Melejitkan Mutu Pendidikan melalui Leader Class, Mungkinkah?

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini mengenai hubungan antara variabel Kecerdasan Spiritual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

Kamis, 29 November 2012

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER KI HADJAR DEWANTARA DENGAN AL- GHAZALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

A. LATAR BELAKANG MASALAH

LEADER CLASS SEBAGAI PENDIDIKAN PEMBENTUK GENERASI TANGGUH PEMBANGUN BANGSA Oleh : Rifa Atun Mahmudah

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

BAB 1 PENAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kabupaten Kulonprogo, Kepala SKPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulonprogo,

OKYENDRA PUTRI BESTARI, 2015 PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN KI HAJAR DEWANTARA TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU DI SMK SWASTA SE-KECAMATAN CIMAHI UTARA

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB V PEMBAHASAN. pustaka. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknis analisis.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan yaitu kegiatan belajar oleh pembelajar (Siswa) dan kegiatan mengajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

MODEL LEADER CLASS SMA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KABUPATEN CILACAP. Oleh : Duki Iskandar

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu proses pendidikan tidak lepas dari Kegiatan Belajar Mengajar

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang

PEDOMAN PENYELENGGARAAN APRESIASI GURU PAI DAN PENGAWAS PAI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB IV ANALISIS TENTANG UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM MENCAPAI VISI DAN MISI SEKOLAH DI SD NEGERI 03 PODODADI KARANGANYAR PEKALONGAN

Upaya untuk Menyiapkan Insan Yang Berkarakter Melalui Program Leader Class di Kabupaten Cilacap Oleh : Nur Fajrina R.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB IV KONTRIBUSI PENDIDIKAN KARAKTER PRESPEKTIF KI HADJAR DEWANTARA. akhlak anak didik yang nyaris kehilangan karakter di era globalisasi ini, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

LEADER CLASS PROGRAM - SISI LAIN PENDIDIKAN BERBASIS KARAKTER DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI KAB. CILACAP Oleh : Nur Arida Hendrawati

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

PROFIL AISYIYAH BOARDING SCHOOL BANDUNG

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

Pengertian dan Unsur-unsur Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. dari hasil wawancara dengan informan, observasi di lapangan maupun datadata

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

EFEKTIVITAS SISTEM AMONG DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI UPAYA MEMBENTUK BUDI PEKERTI SISWA DI SMA TAMAN MADYA KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi untuk

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaan, kecerdasan, dan keterampilan. Untuk dapat menghasilkan produk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

KODE ETIK PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 UU RI No.20 th. 2003

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I. terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

Transkripsi:

Melejitkan Mutu Pendidikan melalui Leader Class, Mungkinkah? Sering kita berpikir bagaimana mendongkrak mutu pendidikan. Sesering itu pula kita merasakan kegagalannya. Usaha yang dilakukan bagai menegakkan benang basah, tanpa hasil dan seakan sia-sia. Kegagalan itu ditengarai dengan rendahnya out put siswa baik dalam hal prestasi akademik, non akademik, maupun pada perilaku dan sikap siswa yang tidak menggembirakan. Banyaknya siswa/lulusan sekolah yang miskin sopan santun dan budi pekerti, membangkang nasehat orang tua dan perilaku tak terpuji lainnya, jelas itu bukan prestasi. Ironis dan memprihatinkan. Kalau sudah demikian adanya, menjadi banyak pihak yang disalahkan, walau belum tentu juga mereka yang bersalah. Idealisme untuk mewujudkan pendidikan yang bermutupun menjadi semakin jauh panggang dari api. Lantas, bagimana strategi jitu untuk mendongkrak mutu pendidikan kita? Mungkinkah program Leader Class yang diterapkan di Cilacap mampu mengatasi permasalahan itu? Pertanyaan di atas setidaknya memiliki dua alternative jawaban mendasar yakni, sangat mungkin dan mustahil. Terwujud atau tidaknya sangat bergantung pada usaha yang dilakukan. Jika usaha yang dilakukan terarah, terprogram, terimplementasi dengan baik maka bukan tidak mungkin peningkatan mutu pendidikan dapat terwujud dengan gilang-gemilang. Akan tetapi sebaliknya jika usaha yang dilakukan biasabiasa saja maka apa yang diharapkanpun akan biasa-biasa juga, tanpa ada peningkatan, karena kata kunci yang digunakan untuk dapat mendongkrak mutu pendidikan adalah berani beda. Berbeda dalam program, berbeda dalam pelayanan, dan berbeda dalam penanganan, yang pada akhirnya nanti akan berbeda pula mutu yang dihasilkan. Leader Class sebagai program unggulan yang pertama digagas oleh Bupati Cilacap H. Tatto Suwarto Pamuji diharapkan dapat menelurkan generasi penerus bangsa yang tangguh, yang memiliki keimanan dan ketakwaan yang mantap, yang memiliki kecerdasan dalam

mengolah pikir, mengolah rasa, dan mengolah raga, memiliki kesetiaan dan integritas, kejujuran dan memiliki rasa malu. Setidaknya, malu untuk melakukan sesuatu yang memalukan. Agar harapan leader class dapat benar-benar terwujud, maka ada beberapa faktor prasyarat yang harus dipenuhinya antara lain: a. Seleksi Siswa Seleksi siswa diperlukan dalam penjaringan siswa leader. Ini dilakukan untuk mendapatkan siswa pilihan yang benar-benar memiliki kesiapan untuk mengikuti program-program leader. Untuk jenjang SMP dan SMU penjaringan dilakukan dengan seleksi siswa terbaik di setiap kecamatan, yang dalam pelaksanaanya ditempatkan dalam satu kelas pembelajaran, sedangkan untuk jenjang SD dipilih langsung yakni SD Al Irsyad 02 Cilacap. Seleksi siswa untuk jenjang SD dilakukan secara mandiri melalui seleksi psikologis, seleksi akademis/non akademis, wawancara, karya siswa baik berupa karya teknologi sederhana, karya seni, karya sastra, serta track record/catatan prestasi siswa. b. Program dan Komitmen Rencanakan kerjamu dan kerjakanlah rencanamu, demikian kalimat motivasi yang hendaklah senantiasa dipegang oleh setiap diri, tak terkecuali insan pendidik dan para siswa agar apa yang dilakukan bisa lebih terarah dan jelas tujuan/target yang ingin dicapai. Leader class sebagai program baru yang harapannya menjadi pembaharu dalam pendidikan, tentulah harus memiliki program yang berbeda daripada umumnya. Program baru yang dimaksud dapat berupa program kewiraan, wiyata mandala, kesehatan/pertolongan pertama, kemandirian dan kerjasama [outbond training], dan kearifan lokal. Di samping itu program yang bersifat pembinaan mental/spiritual dan budi pekerti mestilah diterapkan juga seperti kegiatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan dapat dilakukan secara rutinitas, terprogram, spontan, maupun teladan. Pembiasaan rutinitas maksudnya adalah pembiasaan siswa untuk melakukan kebaikan-kebaikan di manapun ia

berada. Di rumah, di sekolah, dan di masyarakat misalnya dalam upacara bendera, belajar, berbaris sebelum masuk kelas, berdoa sebelum memulai/mengakhiri pelajaran, dll. Pembiasaan terprogram adalah pembiasaan siswa untuk melakukan apa yang sudah diprogramkan seperti kegiatan ektrakurikuler, belajar kelompok, kunjungan sosial, klub olahraga, klub seni, pentas kreasi, kegiatan mading, dll. Pembiasaan spontan merupakan kegiatan yang dilakukan secara serta merta sesuai apa yang seharusnya dikerjakan seperti mengucap salam dan berjabat tangan ketika bertemu, menawarkan bantuan, meminta maaf jika bersalah dan mengucap terima kasih jika diberi bantuan. Sedangkan pembiasaan teladan maksudnya adalah pembiasaan yang dilakukan siswa dalam hal keteladanan pada semua perilaku terpuji. Pembiasaan ini menjadi sangat penting dimiliki oleh siswa leader, karena hanya dengan inilah siswa belajar untuk dapat mengaktualisasikan diri mereka dalam kehidupan yang nyata. Kehidupan untuk bisa hidup bersama orang lain karena sesungguhnya seribu kata indah tidak lebih baik daripada satu perbuatan nyata, maksudnya, tindak nyata lebih baik daripada sekedar teori, atau dengan kata lain pula bahwa siswa leader hendaklah bisa membentuk kebiasaan baiknya hari ini, dengan harapan nantinya kebiasaan baiknya itulah yang akan membentuk perilaku baiknya di hari-hari mendatang. c. Guru yang Berkompetensi Sama halnya dengan siswa, calon guru leader class hendaknya dipilih melalui tahapan seleksi. Ini dimaksudkan untuk mendapatkan guru yang mengerti betul akan perannya sebagai agent of change, guru yang bisa menjadi uswah hasanah, guru yang memiliki sikap profesional yang baik (good professional attitude), dan guru yang bisa mencetak sumber daya manusia yang berkarakter kuat, cerdas, dan mandiri karena siswa yang tangguh tentulah dicetak oleh guru yang

kreatif dan memiliki kompetensi yang baik. Empat kompetensi inti haruslah dimiliki guru untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu yakni kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Kompetensi pedagogic dimaksudkan bahwa guru leader class harus benar-benar memiliki kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih mudah dan bermakna. Kompetensi ini meliputi kemampuan guru dalam memahami karakteristik masing-masing siswa, menguasai dan mengerti prinsip-prinsip pembelajaran yang efektif, memahami pembelajaran yang mendidik, serta memahami strategi dan evaluasi pembelajaran yang sesuai. Kompetensi Profesional dimaksudkan kemampuan guru untuk mengikuti perkembangan ilmu terkini, karena ilmu bersifat dinamis dan akan selalu berkembang. Oleh karena itu guru harus selalu mengup date pengetahuan dan materi pembelajaran sehingga tidak ada lagi predikat guru jadul. Kompetensi sosial guru dapat dilihat dari kemampuan guru dalam bersosialisasi dengan siswa, sesama guru, dan dengan masyarakat. Sedangkan kompetensi kepribadian adalah kemampuan guru terkait dengan watak, karakter, dan pribadi seorang guru. Kompetensi ini dapat dilihat dari sikap kedewasaan guru, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, dapat menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, serta mengembangkan dirinya secara berkelanjutan. d. Strategi Pembelajaran yang Tepat Strategi pembelajaran tentulah harus berprinsip pada keefisienan dan keefektifan. Artinya sedikit perlakuan dapat memberikan efek positif yang signifikan. Dalam hal ini yang sangat berperan adalah guru yang kreatif yang bisa menciptakan suasana pembelajaran yang bermakna. Guru yang kreatif bukanlah guru yang mengerti betul dan hapal macam-macam strategi pembelajaran luar negeri. Akan tetapi, guru kreatif adalah guru yang memiliki kecakapan dalam mengelola

pembelajaran yang diperlukan. Tak cukup bijak juga sekiranya pembelajaran di tanah air ini selalu mengacu dan mengharuskan pada strategi luar negeri yang belum tentu sesuai untuk pembelajaran dan kepribadian bangsa, Padahal Indonesia juga memiliki tokoh pendidikan yang juga mendunia, Ki Hajar Dewantara. Kita bisa menerapkan ajaran-ajarannya yang jelas berkepribadian bangsa, Ing ngarsa sung tuladha, Ing madya mangun karsa, tut wuri Handayani. Atau kita bisa mengembangkan Tringanya beliau yakni Ngerti, Ngrasa, lan Nglakoni, yakni mengerti, merasakan, dan melakukan. e. Sarana dan Prasarana yang Mencukupi Yang dimaksud dengan sarana prasarana di sini bukanlah seperti yang telah tersebut di dalam Standar Nasional Pendidikan, tetapi lebih dari sekedar itu. Sekolah hendaknya memiliki perangkat tambahan yang dapat secara langsung maupun tidak langsung menunjang jalannya kegiatan pembelajaran Leader Class. Perangkat tambahan itu dapat berupa peralatan permainan edukasi yang dapat digunakan untuk mengembangkan ketangkasan, keberanian, kerjasama, tanggung jawab, dan percaya diri siswa misalnya flying fox, halang rintang, panjat tebing, dll. Lebih lengkap lagi jika sekolah memiliki lahan khusus yang bisa digunakan untuk pengembangan kekaryaan siswa, misalnya lahan pertanian walaupun sempit, kebun, peternakan walaupun kecil, kolam ikan dan lain sebagainya. Ini penting sekali untuk siswa leader agar mereka tidak hanya bisa teori, tetapi lebih agar mereka memiliki life skill dan bisa berbicara mengenai apa yang telah mereka praktikkan di lapangan. Berbicara bagaimana cara menanam dan mengolah tanah pertanian, berbicara bagaimana cara meningkatkan mutu pertanian, yang pada akhirnya bisa berpikir bagaimana cara meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Demikian juga dalam hal peternakan dan perikanan misalnya peternakan kambing, ayam petelur, kelinci, dan kolam pemancingan. Siswa akan lebih mengetahui bagaimana perawatan

ternak, pembudidayaannya, produksi susu sapi/kambing, dan pembuatan pupuk kandang misalnya sebagai kegiatan pemberdayaan masyarakat. Dengan demikian siswa akan mendapatkan pengalaman secara langsung. Tak mengapalah, jika berbagai kendala dan kesulitan sedikit dialami para siswa, karena yang demikian itu menjadikannya lebih dewasa dan dapat memacu daya pikir mereka untuk mencari solusi pemecahannya. f. Pembiayaan Jer basuki mawa bea. Segala usaha tentu membutuhkan biaya. Berusaha untuk lebih baik daripada umumnya, tentu membutuhkan biaya yang lebih pula. Sepintas memang pemenuhan kebutuhan akan pendidikan terlalu mahal. Program Leader Class yang digadang dapat menjadi pembaharu, karena program-programnya yang baru, tentu juga membawa konsekuensi dalam hal pembiayaannya. Bersyukur, Leader Class yang diprogramkan dan telah dijalankan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap disertai juga dukungan pembiayaannya, dengan demikian optimis pula tercapainya usaha untuk melejitkan mutu pendidikan di tanah air. Semoga niat mulia Pemerintah Daerah Cilacap memprogramkan Leader Class dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi peningkatan mutu pendidikan di Indonesia dan dapat menelurkan generasi pemimpin bangsa yang tangguh, bermartabat, dan bermanfaat untuk orang lain karena sesungguhnya sebaik-baik orang diantara kita adalah yang paling bisa bermanfaat untuk orang lain. Semoga bermanfaat.