APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI

dokumen-dokumen yang mirip
5. Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Antisipasi Gangguan Bencana Alam dan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan

Waspada Serangan Hama Tanaman Padi Di Musim Hujan Oleh : Bambang Nuryanto/Suharna (BB Padi-Balitbangtan)

HASIL DAN PEMBAHASAN

HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA

PETUNJUK TEKNIS PENGKAJIAN VARIETAS UNGGUL PADI RAWA PADA 2 TIPE LAHAN RAWA SPESIFIK BENGKULU

X.105 Pengendalian Penggerek Batang Padi Kuning dan Hawar Daun Bakteri dengan Biorational Pestisida

KATA PENGANTAR. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan

PENGENDALIAN PENGGEREK BATANG PADI

1 Menerapkan pola tanam yang teratur dan waktu tanam yang serempak (tidak lebih dari 2 minggu)

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

BALAI PROTEKSI TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA ACEH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

NOTA DINAS banjir Jawa Tengah, Jawa Timur dan Lampung kekeringan OPT banjir kekeringan OPT banjir

I. KEBERADAAN OPT PADI

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANG KLINIK TANAMAN (PTN 402) HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI DI DESA CINANGNENG KECAMATAN TENJOLAYA BOGOR

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN II 2016

KK : 2.4% Ket: ** ( sangat nyata) tn (tidak nyata) Universitas Sumatera Utara

4. Upaya yang telah dilakukan dalam mengendalikan serangan OPT dan menangani banjir serta kekeringan adalah sebagai berikut:

DOMINASI HAMA PENYAKIT UTAMA PADA USAHATANI PADI DI JAWA TIMUR

NOTA DINAS banjir OPT banjir kekeringan OPT banjir kekeringan OPT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

commit to users I. PENDAHULUAN

Kontribusi Parameter Iklim Untuk Peringatan Dini Serangan Wereng Batang Coklat (WBC)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi terpadu yang

MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi

Deskripsi Padi Varietas Cigeulis Informasi Ringkas Bank Pengetahuan Padi Indonesia Sumber: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENGUATAN AGROEKOSISTEM SEREALIA

Dasar-dasar Perlindungan Tanaman (PA 1082)

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Sesuai Dengan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Sasaran

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

b) Kepik Mirid (Cyrtorhinus lividipennis ) c) Kumbang Stacfilinea (Paederus fuscipes)/tomcat d) Kumbang Carabid (Ophionea nigrofasciata)

LAPORAN AKHIR KEGIATAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PPHT) SKALA LUAS PADI TAHUN 2017 DESA TIPAR KIDUL, KEC AJIBARANG, KAB BANYUMAS

1. tikus 2. penggerek batang padi 3. wereng coklat

PAKET TEKNOLOGI USAHATANI Padi Penyusun : Wigati Istuti dan Endah R

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGUATAN PERLINDUNGAN TANAMAN PANGAN DARI GANGGUAN OPT DAN DPI TRIWULAN I 2016

1

Hama Penyakit Tanaman Padi Gogo. Tim : BPTP Jawa Tengah

III. METODE PENELITIAN

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

ANALISIS DATA KRITERIA KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN OPT TANAMAN PADI MT.2012/2013 (Oktober - Maret) DIWILAYAH IP3OPT/LPHP PINRANG

KOLEKSI VARIETAS UNGGULAN PROVINSI SUMATERA BARAT

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Padi

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 517/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

I. PENDAHULUAN. Peramalan OPT dan Bencana Alam di Sumatera Barat Periode Januari - Juni 2015 # 1

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Brokoli (Brassica oleracea var. italica) merupakan salah satu tanaman

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan. Peningkatan produksi padi dipengaruhi

TINJAUAN PUSTAKA. hama berdasarkan ekologi yang menitikberatkan pada faktor-faktor mortalitas

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mengenal Tikus Sawah

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

TINGKAT SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT PADA BEBERAPA VARIETAS INPARI DI BEBERAPA WILAYAH PENGEMBANGAN PADI DI SULAWESI UTARA

