Profesi Pustakawan dan Eksistensinya

dokumen-dokumen yang mirip
PROFESIONALISME PUSTAKAWAN

Pertemuan 2 ETIKA PROFESI

Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Etika Profesi 3. Etika Komputer 4. Profesional & Profesionalisme. seorang Profesional

Seorang pelaku profesi harus mempunyai sifat : 1. Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya 2. Mampu mengkonversikan ilmu menjadi keterampilan 3.

Etika yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan,etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang berarti juga adat kebiasaan atau

ETIKA PROFESI PURWATI

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PERPUSTAKAAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. perpustakaan yang didasarkan pada keahlian dan rasa tanggung jawab sebagai

PENGANTAR ETIKA PROFESI

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PERAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA DINAS PERPUSTAKAAN DAN ARSIP PROVINSI SUMATERA UTARA

Komunikasi dan Etika Profesi

PERAN PUSTAKAWAN DI ERA INFORMASI

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

Demokratisasi Kerja. Untuk Meningkatkan Kompetensi Pustakawan

BAB I PENDAHULUAN. Kejaksaan negeri (biasa disingkat KEJARI) adalah lembaga kejaksaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masitoh Hamdayani, 2013

PEDOMAN PENGORGANISASIAN KOMITE ETIK RUMAH SAKIT DAN MAJELIS KEHORMATAN ETIK RUMAH SAKIT INDONESIA PERSI - MAKERSI

Lampiran INSTRUMEN KUESIONER PENERAPAN KODE ETIK PUSTAKAWAN PADA PERPUSTAKAAN POLITEKNIK NEGERI MEDAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR

Interaksi Pustakawan Dan Pemustaka

Peranan User Education Dalam Memahami. Karakteristik dan Kebutuhan Pemustaka

SUMBERDAYA MANUSIA PUSTAKAWAN: SEBAGAI SALAH SATU JENJANG KARIR 1 Oleh: Ir. Abdul Rahman Saleh, Dip.Lib., M.Sc. 2

No Indonesia. Selain itu, hasil karya Arsitektur dapat mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Dalam melakukan kegiat

KODE ETIK GURU INDONESIA

Peningkatan Kompetensi & Profesionalisme Tenaga Perpustakaan

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN KERJASAMA ANTAR PERPUSTAKAAN oleh : Arlinah I.R.

MENJADI PUSTAKAWAN PROFESIONAL BERSAMA IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA (IPI)

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang berkat limpahan rahmat serta karunia-nya kita semua dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KORPRI)

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar )

KODE ETIK KEBIDANAN. OLEH HJ. DJUMIATI, SKM, MKes

KODE ETIK PUBLIC RELATIONS (HUMAS RUMAH SAKIT)

Pertemuan 3. Pembahasan. 1. Pengertian Profesi 2. Pengertian Profesional 3. Pengertian Profesionalisme 4. Pengenalan Profesionalisme Bidang IT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. harus mempunyai nilai kompetensi (Mony, 2012:6). yang cukup panjang dan bukan hal yang kebetulan sesaat semata.

Profesionalisme dan Kode Etik

MANFAAT PENGOLAHAN BAHAN PUSTAKA UPT PERPUSTAKAAN UNIMA UNTUK TEMU KEMBALI INFORMASI OLEH MAHASISWA FAKULTAS MIPA

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan berbagai jenis tata rias pengantin nasional, internasional, tradisional, muslim

BAB I PENDAHULUAN. tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat

UNIVERSITI MALAYA FAKULTI PENDIDIKAN KUALA LUMPUR

MODUL BAHAN AJAR TUGAS [ETIKA PROFESI] Modul 2. Dosen: Elyas Palantei, ST., M.Eng., Ph.D

Taman Perpustakaan Cengkareng Arsitektur Hijau

PADA TAHUN 2020 MENHHASILKAN PERAWAT PROFESIONAL, PENUH CINTA KASIH DAN MAMPU BERSAING SECARA NASIONAL.

