UNIVERSITAS DIPONEGORO IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PERBAIKAN PRASARANA PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR KELURAHAN TANJUNG EMAS, KOTA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
UNIVERSITAS DIPONEGORO IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. kegiatan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan,

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang

`BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pada dasarnya pembangunan dalam sektor permukiman adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penataan Gambaran Umum

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya di Kelurahan Tambak Wedi Kota Surabaya

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

Penentuan Variabel Berpengaruh dalam Pengembangan Kawasan Strategis Ekonomi Pesisir Utara pada Bidang Perikanan di Kota Pasuruan

PERAN DEVELOPER DALAM PENYEDIAAN RUMAH SEDERHANA DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: IKE ISNAWATI L2D

BAB III DESAIN RISET III.1. Pengumpulan data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI PENGADAAN RUMAH SWADAYA OLEH MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I P E N D A H U L U A N

IDENTIFIKASI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN JALAN DAN SALURAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

KAPASITAS KELEMBAGAAN PERENCANAAN TATA RUANG DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR. Oleh: IMANDA JUNIFAR L2D005369

Penataan Lingkungan Permukiman Kumuh Di Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya Melalui Pendekatan Partisipasi Masyarakat

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BAB III METODE PENELITIAN. dan teknik pengumpulan data, metode dan teknik analisis data, serta metode dan

Gambar 4 Peta Lokasi Penelitian.

ARAHAN PERBAIKAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT DI KELURAHAN TLOGOPOJOK (KABUPATEN GRESIK)

Arahan Penataan Lingkungan Kawasan Perumahan Swadaya Di Kelurahan Tambak Wedi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN METODOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. besar, dimana kondisi pusat kota yang demikian padat menyebabkan terjadinya

MOTIVASI MASYARAKAT BERTEMPAT TINGGAL DI KAWASAN RAWAN BANJIR DAN ROB PERUMAHAN TANAH MAS KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

MEMORANDUM PROGRAM SANITASI Program PPSP 2015

31 kegiatan yang menyebabkan kerusakan di hulu DAS dan juga melihat bagaimana pemangku kepentingan tersebut melakukan upaya penyelamatan hulu DAS Cita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI

3 METODE Rancangan Penelitian

BAB III METODE KAJIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI PERAN DAN MOTIVASI STAKE HOLDER DALAM PENYEDIAAN PRASARANA PERMUKIMAN DI WILAYAH PERBATASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

PRASARANA DAN SARANA PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang terletak di bantaran Sungai Deli, Kelurahan Kampung Aur, Medan. Jika

BAB I PENDAHULUAN. karena kawasan ini merupakan pusat segala bentuk aktivitas masyarakat. Pusat

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

5.1. Area Beresiko Sanitasi

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 3 METODOLOGI. 47 Universitas Indonesia

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH KONVERSI LAHAN TERHADAP HARGA JUAL RUMAH UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KECAMATAN TEMBALANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermukim pun beragam. Besarnya jumlah kota pesisir di Indonesia merupakan hal

SIDANG UJIAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RENCANA DETAIL TATA RUANG (RDTR) IBUKOTA KECAMATAN TALANG KELAPA DAN SEKITARNYA

III METODE PENELITIAN

Untuk Pemerintah Kota/Kabupaten BANTUAN STIMULAN PENINGKATAN KUALITAS PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH (BSPK) TAHUN ANGGARAN...

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SEMARANG

DAMPAK KERUSUHAN MALUKU TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI STAKEHOLDER PENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA PANTAI NAMALATU KOTA AMBON TUGAS AKHIR

terkonsentrasi di kawasan pantai Salah satu permasalahan dalam pembangunan kota Ternate : Berkembangnya penduduk yang

BAB III METODE PENELITIAN

Interpretasi dan Uji Ketelitian Interpretasi. Penggunaan Lahan vii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Permukiman adalah kawasan lingkungan hidup baik di perkotaan maupun di

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH ROB TERHADAP DISTRIBUSI LOGISTIK KOMODITAS BUAH DAN SAYUR DI KAWASAN PASAR JOHAR SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh besarnya tingkat pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman,

BAB III METODE PENELITIAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Soge, Desa Sidomulyo, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

METODE PENELITIAN. Tempat dan Waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Moleong (2012: 6) mengemukakan pengertian metode penelitian kualitatif sebagai berikut:

Studi Peran & Efektifitas RTH Publik di Kota Karanganyar Isnaeny Adhi Nurmasari I BAB I PENDAHULUAN

Pada akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan Laporan Akhir Sementara ini.

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI BERMUKIM BERDASARKAN PERSEPSI PENGHUNI PERUMAHAN FORMAL DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA

Transkripsi:

UNIVERSITAS DIPONEGORO IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PERBAIKAN PRASARANA PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR KELURAHAN TANJUNG EMAS, KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: NI MAH MAHNUNAH L2D 007 040 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEMARANG JUNI 2011

