BAB I PENDAHULUAN. Bilangan merupakan hal yang sering anak-anak jumpai. Menurut hasil

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menyediakan program pendidikan dini anak usia 4-6 tahun. Tugas utama TK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hani Epeni, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama kemampuan berhitung yang

BAB I PENDAHULUAN. Putro (2008) mengungkapkan bahwa masa kanak-kanak adalah masa keemasan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DALAM MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI MEDIA KARTU ANGKA PADA KELOMPOK A DI TK DHARMA WANITA TOMBA KOTA BAUBAU

PERANAN GURU DALAM MENGENALKAN KONSEP ANGKA 1 20 PADA ANAK KELOMPOK B PAUD NURHIDAYATULLAH DESA PILOHAYANGA BARAT KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. tujuan memberikan konsep-konsep dasar yang memiliki kebermaknaan bagi anak

Penggunaan Media Kartu Bilangan untuk Meningkatkan Kemampuan Konsep Bilangan 1-5 pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN ANALISIS PENGENALAN LAMBANG BILANGAN MELALUI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bagi anak usia prasekolah. Sekurang-kurangnya ada tiga alasan utama. yang mendukung pentingnya pendidikan prasekolah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Bilangan Pengertian Bilangan. Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan

2013 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PENDEKATAN INVESTIGASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Model Treffinger Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Dan Koneksi Matematis Siswa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PENGENALAN KONSEP BILANGAN PADA ANAK KELOMPOK A TK AL QUBA MEDAN.

ALAT PERAGA MATEMATIKA SEDERHANA UNTUK SEKOLAH DASAR. Oleh : Drs. Ahmadin Sitanggang, M.Pd Widyaiswara LPMP Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia merupakan hal yang bisa dipelajari, baik bentuk maupun

BAB II KAJIAN TEORETIS. dapat, berada, kaya, dan adanya kekuatan melakukan sesuatu (Bakir & Suryanto, 2006:36).

BAB I PENDAHULUAN. Masa perkembangan anak usia dini yaitu antara usia 4-6 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan bagi anak-anak usia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah AgusPrasetyo, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. 1. Tahap Sensori Motor (0 2 tahun) 2. Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang mempunyai kompetensi yang tinggi baik dilihat dari aspek

Jurnal Pesona PAUD Vol.I No 1 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan perubahan pola pikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. paling pesat, baik fisik maupun mental (Suyanto, 2005:5). Maka tepatlah bila

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. atau biasa disebut dengan angka tidak terlepas dari matematika. Bilangan merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

JURNAL PENELITIAN. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kanak-kanak merupakan masa di mana anak-anak mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diana Utami, 2014

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kehidupan terus berjalan dinamis seiring waktu yang terus beranjak

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS BENGKULU 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang konsep, kaidah,

BAB I PENDAHULUAN. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan. diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Masykur dan Fathani (2007:43) menjelaskan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan anak sejak lahir

TEORI PEMBELAJARAN ALIRAN PSIKOLOGI KOGNITIF DIENES

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika sejatinya dipandang sebagai alat untuk mengembangkan cara

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan sengaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nama lembaganya, yakni taman bukan sekolah. Sebutan Taman pada Taman

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Saputro (2012), soal matematika adalah soal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Anisa Anuz Samsiah, Nunung Surjana Jamin Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

BAB I PENDAHULUAN. geometri, dan analisis (Hamzah Uno, 2007: 129). mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.

PROFIL SISWA MEMAHAMI KONSEP BARISAN DAN DERET BERDASARKAN TAHAP BELAJAR DIENES DI KELAS IX-C SMP NURIS JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian,

PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK MELALUI MEDIA PERMAINAN MEMANCING ANGKA DI TAMAN KANAK-KANAK FATHIMAH BUKAREH AGAM. Puji Hartini.

BAB II KAJIAN TEORITIK. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas- kualitas

PERMAINAN ULAR TANGGA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sepanjang hayat (long life learning). Kegiatan membaca

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

PEMBELAJARAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT DENGAN ALAT PERAGA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bilangan merupakan hal yang sering anak-anak jumpai. Menurut hasil penelitian Golinkof (2005:103) 46 % anak-anak berusia empat sampai lima tahun sibuk menghitung benda dan menghabiskan sebagian harinya dengan permainan yang menggunakan bilangan dan angka. Dalam kehidupan sehari-hari bilangan memiliki nilai sosial yang tinggi, anak-anak sering menggunakan bilangan saat memasangkan sendok dengan garpu, menghitung jumlah mainan yang dibutuhkan oleh teman-temannya, bermain drama membilang berapa es krim yang dibutuhkan untuk empat orang anggota keluarga, menghitung berapa sendok gula yang harus dimasukkan ke dalam segelas susu, melihat jam, melihat kalender, mengukur berapa panjang pensil miliknya dibandingkan dengan punya temannya atau membeli permen di toko. Bilangan pun memiliki manfaat lain yaitu bermanfaat bagi pemahaman ilmu matematika dan perkembangan ilmu-ilmu yang lain. Menurut Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika UPI (2001:23) Konsep-konsep matematika tersusun secara hierarkis, terstruktur, logis dan matematis mulai dari konsep paling sederhana sampai konsep yang lebih kompleks. Bilangan merupakan konsep dasar untuk memahami konsep yang lebih kompleks yaitu operasi penjumlahan dan pengurangan. Dengan memahami konsep bilangan, anak-anak akan lebih mudah untuk memahami konsep operasi penjumlahan dan 1

2 pengurangan. Dalam perkembangan ilmu yang lain seperti agama, sain, motorik dan lain sebagainya, bilangan senantiasa digunakan di antaranya untuk mengenal berapa kali waktu sholat dalam sehari, mengenal berapa hari dalam seminggu, mengenal berapa berat dan tinggi tubuh, ataupun berapa kali harus melompat dan masih banyak lagi. Meskipun bilangan sering anak-anak gunakan dalam kehidupan seharihari, konsep bilangan merupakan suatu hal yang abstrak (Pakasi 1970:23). Lebih lanjut Pakasi mengemukakan Dalam konsep bilangan yang abstrak terdapat suatu unsur kejumlahan, dan terikat pada benda. Unsur jumlah yang terikat pada benda harus dilepaskan, bila ingin memperoleh pemahaman konsep bilangan. Seperti, lima buah titik akan tetap disebut lima meski cara menyusunnya berbeda. Karena konsep bilangan itu bersifat abstrak, maka cenderung sukar untuk dipahami oleh anak TK di mana pemikiran mereka lebih banyak berdasarkan pada pengalaman kongkrit. Jadi hanya yang berwujud atau kongkrit yang mudah dipahami mereka. Menurut Tim MKPBM Jurusan Pendidikan Matematika UPI (2001:179) Agar dapat memahami konsep bilangan yang bersifat abstrak diperlukan benda-benda kongkrit sebagai perantara atau visualisasinya. Salah satu prinsip kurikulum pembelajaran matematika di TK adalah lingkungan dan media (Coopley, 2001:14). Lebih lanjut lingkungan yang efektif untuk belajar matematika adalah kaya dengan media yang dapat membantu anak mengekspresikan konsep inti. Karena itu dalam proses pembelajaran konsepkonsep matematika diperlukan dukungan media yang bervariasi. Dengan

