FASILITASI UDARA DIREKTUR ANGKUTAN UDARA. Rapat Koordinasi FAL ke- 7 Yogyakarta, 20 April 2016

dokumen-dokumen yang mirip
Rapat Koordinasi Ditjen Perhubungan Udara Agustus 2017

Udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal;

KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH IV BALI, AGUSTUS 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

Posisi Dinas Perhubungan Provinsi dalam Komite Fasilitasi (FAL) Bandar Udara

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH I DITJEN PERHUBUNGAN UDARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN RAKOR FASILITASI (FAL) UDARA

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH II KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA YOGYAKARTA, 21 S.D 22 APRIL 2016

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 104 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

RAPAT KOORDINASI KOMITE NASIONAL FASILITASI (FAL) UDARA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 61 TAHUN 2015 TENTANG FASILITASI (FAL) UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 541 TAHUN 2014 TENTANG FASILITAS KEGIATAN FAL (FACILITATION) DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL

1. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat SUBSTANSI MATERI

NOMOR : KP 261 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR KP 104 TAHUN 2017 TENTANG

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Bab IV huruf A angka 2 huruf a dan b

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PANDUAN PRATIKUM KESEHATAN INTERNASIONAL DAN KARANTINA

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 274 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN & SARAN

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mendukung kegiatan Layanan Tunggal

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kekarantinaan Kesehatan di Bandar Udara

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 20 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 049 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KP 934 TAHUN 2017 TENTANG RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2017

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN DIREKTORAT JENDERAL IMIGRASI DALAM MENDUKUNG FASILITASI (FAL) UDARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Inspektur Penerbangan. Kewenangan. Perubahan.

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PENINGKATAN FUNGSI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

BAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas tempat duduk. 1. prioritas pelayanan di terminal; menyediakan fasilitas untuk penyandang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Survey Sterilisasi Bandara International sesuai standar pengawasan yang optimal dan efektif

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 503 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENILAIAN DAN PENGAWASAN PEMENUHAN

Pelayanan Kepabeanan Terhadap Barang Ekspor Fasilitas Kepabeanan dan Tidak Dipungut Cukai Pada Regulated Agent (RA)

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

Terminal penumpang bandar udara

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang Perusahaan Umum (PERUM) Lembaga Penyelenggaraan Navigasi Penerbangan Indonesia (Lembaran Negara

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

KEPPRES 112/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 181 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

2015, No Ketentuan Impor Produk Tertentu, dan mengatur kembali ketentuan impor produk tertentu; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung

PENANGANAN PENUMPANG YANG AKAN DI DEPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan penangganan pesawat udara untuk dioperasikan dan setelah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 319 TAHUN 2017 TENTANG TIM PENGAWASAN PENANGANAN BAGASI PENUMPANG DI BANDAR UDARA

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2018, No Kerja Kantor Unit Penyelenggara Bandar Udara dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 273/KMK.05/2017 tanggal 13 Maret

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/389/KPTS/013/2013 TENTANG TIM PENGAWASAN ORANG ASING PROVINSI JAWA TIMUR

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB 1 PENDAHULUAN. itu keselamatan menjadi prioritas utama dalam operasi penerbangan.

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PROGRAM KEAMANAN PENERBANGAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Transkripsi:

FASILITASI UDARA DIREKTUR ANGKUTAN UDARA Rapat Koordinasi FAL ke- 7 Yogyakarta, 20 April 2016

Suatu rangkaian kegiatan di bidang penerbangan sipil Internasional untuk mendukung kelancaran pergerakan pesawat udara, awak pesawat, penumpang dan barang, kargo,pos dan barang perbekalan pesawat serta dokumen di bandar udara internasional

1. Tujuan Program Fasilitasi Udara Nasional adalah untuk memfasilitasi pergerakan pesawat udara, awak pesawat, penumpang dan barang, kargo, pos dan barang persediaan pesawat, tanpa hambatan dan penundaan yang Mdak perlu 2. Agar semua pihak yang terkait dalam rangka penyelenggaraan FAL di Indonesia memahami ruang lingkup, prosedur dan tata cara sesuai dengan tugas, fungsi,tanggung jawab insmtusi dan penyelenggara jasa terkait

1. Undang Undang No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan 3. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 61 Tahun 2015 tentang Fasilitasi (FAL) Udara 5. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara No. KP 541 Tahun 2014 tentang Fasilitas Kegiatan Facilita'on (FAL) di Bandar Udara Internasional 6. ICAO Annex 9 FacilitaMon 7. ICAO Doc. No. 9957 tentang FAL Manual 4

Pasal 226 (1) Kegiatan pemerintahan di bandar udara melipum : a. pembinaan kegiatan penerbangan; b. kepabeanan; c. keimigrasian; dan d. kekaranmnaan. (2) Pembinaan kegiatan penerbangan di Bandar Udara, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh OTORITAS BANDAR UDARA. (3) Fungsi kepabeanan, keimigrasian, dan kekaranmnaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan pemerintahan di Bandar Udara diatur dengan Peraturan Menteri.

