ukur tinggi pohon dengan tali utama, kita turun dari pohon menggunakan tali prussik maupun descender.



dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENGUDUHAN DAN EKSTRAKSI BUAH. Kelompok 2 : Ade Indah Muktamarianti. Pradiana Roro Ayu Candra

Standard Operating Procedure PENGOPERASIAN CHAINSAW (CHAINSAW OPERATION)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KANTOR KESEHATAN PELABUHAN

Sumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.

2014, No PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KESEHATAN PELABUHAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

JERUK SIAM PONTIANAK DAN KEPROK TERIGAS UNTUK MENINGKATKAN. E.M.Rachmat S., Titik Purbiati, John David H, Tomy Purba dan Melia Puspitasari

Setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran 9 diharapkan peserta didik mampu; melaksanakan pengajiran tanaman sayuran.

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR (SOP) PT. ARFAK INDRA

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 MANDOR PERKERASAN JALAN

Peraturan...

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG SIPIL. Tukang Pasang Bata Pelaksanaan K3 F.45 TPB I 01 BUKU PENILAIAN

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA TENTANG PAKAIAN DINAS HARIAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG

Ergonomic Assessment Pada Home Industri (Studi Kasus Industri Tempe)

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

BAB IV HASIL DAN ANALISA

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR BANGUNAN GEDUNG EDISI 2011 JURU UKUR BANGUNAN GEDUNG

Materi Pelatihan Bekerja di Ketinggian

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pe

2016, No Indonesia Tahun 2006 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4658); 3. Peraturan Presiden Nomor 99 Tahun 2007 ten

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN. Nomor : KM 6 Tahun 2004 TENTANG

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

MODUL 3 KESELAMATAN KERJA (Kebijakan dan Prosedur K3)

Susur Gua Vertikal dan Horisontal

-2-3. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan

- 2 - Geofisika Nomor 17 Tahun 2014 tentang Organisasi dan

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR

AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

ASPEK KESELAMATAN DALAM LINGKUNGAN KERJA LISTRIK

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

KETENTUAN PAKAIAN SERAGAM UNTUK SISWA SMK NEGERI 1 TANAH GROGOT TAHUN PELAJARAN 2016/2017

PANDUAN MENJAHIT MODEL-012

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 9. PERKEMBANGBIAKAN DAN PENYESUAIANDIRI MAKHLUK HIDUPLatihan soal 9.2

//1 A \ DEMO : Purchase from to remove the watermark. 3. WANITA 2 Tampak depan Tampak belakang Keterangan

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN

K3 KERJA DIKETINGGIAN Oleh: Ramadin Wahono Subekti

Didesain agar nyaman dan tahan lama.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

PANDUAN MENJAHIT MODEL-004

KUESIONER PENELITIAN ACTION RESEARCH PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DI KAMAR BERSALIN RUMAH SAKIT JIH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi juga memiliki karakteristik yang bersifat unik, membutuhkan sumber

MODUL PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI SUB SEKTOR SIPIL EDISI 2012 PELAKSANA LAPANGAN PEKERJAAN JALAN

TEKNIK PENEBANGAN KAYU

PT.AMAN BERKAH SEJAHTERA

Disaster Management. Transkrip Minggu 4: Tindakan Pertolongan Pertama dan Penyelamatan Korban Bencana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penyaratan yang dimaksud adalah penyaradan (Pen)

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan peremajaan, dan penanaman ulang. Namun, petani lebih tertarik BAB II TUJUAN

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

ANALISIS MUTU KAYU BENTUKAN (MOULDING) JATI (Tectona grandis L.f.) PADA INDUSTRI MOULDING DI KOTA KENDARI, SULAWESI TENGGARA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 09 TAHUN 2015 TENTANG PENGGUNAAN PAKAIAN DINAS PEGAWAI NEGERI BADAN SAR NASIONAL

PANDUAN PEMBELIAN KVARTAL. Gorden dan sistem penggantung gorden KOMPONEN

Lampiran 1. A. Kuesioner Nordic Body Map Nama : Umur : Pendidikan terakhir : Masa kerja :...tahun


BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian Percobaan I: Pengaruh Tingkat Berbuah Sebelumnya dan Letak Strangulasi Terhadap Pembungaan Jeruk Pamelo Cikoneng