ABSTRAK Kawasan pesisir merupakan lokasi yang strategis dan dekat dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan, oleh karena itu para nelayan memilih kawasan pesisir sebagai tempat tinggalnya. Lebih dari empatbelas juta penduduk atau sekitar 7,5% dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan yang ada di kawasan pesisir (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Sebagian besar permukiman di kawasan pesisir yang ada di Indonesia dalam kondisi yang kurang layak huni. Dalam perkembangannya, permukiman kumuh di kawasan pesisir Kota Semarang semakin berkembang seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di kawasan pesisir. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Ridlo, Universitas Sultan Agung Semarang pada tahun 2002 menyebutkan bahwa 13 titik lokasi permukiman kumuh berada di Kecamatan Semarang Utara yang salah satu titik tersebut berada di Kelurahan Tanjung Emas. Semarang bagian utara menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang karena kawasan dekat pantai menjadi pusat perdagangan dan industri yang menarik orang untuk datang dan bekerja.mereka kemudian mencari tempat tinggal seadanya di dekat pabrik atau pantai, kemudian sedikit demi sedikit permukiman kumuh terbentuk. Berbagai kebijakan pemerintah dalam penanganan permukiman kumuh telah ditetapkan yang salah satunya yaitu Program perbaikan Kampung yang pada dasarnya ditik beratkan pada pembangunan fisik. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka diperlukan identifikasi implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh yang di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Kota Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, maka sasaran yang dilakukan identifikasi program perbaikan prasarana permukiman kumuh, identifikasi peran stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh, analisis manfaat yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir dan analisis implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh, serta merumuskan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil studi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif mengunakan wawancara yang ditujukan kepada pihak-pihak instansi pemerintah daerah yang terkait dan tokoh masyarakat dan kuesioner yang ditujukan kepada masyarakat di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Substansi yang dianalisis adalah implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh. Output penelitian ini adalah dapat diketahui pelaksanaan kegiatan perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas meliputi peninggian dan pemavingan jalan, renovasi WC, pembuatan jamban umum, pembuatan talud dan pemeliharaan saluran. Kegiatan peninggian dan pemavingan jalan merupakan kegiatan yang bersifat konsisten dilakukan karena karakteristik fisik alam di kawasan pesisir selalu mengalami penurunan muka tanah. Pada prinsipnya model implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas mendekati model pola Bottom-Topper, sedangkan peta implementasi kebijakan, secara umum mendekati model Merilee S Grindle yaitu terletak di mekanisme paksa dan pada mekanisme pasar. Rekomendasi yang dibuat yaitu peningkatan kualitas pemberdayaan masyarakat, peningkatan kinerja pemerintah daerah, meningkatkan kepekaan tanggung jawab sosial bagi swasta, dan meningkatkan aktivitas peduli lingkungan untuk wilayah yang membutuhkan peningkatan kualitas SDM bagi akademisi. Kata Kunci: Kebijakan, prasarana permukiman kumuh, kawasan pesisir

DAFTAR ISI ABSTRAK...v KATA PENGANTAR...vi DAFTAR ISI...vii DAFTAR TABEL...x DAFTAR GAMBAR...xii DAFTAR LAMPIRAN...xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Perumusan Masalah...3 1.3 Tujuan dan Sasaran...4 1.3.1 Tujuan...4 1.3.2 Sasaran...4 1.4 Ruang Lingkup Studi...4 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah...5 1.4.2 Ruang Lingkup Materi...6 1.4.3 Definisi Operasional...7 1.5 Manfaat Penelitian...8 1.6 Keaslian Penelitian...8 1.7 Posisi Penelitian dalam Perencanaan wilayah dan Kota...10 1.8 Kerangka Penelitian...11 1.9 Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian...13 1.9.1 Pendekatan Penelitian...13 1.9.2 Obyek Penelitian...14 1.9.3 Tahapan Penelitian...15 1.10 Sistematika Penulisan...21 BAB II TINJAUAN LITERATUR KEBIJAKAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR 2.1 Wilayah Pesisir...22 2.1.1 Definisi Wilayah Pesisir...22 2.1.2 Karakteristik Wilayah Pesisir...23

2.1.3 Aktivitas Pengembangan Permukiman di Wilayah Pesisir...24 2.2 Permukiman Kumuh...24 2.2.1 Pengertian Permukiman Kumuh...24 2.2.2 Karakteristik Permukiman Kumuh...25 2.3 Peran Stakeholder dalam Penanganan Permukiman Kumuh...26 2.4 Model yang Telah Dilakukan dalam Penanganan Permukiman Masyarakat Miskin...27 2.5 Kebijakan...30 2.5.1 Pengertian Kebijakan...30 2.5.2 Implementasi Kebijakan...33 2.5.2.1 Model-model Implementasi Kebijakan...34 2.5.2.4 Evaluasi Implementasi Kebijakan...38 2.6 Variabel Penelitian...39 BAB III GAMBARAN UMUM PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR KELURAHAN TANJUNG EMAS KOTA SEMARANG 3.1 Letak Geografis dan Administratif Kota Semarang...43 3.2 Kondisi Fisik Alam Wilayah Pesisir Kota Semarang...45 3.3 Kondisi Kependudukan di Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang...47 3.4 Kondisi Perekonomian Kota Semarang...48 3.5 Kondisi Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang...50 3.6 Permasalahan Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir Kota Semarang...53 3.7 Kebijakan Penanganan Permukiman Kumuh di Kota Semarang...56 3.8 Rencana Program Penanganan Permukiman Kumuh di Kota Semarang...57 3.9 Program Perbaikan Prasarana Permukiman di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas...59 3.9.1 Program Perbaikan Prasarana Jalan di Kelurahan Tanjung Emas...59 3.9.2 Program Perbaikan Prasarana Drainase di Kelurahan Tanjung Emas...61 3.9.3 Program Perbaikan Prasarana Sanitasi di Kelurahan Emas...62 3.10 Bentuk dan Struktur Kelembagaan Pemerintah Daerah dalam Penanganan Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas...63

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PERBAIKAN PRASARANA PERMUKIMAN DI KAWASAN PESISIR KELURAHAN TANJUNG EMAS, KOTA SEMARANG 4.1 Analisis Program-program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas...65 4.2 Analisis Peran stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas...91 4.3 Analisis Kepentingan dan Manfaat yang Diperoleh Masyarakat Di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas...104 4.4 Analisis implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas...110 BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan...119 5.2 Rekomendasi...120 DAFTAR PUSTAKA...117 Lampiran-lampiran...125

