TEMUAN PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP DAN LKPD SERTA DANA PERIMBANGAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007

DANA BAGI HASIL YANG BERSUMBER DARI PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Disampaikan dalam Kunjungan Kerja Badan Anggaran DPRD Kabupaten Banyumas Jakarta, 6 Februari 2014

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 21/PMK.07/2009 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 120/PMK.05/2009 TENTANG SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA HASIL PEMERIKSAAN ATAS

SAMBUTAN BPK PADA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 126 /PMK.07/2010 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

Kata Sambutan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 04/PMK.07/2008 TENTANG PELAKSANAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH MENTERI KEUANGAN,

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin yang berbahagia.

KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 126/PMK.07/2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

Pemeriksaan Dana Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 11/PMK.07/2010 TENTANG

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUB NOMOR 165/PMK.07/2012 TENTANG PENGALOKASIAN ANGGARAN TRANSFER KE DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang luas yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah di Indonesia kini sedang mengalami masa transisi untuk

Peraturan pelaksanaan Pasal 159 Peraturan Menteri Keuangan. 11/PMK.07/ Januari 2010 Mulai berlaku : 25 Januari 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kepada yang terhormat, Ketua DPRD dan Sekretaris Daaerah Kabupaten Kepulauan Yapen dan Undangan yang kami hormati

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

Kepada yang terhormat, Wakil Ketua DPRD dan Bupati Biak Numfor dan Undangan yang kami hormati

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

11/PMK.07/2010 TATA CARA PENGENAAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KETENTUAN DI BIDANG PAJAK DAERAH DAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 2005 TENTANG DANA PERIMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN DAN PENERTIBAN REKENING KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan keuangan daerah. Sesuai dengan amanat Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

-2- No.1927, 2015 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara; 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan N

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 17/PMK.07/2009 TENTANG

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan: 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang selanju

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/DPD RI/I/ TENTANG HASIL PENGAWASAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PARIWISATA

2015, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pemberdayaan Perem

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Sistem. Akuntansi. Pelaporan. Daerah.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 250/PMK.07/2014 TENTANG PENGALOKASIAN TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DESA

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

Kepala Auditorat V.A

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156/PMK.07/2008 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI DAN DANA TUGAS PEMBANTUAN MENTERI KEUANGAN,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 -

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

KEBIJAKAN PENGANGGARAN DANA PERIMBANGAN DALAM APBD 2017 DAN ARAH PERUBAHANNYA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi merupakan suatu langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

Tarif atas jenis PNBP ditetapkan dengan memperhatikan :

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 278, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5767); MEMUTUSKAN: Menetap

Transkripsi:

REKOMENDASI DAN CATATAN MENGENAI HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS PENETAPAN, PENYALURAN DAN PENERIMAAN DANA PERIMBANGAN TAHUN ANGGARAN 2006 DAN 2007 (SEMESTER I) PENDAHULUAN 1. Dana perimbangan merupakan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan dibentuk untuk mendukung pendanaan program otonomi daerah. Dana perimbangan meliputi Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH). 2. Sesuai dengan peraturan pemerintah No.105 tahun 2001 pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk menetapkan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam bentuk peraturan daerah. Sistem tersebut sangat diperlukan dalam memenuhi kewajiban pemerintah daerah dalam membuat laporan pertanggung jawaban keuangan daerah yang bersangkutan. 3. BPK telah melakukan pemeriksaan terhadap penetapan alokasi dan penyaluran dana perimbangan oleh pemerintah pusat serta penerimaan dana perimbangan oleh pemerintah daerah tahun anggaran 2006 dan semester I TA 2007. 4. Badan Pemeriksa Keuangan menyatakan penyaluran dan penerimaan dana perimbangan pusat dan daerah belum transparan dan akuntabel. Sistem pengendalian internal penyaluran dan penerimaan dana juga belum memadai dan sesuai peraturan perundang-undangan. Untuk itu Diharapkan Pemerintah Pusat menyempurnakan mekanisme penetapan alokasi, monitoring, dan rekonsiliasi dalam pengelolaan Dana Perimbangan, menyempurnakan ketentuan yang saling bertentangan dan tidak konsisten. TEMUAN PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP DAN LKPD SERTA DANA PERIMBANGAN Temuan dan Opini Pemeriksaan Atas LKPP dan LKPD Dari segi teknis, setidaknya ada sepuluh kelemahan sistem pengendalian internal keuangan negara yang dtemukan oleh pemeriksaan BPK atas LKPP pada tahun anggaran 2004 sampai dengan 2007 dan LKPD pada tahun anggaran 2004, 2005 dan 2006. Kelemahan tersebut adalah : 1. Masih perlunya perbaikan mendasar sistem akuntansi keuangan negara agar dapat diseragamkan sesuai dengan sistem yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan pada tahun 2003 dan 2005. 2. Perlunya sinkronisasi sitem komputer instansi pemerintah agar menjadi terintegrasi dan kompatible anatara satu dengan lainnya. Hingga sekarang ini 1

