KEMENTERIAN DALAM NEGERI P E N A T A A N U R U S A N P E M E R I N T A H A N D A L A M P E M B A N G U N A N K E S E H A T A N I M P L E M E N T A S I U N D A N G - U N D A N G N O M O R 23 T A H U N 2014 T E N T A N G P E M E R I N T A H A N D A E R A H Disajikan oleh: NURYANTO Staf Ahli Menteri Dalam Negeri bidang Pembangunan dan Kemasyarakatan pada acara RAKERKESNAS di Batam, 4-7 Maret 2015
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Tujuan Nasional Melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia Memajukan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia Hak Warga Negara Ps. 27, 28 H, Ps. 34 UUD 1945 Pendidikan, Kesehatan, Hak atas Pekerjaan, Hak atas penghidupan yg layak, dan Jaminan Sosial Indonesia Negara Kesatuan Yg Terdesentralisasi Dgn Presiden Memegang Kekuasaan Pemerintahan (Pasal 4 UUD 1945) Pasal 18, 18 A dan 18 B UUD 1945 - NKRI dibagi atas Prov, Kab & Kota. - Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan - Dipimpin Gub, Bupati, Walkot yg dipilih demokratis memiliki DPRD dipilih melalui Pemilu - Menjalankan Urusan Pemerintahan - Hub. wewenang antar tingkatan Pemerintahan - Hub. Keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan SDA & SDA lainnya dilaks. adil & selaras diatur dgn undang-undang. - Negara mengakui & menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yg bersifat khusus atau istimewa yg diatur dgn undang-undang Otonomi Daerah Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem NKRI Demokrasi Tujuan Memposisikan Pemda sebagai instrumen pendidikan politik di tingkat lokal, yang akan menyumbang terhadap pendidikan politik nasional demi terwujudnya civil society. Kesejahteraan Pemda menyediakan pelayanan publik yg efektif, efisien dan ekonomis untuk masyarakat lokal. Selaras dgn tujuan Otda penyelenggaraan Pemda diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, & peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem NKRI Daerah Otonom Bagian Pem. Nasional: 34 Provinsi 415 Kab dan 93 Kota
DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH MEMPERCEPAT PENINGKATAN KESRA, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PELAYANAN PUBLIK & PENINGKATAN DAYA SAING MENGOPTIMALKAN KINERJA PEMERINTAHAN DAERAH DLM PENCAPAIAN TUJUAN OTDA MEMPERKUAT ASPEK REGULASI UU NO. 23 THN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH SOSIALISASI, EVALUASI, PEMBINAAN, PENGAWASAN & PENINGKATAN KAPASITAS
PEMBAGIAN URUSAN BERDASARKAN UU 32/2004 PEMBAGIAN URUSAN BERDASARKAN UU 23/2014 URUSAN PEMERINTAHAN URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT KONKURENT ABSOLUT URUSAN PEMERINTAHAN UMUM KONKUREN 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLUGRI 6. AGAMA WAJIB SPM PILIHAN 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLUGRI 6. AGAMA YAN DASAR WAJIB NON YAN DASAR PILIHAN SPM Urusan Pemerintahan Umum: urusan Pemerintah Pusat yang dilimpahkan pelaksanaannya kepada gubernur dan bupati/walikota di wilayahnya masing-masing, misalnya urusan menjaga 4 konsensus dasar TERKAIT URUSAN PEMERINTAHAN YG DISERAHKAN KPD DRH & MENIMBULKAN DAMPAK EKOLOGIS MELEWATI BATAS-BATAS ADMIN DRH KAB/KOTA MENJADI KEWENANGAN DRH PROVINSI.