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Turner definisi permukiman kumuh merupakan suatu kawasan hunian dengan sarana penunjang yang tidak layak atau tidak ada samasekali (Turner, 1972). Yudohusodo mendeskripsikan permasalahan permukiman kumuh terutama di kota-kota besar disebabkan oleh rendahnya penghasilan masyarakat, sehingga bagi masyarakat berpenghasilan rendah sangat sulit untuk memperoleh rumah yang layak huni. Selain itu pesatnya arus urbanisasi dari pedesaan ke perkotaan juga menjadi pemicu munculnya permukiman kumuh. Hal ini dikarenakan mahalnya harga lahan yang tidak dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah sehingga mereka terpaksa berdesak-desakkan atau hidup berdempetan (Yudohusodo, 1991:29). Persoalan perumahan dan permukiman sesungguhnya tidak terlepas dari dinamika yang terjadi dalam kehidupan masyarakat maupun kebijakan pemerintah didalam mengelola perumahan dan permukiman. Penyusunan arahan dalam penyelenggaraan perumahah dan permukiman secara lebih komprehensif telah dilakukan sejak Pelita V dalam bentuk Kebijaksanaan dan strategi nasional perumahan. Namun pada kenyataannya setiap program yang diberikan pemerintah tidak dapat secara tuntas dalam mengatasi permasalahan permukiman kumuh, sedangkan usaha dari masyarakat belum ada kesadaran untuk dapat memperbaiki kawasan kumuh tersebut menjadi kawasan yang layak huni. Sebagian besar kawasan permukiman kumuh berada di wilayah pesisir. Hal ini dikarenakan wilayah pesisir merupakan lokasi yang strategis dan dekat dengan mata pencaharian utama sebagai nelayan, oleh karena itu para nelayan memilih kawasan pesisir sebagai tempat tinggalnya. Wilayah pesisir merupakan interface antara kawasan laut dan darat yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lainnya, baik secara biogeofisik maupun sosial ekonomi, wilayah pesisir mempunyai karakteristik yang khusus sebagai akibat interaksi antara proses-proses yang terjadi di daratan dan di lautan ke arah darat. Lebih dari empatbelas juta penduduk atau sekitar 7,5% dari total penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada kegiatan yang ada di kawasan pesisir (Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003). Kawasan permukiman di wilayah pesisir akhirnya berkembang di kawasan konservasi ke arah pantai dan menjadi kawasan kumuh. Secara umum tingkat kesadaran dari pihak pemerintah dan masayarakat belum mencerminkan keinginan yang mendalam untuk menciptakan kondisi lingkungan disekitarnya menjadi lebih sehat dan layak huni serta ketidakmampuan peraturan pemerintah daerah sebagai pengendali dalam penyediaan hunian dan pelayanannya. 1

2 Kota Semarang merupakan salah satu kota yang sebagian wilayahnya merupakan wilayah pesisir. Kota Semarang juga merupakan kota yang masih banyak mempunyai permasalahan dalam hal permukiman yaitu adanya permukiman kumuh yang sebagian besar berada di wilayah Kota Semarang bagian utara. Jumlah permukiman kumuh saat ini merebak di puluhan titik lokasi yang sebagian besar berada di kawasan pesisir. Hasil penelitian Agung Ridlo, Universitas Sultan Agung Semarang tahun 2002 menyebutkan bahwa 13 titik lokasi permukiman kumuh berada di Kecamatan Semarang Utara, dimana salah satu titik permukiman kumuh berada di Kelurahan Tanjung Emas. Daerah Semarang bagian utara menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang karena wilayah tersebut dekat dengan pantai yang menjadi pusat perdagangan dan industri yang menarik orang untuk datang dan bekerja. Para pekerja tersebut kemudian mencari tempat tinggal seadanya di dekat pabrik, sehingga sejalan dengan perkembangan kawasan tersebut maka sedikit demi sedikit permukiman kumuh terbentuk. Penanganan permukiman kumuh di Kota Semarang merupakan bagian dari program penanggulangan kemiskinan yang mengacu pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 4 Tahun 2008 tentang Penanggulangan Kemiskinan di Kota Semarang. Dalam peraturan ini disebutkan bahwa penanggulangan kemiskinan di Kota Semarang dilaksanakan oleh TKPKD (Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah) yang dibentuk dalam rangka efektivitas dan efisiensi. TKPKD Kota Semarang terdiri dari SKPD Dunia Usaha, perguruan tinggi, organisasi nonpemerintah, serta pemangku kepentingan lainnya. Tugas TKPKD yaitu melakukan langkahlangkah kongkrit untuk mempercepat pengurangan jumlah penduduk miskin melalui koordinasi dan sinkronisasi penyusunan dan pelaksanaan kebijakan penanggulangan kemiskinan. Kebijakan penanggulangan kemiskinan ini secara langsung mempengaruhi keberadaan permukiman kumuh yang terdapat di kawasan pesisir Kota Semarang. Berbagai kebijakan pemerintah dalam penanganan permukiman kumuh telah ditetapkan yang salah satunya yaitu Program perbaikan Kampung (KIP) yang pada dasarnya dititik beratkan pada pembangunan fisik. Pemerintah selaku pengelola wilayah bertanggung jawab terhadap penyediaan pelayanan prasarana yang merupakan kebutuhan dasar suatu kawasan. Begitu pula untuk kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, berbagai program perbaikan prasarana permukiman telah di implementasikan. Namun implementasi program perbaikan prasarana tersebut seperti jalan dan drainase dirasa kurang optimal sehingga masih sering terjadi banjir rob atau pasang surut. Akibatnya permasalahan prasarana permukiman di kawasan Tanjung Emas hingga saat ini masih belum dapat teratasi secara tuntas. Oleh karena itu, studi tentang kebijakan program perbaikan prasarana di permukiman kumuh kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Kota Semarang perlu dikaji karena untuk mengetahui sejauh mana implementasi kebijakan program perbaikan prasarana dari pemerintah

3 daerah sebagai salah satu kebijakan penanganan permukiman kumuh di kawasan pesisir. Permasalahan permukiman kumuh di kawasan pesisir Kota Semarang masih manjadi tantangan dalam pembangunan nasional dan perlu mendapatkan perhatian khusus. Tantangan yang dimaksud merupakan bagaimana suatu permukiman pesisir dikatakan layak huni dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir pada khususnya. Dengan demikian diperlukan kebijakan penanganan permukiman kumuh di kawasan pesisir yang lebih terarah, konsisten, dan sesuai dengan kebutuhan bermukim bagi masyarakat pesisir. 1.2 Perumusan Masalah Kota Semarang merupakan salah satu kota besar yang tidak terlepas dari permasalahan permukiman kumuh terutama di kawasan pesisir. Jumlah permukiman kumuh di kawasan pesisir Kota Semarang cenderung meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan semakin berkembangnya aktivitas kawasan pesisir. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung Ridlo, Universitas Sultan Agung Semarang pada tahun 2002 menyebutkan bahwa 13 titik lokasi permukiman kumuh berada di Kecamatan Semarang Utara. Berdasarkan hasil studi yang sama menyebutkan bahwa daerah Semarang bagian utara menjadi daya tarik tersendiri bagi para pendatang, karena wilayah tersebut menjadi pusat perdagangan dan industri yang menarik orang untuk datang dan bekerja. Para pendatang kemudian mencari tempat tinggal seadanya di dekat pabrik atau pantai, sehingga sedikit demi sedikit permukiman kumuh terbentuk (www.suaramerdeka.com/42 titik jadi sasaran permukiman kumuh). Bertambahnya titik-titik lokasi permukiman kumuh di kawasan pesisir Kota Semarang tidak terlepas dari kebijakan pemerintah daerah didalam mengelola permukiman. Pendekatan pembangunan dalam penanganan permukiman kumuh dilakukan melalui program perbaikan kampung (KIP) yang pada dasarnya dititikberatkan pada pembangunan fisik. Pemerintah selaku pengelola wilayah bertanggung jawab terhadap penyediaan pelayanan prasarana yang merupakan kebutuhan dasar suatu kawasan. Begitu pula untuk kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, berbagai program perbaikan prasarana permukiman telah di implementasikan, namun implementasi program perbaikan kondisi fisik tersebut seperti jalan dan drainase dirasa kurang memadai akibat adanya banjir rob atau pasang surut. Sehingga permasalahan prasarana permukiman di kawasan Tanjung Emas hingga saat ini masih belum dapat teratasi secara tuntas. Untuk itu dalam penelitian ini diperlukan studi mendalam mengenai implementasi program perbaikan prasarana di permukiman kumuh kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Kota Semarang. Dalam studi ini lebih mengarah pada seberapa besar implementasi kebijakan program perbaikan prasarana sebagai salah satu program penanganan permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas.