sistem komputer antar Direktorat Jenderal di Departemen Keuangan pun belum kompatible antara satu dengan lainnya. 3. Perlunya mengimplementasikan sistem perbendaharaan tunggal agar uang negara tidak lagi tersebar diberbagai rekening termasuk rekening individu pejabat negara yang sudah lama meninggal dunia. 4. Perlunya inventarisasi aset dan hutang negara baik di tingkat pusat maupun daerah 5. Pelunya penyediaan tenaga adminstrasi pembukuan pada setiap unit instansi pemerintahan mulai dari tingkat pusat hingga daerah. 6. Perlunya transparansi dan akuntabilitas pemungutan pajak maupun penyimpanannya sebelum ditransfer ke kas negara 7. Perlunya sinkronisasi penerimaan dan pengeluaran di sektor perminyakan dengan perincian ongkos produksi penambangan migas oleh kontraktor swasta harus dirasionalisir dalam perhitungan cost recovery agar dpat mengoptimalkan penerimaan negara. 8. Tidak dimungkinkannya BPK melaksanakan tugas konstitusionalnya untuk melakukan pemeriksaan atas penerimaan negara 9. Perlunya penertiban dasar pemungutan PNBP, penyimpanan dan penggunaannya 10. Belum adanya quality assuarance Laporan Keuangan Departemen/Lembaga maupun Pemda karena belum direviu oleh aparat pengawasan internal pemerintah sebagaimana diharapkan oleh Undang-Undang sebelum ditandatangani oleh Menteri/Kepala Instansi maupun Gubernur serta Bupati/Walikota dan diserahkan untuk diperiksa oleh BPK. Kesepuluh temuan pemeriksaan di atas telah menyebabkan BPK memberikan opini disclaimer pada LKPP selama empat tahun berturut-turut yakni pada tahun 2004-2007. Pemberian pendapat atas pemeriksaan LKPP ke empat tahun anggaran itu adalah didasarkan pada ketentuan pasal 16 ayat (1) UU No.15 Tahun 2004 tentang BPK. Opini pemeriksaan BPK diberikannya berdasarkan tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keunagan negara berdasarkan keseuaiannya dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) kecukupan pengungkapan, efektifitas sistem pengendalian internal dan kepatuhan kepada perundang-undangan yang berlaku. Ditingkat daerah, hasil pemeriksaan BPK atas 459 Laporan Keuangan Pemeritah Daerah (LKPD) tahun 2006 yang terdiri dari 33 provinsi dan 426 kabupaten/kota memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas 3 LKPD, Wajar dengan Pengecualian (WDP) atas 326 LKPD, Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer) atas 102 LKPD dan Tidak Wajar (TW) kepada 28 LKPD. Salah satu sumber penyebab ketidakpastian bagi penyelenggaraan keuangan daerah adalah karena tidak adanya suatu desain yang jelas dari Pemerintah Pusat dalam melaksanakan Paket Tiga UU Keuangan Negara Tahun 2003-2004 dalam kaitannya dengan otonomi daerah. Disatu pihak, departemen teknis belum rela untuk 2