IPTEKS BAGI MASYARAKAT KELOMPOK TANI PRODUKSI PESTISIDA NABATI KARANGMELOK, KECAMATAN TAMANAN, BONDOWOSO

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

HUBUNGAN POPULASI NGENGAT PENGGEREK BATANG PADI YANG TERTANGKAP PERANGKAP LAMPU DENGAN INTENSITAS SERANGAN PENGGEREK BATANG PADI DI SEKITARNYA

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

PETUNJUK TEKNIS PETANI PENGAMAT TAHUN 2018

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI DAYA HASIL BEBERAPA GALUR HARAPAN PADI SAWAH DI SUBAK DANGIN UMAH GIANYAR BALI

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PERINGATAN DINI PENANGGULANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI SAWAH DI KABUPATEN KARAWANG

EKSISTENSI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI PADA TINGKAT PETANI DI SULAWESI TENGAH

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Konsepsi PHT pengelolaan ekosistem terpadu pengelolaan OPT pada inangnya (tanaman) preemtif responsif

Lampiran 1. BaganPenelitian U I U II U III S1 S2 S3 V1 V2 V3 V2 V1 V cm V3 V3 V1 S2 S3 S1 V cm. 50 cm V1. 18,5 m S3 S1 S2.

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

I. PENDAHULUAN. Padi sawah (Oryza sativa L.) merupakan salah satu komoditas andalan Provinsi

TEKNOLOGI PRODUKSI PADI MENDUKUNG SWASEMBADA BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Padi merupakan tanaman pangan pokok penduduk Indonesia. Di samping

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

: tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2, 3 dan Sumatera Utara Ketahanan terhadap penyakit

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Rismunandar, 1993). Indonesia memiliki beragam jenis beras dengan warna nya

REKOMENDASI VARIETAS JAGUNG TOLERAN TERHADAP HAMA PENYAKIT DI PROVINSI BENGKULU. Wahyu Wibawa

PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

I. PENDAHULUAN. hama dapat berupa penurunan jumlah produksi dan penurunan mutu produksi.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 132/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata

DI Wilayah IP3OPT PINRANG MT.2011/2012

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PENERAPAN PENGENDALIAN HAMA TERPADU PADA TANAMAN KEDELAI TAHUN 2018

PETUNJUK LAPANGAN ( PETLAP ) PEMUPUKAN TEPAT JENIS dan DOSIS UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADI. Oleh :

Peran Varietas Tahan dalam PHT. Stabilitas Agroekosistem

Rintisan Metode Pengamatan Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) di Kabupaten Dairi Propinsi Sumatera Utara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 131/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI (ANGKA SEMENTARA TAHUN 2014)

Transkripsi:

APLIKASI MODEL PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN TANAMAN PADI Oleh: Edi Suwardiwijaya Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Jl. Raya Kaliasin. Tromol Pos 1 Jatisari. Karawang. Telp./Fax (0264) 360581 I. PENDAHULUAN Peramalan pada dasarnya adalah merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan, sebab efektif atau tidaknya suatu keputusan umumnya tergantung pada beberapa faktor yang tidak dapat kita lihat pada waktu keputusan itu diambil. Peramalan dan pengambilan keputusan adalah merupakan dasar dalam menyusun suatu bentuk perencanaan yang menjadi aktifitas kehidupan sehari-hari. Alasan dibutuhkannya suatu peramalan adalah karena adanya beda waktu, kejadian nyata suatu peristiwa yang cukup lama. Apabila beda waktu itu kecil atau tidak ada, maka peramalan tidak dibutuhkan lagi. Arti peramalan yang sesungguhnya adalah menduga/memprediksi peristiwa dimasa depan dan bertujuan untuk memperkecil resiko yang mungkin terjadi akibat suatu pengambilan keputusan. Suatu peramalan tidak selalu tepat dan dapat menghilangkan suatu resiko, oleh karena itu maka galat ramalan harus selalu diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. KEPUTUSAN KEPUTUSAN HASIL RAMALAN DENGAN = ANGGAPAN CARA PERAMALAN TEPAT + GALAT RAMALAN YANG DIPEROLEH Gambar 1. Persamaan Pengambilan Keputusan untuk Peramalan Secara khusus peramalan organisme pengganggu tumbuhan dapat diraikan sebagai beriku: 1. Pengertian: Peramalan OPT adalah kegiatan yang diarahkan untuk mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan OPT serta kemungkinan penyebaran dan akibat yang ditimbulkan dalam ruang dan waktu tertentu. 2. Sasaran : (1) menduga kemungkinan timbulnya OPT, (2) mendeteksi dan memprediksi populasi/serangan dan kerusakan yang ditimbulkan OPT, berdasarkan hasil pengamatan terhadap komponen-komponen yang