U R U S A N P E M E R I N TA H A N KO N KU R E N WAJIB PILIHAN berkaitan dengan pelayanan dasar tidak berkaitan dengan pelayanan dasar Potensi dan keunggulan daerah 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. PU PR 4. Sosial 5. Perumahan rakyat dan kawasan pemukiman 6. Ketertiban umum dan perlindungan masyarakat 1. Pertahanan 2. Lingkungan hidup 3. Adm. Kependdkan dan pencatatan sipil; 4. Pengendalaian penduduk dan KB; 5. Perhubungan 6. Kominfo 7. Koperasi dan UKM; 8. Penanaman modal 9. Kepemudaan dan olahraga 10. PMD 11. Statistik 12. Persandian 13. Kebudayaan 14. Perpustakaan dan 15. Arsif 16. Tenaga kerja 17. PP PA 18. Ketahanan pangan 1. Kelautan dan perikanan; 2. Pariwisata; 3. Pertanian; 4. kehutanan; 5. Energi dan sumberdaya mineral; 6. Perdagangan; 7. Perindustrian; dan 8. Tansmigrasi. Urusan berbasis ekosistem Kehutanan; pertambangan; kelautan dan perikanan. Provinsi Kab/Kota Dapat bagi hasil
PEMBAGIAN KEWENANGAN URUSAN KESEHATAN UPAYA KESEHATAN SDM KESEHATAN SEDIAAN FARMASI, ALKES, & MAKANAN MINUMAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PUSAT PROVINSI KAB/KOTA Berdasarkan Lampiran UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
KEWENANGAN PUSAT DAN DAERAH PEMERINTAH PUSAT 1. menetapkan NSPK, paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak peraturan pemerintah mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren diundangkan serta melaksanakan pembinaan dan pengawasan; 2. membatalkan kebijakan Daerah yang tidak berpedoman pada NSPK; 3. menetapkan SPM DAERAH 1. dalam jangka waktu 2 (dua) tahun, Pusat belum menetapkan NSPK, Pemda melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah; 2. menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah berpedoman pada NSPK; 3. memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM
URUSAN KESEHATAN Urusan kesehatan merupakan urusan pemerintahan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, yang wajib diselenggarakan oleh semua daerah; Pelaksanaan pelayanan dasar urusan kesehatan berpedoman pada Standar Pelayanan Minimal (SPM); Penyelenggaraan jaminan kesehatan; Pemerintah daerah harus mengalokasikan anggaran urusan kesehatan minimal 10% dari total belanja APBD diluar gaji; pendanaan urusan kesehatan dapat bersumber dari APBN dan APBD.
KEWAJIBAN DAERAH DALAM URUSAN KESEHATAN Siapkan Infrastruktur/ Sarpras Peralatan Kesehatan Tersedianya Dokter / Tenaga Medis Tersedianya Obat-Obatan/murah - RSUD - Puskesmas - + bangun/perbaiki Siapkan tenaga dokter sesuai kebutuhan (pola penyakit) beasiswa Pengadaan Obat-obatan Tersedianya Pengembangan Sistem Infomasi (Sistem Rujukan)
KEWENANGAN DINAS KESEHATAN Melaksanakan Urusan Kesehatan yang menjadi kewenangan Daerah 1 2 3 1. Pengelolaan UKP 2. Pengelolaan UKM 3. Izin RS kelas B, C & D 1. Pengakuan pedagang farmasi & Alkes 2. Obat tradisional 3. Makanan dan minuman industri rumah tangga 4. Pengawasan post market Pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan 1. Perenanaan dan pengembangan SDM Kesehatan 2. Izin praktek dan izin kerja tenaga kesehatan 4 * Secara lengkap termuat dalam Lampiran UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
PEMENUHAN ANGGARAN KESEHATAN Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah Dengan Kebijakan Pemerintah Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2015 Reformasi Pembangunan Kesehatan : 1) Sistem Jaminan Sosial Nasional 2) Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan, pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2015 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 pemerintah daerah secara konsisten dan berkesinambungan harus mengalokasikan anggaran kesehatan minimal 10 % (sepuluh persen) dari total belanja APBD di luar gaji, bagi daerah yang telah menetapkan lebih dari 10% (sepuluh persen) agar tidak menurunkan jumlah alokasinya dan bagi daerah yang belum mempunyai kemampuan agar dilaksanakan secara bertahap.