4 Dari perumusan masalah diatas, maka dimunculkan pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana implementasi Kebijakan Program Perbaikan Prasarana Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang? 1.3 Tujuan dan Sasaran 1.3.1 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang. 1.3.2 Sasaran Sasaran yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi program-program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. 2. Identifikasi peran stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. 3. Analisis manfaat yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. 4. Analisis implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. 5. Merumuskan kesimpulan dan rekomendasi berdasarkan hasil studi. 1.4 Ruang Lingkup Studi Ruang lingkup penelitian merupakan batasan kajian dalam penelitian yang terdiri dari ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi. Lokasi penelitian difokuskan pada kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, sedangkan batasan materi studi pada implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh. Untuk lebih jelasnya ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup materi dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 berikut ini:

5 Kebijakan program perbaikan prasarana permukiman Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas Kota Semarang Permukiman Kumuh Implementasi Kebijakan Program Perbaikan PrasaranaPermukiman Kumuh Penanganan Permukiman Kumuh Sumber : Analisis Penyusun, 2011 Gambar 1.1 Ruang lingkup penelitian 1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini yaitu Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang yang difokuskan pada kawasan pesisir. Pemilihan wilayah studi ini dilatarbelakangi oleh semakin bertambahnya titik lokasi permukiman kumuh di kawasan pesisir. Pada tahun 1963 terdapat 21 lokasi permukiman kumuh (slums and squatters), data penelitian tahun 2002 menunjukkan jumlah itu meningkat menjadi 42 lokasi dimana salah satu lokasi permukiman kumuh tersebut berada di Kelurahan Tanjung Emas. Selain itu Kawasan Pesisir di Kelurahan Tanjung Emas juga merupakan pusat industri dan perdagangan di Kota Semarang yang telah menarik orang untuk datang dan bekerja. Permasalaahn ini menarik untuk diteliti mengenai seberapa besar implementai program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang. Berikut adalah peta administrasi Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang.

6 Sumber: Bappeda Kota Semarang Tahun 2010 Gambar 1.2 Peta Administrasi Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang 1.4.2 Ruang Lingkup Materi Studi ini dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mengidentifikasi implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang. Ruang lingkup materi dalam penyusunan laporan penelitian ini adalah identifikasi implementasi program penanganan permukiman kumuh yang dilihat dari aspek prasarana wilayah. dalam hal ini Pemerintah daerah menjadi fokus utama karena peran pemerintah daerah mempunyai kekuatan (power) dalam membuat kebijakan dan pelaksana kebijakan. Kedalaman penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : Identifikasi program-program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas Materi tersebut berisi tentang kegiatan-kegiatan perbaikan prasarana permukiman yang telah dilaksanakan di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Prasarana yang dimaksud yaitu meliputi jalan, drainase dan sanitasi. Keluaran yang diharapkan adalah mengetahui kegiatan-

7 kegiatan perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas selama tiga tahun terakhir, yaitu dari tahun 2008 hingga tahun 2010. Identifikasi peran stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas Materi tersebut berisi tentang siapa saja stakeholder yang terlibat dan bagaimana perannya dalam perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Keluaran yang diharapkan adalah mengetahui siapa dan bagaimana peran dari masing-masing stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Analisis manfaat yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Materi tersebut berisi mengenai manfaat apa saja yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Keluaran yang diharapkan adalah dapat mengetahui apakah program yang diberikan oleh pemerintah sudah sesuai dengan kepentingan masyarakat dan seberapa besar manfaat yang diperoleh masyarakat dari program tersebut di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Analisis implementasi program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas Meteri tersebut berisi tentang proses pelaksanaan kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Keluaran yang diharapkan adalah dapat mengetahui model dari implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Dari materi yang telah dijabarkan diatas, output dari penelitian yang diharapkan adalah dapat mengidentifikasi sejauh mana implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang. 1.4.3 Definisi Operasional Untuk menyamakan persepsi dan pandangan antara penulis dengan pembaca mengenai variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya definisi operasional yang membatasi pengertian dan lingkup dari setiap variabel sehingga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya perbedaan pemahaman terhadap variabel yang dimaksud. Menurut Nazir (1988:152), definisi operasional merupakan definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberi arti, atau merincikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 1988:152). Adapun beberapa definisi operasional yang terkait dengan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

