STRUCTURAL HEALTH MONITORING SYSTEM ALAT BANTU MEMPERTAHANKAN USIA TEKNIS JEMBATAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

MODUL KULIAH SISTEM KENDALI TERDISTRIBUSI

adalah pengiriman data melalui sistem transmisi elektronik dengan komputer adalah hubungan dua atau lebih alat yang membentuk sistem komunikasi.

BAB III LANDASAN TEORI

KONSEP DASAR PENGUKRAN. Primary sensing element Variable conversion element Data presentation element

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi sebagai pendukung kelengkapan sistem

BAB IV PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini sistem pondasi tiang bor (bored pile) banyak digunakan pada

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

Pertemuan ke-5 Sensor : Bagian 1. Afif Rakhman, S.Si., M.T. Drs. Suparwoto, M.Si. Geofisika - UGM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengukuran Besaran Listrik. Kuliah-2 Sistem Pengukuran

Elektronika Kontrol. Sensor dan Tranduser. Teknik Elektro Universitas Brawijaya

PERANCANGAN SISTEM INSTRUMENTASI ANALISA PEMANCANGAN PAKU BUMI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Communication Basics for Networking System

BAB IV PERANCANGAN SISTEM

VIII Sistem Kendali Proses 7.1

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

ANALOG SIGNAL PROCESSING USING OPERASIONAL AMPLIFIERS

BAB 1 PENDAHULUAN. Melakukan pengukuran besaran fisik di dalam penelitian, mutlak

Pengantar Teknologi Informasi: Komunikasi Data. Hanif Fakhrurroja, MT

Instrument adalah alat-alat atau perkakas. Instrumentation adalah suatu sistem peralatan yang digunakan dalam suatu sistem aplikasi proses.

BAB III TINJAUAN UMUM SISTEM SCADA DALAM KOMUNIKASI RADIO

1. PENGERTIAN PEMANCAR RADIO

BAB III PERENCANAAN. 3.1 Perencanaan Secara Blok Diagram

BAB III DASAR TEORI. pembangkit-pembangkit tenaga listrik, jaringan transmisi dan jaringan distribusi

KARAKTERISTIK GETARAN DAN TEKANAN RUANG SILINDER AKIBAT VARIASI PUTARAN KOMPRESOR PADA LIMA MODEL PROFIL DUDUKAN KATUP TEKAN SEBUAH KOMPRESOR TORAK

Rijal Fadilah. Transmisi & Modulasi

Instrumentasi Industri dan Kontrol Proses, oleh Ir. Sutarno, M.Sc. Hak Cipta 2014 pada penulis

Gambar 1 UVTRON R2868. Gambar 2 Grafik respon UVTRON

BAB II ANALOG SIGNAL CONDITIONING

BAB II KAJIAN PUSTAKA. otomatis masih belum menggunakan filter. Dari hasil penelitian yang dilakukan,

BAB II LANDASAN TEORI

Rijal Fadilah. Transmisi Data

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III PERANCANGAN 3.1. PERANCANGAN SISTEM KONTROL

Diagram blok sistem pengukuran

Sistem Pengukuran Data Akuisisi

IX Strategi Kendali Proses

ANALISIS DEFORMASI JEMBATAN SURAMADU AKIBAT PENGARUH ANGIN MENGGUNAKAN METODE PENGUKURAN GPS KINEMATIK

Oleh Marojahan Tampubolon,ST STMIK Potensi Utama

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN PENELITIAN LEBIH LANJUT

Materi-2 SENSOR DAN TRANSDUSER (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017

SISTEM KONTROL CATU DAYA, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA BERBASIS ATMEGA 2560 PADA RUANG BUNKER SEISMOMETER

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM TELECARDIAC MONITORING EKSTRAKSI DAN TRANSMISI PARAMETER TEMPORAL SINYAL JANTUNG MELALUI KANAL RADIO

KULIAH 1: PENGENALAN MENGENAI PENGUKURAN DAN INSTRUMENTASI. Mochamad Safarudin Jurusan Teknik Mesin, STT Mandala 2014

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DARI SENSOR-SENSOR DENGAN KELUARAN SINYAL LEMAH

Obyektif : Mahasiswa dapat mengerti dan memahami konsep perancangan basis data Mahasiswa dapat merancang basis data sesuai dengan fase-fasenya