2 berpengaruh di lapang, (3) menduga kerugian atau kehilangan hasil akibat gangguan OPT. 3. Tujuan : Menyusun saran tindak pengelolaan atau penanggulangan OPT sesuai dengan prinsip dan strategi PHT berdasarkan hasil peramalan sehingga populasi/serangan OPT dapat ditekan, tingkat produktivitas tanaman pada taraf tinggi, menguntungkan dan aman terhadap lingkungan. 4. Ruang : a. Peramalan tingkat petani : Ruang petak petani pada areal sempit. Budidaya tanaman relatif homogen ditinjau dari komoditi, varietas, stadia dan keadaan lingkungan. Pelaksanaan peramalan dan pengambilan keputusan dilakukan oleh seorang petani berdasarkan pengamatan faktor kunci satu strata variable yaitu populasi hama/serangan penyakit dan musuh alami pada musim tanam yang sedang berlangsung. b. Peramalan tingkat hamparan : Ruang hamparan yang cukup luas. Budidaya tanaman heterogen ditinjau dari komoditi, varietas, stadia dan keadaan lingkungan. Pelaksanaan peramalan dan pengambilan keputusan dilakukan oleh kelompok tani berdasarkan pengamatan faktor kunci dua strata variable yaitu (1) populasi hama/serangan penyakit dan musuh alami dan (2) komposisi komoditi, varietas, stadia dan keadaan lingkungan, pada musim tanam yang sedang berlangsung serta mempertimbangkan keadaan musim tanam sebelumnya. c. Peramalan tingkat wilayah : Ruang wilayah meliputi desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, nasional, regional dan internasional. Disamping budidaya tanaman yang sangat heterogen juga adanya perbedaan ditinjau dari segi ekonomi, sosial dan budaya. Pelaksanaan peramalan dan pengambilan keputusan dilakukan oleh petugas bekerjasama dengan institusi yang berada dibawahnya termasuk kelompok tani. Peramalan tidak hanya berdasarkan dua (2) strata variable diatas pada musim tanam yang sedang berlangsung dan keadaan musim tanam sebelumnya namun juga harus mempertimbangkan strata ketiga (3) yaitu tingkat ekonomi, sosial dan budaya masyarakat petani. 5. Waktu : Adanya perbedaan waktu pada saat pengambilan keputusan dengan kejadian suatu peristiwa adalah merupakan jarak (lag) peramalan. Ditinjau dari segi operasional peramalan OPT dalam rangka menyusun perencanaan dan strategi pengendalian untuk menciptakan agroekosistem yang tahan terahadap gangguan OPT maka lag peramalan yang lebih pajang adalah merupakan yang terbaik. Namun secara statistik semakin jauh waktu meramal dengan kejadian suatu peristiwa kesalah ramalan semakin tinggi. Penentuan lag waktu peramalan sangat berhubungan dengan karakteristik masing-masing OPT dan ekosistem yang spesifik. Dari segi waktu maka peramalan dapat dilakukan tahunan, musiman, bulanan, mingguan dan bahkan harian. 6. Sistem : Organisme Pengganggu Tumbuhan adalah merupakan jasad yang dapat menyerang tanpa dibatasi oleh wilayah administrasi maka sistem peramalan harus dilakukan oleh institusi pusat dan daerah secara terpadu. Institusi yang terlibat dalam sistem peramalan tercantum dalam skema dibawah ini (Gambar 3).