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat sekarang ini. Terjadinya krisis. Indonesia menyadarkan masyarakat untuk mengutamakan perilaku

Perpustakaan khusus instansi pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

ETIKA PROFESI GURU. Oleh : Rita Mariyana, M.Pd PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIK ANAK USIA DINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Pengembangan Strategi Pemanfaatan Inkubator Akademik Untuk Meningkatkan Karya Akademik Mahasiswa di Lingkungan Fakultas Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. tantangan yang lebih terbuka, sehingga sangat dibutuhkan kehadiran setiap

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak dilahirkan hingga ke liang lahat. Oleh sebab itu, setiap

kondisi yang mutlak diperlukan sebagai partner dalam mempelajari dan memajukan ilmu, suatu conditio sine qua non

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. memadai saja yang dapat tumbuh dan bertahan. Setiap profesi dituntut untuk

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KODE ETIK PSIKOLOGI MUKADIMAH

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manajemen perpustakaan..., Masyrisal Miliani, FIB UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan mengambil keputusan dengan cepat dan akurat. Kemampuan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STANDAR PRAKTIK KEPERAWATAN INDONESIA. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONGRES KEENAM IKATAN ALUMNI PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN STAN (IKANAS STAN) Keputusan Sidang Pleno Tetap Nomor :.../IKANAS/KONGRES-VI/XI/2016.

BUKU KODE ETIK DAN TATA TERTIB DOSEN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

BAB I PENDAHULUAN. notaris merupakan pejabat umum yang mendapatkan delegasi kewenangan. yang tidak memihak dan penasehat hukum yang tidak ada cacatnya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar

EVALUASI LAYANAN REFERENSI DI BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN PROVINSI SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG KEINSINYURAN: Harapan Baru Tingkatkan Profesionalisme Insinyur Oleh: Wiwin Sri Rahyani*

BAB II LANDASAN TEORI. Ikatan Akuntan Indonesia dan Tujuannya. Menurut Tuanakotta (2007), organisasi akuntan di Indonesia adalah Ikatan

ETIKA PROFESI PROFESIONALISME KERJA (DI BIDANG UMUM DAN IT) PRODI TEKNIK ELEKTRO FT UNJA Dosen Pengampu: Anisa Ulya Darajat S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam perkembangan dunia bisnis yang semakin meningkat dari tahun ke

PANDUAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN (ORMAWA) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sektor pelayanan jasa publik yang saat ini semakin berkembang,

BAB II BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAERAH (BPKD) KOTAMEDAN. kecil yaitu bagian keuangan sekretariat daerah kota Medan dengan tugas

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan dilakukan agar pendidikan di

Keputusan Rektor Universitas Sumatera Utara Nomor : 1180/H5.1.R/SK/SDM/2008 Tentang Kode Etik dan Peraturan Disiplin Pegawai Universitas Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kegiatan pendidikan yang mempunyai kemampuan dalam

Transkripsi:

Profesi Pustakawan dan Eksistensinya Abstrak : Pustakawan merupakan sebuah pekerjaan yang professional. Ciri-ciri profesionalisme seorang pustakawan dapat dilihat berdasarkan karakteristik-karakteristik sebagai berikut : 1. memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan keahlian yang mumpuni dalam bidangnya; 2. memiliki tingkat kemandirian yang tinggi; 3. memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sama; 4. senantiasa berorientasi pada jasa dan menjunjung tinggi kode etik pustakawan; dan 5. senantiasa melihat ke depan atau berorientasi pada masa depan. Sejarah lahirnya profesi pustakawan ditandai dengan lahirnya organisasi IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia). IPI lebih menekankan pada profesioanlisme dan membina kemampuan intelektualitas pustakawan dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara untuk mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Untuk mempertahankan eksistensinya, pustakawan harus memahami dan menerapkan : visi kepustakawanan, fungsi sosial pustakawan, serta sifat pekerjaan pustakawan. Pendahuluan Jika sebuah kerja ingin berstatus khusus di masyarakat, maka setiap pekerjanya membutuhkan pengetahuan, ketrampilan, dan kompetensi yang penerapannya membutuhkan pengaturan sosial. Sebuah masyarakat moderen mengelompokkan pekerja menurut jenis pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi yang menurut masyarakat itu diperlukan untuk melaksanakan tugas tertentu. Tingkat kekhususan (spesialisasi) pekerja bagi sebuah masyarakat ikut menentukan keprofesionalan sebuah pekerjaan. Seberapa pun bersikerasnya sebuah profesi mengatakan bahwa mereka bersifat "khusus", tetapi jika masyarakatnya menganggap mereka adalah pekerja "umum", maka tetap saja pekerjaannya disebut tidak profesional. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 1