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN PROVINSI TA. 2015 (HASIL EVALUASI RANCANGAN PERDA APBD) NO. PROVINSI TOTAL APBD BELANJA URUSAN KESEHATAN PERSENTASE 1 Aceh 12.755.643.725.149.00 1.731.832.673.868.40 13.58 2 Sumatera Utara 8.679.942.294.100.00 400.331.385.496.00 4.61 3 Sumatera Barat 4.051.128.491.300.00 554.743.910.240.00 13.69 4 Riau 10.718.616.466.418.20 880.021.250.523.70 8.21 5 Jambi 3.513.160.756.557.81 336.691.007.000.00 9.58 6 Sumatera Selatan 6.303.404.424.576.00 478.025.623.272.00 7.58 7 Bengkulu 2.258.697.036.011.25 290.855.805.233.80 12.88 8 Lampung 4.106.843.248.665.77 394.495.977.309.00 9.61 9 Jawa Barat 24.753.758.333.100.00 644.192.997.558.00 2.60 10 Jawa Tengah 17.337.686.334.000.00 1.887.535.859.000.00 10.89 11 DI Jogjakarta 3.669.426.462.513.24 193.737.896.979.00 5.28 12 Jawa Timur 23.720.919.803.000.00 1.905.724.299.798.00 8.03 13 Kalimantan Barat 4.571.000.932.843.00 349.218.832.960.00 7.64 14 Kalimantan Tengah 3.652.064.714.929.00 297.506.969.688.00 8.15 15 Kalimantan Selatan 5.271.601.442.000.00 659.335.218.000.00 18.20
Lanjutan... NO. PROVINSI TOTAL APBD BELANJA URUSAN KESEHATAN PERSENTASE 16 Kalimantan Timur 9.327.562.000.000.00 847.072.700.492.00 9.08 17 Sulawesi Utara 2.641.789.104.310.00 178.939.288.000.00 6.77 18 Sulawesi Tengah 2.837.564.141.400.00 226.783.877.850.00 7.99 19 Sulawesi Selatan 6.167.110.898.573.19 694.122.582.165.62 11.26 20 Nusa Tenggara Barat 2.993.637.551.600.00 381.037.018.683.00 12.73 21 Nusa Tenggara Timur 3.287.626.340.000.00 194.502.896.979.00 5.92 22 Maluku 2.355.234.811.760.29 230.653.340.219.26 9.79 23 Papua 12.091.125.348.943.00 783.899.546.815.00 6.48 24 Maluku Utara 1.824.427.649.000.00 143.613.499.612.00 7.87 25 Banten 9.047.936.131.816.00 876.517.000.000.00 4.16 26 Bangka Belitung 2.134.888.718.609.90 145.525.150.800.84 6.82 27 Gorontalo 1.444.389.205.222.25 98.662.750.360.00 6.83 28 Kepulauan Riau 3.570.455.273.330.00 271.856.775.995.00 7.61 29 Papua Barat 6.423.740.104.013.80 205.967.056.000.00 3.21 30 Sulawesi Barat 4.051.128.491.300.00 554.743.910.240.00 13.69 31 Kalimantan Utara 2.183.697.471.760.27 44.700.149.758.72 2.05 32 DKI Jakarta 67.446.955.296.451.00 6.611.960.767.735.00 9.80 33 Sulawesi Tenggara 2.321.892.890.432.00 201.734.884.150.00 8.69 34 Bali 5.021.195.581.782.07 511.455.166.346.36 10.19 * Sumber : Ditjen Keuda Kemendagri
DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Memperkuat kualitas terhadap fasiltas pelayanan kesehatan; Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD; FKTP Milik Pemda yang belum menerapkan PPK-BLUD mempedomani Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2014, Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 Tahun 2014, dan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 900/2280/SJ tanggal 5 Mei 2014 (terkait Dana Kapitasi); Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Fakir miskin dan orang tidak mampu yang tidak menjadi cakupan penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat menganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi pelayanan kesehatan.
URGENSI SPM DALAM IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN Negara berkewajiban menjamin hak-hak tertentu setiap warga, termasuk hak untuk memperoleh pelayanan dasar dengan mutu atau standar tertentu. Kewajiban negara tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemerintah menetapkan SPM sebagai instrumen agar pelayanan dasar menjadi perhatian dan prioritas penyelenggaraan pemerintahan daerah.