3 SISTEM PERAMALAN FAKTOR LINGKUNGAN DATA BIOTIK DATA OPT DATA ABIOTIK UNIT PERAMALAN INSTANSI TERKAIT PETAK : Petani HAMPARAN : Kelompok Tani WILAYAH : PHP Lab. PHP (Agro-ekosistem) BPTPH (Regional) BPHPTPH (Nasional) UNIT PERAMALAN LAIN PERENCANA HASIL PERAMALAN PENELITI UNIT INFORMASI Media Cetak, Elektronik, Pelatihan, Seminar, Simposium, Pertemuan, Saresehan, Minggon PETANI/PETUGAS Gambar 3. Sistem Peramalan OPT II. OPERASIONAL PERAMALAN OPT Model peramalan dikembangkan oleh Balai Peramalan Hama dan Penyakit Tanaman Pangan dan Hortikultura Jatisari berdasarkan hasil penelitian, studi, kajian dan mempelajari data-data historis. Penelitian, studi, kajian dan data-data historis yang digunakan dalam pengembangan model peramalan di kumpulkan dari beberapa lokasi yang dianggap sebagai daerah endemis suatu OPT di Indonesia. Tentunya karena ada perbedaan karekteristik dan agro-ekosistem maka model peramalan OPT kemungkinan akan ada perbedaan bobot masing-masing variabel atau bahkan ada perbedaan variabel spesifik lokasi ekosistem. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi model untuk penyesuaian terhadap spesifik lokasi. Beberapa contoh model peramalan yang telah dikembangkan pada komoditi hortikultura yaitu pada OPT sayuran dan buah-buahan sebagaimana tercantum berikut ini. 1. Peramalan Antar Musim Untuk keperluan peramalan kumulatif luas tambah serangan (KLTS) musiman nasional untuk 5 OPT utama pada tanaman padi yang telah dikembangkan oleh Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan disajikan berikut ini.

4 Tabel 2. Model Peramalan OPT Utama pada Tanaman Padi Musim Hujan. OPT Model C.L R*R Wereng Coklat Log Y MH = 0,503 + 0,365 Log (Y MK ) + 0,380 Log (Y MH-1 ) 0.12 0.46 Penggerek Batang Log Y MH = 0,3358 + 0,3116 Log (Y MK ) + 0,5857 Log (Y MH-1 ) 0.05 0.71 Tikus Log Y MH = 0,160 + 0,4516 Log (Y MK ) + 0,5073 Log (Y MH-1 ) 0.06 0.76 Tungro Log Y MH = 0,2712 + 0,718 Log (Y MK ) + 0,1324 Log (Y MH-1 ) 0.09 0.62 Blast Log Y MH = 0,3289 + 0,3516 Log (Y MK ) + 0,5433 Log (Y MH-1 ) 0.09 0.57 Keterangan: Y MH = KLTS musim hujan, Y MK = KLTS musim kemarau sebelumnya, Y MH-1 = KLTS musim hujan sebelumnya, C.L. = Limit konfidensi, R*R = Koefisien determinasi Contoh : Ramalan KLTS Hama Tikus pada tanaman padi Musim Hujan 2002/2003. Model Peramalan: Log Y MH = 0,160 + 0,4516 Log (Y MK ) + 0,5073 Log (Y MH-1 ) Dilaporkan KLTS MK 2002 seluas 10 ha dan KLTS MH 2001/2002 seluas 100 ha. Maka dapat diramalkan: Log Y MH = 0,160 + 0,4516 Log (10) + 0,5073 Log (100) Log Y MH = 0,160 + 0,4516 (1) + 0,5073 (2) Log Y MH = 0,160 + 0,4516 + 1,0146 = 1,9178 Jadi Ramalan KLTS MH 2002/2003 = 10 1,9178 = 82,76 ha, Minimum = 10 (1,9178-0,06) = 10 1,8578 = 72,08 ha, dan Maksimum = 10 (1,9178+0,06) = 10 1,9778 = 95,02 ha. Tabel 3. Model Peramalan OPT Penting pada Tanaman Padi Musim Kemarau. OPT Model C.L. R*R Wereng Coklat Log Y MK = 0,161 + 0,570 Log (Y MH ) + 0,278 Log (Y MK-1 ) 0.12 0.48 Penggerek Batang Log Y MK = 0,2275 + 0,3567 Log (Y MH ) + 0,5533 Log (Y MK-1 ) 0.06 0.64 Tikus Log Y MK = 0,3817 + 0,3085 Log (Y MH ) + 0,5638 Log (Y MK-1 ) 0.06 0.72 Tungro Log Y MK = 0,1929 + 0,375 Log (Y MH ) + 0,4972 Log (Y MK-1 ) 0.09 0.65 Blast Log Y MK = 0,2685 + 0,3916 Log (Y MH ) + 0,3402 Log (Y MK-1 ) 0.08 0.48 Keterangan: Y MK = KLTS musim kemarau yang akan datang, Y MH = KLTS musim hujan sebelumnya, Y MK-1 = KLTS musim kemarau sebelumnya, C.L. = Limit konfidensi, R*R = Koefisien determinasi.