Harmonisasi peraturan perundangan CIQ dengan kewajiban dan rekomendasi dalam Annex 9- ICAO Keimigrasian (IMMIGRATION) Kepabeanan (CUSTOMS) KekaranMnaan (QUARANTINE) Kesehatan Ikan Hewan & Tumbuhan

KOMNASFAL UDARA Nasional Tim Teknis Komnasfal Sekretariat Komnasfal Komfalbandara 27 Bandara Bandara

Keanggotaan Komnasfal Udara (3 tahun) v v v v v v v

Keanggotaan Komfalbandara (3 tahun) Ketua Komfalbandara adalah : KEPALA KANTOR OTORITAS BANDARA pada Bandara yang di wilayahnya terdapat Kantor Otoritas Bandara atau KEPALA BANDAR UDARA pada Bandara yang dikelola pemerintah yang di wilayahnya tidak terdapat Kantor Otoritas Bandara atau KEPALA DINAS PERHUBUNGAN PROPINSI pada Bandara yang dikelola oleh Badan Usaha Bandar Udara yang di wilayahnya tidak terdapat Kantor Otoritas Bandara

Keanggotaan Komfalbandara (3 tahun) Anggota ialah wakil dari instansi- instansi sebagai berikut : Dinas Perhubungan Provinsi/Kabupaten/Kota; Bea dan Cukai Bandara; Imigrasi Bandara; KaranMna Kesehatan/Kantor Kesehatan Pelabuhan Bandara; KaranMna Hewan dan Tumbuhan Bandara; KaranMna Ikan Bandara; Pengawasan NarkoMka Daerah; Pengelola Bandara; Perusahaan penerbangan yang melayani penerbangan internasional; Perusahaan penunjang bandara / groundhandling pada Bandara yang bersangkutan.

Keanggotaan Komfalbandara Terkait Ketua dari Dishub Provinsi, berdasarkan kajian hukum Direktorat Jenderal Perhubungan Udara atas adanya UU Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, KADISHUB Provinsi dapat tetap menjadi Ketua Komfalbandara

Pengawasan kegiatan FAL di Bandara Pengawasan dilakukan Inspektur Angkutan Udara Ditjen Perhubungan Udara yaitu kegiatan Evaluasi dan Pengawasan Tujuan Pengawasan Untuk mengevaluasi keadaan di lapangan secara langsung agar dapat memberikan masukan kepada Pimpinan untuk dimndaklanjum

a. Bandara Soekarno Hatta - Tangerang, tgl 3 Juli 2015; c. Bandara Sultan Hasanuddin-Makassar, tgl 5 Juli 2015; e. Bandara Kualanamu - Medan tgl 9 Juli 2015; g. Bandara I Gusti Ngurah Rai-Denpasar, tgl 9 Juli 2015; e. Bandara Juanda - Surabaya, tgl 10 Juli 2015.

1. Penempatan dan pengoperasian Thermal Scanner kurang maksimal dan tidak dilakukan pada semua penerbangan internasional, hanya diprioritaskan pada penerbangan dari Negara wabah; 2. Petugas pengoperasian thermal scanner untuk mengarahkan penumpang tidak ada; 3. Holding Room / ruang observasi / ruang isolasi sesuai SOP tidak tersedia. 4. General Declaration bagian kesehatan tidak terisi dan tidak ada tanda tangan kapten penerbang atau crew senior serta penyerahannya tidak dilakukan per kedatangan dan keberangkatan pesawat udara 5. Petugas KKP membagikan Health Alert Card (HAC) kepada awak pesawat untuk disebarkan kepada penumpang, namun penumpang tidak terinformasi kegunaan dari HAC tersebut sehingga masih banyak penumpang yang tidak mengisi HAC. 6. Petugas KKP tidak diperbolehkan naik kedalam pesawat untuk melakukan pemeriksaan terhadap penumpang dan crew yang akan berangkat, dengan alasan akan menggangu persiapan Airline terbang. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeriksaan hanya 8 10 menit. 7. Tidak ada ambulance elektrik/fasilitas khusus untuk membawa suspect penumpang keluar menuju ke ambulance yang parkir di luar Bandara, sehingga menghindari penumpang umum lainnya tertular oleh suspect penumpang tsb