PENERAPAN SPM Dalam mendukung kemandirian dan daya saing daerah RPJMN tahun 2015-2019, termuat program penerapan SPM sebagai Prioritas Nasional Penyusunan anggaran belanja untuk setiap program dan kegiatan mempedomani SPM yang telah ditetapkan, Analisis Standar Belanja (ASB), dan standar satuan harga. ASB dan standar satuan harga ditetapkan dengan keputusan kepala daerah dan digunakan sebagai dasar penyusunan RKA-SKPD dan RKA-PPKD.
KEWAJIBAN KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH Kewajiban kepala daerah dan wakil kepala daerah meliputi: a.l: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. c. d. e. f. melaksanakan program strategis nasional; dan g. Yang dimaksud dengan program strategis nasional adalah program yang ditetapkan Presiden sebagai program yang memiliki sifat strategis secara nasional dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan pemerataan pembangunan serta menjaga pertahanan dan keamanan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
SANKSI KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH Kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah yang tidak melaksanakan program strategis nasional dikenai sanksi administratif berupa teguran tertulis oleh Menteri untuk gubernur dan/atau wakil gubernur serta oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau wakil wali kota. Dalam hal teguran tertulis telah disampaikan 2 (dua) kali berturutturut dan tetap tidak dilaksanakan, kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah diberhentikan sementara selama 3 (tiga) bulan. Dalam hal kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah telah selesai menjalani pemberhentian sementara, tetap tidak melaksanakan program strategis nasional, yang bersangkutan diberhentikan sebagai kepala daerah dan/atau wakil kepala daerah.
19 ISU PERUBAHAN PENTING DALAM UU TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
20 I I. P E N ATA A N U R U S A N P E M E R I N TA H A N UU 32 TAHUN 2004 UU 23 TAHUN 2014 Pembagian urusan pemerintahan diatur dalam PP, sehingga urusan pemerintahan daerah dapat mudah ditarik kembali oleh Pusat. Tidak ada pola atau model yang jelas yang digunakan dalam pembagian urusan pemerintahan pada setiap kementerian/lembaga. Terdapat Ketidak jelasan dan tumpang tindih kewenangan antar tingkatan/susunan pemerintahan Terjadi ketidak seimbangan beban urusan pemerintahan antara pemerintahan kabupaten/kota dengan provinsi; Pembagian urusan pemerintahan diatur dalam lampiran UU sehingga memberikan status otonomi yang lebih kuat kepada daerah otonom; Ditentukan suatu pola pembagian urusan pemerintahan antar tingkatan/susunan pemerintahan sehingga terhindar dari tumpang tindih dan ketidakjelasan kewenangan; Terdapat keseimbangan beban urusan berdasarkan kriteria dan prinsip pembagian urusan pemerintahan yang sudah ditentukan; Urusan yang mempunyai dampak ekologis yang serius hanya diotonomikan sampai ke daerah provinsi (kehutanan, kelautan dan pertambangan) sehingga relatif mudah dikendalikan. Tujuan: Memperkuat status urusan otonomi daerah, mencegah tumpang tindih kewenangan serta efektivitas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah dan nasional.
21 V. P E N ATA A N P E R A N G K AT D A E R A H UU 32 TAHUN 2004 UU 23 TAHUN 2014 Pembentukan perangkat daerah dilakukan berdasarkan kriteria umum berupa APBD, Penduduk dan Luas Wilayah. Dilakukan perumpunan beberapa urusan pemerintahan ke dalam satu perangkat daerah. Ukuran perangkat daerah diseragamkan diseluruh Indonesia, sehingga terjadi ketidakseimbangan beben kerja antar perangkat daerah di seluruh Indonesia. Tidak ada pemetaan urusan untuk membentuk perangkat daerah. Dilakukan pemetaan urusan pemerintahan daerah untuk membentuk perangkat daerah; Perangkat daerah dikelompokkan ke dalam 3 tipe yaitu tipe A, tipe B dan tipe C, yang ditentukan berdasarkan beban kerja pada masing-masing urusan pemerintahan pada setiap daerah. Ukuran perangkat daerah ditentukan oleh beban kerja urusan pemerintahan yang diotonomikan kepada daerah (struktur berbasis urusan); Pengangkatan kepala perangkat daerah berdasarkan kompetensi dan dilakukan seleksi terbuka sesuai UU ASN. Tujuan : Menata perangkat daerah agar efisien sesuai dengan beban urusan yang menjadi kewenangan daerah dan mempermudah pembinaan serta koordinasi penyelenggaraan pemerintahan daerah.