5 Contoh : Ramalan KLTS Wereng Coklat pada padi Musim Kemarau 2003. Model Peramalan: Log Y MK = 0,161 + 0,570 Log (Y MH ) + 0,278 Log (Y MK-1 ) Dilaporkan KLTS MH 2002/2003 seluas 10 ha dan KLTS MK 2002 seluas 100 ha. Maka dapat diramalkan: Log Y MK = 0,161 + 0,570 Log (10) + 0,278 Log (100) Log Y MH = 0, 161 + 0, 570 (1) + 0, 278 (2) Log Y MH = 0, 161 + 0, 570 + 0, 556 = 1,696 Jadi Ramalan KLTS MH 2002 = 10 1,696 = 49,66 ha, Minimum = 10 (1,696-0,12) = 10 1,576 = 37,67 ha, dan Maksimum = 10 (1,696+0,12) = 10 1,816 = 65.46 ha. 2. Peramalan Dalam Musim Beberapa model peramalan dalam musim untuk OPT padi yang telah dikembangkan oleh Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan antara lain: Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens) pada padi. Model: 594,45 X 1 + 24,48 X 2 + 4,46 X 3 37,33 ; (R 2 = 0,75) Populasi per rumpun pada generasi puncak (G-2). X 1 = Populasi per rumpun pada generasi pendatang (G-0). X 2 = Komposisi varietas rentan (rasio dengan luas total) pada puncak tanam. X 3 = Komposisi umur tanaman (<60 HST) pada puncak tanam. Penggerek Batang Padi Kuning (Scirpophaga incertulas) Model 1 : Peramalan intensitas beluk. X = ArcSin (Y/100) = 3,74 ArcSin(X/100) 0,078 ; (R2 = 0.86) Intensitas serangan beluk (%) dalam bentuk transformasi ArcSin (Y/100) Intensitas serangan sundep (%) dalam bentuk transformasi ArcSin (X/100) Model 2 : Peramalan luas puncak serangan. X = Log (Y+1) = 1,0034 Log (X+1) 0,20 ; (R2 = 0.72) Luas puncak serangan beluk dalam bentuk transformasi Log (Y+1) Populasi ngengat per malam pada lampu perangkap (G-0)