BAB III LANDASAN TEORI

FISIKA 1 PENGUKURAN :: BESARAN DAN SATUAN

BAB III PERANCANGAN. Power Supply. Microcontroller Wemos. Transistor Driver TIP122. Gambar 3.1 Blok Rangkaian sistem

BAB I PENDAHULUAN. ke lokasi B data bisa dikirim dan diterima melalui media wireless, atau dari suatu

Komunikasi Data POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA. Lecturer: Sesi 5 Data dan Sinyal. Jurusan Teknik Komputer Program Studi D3 Teknik Komputer

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING

BAB I PENDAHULUAN. pengendali yang dapat diandalkan semakin meningkat yang kemudian. menghasilkan perkembangan baru dalam perancangannya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

SIDANG P3 TUGAS AKHIR ALLISSA SUWONDO P

SINYAL. Adri Priadana ilkomadri.com

Sistem Operasi. Teknologi Informasi

JOBSHEET SENSOR BEBAN (STRAIN GAUGE)

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSES PERANCANGAN BASIS DATA

Komputer, terminal, telephone, dsb

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar II.7 Skema 2 nd Generation (2G) Network. 2) BTS / RBS : Base Transceiver Station / Radio Base Station

Materi Kuliah Jaringan Komputer ke-1 : DATA PROSES INFORMASI. Hand Out : Piping Supriatna

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

PROSES PERANCANGAN DATABASE

ANALISIS PENGARUH MISALIGNMENT TERHADAP VIBRASI DAN KINERJA MOTOR INDUKSI

PERTEMUAN #4 SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

BAB 2 LANDASAN TEORI. suatu media transmisi (Forouzan, 2007). transmitter, transmission system, receiver, dan media

PENGANTAR SISTEM PENGUKURAN

Control II ( ADC DAC)

Gambar 2.1 Perangkat UniTrain-I dan MCLS-modular yang digunakan dalam Digital Signal Processing (Lucas-Nulle, 2012)

BAB 2 LANDASAN TEORI

KOMUNIKASI DATA. 1. Pendahuluan

DQI-03 DELTA ADC. Dilengkapi LCD untuk menampilkan hasil konversi ADC. Dilengkapi Zero offset kalibrasi dan gain kalibrasi

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. serta pengujian terhadap perangkat keras (hardware), serta pada bagian sistem

BAB III PERANCANGAN. Pada bab ini akan menjelaskan perancangan alat yang akan penulis buat.

ENCODING DAN TRANSMISI. Budhi Irawan, S.Si, M.T

Mengetahui macam-macam derau dalam sistem telekomunikasi. Memahami persamaan derau dalam sistem telekomunikasi. Mengetahui pengaruh derau dalam

BAB I PENDAHULUAN. tidak semua orang mau menjalankan pola hidup sehat dan teratur untuk

SINYAL & MODULASI. Ir. Roedi Goernida, MT. Program Studi Sistem Informasi Fakultas Rekayasa Industri Institut Teknologi Telkom Bandung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Elemen Dasar Sistem Otomasi

Rancang Bangun Alat Ukur Getaran Mesin Sepeda Motor Menggunakan Sensor Serat Optik

Teknik Komunikasi Data

SINYAL ANALOG DAN SINYAL DIGITAL. MAKALAH Disusun sebagai Tugas Pada Matakuliah Pengenalan Teknologi Telematika Oleh Andika Agus Pranata

JARINGAN KOMPUTER Chandra Hermawan, M.Kom

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi kebutuhan bagi dunia usaha/bisnis (e-commerce), pendidikan

BAB II LANDASAN TEORI

Pengolahan Sinyal Digital

Transkripsi:

STRUCTURAL HEALTH MONITORING SYSTEM ALAT BANTU MEMPERTAHANKAN USIA TEKNIS JEMBATAN Poltak H.A. Nababan I. Latar Belakang Infrastruktur merupakan pembuluh darah bagi aktivitas sosial dan ekonomi yang merupakan elemen pokok dari kehidupan manusia. Oleh karenanya investasi pada sistim infrastruktur, seperti bangunan, jembatan, bendungan, reservoar, tunel, pipa, airport dan stadion, biasanya menunjukkan tingkat kemajuan peradaban manusia dan kualitasnya mencerminkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sayangnya, penurunan kemampuan dan proses kerusakan fisik dari infrastruktur tersebut tidak dapat terhindarkan disebabkan faktor lingkungan, seperti gempa, dsb. Pengoperasian yang tidak memadai, penuaan, alam, dan kerusakan yang disebabkan manusia mengancam keamanan dan fungsi dari infrastruktur tersebut. Kerusakan sistim infrastruktur umumnya berlangsung pada kecepatan yang tidak dapat dikendalikan walaupun infrastruktur tersebut didisain agar dapat beroperasi untuk jangka waktu yang lama. Penurunan kemampuan tersebut mempengaruhi perekonomian nasional. Berkurangnya kemampuan infrastruktur dalam jangka panjang akan membutuhkan biaya perbaikannya yang sangat besar. Untuk menghindarkan penurunan kemampuan fisik yang tidak terhindarkan tersebut, diperlukan penilaian terhadap kondisi kesehatan suatu infrastruktur. Penilaian itu perlu dilakukan secara terus menerus tanpa henti agar dapat diambil tindakan yang rasional. Hal inilah yang merupakan tantangan bagi komunitas ahli konstruksi. Dengan semakin majunya teknologi dalam bidang instrumentasi didukung dengan kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi, maka monitoring kesehatan infrastruktur dapat difasilitasi lebih mudah. II. Structural Health Monitoring Technology (SHMS) SHMS merupakan bidang baru didalam mendeteksi kerusakan dengan metoda pengujian tak rusak dengan cara mengintegrasikannya dengan struktur untuk memonitor kesehatan dari, katakanlah jembatan secara keseluruhan maupun secara parsial. Teknologi ini dapat memperpanjang umur pelayanan jembatan karena penurunan kemampuan dan kerusakan dapat di identifikasi lebih awal (peringatan dini) sebelum terjadinya kerusakan yang lebih parah yang membutuhkan biaya rehabilitasi yang sangat besar. SHMS ini didefinisikan sebagai penggunaan secara in-situ, penginderaan tak rusak dan analisa karakter struktur, termasuk respon struktur untuk mendeteksi perubahan yang mengindikasikan adanya kerusakan atau penurunan kemampuan struktur. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 1 / 11

Penggunaan SHMS ini telah dilaksanakan dengan sukses pada banyak jembatan didunia untuk memonitor kemampuan jembatan dalam jangka pendek dan panjang. Dengan perencanaan yang seksama didalam penempatan instrumen/sensor maka SHMS ini dapat mengumpulkan data yang diperlukan menyangkut kondisi jembatan; stess, strain, defleksi, temperatur, dan timedependent properties seperti creep dan shrinkage pada struktur. Data tersebut juga dapat digunakan untuk mem-verifikasi asumsi asumsi yang dibuat dalam disain sehingga dapat dilakukan perbaikan pada disain jembatan berikutnya, menilai kondisi umum dari jembatan-jembatan, dan menyediakan data bagi infrastructure management system untuk pengambilan keputusan. Dengan tersedianya teknologi untuk SHMS maka tantangan berikutnya adalah mendisain suatu SHMS yang seusi kebutuhan dengan jumlah dan spesifikasi sensorsensor yang tepat sehingga kondisi jembatan/infrastruktur dapat dimonitor dari remote secara terus-menerus dan benar-benar cost-effective. Untuk itu perlu terlebih dahulu ditetapkan tujuan diadakannya SHMS pada suatu infrastruktur. Secara umum tujuan diadakannya adalah: 1. Menyediakan data response dinamis dari struktur jembatan untuk verifikasi asumsi-asumsi disain yang digunakan untuk angin, gempa, dsb. 2. Membuat sistim monitoring kesehatan jembatan yang andal sehingga memiliki fungsi pengecekan sendiri untuk memonitor adanya anomali diadalam sistim. 3. Menyediakan data untuk analisa dan evaluasi kesehatan struktur jembatan. 4. Menyediakan data untuk memperkirakan kerusakan struktur dan penurunan performa jembatan untuk menentukan jadwal inspeksi & pemeliharaan periodik. 5. Menyediakan data guna merubah tingkat keamanan lalu lintas yang disebabkan oleh gempa dan badai. 6. Menyediakan data untuk memperkirakan keandalan struktur dan arus lalu lintas paska gempa dan badai. III. Level SHMS. Sebagaimana dijelaskan diatas, dengan semakin majunya teknologi dalam bidang instrumentasi didukung kemajuan dibidang teknologi informasi dan komunikasi, maka monitoring kesehatan infrastruktur menjadi menjadi lebih mudah dilakukan. Sesuai dengan tujuan penggunaannya, maka ada beberapa pilihan level monitoring yang dapat diambil. Level tersebut tergantung pada parameter-parameter yang akan di monitor. Level di klasifikasikan kedalam 4 kelas: Kelas 1 : Penting untuk semua jenis jembatan Kelas 2 : Perlu untuk Optimal Kelas 3 : Perlu untuk Minimum Maintenance Kelas 4 : Baik untuk diketahui Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 2 / 11

