BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Cooperative Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK),

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa memahami konsep-konsep yang sulit dalam pemecahan masalah.

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. seseorang. Ada beberapa teori belajar salah satunya adalah teori belajar

BAB III METODE PENELITIAN. dengan classroom action research, yaitu satu action research yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Cooperative Learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. bagaimana bentuk pembelajaran yang akan dilaksanakan. Menurut Trianto. dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Kamus Besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyatuan materi, media, guru, siswa, dan konteks belajar. Proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yang meliputi: guru,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengembangkan kemampuan siswa, perlu dipahami tentang belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku kecakapan, keterampilan dan

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS Model Pembelajaran Cooperative Learning Pengertian Model Pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dari kelas 1 samapai kelas 6. Adapun ruang lingkup materinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan dan ketepatan guru dalam memilih dan. untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran IPS.

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian ini dari Amelliyani Salsabil, mahasiswa fakultas ilmu pendidikan

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

BAB II KAJIAN TEORI. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar dapat dikatakan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. IPS merupakan ilmu yang mempelajari disiplin ilmu-ilmu sosial, yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Mata pelajaran IPS di

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Model pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur-unsur pokok dari komponen civic education

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD di Kelas V SDN 1 Balukang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang dikenal dengan classroom action

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran dalam pendidikan, khususnya pendidikan formal yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN TINGKAT PEMAHAMAN SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI SMA PADA ERA MEA

I. PENDAHULUAN. Besar. Proses pembelajaran yang dilakukan selama ini masih monoton dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sosial, dan sistem pendukung. Hanafiah dan Suhana (2009: 41)

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan matematika yang kuat sejak dini (BNSP, 2007).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) 1. Pengertian IPS Secara umum pengertian IPS merujuk pada kajian yang memusatkan perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosial merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Sapriya (2006: 3) mengungkapkan bahwa fokus kajian IPS adalah berbagai aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial sesuai dengan karakteristik manusia sebagai makhluk sosial. Sedang kan menurut Winataputra (2008: 1.45) mengungkapkan bahwa IPS adalah penyederhanaan atau disiplin ilmu-ilmu sosial humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. Secara khusus pengertian IPS lebih diperkecil bidang kajiannya namun tetap mengkaji kehidupan masyarakat yang merupakan sumber serta objek kajian pada materi IPS. Massofa, 2011(http://www.wordpre

10 ss.com) mengatakan bahwa IPS SD merupakan bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Masyarakat merupakan sumber serta objek kajian materi pendidikan IPS, yaitu berpijak pada kenyataan hidup yang nyata. IPS SD adalah ilmu yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar, mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. (Rizki,2011 http://www.krizi.wordpress.c om). Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS secara umum dan khusus, yaitu IPS SD memiliki suatu pengertian yang sama, yaitu merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang aktivitas manusia dalam berbagai dimensi kehidupan sosial yang disederhanakan atau disajikan secara ilmiah untuk mencapai tujuan pendidikan. 2. Karakteristik IPS IPS memiliki beberapa karakteristik Djahiri (dalam Sapriya, 2006: 8) mengemukakan ciri utama pembelajaran IPS adalah sebagai berikut: a. IPS berusaha menautkan teori ilmu dengan fakta atau sebaliknya. b. Penelaahan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang ilmu saja, melainkan bersifat komprehensif. c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu berpikir kritis, rasional, dan analitis. d. IPS menghayati hal-hal, arti, dan penghayatan hubungan antarmanusia yang bersifat manusiawi. e. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, tetapi juga nilai dan keterampilannya.