UU No.1 Tahun 2009 tentang Penerbangan Pasal 134(2) bahwa pelayanan berupa perlakuan dan fasilitas khusus bagi penyandang cacat, orang lanjut usia, anak- anak dibawah 12 tahun atau orang sakit berhak memperoleh pelayanan berupa: a. Pemberian prioritas tambahan tempat duduk; b. Penyedian fasilitas kemudahan untuk naik ke/dari turun pesawat; c. Penyedian fasilitas untuk penyandang cacat selama berada dalam pesawat udara; d. Sarana bantu bagi orang sakit; e. Penyedian fasilitas untuk anak- anak selama berada dalam pesawat udara; f. Tersedianya personil yang dapat berkomunikasi dengan penyandang cacat, lanjut usia, anak- anak dan/atau orang sakit; g. Tersedianya buku petunjuk tentang keselamatan dan keamanan penerbangan bagi penumpang pesawat udara dan sarana lain yang dapat dimengerm oleh penyandang cacat, lanjut usia, dan/atau orang sakit;

PM61/2015 tentang Fasilitasi Udara 1. Penyelenggara Bandara dan Airlines wajib memberikan bantuan khusus kepada penyandang disabilitas dan penumpang berkebutuhan khusus agar dapat menerima pelayanan yang lazim diberikan kepada masyarakat umum; 2.Penyelenggara Bandara dan Airlines wajib menyediakan akses bagi penyandang disabilitas dan penumpang berkebutuhan khusus sejak kedatangan dibandara keberangkatan hingga meninggalkan bandara tujuan; 3.Penyelenggara Bandara, Airlines, Ground Handling wajib membuat dan mempublikasikan standard pelayanan / operasi minimum bagi penyandang disabilitas dan penumpang berkebutuhan khusus untuk mendapatkan pelayanan akses dan transportasi sejak kedatangan dibandara keberangkatan hingga meninggalkan bandara tujuan; 4.Penyelenggara Bandara, Airlines, Ground Handling dan agen perjalanan wajib memberikan informasi yang dibutuhkan oleh penyandang disabilitas dan penumpang berkebutuhan khusus, dalam bentuk yang dapat digunakan oleh penyandang disabilitas kognimf dan sensoris, dan ground handling memberikan bantuan yang dibutuhkan selama perjalanan. 5.Penyelenggara Bandara, Airlines, Ground Handling wajib membuat dan berkoordinasi dalam program pelamhan agar tersedia petugas yang terlamh dalam... membantu penyandang disabilitas dan penumpang berkebutuhan khusus.

Dalam rangka mengikum perkembangan peraturan Internasional FAL, Ditjen Perhubungan Udara akmf dalam: Melakukan amendment Annex 9 (melipum amendment 23, 24 dan 25) Menghadiri ICAO FalcilitaMon Panel Menghadiri Regional Seminar ICAO FacilitaMon Audit ICAO Universal Security Audit Programme (USAP)

1. Menyusun Amendment ke- 26 Annex 9 Konvensi Chicago; 2. Adanya wacana pembentukan sistem Facilita'on Audit (FAL Audit) dengan merujuk best prac'ces pelaksanaan audit USOAP- CMA dan USAP- CMA; 3. Pelaksanaan penyediaan Advance Passenger Informa'on (API) khususnya terhadap individu- individu terduga teroris sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan PBB 2178 (2014); 4. Memasukkan kolom keterangan kewarganegaraan pada manifest penumpang

5. Adanya penyempurnaan definisi, pengaturan, dan perlakuan terkait anak di bawah umur (minors) baik yang terbang dengan pendamping maupun tanpa pendamping guna menjamin keselamatan penumpang anak di bawah umur; 6. Memuat pengaturan mengenai Enhanced PNR (Passenger Name Record), Automated Border Control, Standardized Electronic Travel Systems, dan pengembangan Passenger Data Informa'on System; 7. Usulan pembentukan sistem job- cards untuk memperjelas tugas pokok kelompok kerja FALP berikut dengan perkembangan dan hasil capaiannya (deliverables); 8. Usulan pengembangan Global Avia'on Facilita'on Plan (GAFP) dengan tujuan dan target terukur yang mencerminkan kebutuhan negara anggota dan kawasan.

Ø Audit dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober 5 November 2015 Ø 16 Protocol QuesMons terkait FAL 2 findings Findings yang harus diselesaikan: Peraturan tentang pengembalian dokumen perjalanan palsu yang disita, ke pihak yang berwenang atau perwakilan diplomamk dari Negara yang menerbitkan atau yang disebutkan dalam dokumen perjalanan tersebut CE2 (RegulaMon) Indonesia belum mempunyai peraturan nasional CE8 (ImplementaMon) Indonesia Mdak dapat mengimplementasikan karena belum adanya peraturan nasional