8 TABEL I.1 DEFINISI OPERASIONAL No. Istilah Definisi Operasional 1. Kawasan Pesisir Peralihan antara laut dan daratan, kearah darat mencakup daerah yang masih terkena percikan air laut atau pasang surut, dan kearah laut meliputi daerah paparan benua (continental shelf) (Beatley at al., 1994 dalam Dahuri et al.,2001) 2. Permukiman kumuh Kawasan hunian yang dihuni oleh kelompok berpenghasilan rendah, memiliki kepadatan yang sangat tinggi, dan kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak layak untuk mendukung kehidupan kelompok tersebut. 3. Kebijakan Secara umum pengertian kebijakan tersebut meliputi gagasan sebagai berikut (Tangkilisan, 2003:120); 1. Tindakan bertujuan, yang diarahkan terhadap masalah dan tujuan; 2. Tindakan yang diambil oleh dinas-dinas pemerintah, atau kolektivitas yang bisa didefinisikan sebagai dinas pemerintah 3. Aturan yang merincikan siapa harus melakukan apa, kapan, mengapa dan bagaimana; 4. Perangkat yang memberikan insentif dan motivasi agar individu lakukan perilaku pilihan kebijakan; 5. Teori sebab akibat yang menghubungkan tindakan dinas untuk perilaku target atasi. 4. Implementasi kebijakan Sumber: Diolah dari berbagai sumber, 2011 Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Untuk mengimplementasikan kebijakan, maka ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program-program atau melalui formulasi kebijakan derivat atau turunan dari kebijakan tersebut (Dwijowijoto, 2003:158). 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk memberikan suatu masukan kepada Pemerintah Kota Semarang dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja pemerintah daerah dalam mengimplementasikan kebijakan penanganan permukiman kumuh terutama di kawasan pesisir Kota Semarang dan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penanganan permukiman kumuh. 1.6 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang berangkat dari permasalahanpermasalahan mengenai implementasi program perbaikan prasarana permukiman kumuh sebagai salah satu kebijakan penanganan permukiman kumuh di kawasan pesisir tersebut. Perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penekanan substansi penelitian dimana pada penelitian ini dilakukan pengkajian mengenai Kebijakan Program Perbaikan Prasarana Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang. Penelitian ini hanya memfokuskan pada kajian mengenai

9 implementasi program perbaikan prasarana permukiman. Pada dasarnya penelitian ini menjadi satu payung penelitian dengan penelitian Peningkatan Kapasitas dalam Perbaikan Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir. Untuk melihat secara jelas perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sejenis yang dilakukan sebelumnya dan posisi penelitian terhadap penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Endang Safitri TABEL I.2 KEASLIAN PENELITIAN Peneliti Judul Tujuan Metode Lokasi Output Studi Deskripsi Perumahan Kebijakan dan Kualitatif swadaya di Kelembagaan dan Kelurahan dalam komparatif Meteseh Pembangunan Perumahan Swadaya secara Berkelanjutan di Kelurahan Meteseh Muhammad Ali Chatarina A.S. Kerugian Bangunan Perumahan Akibat ROB dan Arah Kebijakan Penanganannya di Kelurahan Bandarharjo Kota Semarang Studi Karaktersitik Permukiman Kumuh Mengidentifikasi bentuk kebijakan dan peran lembaga pemerintah tingkat pusat dan daerah dalam pembangunan perumahan swadaya secara berkelanjutan di Kelurahan Meteseh Kota Semarang Mengetahui nilai kerugian pada bangunan perumahan akibta rob sehingga dapat mengakibatkan kerusakan bangunan Mengetahui karakteristik suatu permukiman Metode pengukuran kerugian Metode Pendekatan deskriptif, metode Kelurahan Bandarharj o, Kota Semarang Kel. Tanjung Emas RW XV, Kel. Bentuk kebijakan pemerintah tingkat pusat dan daerah belum mendukung pelaksanaan pembangunan perumahan secara swadaya di Kelurahan meteseh. Masyarakat melakukan pembangunan sendiri secara swadaya tanpa bantuan dari pemerintah. Peran dan fungsi lembaga belum sepenuhnya membatu. Hanya memberikan bantuan dana stimulan untuk kegiatan sosial dan ekonomi. sedangkan untuk pembangunan rumah masyarakat menerima dana mengambil sebagian dari dana tersebut. Kerugian yang dialami akibat kenaikan air laut pasarng atau rob pada Kelurahan Bandarharjo cukup besar yaitu sebesar lebih dari Rp. 16 Milyar, tetapi kerugian masih saja terjadi. Dari ketiga lokasi permukiman kumuh yang memiliki kendala/kelemahan

10 Peneliti Judul Tujuan Metode Lokasi Output Berdasarkan perbedaan Lokasinya di Kota Semarang (Kel. Tanjung Emas RW XV, Kel. Purwodinatan RW I dan RW II, Kel. Tlogomulyo RW III) kumuh dengan lokasi yang berbeda, yaitu di pusat kota, pinggiran kota, dan pinggiran pantai dan untuk mengetahui potensi, kelemahan, serta permasalahan yang ada pada masing-masing pendekatan eksploratif Purwodinat an RW I dan RW II, Kel. Tlogomuly o RW III paling besar adalah kawasan permukiman kumuh di tengah kota dengan kendala/kelemahan lebih besar daripada potensi yang dimiiki. Ahmad Rifqi Jauhari Peran Pemerintah Daerah dalam Penanganan Permukiman Kumuh di Kota Semarang Sumber : Analisis Penyusun, 2011. wilayah studi. Untuk mengevaluasi sejauhmana peran pemerintah daerah dalam penanganan permukiman kumuh di Kota Semarang Metode analisis Kualitatif Kota Semarang Penanganan permukiman kumuh merupakan persoalan multidimensi, multisektoral, dan multi-stakeholder dimana dalam penangannya diperlukan pelibatan peran berbagai stakeholder yang terkait. 1.7 Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota Posisi penelitian Kebijakan Program Perbaikan Prasarana Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang menunjukkan letak atau klarifikasi dari tema penulisan dalam bidang Perencanaan Wilayah dan Kota yang fokus pada perumahan dan permukiman. Perumahan dan permukiman merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka untuk peningkatan kualitas hidup. Perumahan dan permukiman selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk, sehingga adanya permasalahan permukiman juga tidak bisa dihindari, yang salah satunya adalah permasalahan permukiman kumuh. Aspek penting dalam penanganan permasalahan permukiman kumuh adalah kebijakan yang didalamnya terdapat program penanganan permukiman kumuh. Kebijakan penanganan permukiman yang dibahas dalam penelitian ini adalah menyangkut program-program perbaikan prasarana permukiman dan seberapa besar implementasi program perbaikan prasarana permukiman sebagai salah satu kebijakan penanganan permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang. Berikut adalah gambar posisi penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota.