11 f. Berusaha untuk memuaskan siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. Berdasarkan berbagai macam karakteristik di atas, dapat disimpulkan bahwa IPS terdiri dari gabungan beberapa ilmu seperti ekonomi, geografi, sejarah dan memiliki karakteristik yang erat hubungannya dengan kegiatan manusia dan kemasyarakatan. 3. Ruang lingkup IPS Semua mata pelajaran memiliki ruang lingkupnya masing-masing di semua jenjang pendidikan. Tidak berbeda halnya dengan mata pelajaran IPS yang ada di sekolah dasar Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, menyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut: 1. Manusia, tempat, dan lingkungan. 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. 3. System sosial dan budaya. 4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Berdasarkan ruang lingkup IPS SD di atas, dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS terdiri dari 4 aspek yang memiliki keterkaitan atau keterhubungan antara satu aspek dengan aspek lainnya.

12 4. Tujuan Pembelajaran IPS Tujuan IPS secara umum menurut Somantri (dalam Sapriya, 2006: 11) mengungkapkan pada dasarnya terdapat empat tujuan pembelajaran IPS pada jenjang persekolahan, yaitu: 1) IPS di persekolahan adalah untuk mendidik siswa menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, sosiologi dan pengetahuan lainnya. 2) Pembelajaran IPS untuk menumbuhkan warga negara yang baik. 3) Tujuan pembelajaran IPS di sekolah merupakan sebagian dari hasil penelitian dalam ilmu-ilmu sosial 4) Pembelajaran IPS dimaksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya tertutup. Maksudnya para siswa akan memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik interpersonal maupun personal. Terkait dalam pembelajaran IPS SD dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006, IPS SD memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial. c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan. d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, maupun global. Menurut pendapat ahli di atas, mengenai tujuan pembelajaran IPS dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS bagi siswa adalah agar memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, memiliki kemapuan akademik serta memiliki komitmen, dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial kemanusiaan, serta dapat memecahkan suatu

13 permasalahan, baik berupa masalah interpersonal maupun masalah personal. B. Belajar 1. Pengertian Belajar Menurut Aisyah, dkk., (2007: 9-18) belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar. Hal ini sejalan dengan teori konstruktivisme yaitu belajar yang lebih menekankan pada proses dan hasil. Belajar merupakan proses membangun atau membentuk makna, pengetahuan, konsep dan gagasan melalui pengalaman. Selanjutnya, Bruner (dalam Trianto, 2010: 15) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki. Teori konstruktivisme memiliki satu prinsip yang paling penting yaitu guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Pengertian belajar yang cukup komprehensif juga diberikan Hamalik (2008: 27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman menurut pengertian ini belajar

14 merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Berdasarkan pengertian belajar menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan yang merupakan perubahan pada tingkah laku, kepribadian, dan sikap yang akan membentuk keterampilan, pengalaman, dan pengetahuan yang dapat membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pada pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki. 2. Aktivitas Belajar Aktivitas adalah proses yang berarti cara-cara atau langkahlangkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber dalam Syah, 2003: 109). Aktivitas siswa dalam pembelajaran mempunyai peranan penting. Hal ini sesuai dengan pendapat Sardiman (dalam Junaidi, 2010 http://www. Carameningkatkanaktivitasbelajarsiswa.html) bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas. Aktivitas yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa. Aktivitas belajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Indikator aktivitas siswa dapat dilihat dari mayoritas siswa

15 beraktivitas, aktivitas pembelajaran didominasi oleh kegiatan siswa, mayoritas siswa mampu mengerjakan tugas yang diberikan guru dalam LKS, (Kunandar, 2010: 277). Penilaian aktivitas dalam penelitian ini, menggunakan analisis rata-rata dan tabel observasi aktivitas siswa. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 1. Observasi Aktivitas Siswa No. N Aspek yang diamati JS SM NA Partisipasi Minat Perhatian Presentasi 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 JS R (Sumber Kunandar, 2010: 234) Keterangan: N : Nama siswa JS : Jumlah skor SM : Skor maksimal NA : Nilai aktivitas R : Rata-rata Aspek aktivitas siswa yang diamati dalam pembelajaran 1. Partisipasi a) Mengajukan pertanyaan b) Merespon aktif pertanyaan dari guru c) Mengemukakan pendapat d) Mengikuti semua tahapan pembelajaran dengan baik 2. Minat a) Antusias/ semangat dalam mengikuti pelajaran b) Tertib terhadap instruksi yang diberikan c) Menampakkan keceriaan dan kegembiraan dalam belajar d) Tanggap terhadap instruksi yang diberikan