Perancangan Teknik Industri 3

BAB III STUDI PEMASANGAN JARINGAN LISTRIK TEGANGAN RENDAH DI PERUMAHAN MEKAR SARI REGENCY

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEMUNDURAN FISIOLOGIS DENGAN STRES PADA LANJUT USIA DI POLI LANSIAPUSKESMAS KECAMATAN KALIDERES TAHUN 2014

Oleh : Iskandar Z. Siregar


BAB I PENDAHULUAN. mandat oleh pemerintah untuk mengelola sumber daya hutan yang terdapat di

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

ORIENTASI K3 UNTUK PEKERJA BARU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

JOB SAFETY ANALYSIS JOB DESCRIPTION Menggunakan (Memasang Melepas) Scaffolding (Perancah)

BAB III METODE PEMBUATAN

Sehat Mengenakan Tas Ransel Sunday, 12 February :16

Daftar Isi. Kata Pengantar : Tiga Hal Penting Yang Diharapkan Dari Para Peserta Pelatihan Praktek Kerja Teknis 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

KESELAMATAN KERJA PADA PENGERJAAN BENGKEL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia, alih fungsi lahan pertanian merupakan masalah yang

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PAKAIAN DINAS TENAGA KONTRAK PEGAWAI TIDAK TETAP DAN TENAGA UPAH JASA DI

Briefing , 18 July 2016 Day 1-3, July 2016 Day 4, 23 July 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN

Universitas Sumatera Utara

Perlengkapan pribadi untuk pendakian antara lain:

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA JOB SHEET BUSANA PRIA. 1. Kompetensi Mampu membuat Jaket

PANDUAN MENJAHIT MODEL-001

KEPUTUSAN MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI NOMOR: 300.K/38/M.PE/1997 TENTANG KESELAMATAN KERJA PIPA PENYALUR MINYAK DAN GAS BUMI,

Pengertian. Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PAKAIAN KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

DAFTAR ISI. COVER... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI... iii. LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN... iv

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang menjadi sentra penanaman jati adalah puau Jawa (Sumarna, 2007).

TATA TERTIB PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembibitan Jati. tinggi. Pohon besar, berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi m.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Transkripsi:

ukur tinggi pohon dengan tali utama, kita turun dari pohon menggunakan tali prussik maupun descender. Disarankan agar pemanjat menerima training/peltihan yang tepat terhadap teknik dan tindakan pencegahan keamanan sebelum mereka mulai memanjat, dan tugas yang sangat sulit hanya dapat dikerjakan oleh pemanjat yang berpengalaman. Pelatihan pengamanan utnuk pemanjat harus melibatkan operasi penyelamatan pada tajuk misalnya kasus pemanjat yang tidak dapat turun sendiri. Oleh karenanya, dua set peralatan pemanjatan harus selalu tersedia di tempat pemanjatan, dan setidaknya dua pemanjat terlatih harus termasuk dalam tim pengumpulan. Selanjutnya, staff harus dilatih dengan dasar-dasar pertolongan pertama dan tim harus dilengkapi kotak pertolongan pertama. Sumber : Schmidt,Lars. 2002. Pedoman Penanganan Benih Tanaman Hutan Tropis dan Sub Tropis Versi Bahasa Indonesia. Jakarta : Departemen Kehutanan.