11 Peningkatan kapasitas dalam Perbaikan Permukiman Kumuh Kapasitas masyarakat dalam peningkatan kualitas lingkungan permukiman kebijakan penanganan permukiman kumuh Posisi Peneliti Tipologi permukiman kumuh Model penerapan perumahan layak huni di permukiman kumuh Peningkatan Kualitas permukiman kumuh Sumber:Analisis penyusun, 2011 Gambar 1.3 Posisi penelitian 1.8 Kerangka Pemikiran Permasalahan permukiman kumuh merupakan permasalahan yang bersifat multisektoral. Salah satu hal yang mempengaruhi perkembangan permukiman kumuh terutama di kawasan pesisir adalah terkait dengan kebijakan penanganan permukiman kumuh. Pemerintah mempunyai kapasitas dalam hal menentukan, menyusun, dan mengimplementasikan kebijakan, sehingga pemerintah daerah mempunyai peranan yang penting dalam menangani permasalahan permukiman kumuh. Pendekatan pembangunan dalam penanganan permukiman kumuh dilakukan melalui program perbaikan kampung (KIP) yang pada dasarnya dititikberatkan pada pembangunan fisik. Pemerintah selaku pengelola wilayah bertanggung jawab terhadap penyediaan pelayanan prasarana yang merupakan kebutuhan dasar suatu kawasan. Dengan adanya permasalahan permukiman tersebut memunculkan pertanyaan penelitian yaitu Bagaimana implementasi Kebijakan Program Perbaikan Prasarana Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kota Semarang dengan studi kasus Kelurahan Tanjung Emas. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah daerah untuk dapat meningkatkan kapasitasnya dalam menangani permasalahan permukiman kumuh di kawasan pesisir Kota Semarang terkait dengan perumusan kebijakan penanganan permukiman kumuh, sehingga kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah daerah tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan secara optimal mampu menangani permasalahan permukiman kumuh di kawasan pesisir.

12 13 titik lokasi permukiman kumuh di kecamatan Semarang utara Input Permukiman kumuh merupakan permasalahan multisektoral Berkembangnya permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas kebijakan program perbaikan prasarana permukiann kumuh di Kawasan pesisir Kota Semarang Kawasan pesisir merupakan pusat perdagangan dan industri Implentasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang Proses Bagaimana implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiann kumuh di Kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang Tujuan: mengidentifikasi implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisisir Kelurahan Tanjung Emas Kajian literatur Analisis program-program program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Analisis peran stakeholder yang terlibat dalam program program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Emas Analisis manfaat yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas analisis implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Emas output Kesimpulan dan rekomedasi Implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Emas Kota Semarang Sumber: Analisis Penyusun, 2011 Gambar 1.4 Kerangka Pikir

13 1.9 Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1.9.1 Pendekatan Penelitian Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengkaji implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Kota Semarang. Bentuk-bentuk kebijakan tersebut yaitu berkaitan dengan program perbaikan prasarana permukiman kumuh yang merupakan upaya-upaya dari setiap instansi pemerintah daerah yang berkedudukan di tingkat Kota dan memiliki peran strategis dalam menentukan program-program perbaikan prasarana di kawasan pesisir. Untuk mencapai hasil yang diharapkan, maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode analisis deskriptif kualitatif dan statistik deskriptif untuk menjelaskan berbagai hal mengenai implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh secara lengkap dengan menggali secara langsung kepada pihak-pihak pemerintah selaku pembuat kebijakan dari berbagai instansi yang berkaitan dengan program perbaikan prasana permukiman kumuh dan masyarakat selaku penerima kebijakan di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang yaitu metode kuantitatif dengan studi kasus. Metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2008: 8). Studi kasus menurut Creswell (1994) yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Adapun justifikasi pemilihan metode kuantitatif pada penelitian ini didasarkan pada beberapa hal yaitu: 1. Penelitian yang dilakukan berusaha untuk melihat bagaimana pelaksaaan dan manfaat kebijakan program perbaikan prasarana di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas. 2. Obyek penelitian merupakan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan program perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas, sehingga peneliti harus berinteraksi langsung untuk mendapat data sebanyak-banyaknya untuk dapat diolah menjadi informasi yang rinci, detail, dan mendalam. 3. Proses penelitian yang dilakukan merupakan proses deduktif, terdapat hipotesa awal dalam penelitian serta terdapat teori yang mendasari dan dijadikan dasar dalam analisis dan tidak bersifat membentuk teori,sehingga penelitian dikategorikan sebagai penelitian kuantitatif. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dikaji berupa kegiatan, peristiwa, dan aktivitas. Adapun yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah:

14 - Program-program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. - Stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas - Manfaat yang diperoleh masyarakat dari program perbaikan prasarana permukiman di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. - Implementasi kebijakan progam perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. 1.9.2 Obyek Penelitian Obyek penelitian yang akan dijadikan sebagai obyek analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Dokumen yang berkaitan dengan program perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas, yaitu dokumen-dokumen tentang kegiatan perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas dari beberapa instansi terkait. 2. Stakeholder (Narasumber) yang terdiri dari stakeholder pemerintah dan masyarakat dengan kriteria sebagai berikut: Pemerintah Pihak pemerintah yang dipilih merupakan dinas-dinas atau instansi terkait yang memiliki program perbaikan prasarana permukiman. Dalam hal ini instansi yang ditunjuk meliputi Bappeda, Dinas Tata Kota dan Permukiman, Dinas Bina Marga, Dinas PSDA dan ESDM, serta Kelurahan Tanjung Emas dan BKM Arta Nugraha. Masyarakat Masyarakat yang dipilih memiliki kriteria sebagai berikut: - Masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan permukiman kumuh - Menguasai dan mengerti mengenai kebijakan program perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas - Berkompeten dalam masalah pembangunanan prasarana wilayah di Kelurahan Tanjung Emas - Merasakan secara langsung dampak dari pelaksanaan kebijakan program perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas 3. Kondisi lapangan yaitu lingkup spasial yang menjadi wilayah penelitian yaitu di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang

15 1.9.3 Tahapan Penelitian Tahapan penelitian merupakan langkah langkah yang dilakukan dalam menyusun studi implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang. Adapun tahapan dari penelitian ini adalah: A. Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui dua cara, yaitu teknik pengumpulan data primer melalui observasi lapangan, wawancara, dan kuesioner, serta teknik pengumpulan sekunder melalui kajian dokumen. Untuk lebih jelasnya mengenai teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Teknik pengumpulan data primer a) Observasi lapangan Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh informasi tentang gambaran yang lebih jelas terkait dengan permasalahan yang diselidiki (Nasution, 2008). Dalam hal ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat. Observasi lapangan dilakukan pengambilan gambar kondisi permukiman dan prasarana dikelurahan Tanjung Emas yang bertujuan untuk memperkuat fakta. b) Wawancara Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan wawancara yang ditujukan kepada informan yang dianggap mampu dan mengetahui permasalahan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi yang sedalamdalamnya terhadap informan dan informasi tersebut tidak diperoleh melalui data dokumen. Wawancara ini ditujukan kepada Pemerintah Daerah selaku pembuat kebijakan dari berbagai instansi yang berkaitan dengan implementasi kebijakan program perbaikan permukiman kumuh dan tokoh masyarakat di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Instansi Pemerintah Daerah yang dimaksud antara lain Dinas PSDA dan ESDM, Bappeda, Dinas Tata Kota dan Permukiman, dan Dinas Bina Marga, serta Kelurahan Tanjung Emas dan BKM. Tokoh masyarakat masyarakat yang dimaksud adalah Ketua RW di Kawasan permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Emas. Wawancara diberikan kepada pemerintah daerah dan tokoh masyarakat dengan menggunakan teknik purposive sampling. c) Kuesioner Kuesioner merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang dirinya atau hal-hal yang ia ketahui (Nasution, 2008). Kuesioner dalam penelitian ini, digunakan untuk mengetahui manfaat yang diperoleh masyarakat dari implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Kuesioner yang

16 disebarkan merupakan kuesioner tertutup. Pertanyaan tertutup dipilih untuk meramalkan terlebih dahulu jawaban yang akan keluar, khususnya untuk jawabanjawaban yang mudah dikategorisasikan. Penelitian ini juga tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat untuk memberikan sejumlah pendapat yang nantinya dapat mendukung informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Kuesioner diberikan kepada masyarakat di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Emas yang merasakan manfaat kebijakan secara langsung. B. Teknik Sampling Dalam penelitian mengenai implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang dilakukan dengan menggunakan teknik sampling untuk memudahkan pelaksanaan penelitian di lapangan khususnya dalam melakukan penyebaran wawancara dan kuesioner terhadap responden. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dimana dengan teknik ini tidak memberi kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih, karena dalam penelitian ini populasi yang dipakai adalah masyarakat di kawasan permukiman kumuh Kelurahan Tanjung Emas. Non probability sampling tersebut dilakukan dengan menggunakan purposive sampling dengan mengambil orang-orang yang terpilih/responden berdasarkan hal-hal yang terkait dengan populasi penelitian yaitu terkait dengan program perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas. Oleh karena itu dalam mengarahkan penelitian, penentuan sampelnya ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut: - Pemerintah daerah Pemerintah daerah memiliki kapasitas dalam pengambilan keputusan dan pembuat program kebijakan dalam penanganan permukiman kumuh. Penentuan sampel untuk pemerintah daerah yang diambil adalah instansi-instansi yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Emas yang meliputi Dinas PSDA dan ESDM, Bappeda, Dinas Tata Kota dan Permukiman, Dinas Bina Marga, dan Kelurahan Tanjung Emas. - Masyarakat Masyarakat merupakan obyek sasaran dari kebijakan penanganan permukiman kumuh. Dalam hal ini pendapat masyarakat digunakan untuk melihat kesesuaian dan manfaat dari kebijakan program perbaikan permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Masyarakat umum yang menjadi responden diklasifikan menjadi dua yaitu tokoh masyarakat dan masyarakat umum yang merasakan secara langsung dampak dari kebijakan program perbaikan prasarana permukiman. Tokoh masyarakat yang menjadi

17 responden adalah ketua RW di kawasan permukiman kumuh dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, sedangkan masyarakat yang merasakan dampak program perbaikan prasarana dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Dalam hal ini diasumsikan kawasan permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Emas terdiri dari 5 RW dengan penerima manfaat 100 kepala keluarga untuk setiap kawasan. Dari asumsi tersebut dapat diketahui jumlah responden tokoh masyarakat yang adalah 5 orang dan jumlah masyarakat merasakan dampak langsung diasumsikan 50 orang. Penentuan jumlah responden masyarakat yang merasakan dampak langsung dari program perbaikan prasarana adalah aturan sepersepuluh, dimana jumlah sampel dihitung 10% dari jumlah populasi (Nasution, 2008).Pengambilan sampel dengan aturan ini juga dikarenakan karakteristik responden bersifat homegen dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan pendidikan yang sama. C. Teknik Pengolahan Data Pada tahapan teknik pegolahan data, data yang telah didapat diolah untuk mempermudah dalam mengerjakan tahapan selanjutnya yaitu tahapan analisis data. Pengelompokan data hasil wawancara dan kuesioner yang telah dilakukan dikumpulkan menjadi satu, kemudian data diberi kode berdasarkan sumber perolehan data. Pengkodean data merupakan lagkah awal dalam pengolahan data yang bertujuan untuk memudahkan dalam membaca data karena data telah dikelompokkan berdasarkan masing-masing kategori, dan lebih lanjut akan dapat mempermudah analisis data. Kode yang dibuat mencerminkan teknik pengumpulan datanya, yaitu untuk Wawancara (W), Kuesioner (Q), Observasi (O), dan Kajian Dokumen (D). setelah dilakukan pengelompokan data, dilanjutkan pada proses penyajian data. Kegiatan penyajian data dilakukan dengan tujuan untuk memudahkan pembaca data dengan cara memvisualisasikan data, sehingga data akan menjadi lebih mudah untuk dipahami. Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk deskriptif, tabulasi, dan gambar. TABEL I.3 KARTU INFORMASI NO. KARTU INFORMASI KODE............... W../Q../O../D