16 3. Perhatian a) Tidak mengganggu teman b) Tidak membuat kegaduhan c) Mendengarkan penjelasan guru dengan seksama d) Melaksanakan perintah guru 4. Presentasi a) Mengikuti pelajaran dari awal sampai akhir b) Mengerjakan tugas yang diberikan c) Mengumpulkan semua tugas yang diberikan guru d) Menggunakan prosedur dan strategi pemecahan masalah dalam mengerjakan tugas yang diberikan Rubrik penilaian tiap aspek yang diamati Skor Keterangan 4 Jika keempat poin dalam setiap aspek yang diamati muncul selama pengamatan berlangsung. 3 Jika hanya tiga poin pada aspek yang diamati muncul. 2 Jika hanya dua poin pada aspek yang diamati munncul. 1 Jika hanya satu poin pada aspek yang diamati muncul. Berdasarkan pendapat ahli di atas, mengenai pengertian aktivitas belajar dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan siswa dalam proses pembelajaran guna mencapai aktivitas belajar dalam bentuk sikap, pikiran, dan perhatian, yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran yang meliputi aspek psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani, serta berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. 3. Pengertian Hasil Belajar Proses belajar memiliki suatu tujuan, tujuan dalam belajar merupakan hasil belajar yang akan dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak

17 mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran berkat tindakan guru. Sardjito (dalam Nashar, 2004: 79) menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar dan mengajar sesuai yang ditetapkan. Sedangkan Kunandar (2010: 276) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti pembelajaran tertentu dalam suatu materi tertentu yang berupa data kuantitatif maupun kualitatif. Hasil belajar dapat dilihat dari hasil nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar berupa pengetahuan, keterampilan, dan nilai yang dapat dilihat dari nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan semester. Pada penelitian tindakan kelas ini, yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil tes akhir (post-test) pada mata pelajaran IPS yang dilaksanakan pada akhir pertemuan setiap siklus.

18 C. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Ketika guru melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, pada dasarnya guru tersebut sedang mempraktekkan model pembelajaran. Model pembelajaran ini menggambarkan keseluruhan urutan atau langkah-langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran. Arends (dalam Suwarjo, 2008: 97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapantahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Sedangkan Surya (dalam Isjoni, 2007: 49) mengungkapkan bahwa model belajar merupakan suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dan pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran (Komalasari, 2010: 57). Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan pembelajaran yang mengacu pada pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan,

19 tahapan-tahapan kegiatan, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas. 2. Jenis-jenis Model Pembelajaran IPS SD Model pembelajaran IPS menekankan pada suatu proses dimana realitas dinegosiasikan secara sosial dan menekankan pada hubungan antara individu dengan masyarakat. Macam- macam model pembelajaran IPS di SD diidentifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu model belajar kerjasama, investigasi kelompok, role playing (Weil, 2011 http://www.blogspot.tp.ac.id/cooperative). Sedangkan menurut Shantika, 2011 (http://www.st udentmagz.com) model pembelajaran IPS di SD harus sesuai dengan karakteristik anak, model tersebut diantaranya adalah cooperative learning, role playing, membaca buku dan membaca surat kabar. Berdasarkan jenis-jenis model pembelajaran IPS SD di atas, peneliti menyimpulkan bahwa semua model pembelajaran sangat baik untuk diterapkan di dalam kelas, namun peneliti lebih memilih model cooperative learning karena model pembelajaran ini dirasa dapat membuat siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran. 3. Pengertian Cooperative Learning Cooperative learning adalah model pembelajaran yang digunakan untuk proses belajar dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikan dengan siswa lainnya tentang problem yang

20 dihadapi (Baharuddin & Nur, 2008: 128). Sedangkan menurut Davidson dan Kroll (dalam Asma, 2006: 11) mendefinisikan belajar cooperative adalah kegiatan yang berlangsung di lingkungan belajar siswa dalam kelompok kecil yang saling berbagi ide-ide dan bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah-masalah yang ada dalam tugas mereka. Lie (2011: 18) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Sedangkan Djahiri (dalam Isjoni, 20011: 19) menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatan belajar siswa sentries, humanistic, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning merupakan model pembelajaran berdasarkan kelompok kecil yang penerapannya dilaksanakan dengan saling bekerjasama antara satu siswa dengan siswa lainnya yang ada di dalam kelompok tersebut, serta memudahkan mereka dalam memecahkan persoalan atau tugas yang mereka kerjakan. Ide penting dalam pembelajaran cooperative adalah mengajarkan siswa akan keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting bagi siswa, karena pada dunia kerja sebagian besar dilakukan secara berkelompok.

21 4. Prinsip Dasar Cooperative Learning Ada lima unsur dasar dalam pembelajaran cooperative, yaitu prinsip ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, interaksi tatap muka, partisipasi dan komunikasi, dan evaluasi proses kelompok (Roger dan Johnson dalam Rusman, 2010: 212). Isjoni (2007: 13) mengungkapkan bahwa dalam cooperative learning terdapat beberapa prinsip pelaksanaanya yaitu : a. Para siswa harus memiliki anggapan bahwa mereka telah tenggelam bersama. b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi. c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama. d. Para siswa memberi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok. e. Para siswa diberikan lembar evaluasi atau penghargaan yang ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok. f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerjasama selama belajar g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual terhadap materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Berdasarkan prinsip model pembelajaran cooperative learning menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa walaupun bekerja secara kelompok dengan penilaian secara kelompok, namun penilaian individu juga tetap dilaksanakan, dimana pembelajaran dilakukan secara bertatap muka yang masing-masing anggota kelompok memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

22 5. Tujuan Cooperative Learning Huda (2012: 78) mengatakan tujuan dari cooperative learning adalah menempatkan semua siswa dalam kelompok kecil dan diminta untuk (a) mempelajari materi tertentu, (b) saling memastikan semua anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut. Sedangkan Isjoni (2007: 21) mengatakan beberapa tujuan dalam cooperative learning yaitu: a. Penghargaan kelompok Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok berdasarkan penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antarpersonal yang saling mendukung dan saling membantu. b. Pertanggungjawaban individu Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan Cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi rendah, sedang dan tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik untuk kelompoknya. Berdasarkan beberapa tujuan cooperative learning menurut pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan cooperative learning adalah melaksanakan pembelajaran secara berkelompok, dimana setiap anggota kelompok harus mempelajari materi yang diberikan, kemudian dari pembelajaran ini akan diberikan penghargaan kelompok kepada kelompok-kelompok yang bertanggungjawab ketika

23 mereka saling membantu sama lain, serta dari masing-masing anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan. 6. Langkah- Langkah dalam Cooperative Learning Model cooperative learning merupakan model pembelajaran secara berkelompok yang memiliki langkah-langkah dalam pelaksanaanya. Arends (dalam Suwarjo, 2008: 106) langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel. 2 Langkah-langkah dalam Cooperative Learning No Langkah-langkah Aktivitas Guru 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai dan memotivasi siswa untuk belajar. 2. Menyajikan Guru menyajikan informasi dengan informasi 3. Mengorganisasikan siswa dalam kelompok belajar 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar berbagai bentuk aktivitas pembelajaran. Guru menyampaikan informasi tentang bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu siswa agar melakukan transisi dalam kelompok belajar secara efisien. Guru mengadakan bimbingan belajar pada saat kelompok melakukan tugas bersama 5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar kelompok melalui representasi siswa dalam kelompok. 6. Memberi penghargaan Guru memberikan penghargaan kepada kelompok belajar secara individu ataupun kelompok. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning cukup mudah dan efektif diterapkan dalam pembelajaran di kelas karena langkah- langkahnya mudah diikuti guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

24 7. Peranan Guru dalam Cooperative Learning Dalam pembelajaran, guru berperan sebagai fasilitator, mediator, motivator, dan organisator, begitu juga peran guru dalam pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning tampak terlihat jelas. Menurut Jasmine (2007: 144) mengatakan bahwa peran guru dalam pembelajaran kooperatif hanyalah sebagai fasilitator selain sebagai pelatih. Ketika semuanya berjalan lancar, guru hendaknya berkeliling dan mengamati bagaimana tim bekerja. Guru dapat perlu campur tangan dalam situasi-situasi berikut: a. Membawa kelompok kembali kepada target jika mereka kelihatan bergeser, kabur dan sangsi dengan apa yang dilakukan. b. Memberikan umpan balik segera kepada kelompok tentang seberapa jauh mereka memperoleh kemajuan dalam tugas atau aktivitas yang dilakukan. c. Menjelaskan sesuatu yang (kurang atau belum jelas) atau memberikan suatu informasi lanjut pada keseluruhan kelas setelah mengamati adanya kesulitan umum dalam penguasaan materi. d. Membantu pengembangan keterampilan sosial melalui penghargaan, pujian, dan refleksi kelompok (berkaca diri). e. Mendorong dan memotivasi kelompok tentang bagaimana mereka memperoleh kemajuan dalam tugasnya atau memberi selamat kepada mereka jika mereka mengalami kemajuan yang baik dalam tugasnya. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam pembelajaran khususnya cooperative adalah sebagai mediator, fasilitator, dan organisator yang terus membimbing peserta didik agar dapat mencapai kemajuan yang baik dalam pembelajaran. 8. Jenis- Jenis Cooperative Learning Isjoni (2007: 51) mengatakan, di dalam cooperative learning terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS diantaranya (1) Student Team Achievment Division (STAD), (2) Jigsaw, (3) Group Investigation (GI), (4) Rotating Trio

25 Exchange, (5) Group resume. Sedangkan menurut Slavin (2010: 11) mengatakan bahwa model cooperative learning yang banyak digunakan dalam pembelajaran IPS adalah STAD (Student Team Achievement Division), TGT (Turnamen Game Tim), Jigsaw II. Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa model cooperative learning memiliki banyak variasi model yang dapat di terapkan dalam pembelajaran IPS. Dari sekian banyak variasi cooperative learning, peneliti lebih memilih variasi rotating trio exchange karena variasi ini dirasa dapat menggerakkan siswa untuk belajar aktif dan dapat meningkatkan aktivitas siswa yang semula rendah menjadi meningkat D. Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange. 1. Pengertian Rotating Trio Exchange. Isjoni (2007: 59) mengungkapkan bahwa model cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah model pembelajaran dimana dalam satu kelompok terdiri dari 3 orang siswa, yang diberi nomor 0, 1, dan 2. nomor 1 berpindah searah jarum jam dan nomor 2 sebaliknya berlawanan arah jarum jam sedangkan nomor 0 tetap di tempat. Setiap kelompok diberikan pertanyaan untuk didiskusikan. Setelah itu, kelompok dirotasikan kembali dan terjadi trio yang baru. Dan setiap trio baru tersebut diberikan pertanyaan baru untuk didiskusikan, dengan cara pertanyaan yang diberikan ditambahkan sedikit tingkat kesulitannya. Silberman (2009: 85) mengungkapkan bahwa model cooperative learning tipe rotating trio exchange merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif bagi siswa untuk berdiskusi tentang berbagai masalah pembelajaran dengan beberapa teman sekelasnya. Dengan adanya pertukaran tiga anak yang dirotasikan, akan berjalan dengan mudah jika dilengkapi dengan materi pelajaran yang mendukung.

26 Berdasarkan pengertian model cooperative learning tipe rotating trio exchange di atas, dapat disimpulkan bahwa rotating trio exchange merupakan salah satu model pembelajaran cooperative learning yang menerapkan pembelajaran secara berkelompok dimana setiap kelompok terdiri atas tiga orang siswa yang akan di putar searah dan berlawanan dengan jarum jam sehingga akan membentuk kelompok dan anggota kelompok yang baru. 2. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative learning Tipe Rotating Trio Exchange. Model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange meiliki berberapa kelebihan dan kekurangan diantaranya: a. Kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah: 1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pandangan dan pengalaman yang diperoleh siswa secara bekerja sama. 2) Melatih siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan mengemukakan pendapat. 3) Memiliki motivasi tinggi karena mendapat dorongan teman sekelompok. 4) Dengan adanya pembaharuan anggota dalam setiap kelompok setelah diskusi selesai, siswa dapat mengembangkan keterampilan berpikir lebih baik. 5) Siswa tidak merasa bosan karena dalam setiap diskusi mereka selalu dirotasikan sehingga menemukan teman diskusi yang selalu baru. (Riad, 2012 http://www. Axpresiriau.Kekurangan dan kelebihancooperativelearni ng tipe RTE.blog.com.).

27 b. Kelemahan model pembelajaran cooperative learning tipe rotating trio exchange adalah: 1. Dalam setiap pembelajaran yang menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange, guru harus mempersiapkan pembelajaran dengan sungguhsungguh. 2. Saat diskusi berlangsung, terkadang didominasi oleh seseorang dalam setiap kelompok. 3. Memerlukan waktu yang banyak dalam pelaksanaannya, karena setiap kelompok harus dirotasikan sehingga selalu membentuk kelompok baru. (Riad, 2012 http://www. Axpresiriau.Kekurangan dan kelebihan cooperative learning tipe RTE.blog.com.). Berdasarkan kelebihan dan kekurangan model cooperative learning tipe rotating trio exchange di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam setiap model pembelajaran memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing dalam setiap pelaksanaannya, sehingga guru harus bisa meminimalisir kekurangan tersebut agar pelaksanaaan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange tidak terhambat. 3. Langkah langkah Model Cooperative Learning Tipe Rotating Trio Exchange. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning tipe rotating trio exchange menurut Isjoni (2007: 59) adalah sebagai berikut: a. Penjelasan materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru dan materi yang akan didiskusikan. b. Pembentukan kelompok oleh guru yang terdiri dari 3 orang siswa masing-masing diberi simbol 0, 1, dan 2. c. Penyampaian prosedur yang akan dilakukan yaitu rotating trio exchange dengan cara :

28 1) Setelah terbentuknya kelompok, guru memberikan bahan diskusi untuk dipecahkan trio tersebut. 2) Setelah selesai mengerjakan permasalahan yang didiskusikan, kelompok menyajikan hasil diskusi di depan kelas. 3) Selanjutnya berdasarkan waktu, siswa yang mempunyai simbol 1 berpindah searah jarum jam dan simbol nomor 2 berlawanan jarum jam, sedangkan nomor 0 tetap di tempat. 4) Guru memberikan pertanyaan baru atau bahan diskusi baru untuk didiskusikan oleh trio baru tersebut. 5) Penyajian hasil diskusi oleh kelompok. 6) setelah peputaran kelompok kembali terjadi yakni siswa dengan simbol 1, dan 2 kembali bertukar tempat. 7) Setelah itu bahan diskusi berupa LKS kembali dibagikan, untuk dikerjakan oleh kelompok siswa. 8) Penyajian hasil diskusi kelompok oleh siswa. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian pustaka di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas yaitu, Apabila dalam pembelajaran IPS menerapkan model cooperative learning tipe rotating trio exchange dengan melaksanakan langkah-langkah yang tepat, maka akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS kelas VA SD Negeri 1 Palapa Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.