bina Marga: Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. 1997. Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota. Direktorat Jendral Bina Marga: Jakarta. Kementrian Pekerjaan Umum. 2003. Perencanaan Perkerasan Jalan Beton Semen Pd T- 14-2003. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah. Jakarta. Kementrian Pekerjaan Umum. 2004. Penempatan Marka Jalan Pd T-12-2004-B. Pustran- Balitbang PU. Jakarta. Surat Keputusan Menteri Nomor 631/KPTS/M/2009 tentang Penetapan Ruas-Ruas Jalan Menurut Statusnya Sebagai Jalan Nasional. 31 Desember 2009. Jakarta. 125