Atas dasar klasifikasi tersebut diatas dibuat tingkatan/level dari Structural Health Monitoring System yang kemudian dibagi atas 3 tingkatan/level BASIC LEVEL : Kelas 1 + Kelas 2 INTERMEDIATE : Kelas 1 + Kelas 2 + Kelas 3 ADVANCE : Kelas 1 + Kelas 2 + Kelas 3 + Kelas 4 Pada infrastruktur yang kompleks yang tentu saja memerlukan biaya investasi yang tinggi pemilihan level SHMS yang tinggi merupakan pilihan yang bijaksana. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 3 / 11

Pada Jembatan Suramadu, level SHMS yang diaplikasikan adalah level intermediate, dimana monitoring dilakukan dengan bantuan sistim, namun inspeksi dilakukan secara manual Intermediate Inspeksi dilakukan secara manual IV. Parameter yang diukur Parameter yang diukur tergantung pada tingkat kritikal komponen infrastruktur yang perlu dimonitor. Pada umumnya parameter yang diukur antara lain strain, stress, deformasi dan vibrasi dengan menempatkan sensor-sensor dari jenis tertentu sesuai dengan parameter yang akan diukur pada tempat-tempat yang dianggap kritis (Principle Structural Element) yang membutuhkan pengamatan. Pada jembatan Suramadu, parameter yang diukur adalah vibrasi untuk mengetahui pola getar dari badan jembatan, deformasi jembatan untuk mengetahui lendutan badan jembatan, strain untuk mengetahui regangan dari komponen-komponen utama jembatan, dan tegangan kabel. Untuk mengukur getaran maka pada badan jembatan dipasang sensor accelerometer. Untuk mengukur rengangan dipasang strain gauge pada girder baja dan beton. Untuk mengukur deformasi dan displacement digunakan GPS. Selain itu penggunaan GPS juga diperuntukkan untuk sikronisasi waktu (time stamp). Untuk mengukur tegangan kable digunakan electromagnetic sensor. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 4 / 11

V. Komponen SHMS SHMS merupakan suatu pendekatan yang terintegrasi dari sistim yang multidisplin, dengan melibatkan: 1. Teknologi Penginderaan (sensing technology) 2. Teknologi listrik (power technology) 3. Teknologi komunikasi (network technology) 4. Teknologi penyimpanan (storage technology) 5. perosesan sinyal (signal processing) 6. Algoritma evaluasi kesehatan infrastruktur (health evaluation algorthm) Sebagaimana terlihat pada gambar berikut. Data Acquisition: Teknologi penginderaan pada dasarnya adalah metoda dan teknik yang dibuat untuk medeteksi adanya gangguan, variasi, dan perubahan fisik. Karena penginderaan menunjukkan terjadinya perubahan kondisi dari kondisi sebelumnya, maka perubahan tersebut harus dapat dideteksi oleh sensor/tranducer harus dapat menerima sinyal atas terjadinya perubahan tersebut. Perlu diperhatikan bahwa format dari sinyal yang diterima oleh end user tidak hanya mengandalkan pada bentuk fisik benda yang diuji, namun juga karakteristik yang dimiliki sensor tersebut. Definisi teknologi penginderaan melibatkan teknologi sensor dan teknologi instrumentasi Sensors merupakan komponen utama didalam suatu rangkaian monitoring dan bertanggung jawab terhadap akurasi dan keandalan dari suatu pengukuran. Teknologi instrumentasi termasuk pencatatan data, representasi data, dan jaringan. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 5 / 11