menyerahkan kewenangannya yang seharusnya didesentralisasikan kepada pemerintah daerah. Tidak adanya desain dalam pelaksanaan penyelenggaraan keuangan daerah itu tercermin dari adanya rangkaian peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat yag tidak jelas, multi tafsir, rumit, tidak stabil dan sering berubah. Sementara itu, belum semua daerah memiliki peraturan daerah mengenai pengelolaan keuangan daerah. Juga belum semua daerah memiliki peraturan kepala daerah tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintah daerah. Temuan signifikan pemeriksaan BPK atas LKPD tahun 2006 adalah sebagai berikut : 1. Temuan yang berindikasi kerugian negara sebanyak 1.127 temuan senilai Rp6,00 triliun 2. Kekurangan penerimaan sebanyak 722 senilai Rp2,62 triliun 3. Temuan yang bersifat administrasi sebanyak 1.287 temuan senilai Rp40,97 triliun 4. Ketidakhematan/pemborosan dalam pealksanaan anggaran atau inefesiensi sebanyak 1.131 temuan senilai Rp16,99 triliun 5. Penggunaan anggaran tidak sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau tidak dimanfaatkan sebanyak 1.687 temuan senilai Rp43,60 triliun Temuan Pemeriksaan BPK Tahun 2007 tentang Dana Perimbangan Dalam semster II Tahun 2007, BPK melakukan pemeriksaan atas penetapan alokasi dan penyaluran Dana perimbangan Tahun 2006 yang ditransfer dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah. Pemeriksaan ini baru mencakup 210 pemerintahkabupaten/kota, disamping seluruh 33 pemerintah provinsi. Tujuan pemeriksaan adalah untuk menilai apakah (1) sistem pengendalian intern (SPI) atas penetapan alokasi, penyaluran dan penerimaan Dana Perimbangan telah memadai dan (2) penetapan alokasi, penyaluran dan peenrimaan dana perimbangan telah dilakukan secara tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat rekening serta sesuai dengan ketentuan undang-undang. Jadi, pemeriksaan belum mencakup penggunaannya yang dilaporkan dalam LKPD. Adapun temuan hasil pemeriksaan atas penetapan alokasi dan penyaluran dana perimbangan yang signifikan, antara lain adalah sebagai berikut : 1. Tidak adanya harmonisasi dan konsistensi antara ketentuan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2006 tentang Penetapan Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) dengan peraturan yang lebih tinggi sehingga beberapa daerah mendapat alokasi DAU lebih dari yang seharusnya sebesar Rp168,46 miliar. 2. Penghitungan DAU tidak seluruhnya didasarkan pada data dasar yang jelas 3. Data dasar berupa luas wilayah yang digunakan untuk penghitungan DAU belum sepenuhnya mengacu pada PP Nomor 55 Tahun 2005 4. Penghitungan Alokasi Dana Alokasi Khusus (DAK) tidak mengikuti kriteria umum, kriteria khusus dan kriteria teknis yang ditetapkan sehingga alokasi DAK tahun 3

2006 sebesar Rp1,42 triliun dan tahun 2007 sebesar Rp1,07 triliun tidak mempunyai dasar. 5. Terdapat kesalahan penghitungan alokasi DAK sehingga 21 daerah kurang alokasi sebesar Rp4,22 miliar dan 15 daerah kelebihan alokasi DAK sebesar Rp1,26 miliar. 6. Pencairan DAK tahun 2006 tidak sesuai ketentuan dan pada akhir TA 2006 dana tersebut menumpuk pada kas daerah atau kas Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) sehingga berpotensi digunakan di luar tujuan semula. 7. DAK untuk Dana Reboisasi sebesar Rp998,71 juta yang berasal dari TA 2002 s.d. 2005 sudah dikeluarkan dari kas negara tapi masih tersimpan di rekening khusus Dirjen Perbendaharaan. 8. Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam (DBH SDA) terlambat disalurkan dan terdapat DBH SDA tahun 2006 yang belum disalurkan sebesar Rp1,15 triliun 9. Realisasi DBH SDA minyak bumi triwulan I tahun 2007 yang merupakan hak provinsi/kota/kabupaten di povinsi Kaltim kurang disalurkan sebesar Rp71,99 miliar. 10. Penerimaan dana perimbangan pada 45 pemerintah daerah senilai Rp1,54 triliun dilakukan tanpa melalui kas daerah, diantaranya sebesar 71,18 miliar digunakan secara langsung tanpa melalui mekanisme APBD dan sebesar Rp149,34 miliar belom disetor ke kas daerah. 11. Penerimaan dan pengelolaan upah pungut PBB/BPHTB pada 90 pemerintah daerah senilai Rp120,88 miliar dilakukan di luar mekanisme APBD dan diantaranya digunakan langsung sebesar Rp90,77 miliar dan sebesar Rp19,27 miliar belum disetor ke kas daerah. Hasil pemeriksaan di atas mencerminkan kelemahan dalam cara penetapan dan penyaluran Dana Perimbangan oleh pemerintah pusat dan penerimaannya oleh pemerintah daerah, antara lain sebagai berikut : 1. Belum ada suatu Standar Operating Procedures yang baku dalam proses pelaksanaan penghitungan alokasi DAU dan DAK. Apabila data dasar untuk penghitungan DAU dan DAK tidak lengkap, tidak ada prosedur baku untuk menyelesaikan permasalahan dalam penyediaan data dan proses penghitungan penetapan alokasi DAU dan DAK. 2. Pelaksanaan rekonsiliasi dalam penyaluran DBH SDA tidak dapat dijalankan secara efektif karena tidak ada prosedur yang memungkinkan Pemerintah Daerah untuk memiliki data pembanding mengenai besaran penerimaan DBH SDA yang seharusnya dibagikan kepada daerah. Secara umum belum ada ketentuan yang mewajibkan setiap perusahaan pengelola SDA menyampaikan tembusan laporan realisasi produksi atau pembayarannya setiap triwulan kepada daerah penghasil 3. Walaupun telah diatur bahwa DBH SDA disalurkan secara triwulanan, tetapi tidak jelas diatur apakah penyalurannya dilakukan pada triwulan saat penerimaan SDA dibayarkan oleh perusahaan atau pada triwulan lain 4