talinya, ikat pinggangnya, saku atau tambahan lain yang dapat tersangkut di cabang. Pemajatan pohon dengan adanya banyak sekali semut akan menyusahkan, pakaian lebih baik dengan resleting dibandingkan dengan kancing dan elastic disekitar pergelangan tangan dan pergelangan kaki memeberikan beberapa perlindungan. sepatu yang diapakai harus kuat dan enak dipakai. Penggunaan sarung tangan dapat disarankan untuk melindungi tangan. b. Pemanjatan pada percabangan Pemanjatan pada percabangan dilakukan dengan cara mengganti stropper. Dalam penggantian stropper yang harus diingat adalah sebelum stropper pertama dilepas, kita harus memastikan bahwa stropper kedua dalam posisi yang tepat. Pemasangan carabiner stropper kedua pada harness harus diatas carabiner stropper pertama, untuk memudahkan pelepasan carabiner stropper pertama. c. Pengunduhan Sebelum melakukan pengunduhan, kita buat anchor pada cabang tertinggi yang kuat sebagai penahan berat badan pemanjat. Setelah anchor terpasang, kita dapat melakukan pengunduhan pada cabang maupun anak cabang. Pengunduhan buah pada pohon berdaun jarum lebih mudah dilakukan daripada pohon berdaun lebar. Hal ini disebabkan karena cabang pohon berdaun lebar secara umum mempunyai cabang yang lebih panjang, sehingga kita harus berjalan mengikuti arah cabang tersebut. d. Berpindah pohon Hal ini dimungkinkan apabila jarak kedua pohon yang diunduh mempunyai jarak yang relatif dekat dan ukuran pohon cukup tinggi. Alat yang digunakan antara lain jangkar dan tali. Teknik yang digunakan adalah dengan menarik ulur tali agar kita mendekat ke pohon kedua. Setelah kita sampai pohon kedua kita memasang anchor lagi dan melakukan pengunduhan kembali. 3. Turun dari pohon Sebelum kiuta turun kita harus memeriksa bahwa alat-alat maupun benih sudah kita turunkan terlebih dulu dengan menggunakan tali dan descender. Apabila panjang tali utama tidak cukup panjang, maka kita harus memindahkan anchor pada cabang yang lebih rendah. Setelah kita

saat, yaitu satu tangan dan dua kaki atau dua tangan dan satu kaki, dan hanya memindahkan satu tungkai atau lengan setiap kali pindah. Walaupun semut mungkin menjad gangguan ekstrim selama pemanjatan pada beberapa pohon, mereka jarang menyebabkan bahaya yang nyata dibandingkan sejumlah hal yang lain. Namun, lebah dan penyengat dapat benar-benar berbahaya. Disarankan untuk mengamati tajuk dengan teropong sebelum naik, pohon dengan sarang lebah atau penyengat sebaiknya jangan pernah dipanjat. Hal lain yang perlu diperhatikan : kulit batang (ketebalan, kelicinan, kekerasan), percabangan (kekuatan cabang, cudut percabangan) serta diameter batang. Hal ini untuk menentukan peralatan yang akan dipergunakan. 2. Pemanjatan Pemanjatan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara dan alat, seperti dengan menggunakan tangga maupun tali serta dengan mengkombinasikan beberapa alat. Dalam pemanjatan, hal-hal yang harus diperhatikan antara lain : lokasi dan kondisi lapangan, karakteristik pohon, serta peralatan yang harus dipersiapkan. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai pemanjatan dengan menggunakan tali dan spurs. Adanya pemberat atau kelengkapan berlebihan dapat mengganggu keamanan dan kemudahan memanjat karena dapat kusut di cabang dan berbahaya jika jatuh. Sementara saat pemanjatan naik turun, pemanjat harus bebas dari peralatan yang berlebihan. Yang khususnya berbahaya dalah segala sesuatuyang terikat di leher. Sepasang gunting dan gergaji pemangkas yang terlipat sangat praktis untuk menyisihkan penghalang pergerakan ketika memanjat. Semua peralatan lain lebih baik ditinggalkan di tanah dan dinaikkkan ke atas melalui peralatan yang kecil setelah pemanjat berada ditempatnya, dan disambungkan dengan titik jangkau dan siap untuk mulai mengumpulkan. Peralatan diturunkan sebelum pemanjat turun. a. Memulai pemanjatan Waktu memanjat kita harus menguasai betul teknik pemanjatan pohon. Penggunaan peralatan panjat seperti spurs, harness, carabiner maupun tali-temali harus sesuai dengan ketentuan. Pakaian harus kuat dan sesuai, tidak menjadi ketat, dan tidak mungkin lepas

