PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

dokumen-dokumen yang mirip
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JULI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NOVEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JULI 2013 TURUN 1,84 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN JANUARI 2011 NAIK 0,20 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MEI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI JANUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI MARET 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI FEBRUARI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2016

NILAI TUKAR PETANI DI PROVINSI RIAU BULAN OKTOBER 2011 TURUN 0,53 PERSEN

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JANUARI 2017

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2014 SEBESAR 102,10

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR 103,01

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

NILAI TUKAR PETANI (NTP) DI PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2015 SEBESAR ATAU TURUN 1.04 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN HARGA BERAS DI PENGGILINGAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI APRIL 2014

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BERITA RESMI PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI OKTOBER 2017 STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI SEPTEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2014 SEBESAR 102,63

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2017 SEBESAR

Transkripsi:

No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. OKTOBER 2010, NTP BALI TURUN SEBESAR 0,33 PERSEN Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Oktober 2010 turun sebesar 0,33 persen bila dibandingkan dengan bulan September 2010, yaitu dari 104,39 menjadi 104,04. Turunnya NTP ini didorong oleh turunnya NTP di tiga subsektor. Subsektor hortikultura (NTP-H) turun sebesar 1,13 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) turun sebesar 0,59 persen, sedangkan subsektor peternakan (NTP-Pt) turun sebesar 0,73 persen. Sedangkan dua subsektor lainnya mengalami peningkatan NTP yang relatif kecil, NTP subsektor tanaman pangan (NTP-P) meningkat sebesar 0,79 persen dan subsektor perikanan (NTP-Pi) meningkat sebesar 0,42 persen. Bila dibandingkan dengan Nasional, posisi daya tukar petani Bali masih berada di atas angka Nasional (NTP Bali sebesar 104,04 sedangkan NTP Nasional sebesar 102,61). Indeks Harga Konsumen (IHK) pedesaan di Provinsi Bali pada Oktober 2010 mengalami deflasi pedesaan sebesar 0,11 persen. Provinsi Bali menempati urutan ke-8 dari 20 provinsi yang mengalami deflasi pedesaan. Secara Nasional terjadi inflasi pedesaan sebesar 0,08 persen. Dari 32 Provinsi yang diamati, sebanyak 11 provinsi mengalami inflasi pedesaan, sisanya sebanyak 20 provinsi mengalami deflasi dan hanya satu provinsi yang tidak mengalami perubahan. Inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 1,02 persen sedangkan deflasi pedesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 0,97 persen. NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan pada bulan Oktober 2010, NTP Bali turun sebesar 0,33 persen dibanding bulan September 2010, yaitu dari 104,39 menjadi 104,04. Turunnya NTP ini dipicu oleh turunnya indeks harga hasil produksi pertanian yang diterima petani. Penurunan NTP ini dirasakan oleh sebagian besar petani, terutama petani tanaman hortikultura. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010 1

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Bali Per Subsektor dan Perubahannya Oktober 2010 (2007=100) Subsektor Bulan Persentase September 2010 Oktober 2010 Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima (It) 119,99 120,84 0,71 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 127,05 126,95-0,08 c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 94,44 95,19 0,79 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima (It) 166,52 164,35-1,30 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,68 125,46-0,17 c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 132,50 130,99-1,13 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima (It) 138,64 137,92-0,52 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,63 125,72 0,07 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 110,36 109,70-0,59 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima (It) 119,63 118,86-0,64 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 128,06 128,17 0,09 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 93,42 92,74-0,73 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima (It) 114,06 114,59 0,46 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126,33 126,39 0,05 c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 90,29 90,67 0,42 Provinsi Bali a. Indeks yang Diterima (It) 132,35 131,87-0,36 b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126,79 126,75-0,03 c. Nilai Tukar Petani (NTP) 104,39 104,04-0,33 Perbandingan NTP Oktober 2010 terhadap September 2010 menunjukkan bahwa subsektor hortikultura (NTP-H) turun sebesar 1,13 persen, subsektor peternakan (NTP-Pt) turun sebesar 0,73 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) turun sebesar 0,59 persen. Sementara itu satu subsektor lainnya yaitu subsektor tanaman pangan (NTP-P) dan subsektor perikanan (NTP-Pi) meningkat sebesar 0,79 persen dan 0,42 persen. 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompokkan dalam lima subsektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan. Indeks Harga yang diterima Petani (It) di lima subsektor tersebut menunjukkan fluktuasi harga yang beragam. Pada bulan Oktober 2010, indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,36 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 132,35 menjadi 131,87. Turunnya It kali ini didorong oleh turunnya It pada tiga subsektor yaitu subsektor hortikultura, subsektor tanaman perkebunan rakyat, dan subsektor peternakan. Subsektor hortikultura memberikan andil paling besar terhadap penurunan It yaitu sebesar 1,30 persen. Dua subsektor lainnya yang juga 2 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010