Kini adalah jaman profesional. Memasuki abad ke-21 yang dicirikan oleh budaya global yang penuh kompetisi dan perubahan serba cepat, tidak terbayangkan lagi ada organisasi yang bisa bertahan tanpa profesionalisme. Bukan sekedar profesionalisme tetapi profesionalisme kelas tinggi, world-class profesionalism, yang memampukan kita hidup sejajar dan bermitra dengan organisasi-organisasi terbaik dari seluruh dunia. Kajian Pustaka Sebagaimana dikatakan Freidson (1994), inti dari profesionalisme memang adalah kerja (work). Kerja di sini juga harus dilihat secara khusus. Pertama, kerja profesional berbeda dari kerja yang lainnya yang mungkin memiliki ciri dan fungsi sama. Untuk ini perlu pengakuan informal maupun formal terhadap kerja itu. Kedua, status kerja profesional punya tempat tertentu di pasar pekerjaan dan mendapatkan imbalan finansial di masyarakat. Kerja yang tidak dibayar, pada umumnya dianggap tidak profesional, walaupun nilainya mungkin tinggi sekali. Sebagaimana yang jauh-jauh hari sudah disinyalir Handy (1989) dan Habermas (1977), kegiatan profesional di jaman moderen merupakan aktifitas rumit yang memerlukan kemampuan interpretasi dan kreativitas, selain kemampuan teoritis dan teknis. Pekerjaan-pekerjaan di jaman kini melibatkan dilema nilai, konteks sosial-ekonomi yang rumit, dan situasi yang hakikat teritorinya terus berubah, selain juga batas-batasnya selalu kabur. Aktivitas di bidang informasi saat ini jelas semakin rumit, dan pekerjaan di bidang informasi juga semakin mengandung dilema nilai yang rumit (misalnya yang berkaitan dengan hak intelektual versus hak akses masyarakat, kebebasan informasi versus ketertiban umum, dan sebagainya). Profesional adalah seseorang yang memberikan jasa/praktek kepada pemakai jasa profesional atau klien. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 2

Profesionalisme adalah menunjukan ide, aliran, isme yang bertujuan mengembangkan profesi, agar profesi dilaksanakan oleh profesional dengan mengacu kepada norma-norma standar dan kode etik serta memberikan layanan terbaik kepada klien. Profesionalisme pustakawan mempunyai arti pelaksanaan kegiatan perpustakaan yang didasarkan pada keahlian dan rasa tanggungjawab sebagai pengelola perpustakaan. Keahlian menjadi faktor penentu dalam menghasilkan hasil kerja serta memecahkan masalah yang mungkin muncul. Sedangkan tanggungjawab merupakan proses kerja pustakawan yang tidak semata-mata bersifat rutinitas, tetapi senantiasa dibarengi dengan upaya kegiatan yang bermutu melalu prosedur kerja yang benar. Ciri-ciri profesionalisme seorang pustakawan dapat dilihat berdasarkan karakteristik-karakteristik sebagai berikut; 1. memiliki ilmu pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan keahlian yang mumpuni 2. memiliki tingkat kemandirian yang tinggi 3. memiliki kemampuan untuk berkolaborasi dan bekerja sama 4. senantiasa berorientasi pada jasa dan menjunjung tinggi kode etik pustakawan 5. senantiasa melihat ke depan atau berorientasi pada masa depan Tiga watak kerja seorang professional, adalah : 1. Kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil. 2. Kerja seorang profesional itu harus diolandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan pelatihan yang panjang, eksklusif dan berat. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 3

3. Kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral harus menundukan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama di dalam sebuah organisasi profesi. Sikap seorang profesionalisme, termasuk pustakawan yaitu : a. komitmen tinggi b. tanggung jawab c. berfikir sistematis d. penguasaan materi e. menjadi bagian masyarakat profesional Senada dengan itu, Sulistyo-Basuki mendefinisikan profesi pustakawan mempunyai ciri sebagai berikut : 1) Adanya sebuah asosiasi atau organisasi keahlian. 2) Adanya struktur dan pola pendidikan yang jelas. 3) Adanya kode etik. 4) Adanya tingkat kemandirian. 5) Profesi pustakawan berorientasi pada jasa. Seorang profesional memberikan jasa berdasarkan pengetahuan yang tidak dimiliki oleh klien, sehingga klien bergantung kepada etika dan kompetensi profesi. Peran asosiasi profesi dalam menjaga standar profesi di sini sangat besar karena klien dalam posisi lemah. Sementara itu, si profesional yang "self-employed" seperti ini relatif otonom dalam memilih klien, kapan dan bagaimana melayani, serta berapa akan meminta bayaran. Dalam hal ini perkembangan karir sejalan dengan perkembangan profesi. Salah satu hal yang perlu dikembangkan ialah memasyarakatkan sikap dan mentalitas profesional. Suatu profesi dituntut untuk menunjukkan kualitas dan kompetensinya. Oleh karena itu, suatu pofesi harus memiliki sikap profesionalisme. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 4

Sejarah Profesi Pustakawan Usaha pembentukan organisasi pustakawan mulai dirintis pada tahun 1912 dengan dilangsungkannya diskusi pustakawan di Batavia. Organisasi Pustakawan Indonesia mulai terlihat perannya awal abad 20, diawali oleh para guru sekolah yang menaruh minat pada perpustakaan. Beberapa guru di Batavia (kini Jakarta) menydari perlunya organisasi pustakawan sebagai wadah komunikasi antara sesama anggota. Usaha ini baru membuahkan hasil pada tahun 1916 dengan dibentuknya Vereeniging tot Bevordering van het Bibliotheekwezen di Batavia. Namun usaha ini tidak dapat berjalan dengan mulus, selama pendudukan Jepang organisasi pustakawan tidak berkembang dan boleh dikata mengalami kemandegan. Hal ini berlangsung sampai pada tahun 1950-an, baru pada empat tahun kemudian (1954) berdiri Perkumpulan Ahli Perpustakaan Seluruh Indonesia disingkat PAPSI. PAPSI berubah nama menjadi Perhimpunan Ahli Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi pada tahun 1956 dengan singkatan PAPADI. Pada tahun 1962 nama organisasi tersebut diubah menjadi Asosiasi Perpustakaan, Arsip, dan Dokumentasi disingkat APADI. Tahun 1969 berdiri Himpunan Pustakawan Chusus Indonesia. Pada tahun 1973 di Ciawi dilangsungkan Kongres Pustakawan se Indonesia dan terbentuklah Ikatan Pustakawan Indonesia disingkat (IPI). Keberadaan IPI hingga saat ini masih aktif dengan berbagai program dan aktivitasnya. Sesuai dengan Pasal 8 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, IPI bertujuan untuk: a. meningkatkan profesionalisme pustakawan; b. mengembangkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi; c. mengabdikan dan mengamalkan tenaga dan keahlian pustakawan untuk bangsa dan Negara RI. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 5