3 demikian dalam pembelajaran matematika untuk mengembangkan bilangan diperlukan adanya media pembelajaran yang sesuai. Menurut National Council of Teachers Matematich yang selanjutnya disebut NCTM (Coopley, 2001:14) terdapat berbagai media yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika di antaranya pertama media nyata yang dapat dimanipulasi seperti balok, tangram dan lain sebagainya. Kedua media simbol seperti dadu, domino, garis angka dan media visual lainnya. Ketiga media yang bisa merepresentasikan secara abstrak seperti kalkulator, komputer dan lain sebagainya. Dadu sebagai media, dapat digunakan dalam pembelajaran matematika untuk mengembangkan konsep bilangan. Dadu memiliki enam sisi di mana setiap sisinya memiliki angka atau simbol yang menunjukan jumlah satu sampai enam. Simbol-simbol dalam dadu biasanya berupa titik-titik atau pips. Pips dalam setiap sisi menunjukan jumlah bilangan tertentu, hal ini bisa dimanfaatkan untuk mengenalkan bilangan di mana dalam bilangan terdapat unsur kejumlahan. Media dadu mudah diperoleh dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai permainan, memiliki bentuk yang sederhana dan mudah dioperasikan sehingga mudah dimengerti. Karena itulah banyak anak-anak yang menyukai dadu, dan menggunakannya untuk bermain. Bila kita telaah media dadu merupakan media pembelajaran yang kongkrit dan mudah dieksplorasi oleh anak-anak sehingga banyak manfaat yang dapat diambil di antaranya: satu dapat menumbuhkan motivasi belajar anak, karena anak dapat bermain langsung, melihat dan menyentuh media dadu. Motivasi yang

4 ditunjukkan dengan rasa senang, terangsang dan tertarik untuk bermain dadu mendorong anak untuk berpikir positif terhadap pembelajaran matematika khususnya konsep bilangan. Kedua konsep abstrak dalam matematika seperti bilangan disajikan dalam bentuk kongkrit sehingga lebih mudah dipahami dan dimengerti anak-anak. Lain halnya dengan apa yang ditemukan di lapangan. Banyak TK yang masih belum memanfaatkan dan menggunakan media dalam pembelajaran konsep bilangan, apalagi menggunakan media dadu. Hal ini dikarenakan masih kurangnya pengetahuan dan wawasan dari guru atau pihak sekolah tentang manfaat media khususnya dadu, atau masih terdapat pemikiran lebih repot menggunakan media dalam pembelajaran. Penggunaan media dalam pembelajaran matematika masih sedikit digunakan dan menurut hasil penelitian Sriningsih (2008:1) Beberapa lembaga pendidikan anak usia dini mengajarkan konsep-konsep matematika yang lebih menekankan penguasaan angka dan operasi melalui metode drill dan praktekpraktek-praktek paper pencil test. Tidak tampak pembelajaran matematika yang memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami konsep bilangan dengan bermakna yaitu dengan membangun sendiri pengetahuannya melalui interaksi dengan lingkungan dan media yang bervariasi, sehingga konsep bilangan sukar dipahami oleh anak. Bilangan pun, diajarkan melalui cara menghafal. Kalau pun ada media, hanya terbatas pada kertas kerja saja. Cara seperti ini akan memberikan hasil yang menggembirakan karena anak-anak bisa menunjukan keahliannya secara cepat. Namun adakalanya kemampuan tersebut hanya

5 berdasarkan hapalan saja dan bukan karena mereka paham. Padahal kita tahu anak memahami matematika dengan cara yang berbeda dari orang dewasa, sebagaimana dikatakan oleh Coopley (2001:9) we need to remember that young children construct mathematical understanding in different ways, at different times and with different materials. Anak TK memahami matematika dengan pemikiran berdasarkan pada pengalaman kongkrit. Pada konsep bilangan, terdapat unsur kejumlahan atau kuantitas. Untuk mengembangkan konsep bilangan, anak-anak perlu diberikan kesempatan untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan jumlah. Hal ini seperti pendapat Coopley (2001:58) To develop the concept of number, children should have experience with representing quantity in avariety of ways. Salah satu kegiatan yang dapat membantu menghubungkan bilangan dengan jumlah adalah memanipulasi dadu, karena dadu merupakan salah satu media simbol yang dapat merepresentasikan jumlah. Sebuah dadu yang dilemparkan akan menampilkan bilangan satu sampai enam, hal ini memberikan kesempatan kepada anak untuk membilang himpunan mata dadu yang ada di salah satu permukaannya. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dirumuskan pertanyaan yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini sebagai berikut: bagaimanakah pembelajaran dengan menggunakan media dadu untuk mengembangkan kemampuan bilangan anak di TK Bunda Balita. Rumusan