mengalami penurunan It yaitu subsektor peternakan dan subsektor tanaman perkebunan rakyat masing-masing mengalami penurunan It sebesar 0,64 persen dan 0,52 persen. 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan harga barang dan jasa yang dibeli petani untuk digunakan baik dalam proses produksi lahan atau usaha pertaniannya maupun untuk konsumsi rumahtangga petani. Barang dan jasa tersebut meliputi barang-barang kebutuhan pokok; bibit; obatobatan dan pupuk; sewa, pajak lahan, dan pengeluaran; transportasi; sewa alat dan hewan; barang modal; dan upah buruh tani. Pada bulan Oktober 2010, indeks harga yang dibayar (Ib) petani di Provinsi Bali turun sebesar 0,03 persen bila dibandingkan September 2010, yaitu dari 126,79 menjadi 126,75. Turunnya Ib terjadi pada subsektor tanaman pangan (0,08%) dan subsektor hortikultura (0,17%). Turunnya Ib disebabkan karena turunnya harga barang-barang konsumsi rumahtangga seperti bahan makanan dan perumahan. Bahan makanan yang mengalami penurunan harga adalah cabe merah, cabe rawit, cabe hijau, kangkung, dan nangka muda. Sedangkan komoditas perumahan yang mengalami penurunan harga adalah pasir. 3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P) Pada bulan Oktober 2010 subsektor tanaman pangan kembali mengalami peningkatan NTP. NTP subsektor tanaman pangan meningkat sebesar 0,79 persen. Meningkatnya NTP pada subsektor ini dipicu oleh meningkatnya indeks yang diterima petani (0,71%) dan turunnya indeks yang dibayar petani (-0,08%). Meningkatnya indeks yang diterima petani (It) dipicu oleh meningkatnya indeks pada subkelompok palawija. Indeks pada subkelompok palawija naik sebesar 2,00 persen yaitu dari 141,82 menjadi 144,65. Hal ini didorong oleh kenaikan harga ketela pohon, kacang tanah, dan ketela rambat. Sementara itu, turunnya indeks yang dibayar petani terjadi terutama akibat turunnya harga pada subkelompok konsumsi rumahtangga yaitu sebesar 0,22 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTP-H) Pada bulan Oktober 2010, NTP subsektor hortikultura mengalami penurunan NTP paling besar dibandingkan subsektor lainnya. NTP subsektor hortikultura turun sebesar 1,13 persen. Penurunan ini didorong oleh turunnya indeks yang diterima petani (It) sebesar 1,30 persen pada kelompok buahbuahan (-1,32%) dan sayur-sayuran (-1,16%). Berbagai komoditas buah-buahan yang mengalami penurunan harga adalah salak, nangka, semangka, pepaya, dan pisang. Sedangkan komoditas pada kelompok sayur-sayuran yang mengalami penurunan harga adalah kentang, kangkung, kol/kubis, cabe, dan kacang panjang. Sama halnya dengan subsektor lainnya, penurunan Ib dipicu oleh penurunan harga komoditas pada kelompok bahan makanan dan perumahan masing-masing sebesar 0,96 persen dan 0,01 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010 3