Klasifikasi sensor: Sensor diklasifikasin berdasarkan kemapuannya mengukur variable kondisi fisik dan/atau kimia. Beberapa contoh kuantitas yang dapat diukur: Kuantitas mekanis: Perpindahan (displacement), panjang (length), isi (volume), lokasi (location), tingkat (level); Kecepatan (velocity), percepatan (acceleration); tekanan (pressure), gaya (force/torque), puntir (twisting), berat (weight); regangan (strain); rotasi (rotation); simpangan distortion); aliran (flow). Kuantitas termal: suhu (temperature); panas (heat). Kuantitas electromagnetic/optical: tegangan (voltage), arus (current), frequency phase; visual/images, light; Magnetism. Kuantitas kimia: kandungan air (moisture), ph value. Atribut dari sensors: Disain dari sistim penginderaan tergantung kepada pemilihan sensor dengan atribut yang cocok dengan kebutuhan penggunaannya. Atribut sensor yang disimpulkan dibawah ini dapat digunakan sebagai kriteria didalam pemilihan sensor dan kinerjanya, Accessibility: Kemampuan penginderaan dari sensor yang berkaitan dengan tingkat presisi yang spesifik. Dimensi of Variables: dimensi dari fisik Ukuran: volume dari sensor. Jangkauan operasinya: Jangkauan operasi didisain untuk mendapatkan kinerja yang optimal Format data: karakteristik pengukuran dalam kaitan dengan waktu; continuous atau discrete/analog atau digital. Sensitivitas: Magnitude minimum atau perubahan lingkungan yang dapat diditeksi oleh sensor Intelligence: Kemampuan didalam memproses data dan pembuatan keputusan Active versus Passive: Kemampuan membuat sinyal vs hanya menerima sinyal saja Kontak fisik: Cara sensor melakukan pengamatan terkait dengan gangguan pada lingkungannya Prinsip operasional: Penggunaan embedded teknologi agar sensor berfungsi bila ada ultraviolet (pasif atau aktif) seperti pada sensor electro-optics, electromagnetic, piezoelectricity,dll Power Supply: Bagaimanapun sensors memerlukan daya listrik untuk dapat bekerja. Oleh karenanya kebutuahn daya listrik (sumbernya), transmisinya harus juga mendapat perhatian. Secara umum, hal-hal yang harus mendapat perhatian didalam mendisain daya listrik, adalah: Power Generation: dari external (PLN) atau genset sendiri. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 6 / 11

Power Transmission: Kapasitas kabel. Power Storage: Kapasitas batree. Power Consumption: Energy-consumption efficiency. Pada umumnya sensor-sensor yang digunakan pada SHMS menggunakan listrik yang dialirkan dengan kabel. Namun saat ini sudah ada yang menggunakan batree untuk menjamin kestabilan tegangan listriknya. Data Transmission Communication Technology: Tujuan transmisi data adalah untuk mengirimkan informasi melalui pemrosesan data dalam berbagai format; analog dan digital. Untuk sistim analog, data disimpan dalam bentuk kombinasi gelombang dalam frekuensi yang berbeda-beda. Sementara untuk sistim digital, data disimpan dalam bentuk digit binari atau bits, dan ditransmisikan sepanjang jalur komunikasi antara sensor dan komputer menggunakan sinyal listrik. Data dapat dikirimkan dengan kabel maupun radio. Pada pengiriman dengan kabel, sinyal dikirimkan dalam aliran listrik, sementara pada pengiriman dengan radio dengan gelombang elektromagnetic. Data dapat ditransmisikan dengan, antara lain: kabel tembaga, dan kabel coaxial Microwave Serat Optik/Fiber Optic (FO) Hal yang perlu dipertimbangkan didalam pemilihan media transmisinya adalah kecepatannya (rate dlm bps), transmission bandwidth (frequency bandwidth, Hz), dan transmission standard (interface standards: RS232, RS449). Data Storage and Mining Storage Technology: Didalam monitoring dengan menggunakan sensor, jumlah pengukuran dapat bertambah dengan cepat karena beberapa alasan berikut: 1. Umumnya dimensi dari infrastruktur membutuhkan jumlah sensor yang sangat banyak untuk memenuhi tingkat kerapatan yang diperlukan (large amount of data from sensors in space) 2. Sifat jangka panjang dari infrastruktur membutuhkan monitoring yang terus menerus untuk memperoleh potret yang ditail dari setiap kejadian/incident (large amount of data from measurements in time) Alasan yang pertama berkaitan dengan penggelaran (deployment) dari sensor dan yang kedua berkaitan dengan frekuensi monitoring. Walaupun philosopi dari penggelaran sensor saat ini cenderung meminimalkan jumlah dari sensor untuk mendapatkan mode getaran yang diinginkan dan sifat lokal, pengukuran secara redundant tampaknya masih tetap diperlukan karena response dari struktur terhadap getaran seperti gempa tidak akan dapat diulangi. Oleh karena itu kemajuan dalam manajemen data (Database Management) sangat penting diintegrasikan kepada SHMS. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 7 / 11