6 masalah tersebut secara rinci dijabarkan ke dalam sub-sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran untuk mengembangkan konsep bilangan dengan menggunakan media dadu? 2. Bagaimanakah proses pembelajaran untuk mengembangkan konsep bilangan dengan menggunakan media dadu? 3. Bagaimanakah hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Selaras dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran tentang perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu untuk mengembangkan konsep bilangan di TK. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai adalah sebagai berikut: a. Memperoleh gambaran secara empirik perencanaan pembelajaran untuk mengembangkan konsep bilangan dengan menggunakan media dadu. b. Memperoleh gambaran secara empirik proses pembelajaran untuk mengembangkan konsep bilangan dengan menggunakan media dadu. c. Memperoleh gambaran secara empirik hasil pembelajaran untuk mengembangkan konsep bilangan dengan menggunakan media dadu.

7 D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi berbagai pihak di antaranya: 1. Bagi peneliti, mengetahui gambaran yang jelas tentang perencanaan materi, tujuan, metode, kegiatan dan media yang akan digunakan. Bagaimana peran guru, aktivitas anak, penilaian, pengorganisasian anak, penggunaan metode, dan penggunaan media yang baik dalam pelaksanaan pembelajaran, serta bagaimana hasil pembelajaran dengan menggunakan media dadu di TK. 2. Bagi guru Taman Kanak-kanak agar dapat memperoleh wawasan dan pengalaman baru yang bermakna dalam membantu perkembangan anak secara optimal terutama dalam meningkatkan konsep bilangan pada anak Taman Kanak-kanak. 3. Bagi peneliti selanjutnya agar memperoleh gambaran tentang perencanaan, pelaksanaan dan hasil pembelajaran untuk mengembangkan konsep bilangan di Taman Kanak-kanak dengan menggunakan media dadu serta memotivasi mereka untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan pemahaman konsep bilangan anak TK dengan menggunakan media-media pembelajaran yang lebih baik.

8 E. Asumsi Asumsi atau anggapan dasar yang dijadikan pegangan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman tentang bilangan dalam metematika merupakan salah satu konsep yang penting dikembangkan pada anak usia Taman Kanak-kanak, mengingat akan mempengaruhi pemahaman konsep matematika yang lebih tinggi. Konsep bilangan adalah konsep prasyarat untuk memahami konsep yang lebih tinggi yaitu operasi penjumlahan, operasi pengurangan, operasi perkalian, operasi pembagian, operasi pangkat, operasi akar, kalimat matematika dan persamaan. 2. Pada dasarnya anak TK belajar melalui hal yang kongkrit. Agar anak dapat memahami bilangan yang bersifat abstrak, anak-anak memerlukan benda-benda kongkrit sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak yang tersajikan dalam bentuk kongkrit lebih dapat dipahami dan dimengerti. 3. Dengan menggunakan media yang relevan dan interaktif, anak dapat termotivasi, senang, terangsang, tertarik dan akan bersikap positif terhadap pembelajaran, khususnya bilangan. F. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu pendekatan penelitian yang dilakukan pada kondisi alamiah (Sugiono, 2006:14). Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut

9 Arikunto, (Saptiah, 2008:53) studi kasus adalah penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi lembaga atau gejala tertentu. Pada pelaksanaanya studi kasus diarahkan untuk mengkaji kondisi, kegiatan, perkembangan serta faktor-faktor penting yang terkait dan menunjang kondisi perkembangan tersebut. G. Lokasi Penelitian dan subjek Penelitian Lokasi penelitian adalah Taman Kanak-kanak Bunda Balita yang terletak di Jl. Makam Caringin No.76 Bandung. Pemilihan lokasi ini atas dasar pertimbangan bahwa sekolah ini telah menerapkan dan memanfaatkan media dadu untuk mengembangkan konsep bilangan. Subjek yang dipilih dalam penelitian ini adalah anak-anak TK kelompok B yang berjumlah 10 anak dengan guru yang berjumlah 2 orang dan kelompok A yang berjumlah 4 anak dengan guru yang berjumlah 2 orang.