22 V I I. P E L AYA N A N P U B L I K UU 32 TAHUN 2004 UU 23 TAHUN 2014 Tidak diatur Kepala daerah diwajibkan memberikan pelayanan publik berdasarkan standar pelayanan; Pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk menyederhanakan jenis dan prosedur pelayanan dalam rangka mempercepat dan mempermudah pelayanan kepada masyarakat; Daerah diarahkan untuk menerapkan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik; Pemerintah pusat dapat mengambil alih kewenangan pelayanan publik yang menjadi urusan pemerintah daerah apabila terdapat pelanggaran terhadap standar pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah daerah sehingga menghambat rakyat untuk memperoleh pelayanan. Tujuan : Meningkatkan mutu pelayanan publik di daerah sehingga meningkatkan daya saing Indonesia dalam persaingan global.
23 I X. P E M B I N A A N D A N P E N G AWA S A N UU 32 TAHUN 2004 UU 23 TAHUN 2014 Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah namun tidak dirumuskan dengan jelas. Tidak terdapat sanksi bagi kepala daerah yang melalaukan tugas dan tanggung jawabnya atau melanggar peraturan perundang-undangan. Tidak ada pengaturan yang jelas peran kementerian/lpnk dalam melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur secara jelas dengan berbagai instrumen seperti evaluasi, klarifikasi, persetujuan, dan bentuk lainnya; Diatur sanksi bagi penyelenggara pemerintahan daerah yang melanggar aspek-aspek kritis dan penting yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan; Kewenangan pembinaan oleh kementerian/lpnk yang urusannya diotonomikan diperjelas berupa pengawasan teknis, sedangkan pengawasan umum dilakukan oleh Kementerian Dalam Negeri Peran Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dipertegas dan diperkuat dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap kabupaten/kota diwilyahnya. Tujuan: Meningkatkan efektivitas pembinaan dan pengawasan dalam rangka menciptakan pemerintahan yang baik di daerah.
KEMENTERIAN DALAM NEGERI TERIMA KASIH Designed by Anshori 10
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAH PUSAT 1. melakukan pembinaan dan pengawasan secara nasional yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri; 2. Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan dan pengawasan yang bersifat umum, Menteri teknis dan Kepala LPNK melakukan pembinaan dan pengawasan yang bersifat teknis 3. Pembinaan dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan. 4. Pengawasan dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Internal Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya DAERAH PROVINSI 1. Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan yang bersifat umum dan teknis terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kabupaten/kota. 2. Pembinaan dalam bentuk fasilitasi, konsultasi, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan 3. gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dibantu oleh perangkat gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat. 4. Dalam hal gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat belum mampu melakukan pengawasan, meminta bantuan untuk melaksanakan pengawasan kepada Pemerintah Pusat