Data Processing Signal Processing Algorithm: Misi dari data processing memiliki 2 tugas utama: Signal De-noising Signal Compression Pada dunia nyata didalam pencatatan pengukuran yang dilakukan terlebih di alam terbuka tidaklah mungkin menghindarkan terukurnya juga sinyal-sinyal lain yang tidak kita inginkan, seperti halnya fluktuasi suhu yang merupakan atribut dari pengaruh lingkungan. Sinyal-sinyal ini memiliki pola dasar tertentu dan dapat disaring setelah dikenalinya pola perubahannya. Sinyal lain yang tidak dikenali biasanya dikenal sebagai white noise (zero mean and unity standard variation). Signal de-noising memainkan peranan penting didalam menditeksi kerusakan yang masih embrio berdasarkan gangguan/perubahan yang terjadi dalam pengukuran. Tugas de-noising ini tercapai apabila dicapainya suatu bentuk saringan. Oleh karenanya dibutuhkan data yang sangat banyak untuk mendapatkan bentuk saringan tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah sensor dan pembacaan yang terus menerus maka kecepatan pertumbuhan data semakin tinggi. Oleh karenaya diperlukan alat yang memiliki kemampuan memampatkan sinyal. Data Interpretation Damage Detection Algorithm: Inti dari ilmu SHMS ini terletak pada interpretasi hasil pengukuran. Tujuan dari SHMS pada investigasi keutuhan struktur yang berkaitan dengan perubahan structural propertisnya (mass, stiffness, damping) melalui monitoring perubahan respons statis dan dinamis dari suatu struktur. Deteksi adanya kerusakan atau identifikasi suatu kerusakan merupakan teknik kernel dari SHMS didalam menyediakan interpretasi dan penjelasan terhadap kesehatan suatu infrastruktur. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 8 / 11

VI. Cara kerja SHMS Struktur jembatan akan merespons pembebanan dari lingkungan, yang merupakan kombinasi dari beban lalu lintas, suhu, angin, dsb (diklasifikasikan sebagai efek lingkungan) yang membebani. Apabila terjadi displacement, deflection, dsb. yang melebihi ambang batas yang normal maka akan terjadi peringatan. Apabila kondisi tersebut masih dibawah ambang maka akan terjadi pembandingan model awal (base line) dengan kondisi saat ini. Perbandingan kondisi ini merupakan ukuran tingkat kesehatan jembatan tersebut. Apabila didalam pembandingan tersebut apabila terdapat kondisi yang melewati index tertentu maka hal ini mengindikasikan adanya suatu kerusakan. Apabila tingkat kerusakannya melewati suatu ambang yang ditetapkan maka akan terjadi peringatan. Untuk mengetahui seberapa berat tingkat kerusakannya maka dilakukan inspeksi secara manual. Sistim akan membantu menunjukkan lokasi kerusakan. Dari hasil evaluasi tersebut dapat diputuskan tindakan perbaikan yang harus dilakukan dan apabila tindakan pemeliharaan yang ada kurang memadai dapat dilakukan modifikasi. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 9 / 11

VII. Tahapan Perencanaan SHMS Perencanaan suatu SHMS dimulai dengan terlebih dahulu menentukan level SHMS yang akan diaplikasikan pada suatu jembatan/infrastruktur. Hal ini menyangkut tingkat kompleksitas dari jembatan tersebut. Setelah itu dari perhitungan struktur ditentukan bagian yang kritis (atau PSE/Principle Structure Element) yang perlu mendapatkan pengamatan yang terus menerus. Selanjutnya ditentukan jenis, spesifikasi, jumlah dan lokasi sensor. Tahapan selanjutnya mendisain Data Aquicition Systemnya (DAS), dalam hal ini termasuk hardware, software, network, data center, dan displaynya. Selanjutnya dilakukan analisa terhadap biaya. Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 10 / 11

Alat Bantu Mempertahankan Usia Teknis Jembatan 11 / 11