4. Pelaksanaan rekonsiliasi DBH SDA tidak jelas diatur saat pelaksanaannya. Ketidakjelasan tersebut mengakibatkan tidak jelasnya waktu penerimaan DBH SDA walaupun telah dianggarkan oleh pemerintah daerah. Sementara itu, sebagian besar rekening kas daerah belum ditetapkan dengan surat keputuasn kepala daerah. 5. Walaupun telah ditetapkan bahwa rekening penerimaan Dana Perimbangan adalah rekening kas daerah, mekanisme yang ada tidak menjamin bahwa dana perimbangan yang disalurkan benar-benar di terima kas daerah, Karena tidak ada kewajiban bagi KPPN atau Departemen Keuangan untuk meminta nomor rekening koran milik Pemerintah Daerah (rekening Kas Daerah) yang sudah mendapat penetapan dari kepala daerah. Apabila ada permintaan pencairan Dana Perimbangan ke rekening yang bukan merupakan rekening kas daerah maka KPPN atau Departemen Keuangan tetap melakukan pencairan tersebut 6. Tidak efektifnya mekanisme rekonsiliasi antara unit organisasi pengelolaa Dana Perimbangan baik di Departemen Keuangan, departemen teknis, dan pemerintah daerah dalam menentukan besarnya DBH SDA. Pemerintah daerah, khususnya daerah penghasil tidak dapat mengetahui berapa besar hak DBH yang seharusnya dierima karena tidak memiliki data penerimaan negara yang dibayar oleh perusahaan di daerah. Di lain pihak, departemen keuangan dan departmen teknis mengalami kesulitan untuk mengedentifikasi daerah penghasil karena penerimaan negara yang tidak menyebutkan daerah penghasilnya dan kurang nya informasi dari daerah. Sebagai contoh, tidak ada keharusan untuk melakukan rekonsiliasi /konfirmasi penerimaan pajak antara Direktorat Jenderal Pajak dengan Pemerintah Daerah terkait sehingga setiap pemerintah daerah penerima DBH pajak tidak pernah tahu berapa hak DBH pajak mereka sebenarnya. 7. Walaupun telah diatur bahwa DAK harus habis, tetapi dalam kenyataannya, rekening kas daerah untuk DAK pada akhir tahun masih bersaldo. Sementara itu belum ada pengaturan tentang mekanisme pengelolaan saldo DAK di daerah yang masih bersisa pada akhir tahun anggaran. 8. Belum ada mekanisme yang jelas mengenai peruntukkan/penggunaan DBH PBB khususnya biaya pemungutan PBB.Tidak adanya kejelasan ini mengakibatkan bervariasinya penggunaan biaya pemungutan PBB pada setiap daerah bahkan terdapat pihak-pihak yang memanfaatkan biay apemungutan PBB tersebut tanpa melalui mekanisme APBD Beberapa Permasalahan Mengenai Dana Perimbangan Berdasarkan Pengamatan Biro di Beberapa Daerah : 1. Adanya tumpang tindih peraturan antara Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri dan peraturan yang diterbitkan daerah dalam hal penggunaan DAK. 2. Tidak adanya mekanisme pengawasan pencairan Dana Perimbangan sehingga penyaluran Dana Perimbangan tidak tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran 5

3. Penggunaan single treasury account berpotensi menimbulkan masalah jika tidak disertai sistem pencatatan pembukuan yang memadai REKOMENDASI 1. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan BPK Perwakilan melakukan koordinasi dalam hal memantau alokasi dan penggunaan dana perimbangan dan pelaksanaan tindak lanjut pemerintah daerah atas temuan-temuan BPK Perwakilan. 2. Pembentukan Badan Akuntabilitas Keuangan Daerah (BAKD) yang memiliki tugas yang hampir sama dengan Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) di tingkat pusat, merupakan salah satu langkah yang dapat ditempuh untuk mengawal temuan-temuan BPK perwakilan terhadap dana perimbangan dan laporan keuangan daerah pada umumnya. Pembentukan BAKD oleh DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota menjadi semakin penting untuk mendorong Pemerintah mempercepat pembangunan sistem keuangan sesuai dengan Paket tiga UU Keuangan Negara Tahun 2003-2004. 3. DPRD dapat melakukan koordinasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat RI (DPR RI) dalam hal sosialisasi alokasi dana perimbangan kepada tiap-tiap daerah. Dengan demikian DPRD dapat mengetahui besaran dana perimbangan yang diperoleh daerahnya dan pada akhirnya berhubungan dengan pengawasan yang harus dilakukan. 4. Perlu adanya transparansi dan sosialisasi atas data dasar dimana pemerintah sebaiknya menyerahkan kepada DPR data-data dasar yang akan digunakan dalam penghitungan DAU dan DAK sebelum pembahasan kebijakan transfer ke daerah. Selain itu, dasta dasar serta kebijakan transfer ke daerah yang sudah disepakati oleh DPR perlu juga disosialisaikan kepada provinsi dan kabupaten/kota. Perlu dilakukan pengawasan atas input data dasar untuk penghitungan Dana Perimbangan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kesalahan input. Selain itu perlu dibuat berita acara serah terima data dasar untuk peghitungan Dana Perimbangan yang menjamin validitas dataperlu dibuat prosedur yang memungkinkan pemerintah daerah untuk memiliki data pembanding sehingga dapat dilakukan rekonsiliasi penyaluran DBH. Prosedur tersebut antara lain dengan mewajibkan setiap perusahaan pengelola SDA untuk menyampaikan tembusan laporan realisasi produksi atau pembayarannya setiap triwulan kepada daerah penghasil 5. Perlu diatur waktu yang jelas atas pelaksanaan rekonsiliasi DBH SDA. 6. KPPN dan Departemen Keuangan sebaiknya melakukan pengawasan atas kebenaran rekening tujuan pengiriman transfer Dana Perimbangan apakah merupakan Rekening Kas Umum Daerah atau bukan. 6

7. Perlu dibuat mekanisme yang efektif antara Departemen Keuangan, departemen teknis dan daerah penghasil SDA dalam penentuan besaran DBH. Perlu dibuat suatu ketentuan yang mengatur bahwa daerah penghasil SDA wajib memberikan datadata mengenai perusahaan pengelolaa SDA di daerahnya kepada depertemen teknis dan Departemen Keuangan. Selain itu, perusahaan pengelola SDA juga wajib menyampaikan tembusan laporan pembayaran kepada pemerintah daerah. 8. Perlu dibuat suatu mekanisme bagi daerah yang DAK nya masih bersisa pada akhir tahun dan juga mekanisme untuk penggunaan biaya pemungutan PBB. 9. Perlunya rekonsiliasi antara peraturan yang diterbitkan oleh Depkeu, Depdagri dan daerah 10. DPR melalui BAKN segera menindaklanjuti temuan-temuan BPK yang berkaitan dengan Dana Perimbangan. 11. Menambah/ merekrut tenaga yang memahami akuntansi, & memberikan pendidikan atau pelatihan mengenai akuntansi kepada sumber daya manusia yang tersedia. DAFTAR PUSTAKA 1. Prof. Dr. Anwar Nasution Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah, Badan Pemeriksa Keuangan, 16 Juli 2008 2. Laporan Hasil Pemeriksaan Atas Penetapan, Penyaluran dan Penerimaan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 226 dan 2007 (Semester I), Badan Pemeriksa Keuangan, Jakarta 2008. 3. Laporan Kunjungan ke BPK Perwakilan dalam rangka kajin terhadap Usaha Peningkatan Akuntabilitas Kebijakan Perimbangan Keuangan antara Pemrintah Pusat dan Pemerintah Daerah, 2008 4. Dr. H. Chris Kuntadi CPA Analisis Kebijakan Publik terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah 5. Berbagai artikel di Media. 7