Pemanjatan Pohon 1. Persiapan Dalam rangka melaksanakan pemanjatan pohon dibutuhkan adanya kombinasi antara kekuatan tangan dan keseimbangan. Untuk itu perlu dilakukan persiapan yang baik dan benar dengan perencanaan yang matang. a. Peralatan dan perlengkapan Dalam kegiatan pemanjatan untuk pengunduhan beniih peralatan dan perlengkapan yang digunakan antara lain : tali, harness atau sadel, karabiner, deskender, stopper, prussik, spurs, tangga, pelontar tali, three hook, baju pemanjat, sepatu boot, sarung tangan, helm, kantong buah. Peralatan dan perlengkapan tersebut harus dalam kondisi baik dan memnuhi syarat keamanan bagi Si pemanjat pohon. b. Latihan fisik Pemanjat harus sehat secara fisik, mempunyai keseimbangan indera yang baik, reaksinya cepat dan tidak menderita pusing ketinggian (acrophobia). Pemanjat yang tidak sehat, atau baru saja sembuh dari sakit yang melemahkan seperti malaria, tidak diperbolehkan memanjat. Tentu saja obat-obatan, alcohol atau sehabis mabuk harus dilarang untuk hal-hal yang berhubungan dengan pemnajatan. Latihan fisik yang perlu dilakukan antara lain : aerobik, chin up, knee raise, ledge hang, the dip, wrist roll dan lain-lain. c. Mempelajari karakteristik pohon Pohon mempunyai kekuatan fisik batang yang berbeda, beberapa jenis emmpunyai cabang yang sangat rapuh. Pemanjat pohon harus familiar dengan kekuatan jenis yang dia panjat. Cabang yang lebih rendah biasanya dapat gugur sendiri oleh absisi dari pohon. Oleh karena itu, sering ada beberapa cabang yang mati di bawah tajuk yang tidak aman dan tidak dapat menyangga orang. Pemanjat juga harus mengamati penyakit di cabang yang dapat menyebabkan mereka lemah. Ketika pemanjatan di cabang yang dapat menyebabkan mereka lemah. Ketika pemanjatan di cabang yang dapat menyebabkan mereka lemah. Ketika pemanjatan di cabang harus mempunyai tiga titik tumpu yang mendukung mereka setiap

TEKNIK PENGUNDUHAN DENGAN PEMANJATAN Latar Belakang Pembangunan hutan tanaman, tidak terlepas dari ketersediaan benih. Untuk memperoleh benih yang berkualitas ada beberapa tahapan yang harus dilakukan, diantaranya pengunduhan. Salah satu cara pengunduhan adalah dengan melakukan pemanjatan. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, sesuai dengan Keputusan Dirjen Reboisasi Lahan Nomor 068/Kpts/V/1998 tentang Petunjuk Teknis Pamanjatan Pohon dalam rangka Pengunduhan Benih, bahwa pengunduhan benih dengan pemanjatan pohon haruslah dilakukan dengan aman dan efektif, sehingga dapat meningkatkan kemampuan produksi dan kualitas benih dari suatu sumber benih dan menjamin keamanan serta keselamatan kerja. Pemanjatan diguanakan jika pohon tinggi dan buah atau cabang yang menghasilkan buah tidak dapat dicapai dengan alat bertangkai panjang dari tanah. Cara ini diaplikasikan pada tipe buah dan benih yang kecil, banyak dimangsa dan tersebar lebih awal, lambat gugur dan sebagainya. Pemanjatan merupakan hal yang sukar/sulit, memakan waktu dan memiliki resiko tertentu (walau dengan alat pengaman terbaik), dan hanya digunakan di mana sudah tidak ada alternatif lain, yang pada kenyataannya umum digunakan. Penduduk asli hutan sering merupakan pemanjat yang baik dan dapat memanjat pohon yang tinggi tanpa menggunakan sepatu kadang-kdangan dengan bantuan tali pendek yang diikatkan erat diantara kaki atau melalui pohon yang lebih kecil dan kemudian menuju pohon yang besar. Tetapi metode ini berat dan berbahaya. Keamanan pengumpulan benih hutan harus mempunyai prioritas tinggi dan pemanjatan hanya dilakukan oleh pemanjat terlatih dengan pertimbangan keamanan yang tepat. Ini biasanya meliputi penggunaan ikat pinggang pengamanan atau pengekang yang dihubungkan dengan tali pengaman ataupengaman kulit. Efisisensi pemanjatan tergantung pada bentuk pohon, teknik pemanjatan, hasil panen benih dan pemanjat. Maksud : memberikan informasi, khususnya kepada pengada benih mengenai tata cara/teknik pemanjatan pohon yang benar dan aman. Sedangkan tujuannya adalah agar supaya benih yang diproduksi berkualitas dan hasil yang diperoleh maksimal.

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN SULAWESI Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17,5 Sudiang Tlp (0411) 550076 FAX. (0411) 554501 M a k a s s a r SIARAN RRI KE-17 TEKNIK PENGUNDUHAN DENGAN PEMANJATAN Makassar, Oktober 2012