Untuk mencapai tujuan tersebut dalam pasal 8, IPI melakukan berbagai kegiatan: a. mengadakan dan ikut serta dalam berbagai kegiatan ilmiah khususnya di bidang perpustakaan, dokumentasu dan informasi; b. mengusahakan keikutsertaan IPI dalam pelaksanaan program pemerintah dan pembangunan nasional di bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi; c. menerbitkan pustaka dan/atau mempublikasikan pustaka bidang perpustakaan, dokumentasi dan informasi; d. membina forum komunikasi antar pustakawan dan atau kelembagaan perpustakaan, dokumentasu dan informasi. IPI lebih menekankan pada profesioanlisme para pustakawan disamping membina terhadap kemampuan intelektualitas bagi para pustakawan yang meliputi berbagai kegiatan pada bidang kepustakawanan dalam rangka ikut mencerdaskan kehidupan Bangsa.dan Negara untuk mewujudkan masyarakat pembelajar sepanjang hayat. Pembinaan intelektualitas pustakawan tersebut meliputi pendidikan formal dengan berbagai pemberian bea siswa bagi para pustakawan, kursus-kursus / diklat, seminar, lokakarya, sarasehan dan sebagainya. Profesi Kepustakawanan Sebagai pustakawan yang professional, pustakawan memiliki tugas-tugas yang bersifat tugas keprofesian dan tugas penunjang. Tugas-tugas tersebut antara lain meliputi : a. Pengembangan Koleksi : Pemilihan bahan perpustakaan (merumuskan kebijakan pengembangan koleksi, menyusun anggaran biaya pembelian bahan perpustakaan, mempelajari kebutuhan masyarakat, menyiapakan daftar bahan perpustakaan dalam bidang tertentu, mempertimbangkan permintaan bahan pustaka untuk bidang tertentu,) dll. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 6

Pengadaan bahan pustaka (terdiri dari: mengendalikan anggaran biaya dengan skala prioritasnya, menjadwalkan pembelian tri wulanan, empat bulanan dan atau per semester, mengesahkan dan menyetujui kuitansi pemesanan pustaka, menentukan dan mengawasi pencatanan serial, menilai pustaka yang sangat khusus dan langka), dll. Pengolahan bahan pustaka, meliputi: menentukan kebijakan pengkatalogan dan pengklasifikasian, mengklasifikasi, mengembangkan sisetem pengklasifikasian, memberikan tajuk subjek, membuat kartu utama, menentukan entri tambahan, dll. b. Layanan, antara lain: Peminjaman: menyusun peraturan peminjaman, merancang formulir dan catatan, mengawasi koleksi tendon, menyiapkan laporan statistik, menangani kebutuhan pemustaka, dll. Layanan rujukan, terdiri dari: menentukan kebijakan layanan rujukan, menjawab pertanyaan, pembimbingan mengenai cara perujukan dan menggunakan sumber rujukan, menghimpun bibliografi, membuat indeks khusus, memberikan informasi kepada pemustaka tentang buku yang berhubungan dengan minatnya, dll. Perawatan bahan perpustakaan: menentukan cara dan teknik pengawetan, menentukan kebijakan penjilidan, penambahan dan penghapusan, merencanakan pengaturan rak, mengawasi prosedur penyimpanan buku dalam rak, dll. Jaringan kerja sama: turut serta dalam pengkatalogan bersama,, mengawasi silang layan, mengawasi keterlibatan dalam penyusunan katalog induk dan pusat bibliografi, mengesahkan data bibliografi untuk silang layan, dll. Pengembangan: menyusun rencana perpustakaan secara menyeluruh, merencanakan dan memulai kegiatan baru, menentukan cara mencatat, membuat statistik dan formulir yang diperlukan, membuat analisis pekerjaan, melatih dan mengajar karyawan baru, membimbing peserta magang, melatih karyawan untuk Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 7