ALOKASI BELANJA URUSAN KESEHATAN PROVINSI TA 2014 NO. PROVINSI TOTAL APBD BELANJA URUSAN KESEHATAN % TOTAL APBD 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Aceh 13.368.028.474.729,00 1.090.269.775.225,00 8,16 Prov. Sumatera Utara 8.526.300.954.643,00 401.700.368.532,00 4,71 Prov. Sumatera Barat 3.608.888.673.830,00 438.243.424.660,00 12,14 Prov. Riau 8.276.751.343.278,13 558.364.921.478,71 6,76 Prov. Jambi 3.265.329.746.271,68 352.747.997.319,61 10,80 Prov. Sumatera Selatan 6.501.271.947.580,00 269.581.905.000,00 4,15 Prov. Bengkulu 1.896.631.491.461,00 174.177.237.794,00 9,18 Prov. Lampung 4.318.205.382.172,29 393.869.834.776,00 9,12 Prov. Jawa Barat 21.194.364.768.287,00 572.856.381.490,00 2,70 Prov. Jawa Tengah 13.997.158.183.000,00 1.625.097.866.000,00 11,61 Prov. DI Jogjakarta 3.330.069.349.990,00 158.973.501.063,00 4,77 Prov. Jawa Timur 17.811.135.360.418,00 2.256.644.386.486,00 12,67 Prov. Kalimantan Barat 3.754.897.331.556,00 323.899.477.730,00 8,63 Prov. Kalimantan Tengah 3.218.907.060.000,00 208.831.416.876,00 6,49 Prov. Kalimantan Selatan 5.266.326.013.000,00 1.021.095.705.555,00 19,39
Lanjutan... NO PROVINSI TOTAL APBD BELANJA URUSAN KESEHATAN % TOTAL APBD 16 Prov. Kalimantan Timur 13.805.000.000.000,00 964.480.374.223,00 6,99 17 Prov. Sulawesi Utara 2.452.618.546.301,49 176.890.741.000,00 7,21 18 Prov. Sulawesi Tengah 2.440.483.873.464,00 199.809.840.193,00 8,19 19 Prov. Sulawesi Selatan 5.839.377.160.724,00 395.938.499.487,00 6,78 20 Prov. Nusa Tenggara Barat 2.834.204.741.800,00 392.967.073.100,00 13,87 21 Prov. Nusa Tenggara Timur 2.738.060.879.000,00 198.569.827.000,00 7,25 22 Prov. Maluku 1.906.632.681.534,08 200.617.785.413,00 10,52 23 Prov. Papua 11.205.078.379.000,00 649.772.365.282,00 5,80 24 Prov. Maluku Utara 1.567.153.000.000,00 113.277.466.000,00 7,23 25 Prov. Banten 7.349.402.032.000,00 395.090.502.500,00 5,38 26 Prov. Bangka Belitung 2.015.859.281.269,99 132.089.771.603,78 6,55 27 Prov. Gorontalo 1.294.658.364.425,43 129.246.268.290,00 9,98 28 Prov. Kepulauan Riau 3.460.000.000.000,00 237.984.447.063,00 6,88 29 Prov. Papua Barat 5.870.179.976.714,45 172.643.014.836,00 2,94 30 Prov. Sulawesi Barat 1.305.240.053.783,04 77.635.901.565,54 5,95 31 Prov. Kalimantan Utara 1.899.550.558.146,00 27.396.445.455,00 0,00 32 Prov. DKI Jakarta 64.882.747.143.000.00 5.989.267.776.438.00 9.23 33 Prov. Sulawesi Tenggara 2.186.170.398.458.00 204.626.090.641.00 9.36 34 Prov. Bali 4.489.667.042.279.09 345.976.243.497.00 7.71 TOTAL 185.417.180.840.688,00 14.363.031.809.952,60 248,12
Lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
PROSES INTEGRASI JAMKESDA KE BPJS Kes 86,4 juta peserta dikelola BPJS Kesehatan 96,7 juta jiwa miskin (2011) semua penduduk 10,3 juta belum tercover KEGIATAN: Pengalihan, Integrasi, Perluasan dikelola BPJS Kesehatan 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Pengalihan Peserta JPK Jamsostek, Jamkesmas, PJKMU ke BPJS Kesehatan Integrasi Kepesertaan Jamkesda ke BPJS Kesehatan APBD mencover penduduk miskin di luar cakupan BPJS
DUKUNGAN KEMENDAGRI DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN DI DAERAH Penegasan pengaturan anggaran pada sektor kesehatan dan pelaksanaan bidang kesehatan, antara lain : a. Konsitensi pemenuhan APBD pada urusan kesehatan min 10%, diluar gaji. b. Percepatan penerapan PPK BLUD bagi Puskesmas dan RSUD sesuai Permendagri 61/2007. c. Program pencapaian target MDGS : air minum/bersih, HIV, Malaria, penyediaan asuransi kesehatan bagi PNSD/pensiunan dll d. Pengaturan pemberian tambahan penghasilan berdasarkan beban kerja, tempat bertugas, kondisi kerja, kelangkaan profesi dan prestasi kerja bagi tenaga kesehatan dengan memperhatikan kemampuan keuangan daerah e. Fasilitasi pencapaian SPM bidang kesehatan di daerah f. Fasilitasi pemerataan tenaga dokter pada fasilitas pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah daerah