18 Pengkodean yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menyusun kode yang terdiri dari 3 bagian keterangan yang dibatasi dengan garis miring. a.../b.../c... Keterangan: Bagian a Bagian b Bagian c : untuk menunjukkan jenis informasi yang diberikan dan cara perolehan data/informasi : untuk menunjukkan jenis responden : untuk menunukkan nomor responden D. Teknik Analisis Pada dasarnya metode penelitian yang digunakan untuk mengkaji kebijakan penanganan permukiman kumuh ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif, sedangkan metode analisisnya yaitu menggunakan teknik analisis deskriptif. Menurut Sugiyono adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus maka terdapat tahapan dalam melakukan analisis. Adapun tahapan dalam melakukan analisis yaitu (Cresswell, 1994): 1. Mengorganisir informasi. 2. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode 3. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya 4. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori 5. Peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain. 6. Menyajikan secara naratif. Analisis yang akan dilakukan dalam penelitian implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dan deskriptif kualitatif. E. Kerangka Analisis Pada dasarnya, tahapan analisis data ini meliputi tiga tahapan, yaitu inventarisasi data sesuai dengan kebutuhan, proses pengolahan data itu sendiri, serta rekapitulasi data hasil pengolahan menjadi informasi-informasi yang mampu menjawab pertanyaan penelitian. Adapun analisis-analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

19 1. Analisis program-program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kegiatan-kegiatan perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Emas. Data mengenai kegiatan-kegiatan perbaikan prasarana permukiman kumuh dapat diperoleh melalui telah dokumen dan wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat dari berbagai instansi pemerintah di Kota Semarang. 2. Analisis peran stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keterlibatan berbagai stakeholder dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Data mengenai peran stakeholder dapat diperoleh melalui telaah dokumen dan wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh dari berbagai instansi pemerintah di Kota Semarang. 3. Analisis manfaat yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas Analisis ini dilakukan untuk mengetahui manfaat yang dapat dirasakan oleh masyarakat dengan adanya kegiatan perbaikan prasarana permukiman. Data mengenai manfaat yang diperoleh masyarakat dapat diperoleh melalui telaah dokumen, wawancara, dan kuesioner kepada masyarakat di Kelurahan Tanjung Emas. 4. Analisis implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir di Kelurahan Tanjung Emas Analisis ini dilakukan untuk mengetahui model implementasi kebijakan perbaikan prasarana permukiman dalam upaya penanganan permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas. Pada dasarnya analisis ini merupakan sintesis dari analisis sebelumnya yaitu analisis program perbaikan prasarana, analisis stakeholder, dan analisis manfaat. Data mengenai implementasi kebijakan program perbaikan prasarana prmukiman dapat diperoleh melalui telaah dokumen dan wawancara kepada pihak-pihak yang terlibat dalam program penanganan permukiman kumuh dari berbagai instansi pemerintah di Kota Semarang dan masyarakat di Kelurahan Tanjung Emas.

20. Masukan Proses Keluaran Permasalahan Penanganan Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang Program-program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kelurahan Tanjung Emas: Jenis program Tujuan Program Inisiasi Progran Regulasi pemerintah Lokasi kegiatan Waktu pelaksanan Pembiayaan program Dengan menggunakan Analisis deskriptif statistik berdasarkan telaah dokumen dan wawancara Analisis program-program perbaikan prasarana permukiman kumuh Program-program yang telah ditetapkan oleh berbagai instansi pemerintah daerah terkait dengan kegiatan perbaikan prasarana permukiman kumuh Jalan Drainase Sanitasi peran stakeholder yang terlibat dalam Program perbaikan prasarana permukiman kumuh: Pembuat kebijakan Pelaksana kebijakan Pengawas kegiatan Dengan menggunakan Analisis deskriptif kualitatif berdasarkan telaah dokumen dan wawancara Analisis peran stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana permukiman kumuh Peran masing-masing stakeholder yang terlibat program perbaikan prasarana permukiman kumuh Manfaat yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir Kepentingan masyarakat Manfaat yang diperoleh masyarakat Dengan menggunakan Analisis deskriptif kualitatif berdasarkan telaah dokumen dan wawancara Analisis manfaat yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir Manfaat yang diperoleh masyarakat pesisir Proses Pelaksanaan Kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh: Model implementasi kebijakan Dengan menggunakan Analisis deskriptif kualitatif dan statistik deskriptif berdasarkan telaah dokumen dan wawancara Analisis Implementasi Kebijakan Program Perbaikan Permukiman kumuh Proses pelaksanaan kebijakan program perbaikan permukiman kumuh Implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di Kawasan Pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota semarang Sumber : Analisis Penyusun, 2011 GAMBAR 1.5 KERANGKA ANALISIS PENELITIAN Kesimpulan dan Rekomendasi

21 1.10 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan Proposal Tugas Akhir adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup, keaslian penelitian, Posisi Penelitian dalam Perencanaan Wilayah dan Kota, kerangka pikir, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN LITERATUR KEBIJAKAN PENANGANAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR Bab ini berisi tentang literatur-literatur yang terkait dengan definisi wilayah pesisir, karakteristik wilayah pesisir, aktivitas pengembangan permukiman di Wilayah Pesisir, pengertian permukiman kumuh, karakteristik permukiman kumuh, klasifikasi permukiman kumuh, peran stakeholder dalam penanganan permukiman kumuh, model yang telah dilakukan dalam penanganan permukiman masyarakat miskin, pengertian kebijakan, implementasi kebijakan, dan variabel penelitian. BAB III GAMBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR KELURAHAN TANJUNG EMAS, KOTA SEMARANG Bab ini berisi tentang gambara umum permukiman kumuh di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, Kota Semarang, bentuk-bentuk kebijakan penanganan permukiman kumuh di Kota Semarang, dan kegiatan perbaikan prasarana permukiman di Kelurahan Tanjung Emas. BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM PERBAIKAN PRASARANA PERMUKIMAN KUMUH DI KAWASAN PESISIR KELURAHAN TANJUNG EMAS Bab ini berisi tentang analisis program perbaikan prasarana di Kelurahan Tanjung Emas, analisis stakeholder yang terlibat dalam program perbaikan prasarana di Kelurahan Tanjung Emas, analisis manfaat yang diperoleh masyarakat di kawasan pesisir Kelurahan Tanjung Emas, dan analisis implementasi kebijakan program perbaikan prasarana permukiman kumuh di kawasan pesisir di Kelurahan Tanjung Emas. BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi yang dapat diberikan berdasarkan analisis yang telah dilakukan.