meningkatkan kinerja dan pengetahuan, dll. Administrasi: merencanakan anggaran, memberikan arahan tentang pemeliharaan gedung, menentukan bahan habis pakai, menyiapkan laporan, mengatur penempatan karyawan, meningkatkan kesejahteraan karyawan, dll. Pustakawan sebagai profesi semestinya memiliki keinginan tinggi meningkatkan produktivitas dan kinerjanya untuk memberikan manfaat bagi yang membutuhkan. Keinginan yang tidak terlepas dari kebutuhan dan harapan individu dimana dia bekerja. Ironinya, pustakawan masa kini menggunakan profesionalisme itu hanya untuk memperkaya diri dan bukan untuk kemajuan lembaganya. Faktanya, setiap keahlian yang dimilikinya hanya berorientasi pada nilai ekonomi semata. Sedangkan untuk kemajuan lembaganya hanya sebagian kecil saja yang disumbangkan. Hal ini tentunya menjadi tantangan bersama untuk membenahi sistem kebijakan pola karir dan manajemen dalam pengembangan sumber daya pustakawannya. Tuntutan itu adalah hal yang wajar, karena profesi pustakawan ini masih dimarginal-kan, baik dari segi ekonomi (kesejahteraan), keilmuan, maupun perhatian dari pemerintah. Sebagai profesi, sebetulnya kepustakawanan mempunyai fungsi tradisional dan fungsi sosial yang bertujuan menopang kehidupan dan perkembangan masyarakat. Fungsi tradisional kepustakawanan berupa fungsi yang melekat pada profesi tersebut yaitu mengumpulkan, memroses, menyimpan dan memberikan layanan bahan pustaka kepada pengguna. Sedangkan fungsi sosial kepustakawanan ialah fungsi yang menopang semua aspek kehidupan dan perkembangan masyarakat. Pada kenyataannya, khususnya di Indonesia fungsi yang pertama lah yang lebih menonjol. Sedangkan fungsi ke dua, yang justru mengandung filosofi kepustakawanan. Secara kelembagaan, pengembangan karir bagi pustakawan profesional ini harus direkonstruksi sebagai upaya pembenahan diri profesinya yang lebih berkualitas. Profesionalisme dalam setiap pekerjaan pustakawan saat ini mutlak dibutuhkan, dengan Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 8

memiliki cara kerja pelayanan dengan berprinsip pada people based service (berbasis pengguna) dan service excellence (layanan prima) yang hasilnya diharapkan dapat memenuhi kepuasan penggunanya. Creth menyebutkan bahwa nilai-nilai sebagai dasar profesi pustakawan akan tetap sama. Nilai-nilai pelayanan, kualitas, akses universal, dan kerjasama tidak terancam kecuali pustakawan mengabaikannya. Tetapi bagaimana cara nilai-nilai tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk operasi dan kegiatan akan mengalami perubahan besar. Sesungguhnya banyak hal yang dapat dilakukan oleh pustakawan Indonesia untuk memperkuat eksistensinya di tengah-tengah profesi lain. Beberapa hal mendasar yang perlu disadari adalah sebagai berikut : 1) Visi kepustakawanan. Setiap pustakawan idealnya memahami visi kepustakawanan Indonesia, sehingga dalam mengerjakan pekerjaannya, pustakawan yakin betul bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk mencapai visi itu. 2) Fungsi sosial pustakawan. Adalah keliru jika mengatakan pekerjaan pustakawan hanya berkaitan dengan hal-hal teknis. Fungsi sosial kepustakawanan sebagai fungsi yang menopang semua aspek kehidupan dan perkembangan masyarakat seharusnya menjadi fokus pengembangan pustakawan sehingga masyarakat dapat melihat langsung peran pustakawan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu pustakawan harus menyadari bahwa setiap komponen pekerjaan dan layanan yang ada di perpustakaan harus ditujukan untuk mendukung pencapaian kualitas hidup masyarakat yang lebih baik. Perpustakaan harus dapat menjadi tempat di mana tercipta pemustaka yang menjadi pembelajar seumur hidup. Kompetensi yang dibutuhkan untuk ini berkaitan dengan pemahaman akan budaya dan nilai-nilai sosial masyarakat. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 9

3) Sifat pekerjaan pustakawan Pekerjaan pustakawan tergolong pekerjaan altruisme, yaitu pekerjaan yang lebih mementingkan kepentingan orang lain. Sifat ini menuntut adanya ciri jiwa melayani pada pustakawan serta memiliki empati yang tinggi. Kompetensi yang dibutuhkan untuk ini menyangkut kemampuan berkomunikasi yang efektif, pengenalan berbagai karakter manusia dan komitmen yang tinggi untuk membantu orang lain. Dampak positifnya adalah peran pustakawan semakin diapresiasi oleh banyak kalangan dan citra lembaganya (perpustakaan) akan menjadi naik. Pustakawan mempunyai peluang untuk meluncur dari stereotip masa lalu dan menetapkan mereka dalam lingkungan informasi dan pelayanan masa depan. Peran pustakawan akan beralih dari penekanan pada pengadaan, preservasi dan penyimpanan ke penekanan pada pengajaran, konsultasi, penelitian, preservasi akses demokratis terhadap informasi, dan kolaborasi dengan profesional komputer dan informasi dalam perancangan dan pemeliharaan sistem akses informasi. Pustakawan yang diperlukan untuk menghadapi tantangan kedepan adalah pustakawan yang mempunyai latar belakang pendidikan perpustakaan, dia juga harus memiliki kemampuan dalam bidang teknologi informasi. Masih berkaitan dengan peran pustakawan, ke depan kualitas pustakawan akan diukur dengan basis bagaimana mereka menghubungkan pelanggan dengan informasi dan pengetahuan yang mereka butuhkan, tanpa memperdulikan dimana muatan dapat ditemukan. Pustakawan akan diukur dalam hal bagaimana mereka memenuhi kebutuhan informasi dan kebutuhan belajar. Pustakawan akan dilihat sebagai mitra untuk membantu perkembangan ke arah masyarakat informasi yang efektif. Termasuk di dalamnya adalah kepastian tentang posisi pustakawan di dalam kehidupan masyarakat informasi, tersedianya sarana pendidikan dan pengembangan profesi, serta tanggungjawab sosial-budaya pustakawan sebagai orang profesional. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 10

Penutup Sejarah profesi pustakawan ditandai dengan lahirnya organisasi IPI (Ikatan Pustakawan Indonesia) pada tahun 1973. IPI bertujuan untuk : meningkatkan profesionalisme pustakawan; mengembangkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi; mengabdikan dan mengamalkan tenaga dan keahlian pustakawan untuk bangsa dan Negara RI. Sebagai pustakawan yang professional, pustakawan memiliki tugas-tugas yang bersifat tugas keprofesian dan tugas penunjang. Tugas-tugas tersebut antara lain meliputi : mengembangkan koleksi dan melayani pemustaka. Menjadi tantangan insan di dunia perpustakaan, untuk membenahi sistem kebijakan pola karir dan manajemen dalam mengembangkan sumber daya pustakawan. Beberapa hal yang dapat dilakukan sebagai eksistensi profesi kepustakawanan adalah : memahami visi kepustakawanan Indonesia, fungsi sosial kepustakawanan untuk menopang semua aspek kehidupan dan perkembangan masyarakat, sifat pekerjaan pustakawan yang lebih mementingkan kepentingan orang lain. Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 11

Daftar Pustaka Atiqah Ainurrahma. Masa Depan Pustakawan Indonesia. http://atiqahainurrahma.blogspot.com/2013/02/masa-depan-pustakawan-indonesia.html Kalarensi Naibaho. Meretas Kebuntuan Profesi Pustakawan Indonesia*) http://staff.blog.ui.ac.id/clara/2011/08/22/meretas-kebuntuan-profesi-pustakawan-indon esia/ Putu Laxman Pendit, Ph.D. Kompetensi Informasi dan Kompetensi Pustakawan http://www.slideshare.net/setyo14/kompetensi-dan-karir Rita Yulianti. Kompetensi Pustakawan dan Eksistensi Perpustakaan Masa Depan. http://virlib.ft.ugm.ac.id/media/277/pustakawan_pdf_2.pdf Wahid Nashihuddin Menumbuhkan Kompetensi dan Profesionalisme Pustakawan: Sebuah Catatan. http://pustaka1987.wordpress.com/2011/02/21/menumbuhkan-kompetensi-dan-profesio nalisme-pustakawan-sebuah-catatan/ Teguh Yudi Cahyono. Pustakawan UPT Perpustakaan UM Page 12