6 Contoh: Misal populasi ngengat per malam pada lampu perangkap (G-0) adalah 99 ekor, maka: Log (Y+1) = 1,0034 Log (99+1) 0,20 Log (Y+1) = 1,0034 (2) 0,20 = 2,0068 0,20 = 1,8068 Jadi diramalakan luas puncak serangan beluk (Y) = 10 1,8068 1 = 63,1 ha Penyakit Tungro pada padi. Model 1: Peramalan luas serangan pada pola tanam serempak 0,25 X 1 + 0,08 X 2 0,19 ; (R 2 = 0,75) Proporsi gejala tungro pada hamparan, (hasil bagi antara luas petak yang bergejala tungro dengan luas keseluruhan hamparan) X 1 = Proporsi tanaman muda (2-6 MST) pada hamparan tersebut, transformasikan data dengan (X+0,5) 2 X 2 = Populasi wereng hijau (Nephotetix virescens) per 25 ayunan tunggal dengan jaring (sweeping), transformasikan data dengan (X+0,5). Model 2 : Peramalan luas serangan pada pola tanam tidak serempak (0,43 X 1 + 0,00014 X 2 0,214 X 3 0,133 X 4-0,19) ; (R 2 = 0,87) X 1 = Proporsi gejala tungro pada hamparan, (hasil bagi antara luas petak yang bergejala tungro dengan luas keseluruhan hamparan), Proporsi tanaman muda (2-6 MST) pada hamparan tersebut. X 2 = Proporsi singgang pada hamparan tersebut, tranformasikan data dengan log (X+0,01) X 3 = Proporsi luas panen pada hamparan tersebut, transformasikan data dengan log (X+0,01). X 4 = Proporsi penggunaan tanah lain (olah tanah, pesemaian, baru tanam) pada hamparan tersebut, transformasikan data dengan log (X+0,01). Model 3 : Peramalan intensitas serangan pada pola tanam serempak 0,19 X 1 + 0,44 X 2 1,97 ; (R 2 = 0,79) Y X 1 = Intensitas serangan tungro, hasil persamaan dalam nilai log. Untuk menemukan nilai sesungguhnya lakukan anti transformasi log dengan 10 Y - 1.02. = Curah hujan pada satu dekade sebelum pengamatan, tansformasikan data dengan X. X 2 = Populasi wereng hijau (Nephotetix virescens) per 25 ayunan tunggal dengan jaring (sweeping), transformasikan data dengan (X+0,1) 2.

7 Model 4 : Peramalan intensitas serangan pada pola tanam tidak serempak 0,29 X 1,38 ; (R 2 = 0,60) Intensitas serangan tungro, hasil persamaan dalam nilai log. Untuk mendapatkan nilai sebenarnya lakukan anti transformasi log dengan 10 Y - 1. X = Proporsi tanaman muda pada hamparan tersebut, tranformasikan data dengan (X+0,5). Penyakit Hawar Daun Bakteri (Xanthomonas campestris pv. Oryzae) pada padi. Model 1: Peramalan intensitas serangan HDB pada stadia anakan maksimum 0,005 X 1 + 27,19 X 2 0,338 ; (R 2 = 0,91) Intensitas penyakit hawar daun bakteri hasil transformasi log. Untuk mendapatkan nilai sebenarnya lakukan anti transformasi dengan 10 Y. X 1 = Curah hujan yang terjadi pada umur tanaman 42 HST. X 2 = Curah hujan yang terjadi pada umur tanaman 70 HST. Model 2: Peramalan intensitas serangan HDB pada stadia anakan maksimum (3,31 (log X 1 + 5) + 0,69 X 2 0,5 + 1,09) 2 ; (R 2 = 0,89) Intensitas penyakit hawar daun bakteri pada stadia pengisian malai. X 1 = Intensitas penyakit pada stadia pembungaan. X 2 = Curah hujan harian pada stadia pembungan. Model 3: Peramalan intensitas serangan HDB pada stadia anakan maksimum (6,84 (X 1 ) 0,5-0,05 X 2 0,5-1,41) 2 ; (R 2 = 0,86) Intensitas penyakit hawar daun bakteri pada stadia pemasakan. X 1 = Intensitas penyakit pada stadia pengisian malai. X 2 = Curah hujan harian pada stadia pengisian malai. PUSTAKA Anonimus, 2000. Pedoman Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Balai Besar Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian