4 KONDISI UMUM DAERAH STUDI

dokumen-dokumen yang mirip
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Gambar 10. Peta Jakarta dan Teluk Jakarta

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

Pelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6" S, ` 13.9" E

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

PERMASALAHAN PADA PELABUHAN TANJUNG PRIOK Oleh : Tulus Hutagalung

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : PM 42 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN TANJUNG PRIOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

Pelabuhan Tanjung Priok

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

3 Kondisi Fisik Lokasi Studi

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

Pesawat Polonia

BAB III KONDISI EKSISTING DKI JAKARTA

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

KATA PENGANTAR. Jakarta, Sekretaris Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Saefullah NIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

Gambar 5. Peta Citra Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi

KONDISI UMUM BANJARMASIN

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Singkat Perkembangan Pelabuhan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

6 PORT PERFORMANCE INDICATORS PELABUHAN TANJUNG PRIOK DAN PELABUHAN SINGAPURA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pulau Panjang (310 ha), Pulau Rakata (1.400 ha) dan Pulau Anak Krakatau (320

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I. Pendahuluan. Indonesia terletak di wilayah Jawa Tengah, yaitu Pelabuhan Tanjung Emas

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Sektor unggulan di Kota Dumai diidentifikasi dengan menggunakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN UMUM

KONDISI UMUM WILAYAH. Administrasi dan Teknis

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran pelabuhan dalam suatu sistem transportasi mengharuskan

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Bab III METODOLOGI PENELITIAN. Diagram alur perhitungan struktur dermaga dan fasilitas

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

Transkripsi:

83 4 KONDISI UMUM DAERAH STUDI 4.1 Profil Pelabuhan Tanjung Priok 4.1.1 Letak Geografis Luas Area dan Fasilitas Pelabuhan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar dan tersibuk di Indonesia yang terletak di Pantai Utara Pulau Jawa tepatnya di Pesisir Teluk Jakarta, Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Secara geografis Pelabuhan Tanjung Priok terletak pada 106 0 53 00 BT dan 6 0 06 00 LS dengan total luas 604 Hektar. Pelabuhan Tanjung Priok memiliki panjang penahan gelombang 8.456 meter, panjang alur 16.853 meter, panjang dermaga 13.444 meter, daerah labuh jangkar bagi kapal-kapal di Pelabuhan Tanjung Priok berlokasi di sebelah Utara pelabuhan dengan kedalaman laut 7-19 meter (PT Pelindo II, 2009). Pelabuhan Tanjung Priok memiliki area perairan berupa kolam pelabuhan seluas 424 ha (area pelabuhan dan break water) dan area daratan seluas 604 ha. Area daratan digunakan untuk pergudangan lapangan umum, lapangan petikemas, lapangan penumpukan mobil, tengki minyak palm bit dan non palm bit, dermaga, perkantoran, fasilitas prasarana dan sarana kawasan ruang terbuka hijau dan fasilitas penunjang lainnya. Terminal atau dermaga di pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari: 1) Terminal Penumpang Nusantara Pura yang terdiri dari Pelabuhan Nusantara Pura I (kedalaman 5-8 meter) dan Pelabuhan Nusantara Pura II (kedalaman 6-8 meter), 2) Terminal Konvensional dan 3) Container Terminal Regional Harbour yang terdiri dari Pelabuhan I (kedalaman 5-9 meter), Pelabuhan II (kedalaman 7-10 meter), dan Pelabuhan III (kedalaman 9-12 meter), 4) Jakarta International Container yang terdiri dari Terminal JICT I (kedalaman 10-14 meter) dan JICT II (kedalaman 8-9 meter), 5) Terminal Petikemas Koja (kedalaman 14 meter), dan 6) Dermaga Khusus yang terdiri dari Dermaga Khusus Pertamina (kedalaman 7-12 meter), Dermaga Khusus Bogasari (kedalaman 9-20 meter), Dermaga Khusus Sarpindo (kedalaman 9-12 meter), dan Dermaga Khusus DKP (kedalaman 9 meter). Data dermaga / terminal di kawasan pelabuhan Tanjung Priok dan kedudukannya terhadap wilayah Jabodetabek sebagai daerah belakang utama pelabuhan Tanjung Priok di sajikan pada Gambar 15 dan Gambar 16.

84 Gambar 15. Peta Layout Fasilitas Pelabuhan Tanjung Priok 2009 84

85 1) Terminal Penumpang Nusantara Pelabuhan Tanjung Priok tidak hanya menangani barang, tetapi juga menyediakan fasilitas bagi kapal-kapal penumpang. Pada awalnya terminal penumpang masih disatukan dengan barang. Dalam perkembangannya arus penumpang mengalami peningkatan dan telah difasilitasi dengan kapal-kapal penumpang PT. PELNI. Seiring dengan perkembangan, maka pada tahun 1975 dibangun Terminal Penumpang Nusantara Pura I. Melihat tuntutan pelayanan dan pengguna jasa kepelabuhanan, khususnya penumpang kapal laut, dibangun Terminal Penumpang Nusantara Pura II. 2) Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok Dikelola oleh PT Pelindo II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai pelabuhan kelas utama, Pelabuhan Tanjung Priok berfungsi melayani barang dan penumpang antar negara dan antar pulau, sehingga posisinya yang strategis di DKI Jakarta sebagai Ibukota negara Republik Indonesia, menjadikannya sebagai gerbang utama perekonomian Indonesia. Pada tahun 2004, arus barang yang melalui Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok mencapai ± 136 juta ton. Pengoperasian dermaga di terminal konvensional ini disesuaikan dengan karakteristik barang yang dibongkar muat. Hal ini sejalan dengan penataan dan pengembangan pelabuhan yang secara berkesinambungan mengikuti perkembangan dan disesuaikan dengan kebutuhan dan pelayanan jasa kepelabuhanan. 3) Container Terminal Regional Harbour Dikelola oleh PT Multi Terminal Indonesia, salah satu anak perusahaan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dan merupakan pengembangan dari Terminal Serba Guna yang khusus menangani bongkar muat petikemas antar pulau. Setelah menjadi bagian dari PT Multi Terminal Indonesia (PT MTI), terminal ini diharapkan menjadi terminal petikemas yang mempunyai lingkup usaha, tidak saja regional tetapi juga berskala internasional dan menjadi salah satu segmen usaha unggulan PT Multi Terminal Indonesia. Sebagai salah satu anak perusahaan PT Pelindo II (Persero), PT Multi Terminal Indonesia telah menjadi salah satu anak perusahaan, menjadi andalan menunjang pendapatan perusahaan, sekaligus menjadi operator gabungan antara angkutan barang dalam negeri dan

Sumber : Himpunan Kawasan Industri Indonesia, 2009 86 Gambar 16 Peta Wilayah Jabodetabek sebagai Daerah Belakang Utara Pelabuhan Tanjung Priok

87 angkutan barang ekspor. Gabungan fungsi antara angkutan dalam negeri dengan angkutan ekspor pada komplek dermaga yang sama memberikan nilai tambah karena efisiensi waktu dan biaya, khususnya barang-barang eksport dan import dari dan menuju daerah-daerah lain di luar Pulau Jawa. 4) Jakarta International Container Terminal (JICT) Jakarta Internasional Container Terminal dikelola oleh PT JICT. Perusahaan ini didirikan tahun 1999, merupakan afiliasi dari PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dengan kepemilikan saham 48,9%, Grosbeak Pte, Ltd dari Hongkong memiliki saham sebesar 51% dan Koperasi Pegawai Maritim sebesar 0,1%. Saat ini PT. JICT merupakan terminal petikemas terbesar dan tersibuk di Indonesia, berdiri di atas lahan 100 Hektar. Tahun 2004 arus petikemas di JICT mencapai 1,6 Juta TEUs. Untuk melayani kegiatan bongkar muat petikemas, terminal ini didukung dengan fasilitas yang modern, dan peralatan teknologi informasi yang canggih dan realtime yakni Container Terminal Management System (CTMS). Kinerja operasional di terminal ini cukup efisien, hampir tidak ada waktu tunggu (waiting time) serta kemampuan layanan petikemas mencapai 26 box/crane/hour (box per petikemas per jam). Terminal JICT ini setiap bulannya mampu melayani 125-130 unit kapal/bulan. Langkah mengantisipasi peningkatan pertumbuhan arus petikemas ini, PT JICT telah melakukan penambahan dermaga sepanjang 525 meter dan lapangan penumpukan seluas 3,5 Hektar. Hal tersebut akan menambah kapasitas pelayanan petikemas menjadi 3,1 Juta TEUs per tahun. Di samping tambahan dermaga dan lapangan penumpukan tersebut, PT JICT terus melakukan pengembangan dan penyempurnaan pelayanan jasa kepelabuhanan secara berkesinambungan. 5) Terminal Peti Kemas Koja Merupakan kerjasama operasi antara PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) dengan saham 52,12 persen dengan PT Ocean Terminal Petikemas (47,88 persen). Terminal Peti Kemas (TPK) Koja telah beroperasi sejak tahun 1998. Posisi terminal ini berada di sebelah timur Terminal PT. Jakarta International Container Terminal (JICT). Kinerja pelayanan bongkar muat petikemas tiap tahun mengalami peningkatan. Untuk melayani kegiatan bongkar muat petikemas ini, TPK Koja dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang modern berupa peralatan teknologi

88 informasi (sistem komputer) yang canggih. Pada tahun 2005, Terminal Peti Kemas Koja melakukan penambahan dermaga sepanjang 112 meter, sehingga panjang dermaga keseluruhan menjadi 650 meter dan target kapasitas terminal menjadi 615.000 TEUs di tahun 2005. Kinerja operasional di terminal ini mencapai 27 box per crane per jam (B/C/IT) serta kapal yang dilayani rata-rata mencapai 45 unit per bulan. Terminal ini menambah pelayanan "tracking container" melalui TPK Koja, mobile service yang menggunakan media SMS, sehingga dengan mudah akan didapatkan informasi seputar petikemas yang diinginkan pelabuhan. 6) Fasilitas Pelabuhan Fasilitas Pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari alur, kolam, dan breakwater pelabuhan, tambatan (dermaga), lapangan penumpukan dan gudang, peralatan terminal petikemas, peralatan terminal konvensional dan head-truck, utilitas pelabuhan dan navigasi. Berdasarkan fungsinya, maka fasilitas pelabuhan Tanjung Priok terbagi atas: a) Fasilitas yang melayani kegiatan bongkar muat secara konvensional; Pengelolaannya berada di bawah manajemen PT. (Persero) Pelindo II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok yang berfungsi melayani kegiatan bongkar muat barang umum, bagian cargo, curah cair/kering dang petikemas antar pulau. b) Fasilitas yang khususnya melayani bongkar muat petikemas internasional; Pengelolaannya berada di bawah manajemen PT. Jakarta International Container Terminal (JICT), Terminal Petikemas Koja dan PT. Multi Terminal Indonesia (MTI). Berfungsi melayani kegiatan bongkar muat petikemas internasional yang didukung dengan fasilitas modern, teknologi informasi yang canggih dan Petikemas Terminal Management System. c) Fasilitas yang khusus melayani bongkar muat curah cair; Dermaga DKP pengelolaannya dibawah manajemen cabang Pelabuhan Tanjung Priok bekerjasama dengan PT. Dharma Karya Perdana (DKP) dan Dermaga PT. Pertamina dikelola dan dioperasi oleh PT. Pertamina (Persero). d) Fasilitas yang khusus melayani bongkar muat curah kering: Curah kering khususnya semen dan batubara

89 Pengelolaannya berada dibawah manajemen pelabuhan Tanjung Priok yang pengoperasiannya bekerjasama dengan PT. MTI dan PT. Semen Padang. Curah kering khusus pangan Merupakan pengembangan fasilitas pelabuhan laut Tanjung Priok yang pengelolaan dan pengoperasiannya bekerjasama dengan PT. Bogasari dan PT. Sarpindo. e) Fasilitas yang khusus melayani naik turun penumpang: Pengelolaannya berada dibawah manajemen cabang pelabuhan Tanjung Priok yang berfungsi khusus melayani kegiatan turun naik penumpang kapal laut. Pelabuhan Tanjung Priok saat ini memiliki area perairan seluas sekitar 424 ha (termasuk area pelabuhan dan breakwater) dan 604 ha area daratan. Layout dari konfigurasi alur, kolam, dan breakwater pelabuhan Tanjung Priok tersebut dapat dilihat pada Tabel 13, Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 13 Alur Pelayaran Pelabuhan Tanjung Priok SPESIFIKASI NO LOKASI PANJANG LEBAR LUAS KEDALAMAN M M M 2 M.L.WS I ALUR PELAYARAN 1 Alur DKP s/d Utara 3,840.00 100,00 384,000.00-10.00 s/d -14.00 Pelabuhan I 2 Alur Utara Pelabuhan I s/d 1.700,00 100,00 170,000.00-14.00 Lampu Merah Hijau 3 Alur Lambang Luar 1.463,00 125,00 182,875.00-14.00 4 Alur Pelabuhan Minyak 990.00 50,00 49,500.00-12.00 Pengasinan 5 Kali Japat 1,700.00 75,00 127,500.00-6.00 TOTAL 8,703.00 913,875.00 Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009 NO Tabel 14 Kolam Pelabuhan Tanjung Priok LOKASI SPESIFIKASI Panjang Lebar Luas Kedalaman m m m 2 m.l.ws II KOLAM PELABUHAN 1 PELABUHAN 1.700,00 105,00 178,500.00-4.00 s/d -6.00 NUSANTARA I 2 PELABUHAN 1.020,00 55,00 56,100.00-4.00 s/d -8.00 NAUSANTARA II 3 PELABUHAN I 1.080,00 170,00 183,600.00-4.00 s/d -10.00 4 PELABUHAN II 1.020,00 142,00 144,840.00-4.00 s/d -12.00

90 NO LOKASI SPESIFIKASI Panjang Lebar Luas Kedalaman m m m 2 m.l.ws 5 PELABUHAN III 1.040,00 185,00 192,400.00-10.00 s/d 11.50 6 Depan Dermaga Utara Koja 265,00 150,00 39,750.00-14.00 Kanal 7 Depan Dermaga TPK Koja 450,00 150,00 67,500.00-14.00 8 DERMAGA PRESIDEN -3.00 9 KOLINAMIL -5.00 TOTAL 862,690.00 Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009 Tabel 15 Breakwater Pelabuhan Tanjung Priok No. Breakwater L (m) 1 Nusantara BW-I 591 2 Nusantara BW-I 659 3 BW-Barat 1.750 4 BW-I Timur 1.479 5 BW-II Timur 228 6 BW-III Timur 934 7 BW-IV Timur 98 8 BW-V Timur 1.548 9 Bogasari BW-Barat 713 10 Bogasari BW-Timur 1.507 Total 9.507 Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009 Fasilitas tambatan (dermaga) yang ada di pelabuhan Tanjung Priok secara umum dapat dikelompokkan seperti dalam Tabel 16. Tabel 16 Tambatan (Dermaga) Di Pelabuhan Tanjung Priok NO. JENIS DERMAGA JUMLAH PANJANG KEDALAMAN 1 General kargo 42 6.597,70 5-11 2 Serbaguna 5 914 8-11 3 Petikemas 13 2.800 9-14 4 Penumpang 3 450 9 5 Curah Kering 8 1.242 4-10 6 Curah cair Khusus Minyak 4 377 12 7 Curah cair Khusus Kimia 1 204 8 8 Beaching Point 1 66 6 9 Mobil 2 308 10 TOTAL 13.361,30 Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2009

91 Fasilitas gudang dan lapangan penumpukan (open yards) yang dimiliki oleh pelabuhan Tanjung Priok secara umum disajikan pada Tabel 17. Tabel 17 Gudang dan Lapangan Penumpukan di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok No. Jenis Fasilitas Jumlah Luas (m 2 ) Kapasitas (ton) 1 Gudang Umum 21 101.972,27 2 Gudang Barang Berbahaya 6 10.260 3 Lapangan Umum 62 361.627,20 4 Gudang CF5 2 5.400 5 Lapangan Petikemas 3 1.567.000,00 6 Lapangan Penumpukan untuk Mobil 1 50.000 7 Tengki Minyak (Palm Oil) 45 105,720 8 Tengki Minyak (Non Palm Oil) 20 26,350 Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009 4.1.2 Aspek Fisik Pelabuhan 1) Iklim Kondisi iklim di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok terletak pada wilayah yang dipengaruhi oleh dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Iklim di wilayah studi berada dalam daerah yang cukup basah dengan tipe iklim B menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson (1951). Musim hujan berlangsung dari bulan Oktober sampai Mei dengan curah hujan berkisar antara 73 mm pada bulan Mei sampai 416 mm pada bulan Januari. Musim hujan dipengaruhi oleh angin pasat Barat Laut. Musim kemarau berlangsung dari bulan Juni sampai September dengan kisaran curah hujan dari 37 mm pada bulan Agustus sampai 49 mm pada bulan Juli. Musim kemarau dipengaruhi oleh angin pasat Timur Laut. Suhu udara berkisar dari 26,7 0 C pada bulan Januari sampai 27,9 0 C pada bulan Oktober dan Nopember. Kelembaban nisbi berkisar dari 71 persen pada bulan September sampai 83 persen pada bulan Januari dan Februari. Data iklim ratarata bulanan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok dari 1999-2008 selengkapnya disajikan pada Tabel 18.

92 Tabel 18 Data Iklim Rata-rata Bulanan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok (1999-2008) Bulan Curah Hujan Suhu Udara Kelembaban Nisbi Rata-Rata (mm) Rata-Rata ( 0 C) Udara Rata-Rata (%) Januari 416 26,4 83 Februari 206 26,7 83 Maret 156 27,2 81 April 109 27,8 79 Mei 73 27,8 78 Juni 44 27,7 75 Juli 49 27,5 73 Agustus 37 27,6 72 September 38 27,7 71 Oktober 87 27,9 73 Nopember 96 27,9 75 Desember 201 27,0 79 Sumber : Data Sekunder BMG, Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok, 2009 Berdasarkan analisis cakra angin (windrose) Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Priok, angin mempunyai pola musiman yang jelas. Dari bulan November sampai April bertiup angin barat dan pada bulan Mei sampai Oktober bertiup angin timur. Kecepatan angin berkisar dari satu knot sampai enam knot dengan frekuensi terbanyak empat sampai enam knot. 2) Topografi Ketinggian pelabuhan Tanjung Priok dari permukaan laut antara nol sampai dengan dua meter, dari tempat tertentu ada yang di bawah permukaan laut yang sebagian besar terdiri dari rawa-rawa/empang air payau. Kondisi wilayah yang merupakan daerah pantai dan tempat bermuaranya sembilan sungai dan dua banjir kanal, ke perairan pelabuhan Tanjung Priok menyebabkan wilayah ini merupakan daerah rawan banjir, baik kiriman maupun banjir karena air pasang laut. Untuk mengatasi terjadinya banjir akibat banjir kiriman ataupun karena air pasang laut, maka PT Pelindo II (Persero) telah membuat peil banjir setinggi 2,75 meter dan pembangunan tanggul penahan rob walaupun belum dapat menanggulangi banjir secara total, terutama akibat kenaikan muka air laut (rob). 3) Geomorfologi dan Geologi Berdasarkan bentuk bentang alam (landscape) secara umum, geomorfologi wilayah bagian Utara Jakarta dapat dibagi menjadi dua, yaitu;

93 - Satuan Geomorfologi Dataran Pantai Satuan geomorfologi dataran pantai letaknya memanjang sepanjang Pantai Utara Jakarta. Satuan geomorfologi dataran pantai merupakan daerah dengan kelerengan datar hingga landai (1-3 ). Ketinggian muka daratan dan permukaan laut antara 0,5-1,0 m. Litologi yang menempati satuan tersebut adalah endapan pasir dan lempung serta sebagian ditempati rawa-rawa. Pola aliran sungai yang berkembang umumnya sub-dendritik dengan arus yang tidak begitu kuat. - Satuan Geomorfologi Fluvial Satuan geomorfologi fluvial terletak di bagian selatan dari satuan geomorfologi dataran pantai, memanjang dari barat ke timur. Satuan ini umumya berupa dataran yang tidak begitu terpengaruh oleh proses interaksi dengan laut. Litologinya terdiri dari lempung dan kerikil (gravel) yang merupakan hasil transportasi endapan vulkanik. Pola aliran sungainya adalah sub-pararel hingga pararel. Kawasan pelabuhan Tanjung Priok terletak pada satuan geomorfologi dataran pantai dengan topografi di kawasan tersebut relatif datar, sehingga potensi terjadinya gerakan tanah adalah sangat kecil. Kondisi litologi mengindikasikan bahwa di kawasan tersebut terdapat tanah/batuan yang relatif lunak. Arus air yang tidak begitu besar menunjukkan bahwa erosi oleh air sungai juga tidak besar dan sedimentasi berlangsung intensif. Secara umum berdasarkan zonasi gempa, DKI Jakarta berada pada Zona 4 dengan potensi gempa sedang. - Geologi Teknik Sifat fisik tanah dan batuan di kawasan pelabuhan Tanjung Priok berupa satuan lanau pasiran-lempung organik. Satuan itu merupakan endapan rawa dan tersusun dari lanau pasiran dan lempung organik dengan sisipan pasir lempungan dengan ketebalan 2 26 meter. Lanau pasiran dan lempung organik berwarna abu-abu kehitaman, konsistensinya sangat lunak, plastisitas sedang-tinggi, kompresibilitas tinggi, permeabilitas rendah, kandungan air dan material organik tinggi, dijumpai sisa-sisa tumbuhan, berat jenis (G) 2,61-2,65 gr/cm 3, berat isi asli (g w ) 1,36-1,44 gr/cm 3, berat isi kering (g d ) 0,67-0,91 gr/cm3, kohesi (c) 0,04-0,15 kg/cm2, sudut geser dalam (f) 1,04-10,35, dan indeks kompresi (Cc) 0,447-0,794.

94 4) Hydro-Ocenografi Kondisi hydro-ocenografi meliputi hydrografi, pasang surut, arus dan gelombang. Secara umum hydrografi keadaan pantai sekitar pelabuhan Tanjung Priok landai, dengan dasar lautnya lumpur pasir serta kedalaman alur masuk sekitar 10-14 meter. Pasang surut di perairan laut Tanjung Priok memiliki waktu tolak tujuh jam, muka surutan (ZO) rata-rata 60 cm di bawah duduk tengah, dengan sifat pasang surut adalah harian tunggal. Untuk tunggang air rata-rata pada pasang purnama adalah sebesar 86 cm, sedangkan tunggang air rata-rata pada pasang mati mencapai 26 cm. Posisi station current tower pelabuhan Tanjung Priok terletak pada geografis 05 0 54 34 LS dan 107 0-00 14 BT. Kecepatan maksimum arus umumnya mencapai 1 knot dengan arah sekitar 50 0 terjadi pada air surut. Arus bukan pasang surut mempunyai kecepatan sekitar 0.3 knot dengan arah 45 0 kecepatan arus pasang surut mencapai 1,1 knot pada waktu spring tides dengan arah sekitar 50 0 pada waktu air surut dan sekitar 230 0 pada waktu air pasang. Tinggi gelombang pada umumnya berkisar 0,1 sampai dengan satu meter, periode gelombang berkisar satu sampai delapan detik, panjang gelombang mencapai 1-21,1 0 C sampai dengan 29,7 0 C. Pada bulan April dan Mei antara 21,1 0 C sampai dengan 29,7 0 C, suhu maksimum mencapai kisaran antara 29,1 0 C sampai dengan 29,7 0 C. Pada bulan Oktober dan November suhu maksimum bisa mencapai 28,6 0 C sampai dengan 29,2 0 C. Pada saat-saat tertentu bisa meningkatkan sampai dengan 30,5 0 C. 5) Kondisi Perairan dan Bathimetri Berdasarkan hasil pemantauan kualitas air laut perairan Teluk Jakarta oleh BPLHD DKI Jakarta, di perairan laut yang dekat ke pantai, kondisi kualitas air buruk dan sudah tidak memenuhi baku mutu untuk peruntukkan rekreasi. Perkembangan pencemaran dari tahun 2004 sampai 2009 pada kondisi pasang dan surut fluktuatif, tetapi cenderung naik. Sumber pencemaran adalah land base pollution seperti limbah domestik dan limbah kegiatan lain dan sea base pollution, seperti kegiatan pelayaran dan tumpahan minyak. Secara umum kedalaman laut di sekitar pelabuhan Tanjung Priok mempunyai kedalaman berkisar antara -10,5 LWS sampai -14,7 LWS. Karena letaknya di kawasan pelabuhan Tanjung Priok, maka telah ada upaya upaya untuk menjaga kedalaman di kolam dan alur pelayaran ini.

Jumlah (Unit) 95 4.1.3 Pertumbuhan Arus Barang dan Penumpang Pertumbuhan kegiatan ekonomi di pelabuhan Tanjung Priok dapat diukur dari jumlah atau arus kunjungan kapal dan arus barang. Arus kunjungan kapal dilihat dari jumlah unit dan Gross Ton (GT). Berdasarkan data PT Pelindo II (Persero), arus kunjungan kapal dilihat dari jumlah unit periode tahun 2004 sampai 2008, menunjukkan angka yang berfluktuasi. Dari tahun 2004 sampai 2008 terjadi peningkatan jumlah kunjungan kapal secara fluktuatif, akan tetapi pada tahun 2009 terjadi penurunan. Kunjungan kapal di pelabuhan Tanjung Priok dalam statistik pelabuhan dibedakan dalam dua pengelompokan, yaitu berdasarkan atas jenis pelayaran dan atas jenis kapal. Berdasarkan jenis pelayaran, kapal dibedakan menjadi kapal niaga dan kapal non-niaga. Kapal non-niaga pada umumnya adalah kapal negara atau kapal tamu, sedangkan kapal niaga, dibedakan menjadi kapal pelayaran luar negeri yang mengangkut barang perdagangan luar negeri atau internasional, dan kapal pelayaran dalam negeri yang mengangkut perdagangan domestik atau antar pulau. Arus kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran tertinggi terjadi pada pada tahun 2008, dengan jumlah 19,610 unit. Sedang arus kunjungan kapal terendah pada tahun 2004 dengan jumlah 15,928 unit. Kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran dan jumlah unit di pelabuhan Tanjung Priok periode 2004 sampai tahun 2009 disajikan pada Gambar 17. 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 Gambar 17 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pelayaran Internasional 4,843 5,269 5,351 6,776 6,821 4,608 Pelayaran Dalam Negeri 11,085 11,644 10,794 12,064 12,789 12,029 Jumlah 15,928 16,913 16,145 18,840 19,610 16,637 Grafik Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Berdasarkan Jenis Pelayaran & Jumlah Unit Tahun 2004-2009 (Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, 2009)

Jumlah (GT) 96 Kunjungan kapal berdasarkan Gross Tonase (GT), periode tahun 2004 hingga tahun 2009 menunjukkan terjadi fluktuasi yang beragam arus kunjungan kapal selama periode tersebut. Jumlah arus kunjungan tertinggi pada tahun 2008 yaitu sebesar 93.015.163 GT dan terendah tahun 2006 dengan jumlah 85.598.140 GT. Kunjungan kapal berdasarkan jenis pelayaran dan jumlah GT tahun 2004 n sampai tahun 2009 disajikan pada Gambar 18. 100,000,000 90,000,000 80,000,000 70,000,000 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Pelayaran Internasional 57,572,005 61,191,510 59,330,955 61,024,195 65,981,523 61,463,032 Pelayaran Dalam Negeri 29,144,988 27,697,324 27,267,185 28,036,329 30,033,640 30,089,324 Jumlah 86,716,993 88,888,834 85,598,140 89,060,524 93,015,163 91,552,356 (Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, 2009) Gambar 18 Fluktuasi Kunjungan Kapal di Pelabuhan Tanjung Priok Berdasarkan Jenis Pelayaran & Jumlah GT Tahun 2004-2009 Arus barang berdasarkan perdagangan di terminal konvensional Pelabuhan Tanjung Priok periode tahun 2004 hingga tahun 2009 mengalami fluktuatif dalam periode tersebut, baik volume impor maupun ekspor. Volume arus barang terendah pada Tahun 2004, namun terus meningkat dari tahun ke tahun periode 2005-2008. Volume arus barang terbesar terjadi pada tahun 2008, dengan jumlah total mencapai 42.049.914 ton yang dilihat dari volume impor, ekspor, in bound dan out bound. Fluktuasi volume arus barang ekspor-impor dan antar pulau di terminal konvensional Tanjung Priok disajikan pada Gambar 19.

Jumlah (ton) Jumlah (ton) 97 45,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 Gambar 19 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Import 12,161,217 11,738,888 11,551,523 11,996,578 12,336,717 11,800,838 Export 5,675,937 7,622,715 7,216,030 7,379,221 5,479,989 4,084,648 In Bound 13,547,588 13,054,157 14,020,612 15,787,502 16,868,999 12,642,170 Out Bound 4,688,972 5,738,610 5,948,414 6,817,502 7,363,821 8,181,840 Total 36,073,714 38,154,370 38,736,579 41,980,914 42,049,526 36,709,296 Fluktuasi Volume Arus Barang Berdasarkan Perdagangan di Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009 (Sumber: Data Operasional Pelabuhan Tanjung Priok - 2009) Fluktuasi volume arus barang berdasarkan kemasan di terminal konvensional Pelabuhan Tanjung menunjukkan peningkatan dari tahun 2004 hingga 2006. Tahun 2007 terjadi penurunan volume barang kemasan, meningkat lagi pada tahun 2008. Volume arus barang tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan terendah tahun 2007. Terjadi peningkatan jumlah general kargo yang cukup signifikan dari tahun 2004 hingga tahun 2008. Sedangkan volume container menunjukkan kenaikan tahun 2002 hingga tahun 2005. Fluktuasi arus barang berdasarkan kawasan di terminal konvensional pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Gambar 20. 45,000,000 40,000,000 35,000,000 30,000,000 25,000,000 20,000,000 15,000,000 10,000,000 5,000,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 General Cargo 4,035,195 5,532,741 7,866,223 7,889,879 9,155,398 8,988,634 Bag Cargo 1,434,571 1,821,689 1,159,662 1,763,415 1,705,560 1,455,988 Liquid Cargo 11,034,843 9,147,300 8,614,492 6,333,766 7,985,389 7,805,171 Dry Bulk 10,177,616 9,969,790 10,740,499 8,200,546 12,093,930 11,400,432 Container 9,391,489 11,685,246 10,355,703 10,491,462 11,109,249 11,103,249 Total 36,073,714 38,156,766 38,736,579 34,679,068 42,049,526 40,759,474 Gambar 20 Fluktuasi Volume Arus Barang Berdasarkan Kemasan di Terminal Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009 (Sumber: PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II, 2009)

98 Berbagai jenis komoditi non-petikemas yang dilayani oleh pelabuhan Tanjung Priok dengan total volume sebesar 29.097.000 ton (2009) yang terdiri atas: general cargo (23,42 persen), bag cargo (7,22 persen), curah cair (23,01 persen), curah kering (46,21 persen) dan lainnya (0,14 persen). Presentase total volume komoditi non-petikemas yang dilayani oleh pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Gambar 21. 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 23% 7% Gambar 21 23% 46% Persentase Total Volume Non Peti Kemas (Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II, 2009) 0% General Cargo Bag Cargo Curah Cair Curah Kering Lainnya Pertumbuhan arus barang peti kemas di masing-masing dermaga, meliputi JICT, TPK Koja dan Dermaga Konvensional Pelabuhan Tanjung Priok juga mengalami fluktuasi dalam periode 2004 sampai 2009. Secara umum terjadi peningkatan arus peti kemas dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya gambaran fluktuasi peningkatan dan penurunan jumlah arus barang disajikan pada Gambar 22. 4,50 0,0 0 0 4,0 0 0,0 0 0 3,50 0,0 0 0 3,0 0 0,0 0 0 2,50 0,0 0 0 2,0 0 0,0 0 0 1,50 0,0 0 0 1,0 0 0,0 0 0 50 0,0 0 0 0 Jict ( T eus) Jict ( B o x) T PK Ko ja ( T eus) T PK Ko ja ( B o x) Ko nvensio n al ( T eus) Ko nvensio n al ( B o x) T o t al ( T eus) T o t al ( B o x) 2004 1,6 3 6,2 9 0 1,13 3,2 0 2 8 15,2 53 4 3 8,571 70 7,6 6 0 8 55,4 52 2,9 59,2 0 3 2,4 2 7,2 2 5 2005 1,4 70,4 6 7 9 9 4,3 52 573,8 2 7 3 8 1,9 14 9 9 6,6 0 6 1,0 6 0,170 3,0 4 0,9 0 0 2,4 3 6,4 3 6 2006 1,6 18,4 9 5 1,0 8 5,9 77 58 3,0 6 5 3 9 1,58 2 1,2 17,0 51 1,0 2 2,6 71 3,4 19,6 11 2,50 0,2 3 0 2007 1,8 2 1,2 8 2 1,2 12,58 4 70 2,8 8 1 4 78,8 0 7 1,18 5,6 3 0 8 8 6,74 8 3,6 8 9,79 3 2,578,13 9 2008 1,8 9 6,78 1 1,8 4 0,8 78 70 4,6 18 4 72,78 1 1,2 8 3,8 70 1,0 6 8,8 2 7 3,8 8 5,2 6 9 3,3 8 2,4 8 6 2009 1,6 76,8 8 6 1,12 8,0 4 0 8 2 0,172 4 0 8,6 4 8 1,6 0 8,3 3 8 1,2 8 6,3 8 6 4,10 5,3 9 6 2,8 0 3,0 74 Gambar 22. Fluktuasi Arus Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009 Masing-masing Dermaga (Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009)

Jumlah (orang) 99 Gambaran lebih jelas fluktuasi arus penumpang di pelabuhan Tanjung Priok baik yang naik dari pelabuhan maupun yang turun menunjukkan penurunan pada periode 2005 hingga 2007. Penurunan terjadi cukup tajam, terutama pada tahun 2007. Fluktuasi arus penumpang di pelabuhan Tanjung Priok disajikan pada Gambar 23. 800,000 600,000 400,000 200,000 0 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Turun 270,868 285,208 250,180 237,035 275,605 192,845 Naik 293,848 291,430 235,464 222,109 299,891 227,927 Total 564,716 576,638 485,644 459,144 575,496 420,772 Gambar 23. Fluktuasi Arus Penumpang di Pelabuhan Tanjung Priok Tahun 2004-2009 (Sumber: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pelabuhan Tanjung Priok, 2009) 4.2 Kawasan Penyangga Pelabuhan Tanjung Priok 4.2.1 Aspek Sosial / Kependudukan Kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok terdiri dari tiga kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Koja. Datadata luas kecamatan, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk di kecamatankecamatan kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok tahun 2009 disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan Penduduk Tahun 2009 Kecamatan Luas Area km 2 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Penduduk Kepadatan Penduduk Tingkat Kepadatan Tanjung Priok 25,1255 158.616 153.733 312.349 12.432 Tinggi Cilincing 39,6996 119.966 119.472 239.438 6.031 Sedang Koja 13,2033 119.415 113.301 232.716 17.626 Tinggi Sumber: Kantor Sensus dan Statistik DKI Jakarta, 2009 Ditinjau terhadap kepadatan penduduk rata-rata Wilayah Jakarta Utara yaitu 9.951 jiwa/km 2, maka Kecamatan Koja dan Kecamatan Tanjung Priok mempunyai kepadatan di atas rata-rata atau kepadatan tinggi, sedangkan kecamatan Cilincing termasuk kepadatan sedang. Hal itu menunjukkan bahwa

100 pelabuhan Tanjung Priok mempunyai daya tarik yang kuat untuk menarik penduduk bermukim di kawasan sekitarnya, khususnya kecamatan-kecamatan yang langsung berbatasan dengan pelabuhan Tanjung Priok. Ketersediaan sarana/prasarana pendidikan di kecamatan-kecamatan kawasan penyangga Pelabuhan Tanjung Priok cukup tinggi, ditinjau dari ketersediaan sekolah (dari mulai SD, SMP sampai SMA), jumlah murid sesuai usia sekolah, maupun ketersediaan guru. Tingkat pendidikan di kawasan penyangga pelabuhan diukur dari parameter rasio murid terhadap guru dan rasio murid terhadap jumlah sekolah. Rasio murid terhadap guru dan rasio murid terhadap sekolah di Kecamatan Tanjung Priok, Kecamatan Cilincing dan Kecamatan Koja termasuk tinggi dibandingkan dengan rasio murid terhadap guru di DKI Jakarta. Keanekaragaman agama terdapat di kecamatan-kecamatan kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok ditandai dengan presentase masingmasing agama terhadap total jumlah penduduk dan ketersediaan sarana/prasarana peribadatan dari semua aliran agama/kepercayaan. Fasilitas kesehatan masyarakat di kecamatan-kecamatan kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok cukup baik, ditandai dengan ketersediaan sarana/prasarana kesehatan di kawasan ini, seperti rumah sakit 16 unit (dua milik pemerintah dan 14 swasta), puskesmas 49 unit, dan sarana-sarana kesehatan lainnya seperti rumah bersalin dan poliklinik. Jumlah kejadian kriminalitas di wilayah administrasi Jakarta Utara pada tahun 2008/2009 cukup tinggi mencapai 5.712 kasus, namun turun 8,78 persen dibandingkan dengan tahun 2007/2008 yang mencapai 6.262 kasus. Jika dilihat menurut jenisnya, kasus terbanyak adalah pencurian kendaraan bermotor sebesar 26,51 persen. Suatu fenomena bahwa di kawasan sekitar pelabuhan di negara manapun di dunia kehidupan dituntut keras dan banyak menyebabkan timbulnya kriminalitas. 4.2.2 Aspek Ekonomi Tingkat penghasilan penduduk di kawasan penyangga pelabuhan adalah Rp 17.240.000/KK/tahun. Jenis pekerjaan penduduk di kawasan penyangga pelabuhan terdiri dari pegawai swasta, pedagang, buruh, tukang ojek, pegawai negeri sipil, Di kawasan penyangga pelabuhan Tanjung Priok terdapat saranasarana ekonomi/niaga berupa bank, koperasi, pasar dan pertokoan besar. Jumlah

101 bank di kawasan ini yaitu bank pemerintah 24 unit, bank swasta 32 unit, koperasi 171 unit, pasar dan pertokoan. Rincian per kecamatan adalah di Kecamatan Tanjung Priok terdapat sembilan bank pemerintah, 23 bank swasta 125 koperasi dan pasar di Kecamatan Cilincing terdapat enam bank pemerintah, empat bank swasta 25 koperasi dan pasar, sedangkan di Kecamatan Koja terdapat sembilan bank pemerintah, lima bank swasta, 21 koperasi dan pasar. Dari gambaran data-data tersebut di atas, maka di satu sisi di kawasan sekitar (kawasan penyangga) pelabuhan perilaku masyarakat pada umumnya keras, akan tetapi di sisi lain, jumlah dan jenis pekerjaan lebih banyak dan beragam walaupun demikian, dari hasil penelitian terhadap responden yang dilakukan, sebagian para pekerja di wilayah penelitian, tingkat pendapatannya masih dibawah Upah Minimum Propinsi (UMP), dan sebagian juga bekerja disektor informal, terkait langsung dan tidak langsung dengan kegiatan kepelabuhanan. 4.3 Daerah Belakang Utama Pelabuhan Tanjung Priok 4.3.1 Wilayah Jabotabek Wilayah regional Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek) merupakan daerah belakang utama Pelabuhan Tanjung Priok. Kota Depok tidak dimasukkan di dalam batasan daerah belakang pelabuhan Tanjung Priok karena dari data yang diperoleh, maka interaksi kegiatan industri atau perdagangan di wilayah Depok dengan pelabuhan Tanjung Priok relatif kecil. Wilayah Jabotabek secara administrasi memiliki batas masing-masing, namun pada kenyatannya dari kehidupan sehari-hari sudah merupakan suatu gabungan wilayah metropolitan. Terjadi interaksi riil masyarakat setiap hari dari Bogor, Tangerang dan Bekasi dengan Jakarta, dalam bentuk bekerja sebagai penglaju, yaitu menjadi penduduk aktif Jakarta di siang hari, namun tetap berstatus sebagai penduduk formal di wilayah Bogor Tangerang dan Bekasi. Jumlah penglaju tersebut diperkirakan ± 3 juta jiwa perharinya (Bappeda Provinsi DKI Jakarta dan LP-IPB, 2002). Selain bentuk bekerja sebagai penglaju, maka penduduk Botabek dalam jumlah cukup besar juga bersekolah di kota Jakarta.

102 Wilayah Propinsi DKI Jakarta sebagai kota metropolitan memiliki berbagai fungsi, memiliki jumlah penduduk 9 juta (2009), terdiri dari 5 wilayah Perkembangan wilayah Jabotabek sangat pesat, di samping konsentrasi penduduk juga sebagai pusat kawasan industri, perdagangan dan jasa terbesar di Indonesia, yang erat hubungannya dengan pertumbuhan arus barang ke dan dari pelabuhan Tanjung Priok. Dari data yang diperoleh dari Himpunan Kawasan Industri pada tahun 2009, maka di wilayah Jabotabek (termasuk sebagian kecil di luar Jabotabek) terdapat 38 kawasan industri dengan luas 17.715 ha, yaitu di Provinsi DKI Jakarta dengan 3 kawasan industri seluas ± 1176 Ha, di Provinsi Jawa Barat dengan 25 kawasan industri dengan luas 11.596 ha yaitu di Kabupaten Bekasi (terbesar), di Kabupaten Bogor, Karawang, Purwakarta, Sumedang dan Cirebon dan di Provinsi Banten dengan 10 kawasan industri seluas ± 4943 ha. Selain industri-industri manufaktur, juga bermunculan industri di luar kawasan industri. Berdasarkan kedudukan dan keberadaan geografis pelabuhan Tanjung Priok dan keberadaan kawasan-kawasan industri, maka ekspor-impor sebagian besar dilakukan melalui pelabuhan Tanjung Priok. 4.3.2 Wilayah Nasional Pertumbuhan ekonomi regional, khususnya pertumbuhan ekonomi wilayah Jabotabek sebagai daerah belakang utama Pelabuhan Tanjung Priok dan pertumbuhan ekonomi nasional yang ditandai dengan tingginya pertumbuhan arus barang melalui Pelabuhan Tanjung Priok sangat mempengaruhi perkembangan Pelabuhan Tanjung Priok hingga saat ini dan pengembangannya ke masa depan, baik untuk periode Jangka Menengah (2020), maupun untuk periode Jangka Panjang (2030). Salah satu permasalahan strategis yang dialami oleh pertumbuhan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia selama ini adalah keterkaitan dengan pengelolaan pesisir (lokasi pelabuhan) secara terpadu, kawasan pelabuhan seolaholah berdiri sendiri terpisah dari kawasan penyangga pelabuhan. Secara nasional pertumbuhan ekonomi Indonesia yang semula tumbuh 7 persen per tahun akibat krisis ekonomi merosot hingga negatif pada tahun 1998. Akan tetapi sejak tahun 1999, dengan berbagai upaya dan program dan terobosan yang signifikan di bidang moneter dan kebijakan di berbagai sektor

103 perekonomian, pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh positif menjadi 0,79 persen per tahun. Pertumbuhan ekonomi tahun 2000 sebesar 4.4 persen, tahun 2001 sebesar 3.3 persen, tahun 2002 sebesar 3.9 persen, tahun 2003 sebesar 3.8 persen, tahun 2004 sebesar 4.1 persen, tahun 2005 sebesar 5.6 persen, tahun 2006 sebesar 5.2 persen, tahun 2007 sebesar 6.32 persen, tahun 2008 sebesar 6.1 persen dan tahun 2009 sebesar 4.5 persen (tahun 2010 meningkat hingga mencapai 6.1 persen). Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 2004 sampai tahun 2009 lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi dunia. Daya tahan ekonomi Indonesia ternyata cukup kuat terhadap dampak krisis ekonomi dunia. Kondisi ini sangat mempengaruhi pertumbuhan pelabuhan, khususnya pelabuhan Tanjung Priok. Gambaran pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1999-2010 lebih jelasnya disajikan pada Gambar 24. 7.00% 2007 6.00% 2008 2010 2005 2006 5.00% 2000 2009 4.00% 2002 2004 2003 2001 3.00% 2.00% 1.00% 1999 0.00% Gambar 24 Pertumbuhan Ekonomi Nasional (%) (Sumber: World GDP Growth) Pertumbuhan ekonomi dunia (diukur dengan World GDP Growth) untuk periode 1999-2003 diperkirakan mencapai 3.3 persen per tahun dan untuk periode 2004-2009 mengalami peningkatan menjadi empat koma dua persen (4.2%) per tahun. Lebih jelasnya gambaran perkembangan ekonomi dunia periode 1999-2003 dan 2004-2009 disajikan pada Gambar 25. 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 3.30% 4.20% 1999-2003 2004-2009 Gambar 25 0.00% Perkembangan ekonomi dunia diukur dengan World GDP untuk periode 1999-2003 dan 2004-2009 (Sumber: World GDP Growth)