c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) Nilai Tukar Petani pada subsektor tanaman perkebunan rakyat pada bulan Oktober 2010 kembali turun setelah pada bulan sebelumnya sempat membaik. Pada bulan Oktober NTP subsektor tanaman perkebunan rakyat turun sebesar 0,59 persen. Turunnya NTP pada subsektor ini terjadi akibat turunnya indeks yang diterima petani (0,52%) sedangkan indeks yang dibayar petani justru mengalami peningkatan sebesar 0,07 persen. Indeks yang diterima petani tanaman perkebunan rakyat turun akibat turunnya harga coklat biji (kakao) dan cengkeh. Harga kakao yang sebelumnya diperdagangkan pada harga Rp 18.000,00/kg turun menjadi Rp 17.000,00/kg. Turunnya harga kakao akibat rendahnya kualitas kakao yang dihasilkan. Kegagalan panen kakao dipicu cuaca yang tidak menentu, kadang kala panas dan seringkali hujan secara sporadis. Sebagian tanaman kakao milik petani membusuk akibat jamur. Hal ini diperparah dengan serangan hama busuk batang dan penggerek buah. Selain itu, akibat seringnya turun hujan, banyak buah kakao milik petani warna buahnya menghitam. Anomali cuaca yang tidak baik ini juga memicu kerusakan hasil panen cengkeh. Panas dan hujan yang tidak menentu menyebabkan tidak optimalnya pengeringan hasil panen. Hal ini yang menyebabkan harga cengkeh turun dari Rp 45.000,00/kg menjadi Rp 44.000,00/kg. Sementara itu, indeks yang dibayar petani meningkat akibat naiknya harga komoditas pada kelompok makanan jadi, kesehatan, dan sandang. Komoditas makanan jadi yang mengalami peningkatan harga yaitu mie bakso, emping melinjo, bubur kacang hijau, dan gula pasir. Selain itu naiknya tarif mantri kesehatan, bidan, dan obat flu juga mendorong peningkatan pengeluaran petani. d. Subsektor Peternakan (NTP-Pt) Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP subsektor peternakan pada bulan Oktober 2010 turun sebesar 0,73 persen. Indeks NTP-Pt turun dari 93,42 menjadi 92,74. Turunnya indeks yang diterima petani dipicu oleh turunnya harga komoditas peternakan pada semua kelompok. Kelompok ternak kecil mengalami penurunan yang paling besar dibandingkan kelompok lainnya yaitu sebesar 1,47 persen. Sedangkan kelompok lainnya yaitu kelompok unggas, hasil ternak, dan ternak besar masing-masing mengalami penurunan sebesar 0,76 persen, 0,35 persen, dan 0,11 persen. Komoditas peternakan yang mengalami penurunan harga di antaranya babi, ayam, kambing, telur, dan sapi potong. Penurunan harga ayam terutama disebabkan karena tingginya daging ayam yang masuk ke Bali yang dikirim oleh pemasok dari Jawa. e. Subsektor Perikanan (NTP-Pi) Subsektor yang terakhir adalah Perikanan, yang terdiri atas usaha penangkapan ikan dan usaha budidaya perikanan. Pada bulan Oktober 2010, NTP-Pi mengalami peningkatan sebesar 0,42 persen. Hal ini disebabkan karena peningkatan indeks yang diterima petani (0,46%) lebih besar daripada peningkatan indeks yang dibayar petani (0,05%). Indeks yang diterima petani mengalami peningkatan dari 114,06 menjadi 114,59. meningkatnya indeks yang diterima petani dipicu oleh naiknya harga komoditas lobster pada kelompok perikanan penangkapan yaitu dari Rp 200.000,00/kg menjadi Rp 250.000,00/kg. Di sisi lain, peningkatan Ib terutama didorong oleh peningkatan harga pada konsumsi rumahtangga terutama 4 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010

kelompok makanan jadi sebesar 0,88 persen. Komoditas makanan jadi yang mengalami penurunan harga yaitu mie bakso, emping melinjo, roti tawar, rokok, dan minuman ringan. Tabel 2 Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani Per Subsektor/Kelompok dan Perubahannya, Oktober 2010 (2007=100) 1. Tanaman Pangan Subsektor/Kelompok Bulan Persentase September 2010 Oktober 2010 Perubahan (1) (2) (3) (4) a. Indeks Diterima Petani 119,99 120,84 0,71 - Padi 110,64 110,64 0,00 - Palawija 141,82 144,65 2,00 b. Indeks Dibayar Petani 127,05 126,95-0,08 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 127,62 127,34-0,22 - Indeks BPPBM 124,64 125,27 0,51 2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani 166,52 164,35-1,30 - Sayur-sayuran 144,06 142,40-1,16 - Buah-buahan 170,08 167,83-1,32 b. Indeks Dibayar Petani 125,68 125,46-0,17 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 127,21 126,92-0,23 - Indeks BPPBM 118,04 118,24 0,17 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani 138,64 137,92-0,52 - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) 138,64 137,92-0,52 b. Indeks Dibayar Petani 125,63 125,72 0,07 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 130,43 130,55 0,09 - Indeks BPPBM 108,56 108,56 0,00 4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani 119,63 118,86-0,64 - Ternak Besar 101,93 101,82-0,11 - Ternak Kecil 131,37 129,44-1,47 - Unggas 134,50 133,48-0,76 - Hasil Ternak 148,00 147,49-0,35 b. Indeks Dibayar Petani 128,06 128,17 0,09 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 129,91 129,88-0,02 - Indeks BPPBM 124,76 125,12 0,29 5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani 114,06 114,59 0,46 - Penangkapan 114,25 115,02 0,67 - Budidaya 113,62 113,62 0,00 b. Indeks Dibayar Petani 126,33 126,39 0,05 - Indeks Konsumsi Rumahtangga 132,83 132,91 0,06 - Indeks BPPBM 112,31 112,31 0,01 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010 5

4. Perbandingan Terhadap Angka Nasional Pada bulan Oktober 2010, NTP Bali turun sebesar 0,33 persen sedangkan NTP Nasional meningkat sebesar 0,42 persen. Indeks yang diterima petani Bali turun sebesar 0,36 persen. Sementara itu, indeks yang diterima secara Nasional meningkat sebesar 0,53 persen. Di sisi lain, indeks yang dibayar petani Bali turun sebesar 0,03 persen sedangkan indeks yang dibayar petani secara Nasional meningkat sebesar 0,11 persen. Cakupan Wilayah Tabel 3 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Oktober 2010 (2007=100) It Ib NTP Indeks % Perb Indeks % Perb Rasio % Perb (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Provinsi Bali 131,87-0,36 126,75-0,03 104,04-0,33 Nasional 131,91 0,53 128,55 0,11 102,61 0,42 5. Indek Harga Konsumen Pedesaan Indeks Harga Konsumen (IHK) pedesaan dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks yang Dibayar Petani. IHK pedesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan; kelompok makanan jadi; kelompok perumahan; kelompok sandang; kelompok kesehatan; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga; serta kelompok transportasi dan komunikasi. Perubahan IHK pedesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah pedesaan. Dari 32 provinsi yang dilaporkan pada bulan Oktober 2010, sebanyak 11 provinsi mengalami inflasi pedesaan, 20 provinsi mengalami deflasi, dan 1 provinsi sisanya tidak mengalami perubahan. Provinsi Bali mengalami deflasi pedesaan sebesar 0,11 persen. Sementara itu, secara Nasional terjadi inflasi pedesaan sebesar 0,08 persen. Tabel 4 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi Bali dan Nasional, Oktober 2010 (2007=100) Kelompok Bali IHK Pedesaan Nasional (1) (2) (3) Bahan Makanan -0,61-0,20 Makanan Jadi 0,68 0,57 Perumahan -0,14 0,44 Sandang 0,51 0,23 Kesehatan 0,67 0,20 Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0,03 0,11 Transportasi dan Komunikasi 0,00-0,03 Konsumsi Rumahtangga -0,11 0,08 Deflasi pedesaan di Bali terjadi karena turunnya indeks pada kelompok bahan makanan (-0,61%) dan kelompok perumahan mengalami penurunan sebesar 0,14 persen. 6 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010

Secara umum, kelompok penyumbang deflasi terbesar adalah kelompok bahan makanan. Penurunan harga bahan makanan terutama terjadi pada komoditas cabe merah, cabe rawit, dan kangkung. Sedangkan pada kelompok perumahan, deflasi didorong oleh turunnya harga pasir untuk membangun rumah. B. HARGA GABAH BULAN OKTOBER TURUN Pada umumnya petani produsen gabah di wilayah Provinsi Bali menjual gabah dalam bentuk gabah kering panen (GKP), namun berdasarkan observasi pada bulan Oktober 2010 ditemukan sebesar 29,38 persen petani yang menjual gabah di luar kualitas (kualitas rendah) yaitu dengan kadar air di atas 25 persen. Tingginya curah hujan memicu kenaikan kadar air pada gabah. Terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Oktober 2010 dibanding bulan September 2010 yaitu di tingkat petani sebesar 2,72 persen dan di tingkat penggilingan sebesar 2,53 persen. Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Oktober 2010 berada di atas HPP yaitu sebesar Rp 3.106,37 per kg di tingkat petani dan Rp 3.160,88 di tingkat penggilingan. Berdasarkan observasi pada bulan September 2010 tidak ditemukan transaksi gabah dengan kualitas GKP di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Mutu gabah hasil panen yang diperjualbelikan lebih buruk dibandingkan bulan sebelumnya. Kadar air yang terkandung pada GKP meningkat dibandingkan bulan sebelumnya. Rata-rata kadar air gabah kualitas GKP pada bulan Oktober meningkat sebesar 1,90 persen yaitu dari 22,33 persen menjadi 22,75 persen. Harga gabah kualitas GKP terendah di tingkat petani pada bulan Oktober 2010 adalah sebesar Rp 2.650,00 per kg, ditemukan di Kabupaten Gianyar dengan varietas Ciherang. Sedangkan harga gabah kualitas GKP tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 3.505,05 per kg terdapat di Kabupaten Karangasem dengan varietas Cigelis. Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010 7

No Tabel 5 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Oktober 2009 Oktober 2010 Bulan Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg) Perubahan (%) Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) Perubahan (%) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Oktober 09 2.625,43 2,880 2.675,20 2,892 2. Nopember 09 2.602,30-0,881 2.658,51-0,624 3. Desember 09 2.681,02 2,609 2.727,89 3,025 4. Januari 10 2.803,41 4,565 2.858,26 4,779 5. Pebruari 10 2.866,34 2,245 2.921,19 2,202 6. Maret 10 2.788,69-2,709 2.841,62-2,724 7. April 10 2.734,80-1,932 2.777,22-2,226 8. Mei 10 2.636,17-3,607 2.680,40-3,486 9. Juni 10 2.613,99-0,841 2.668,69-0,437 10. Juli 10 2.700,00 3,291 2.750,75 3,075 11. Agustus 10 2.964,43 9,794 3.010,82 9,455 12. September 10 3.193,12 7,714 3.242,77 7,704 13. Oktober 10 3.106,37-2,717 3.160,88-2,525 *) HPP GKP Tahun 2010 Rp 2.640,00/kg di tingkat petani Rp 2.685,00 di tingkat penggilingan *) HPP GKG Tahun 2010 Rp 3.300,00/kg di tingkat penggilingan 3.200 3.100 3.000 2.900 2.800 2.700 2.600 2.500 2.400 2.300 2.200 2.100 Grafik 1 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Oktober 2009 - Oktober 2010 Rupiah 3.300 Tk. Petani HPP TK. Petani Tk. Penggilingan HPP TK. Penggilingan *) HPP GKP Rp 2.640,00/kg di tingkat petani Rp 2.685,00 di tingkat penggilingan *) HPP GKG Rp 3.300,00/kg di tingkat penggilingan 8 Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 45/11/51/Th. IV, 5 Nopember 2010

Informasi lebih lanjut hubungi: Amirudin, S.Si Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail: bps5100@bps.go.id