STUDI DESAIN DAN MOTIF HIAS BATIK GAJAH OLING PRODUKSI SANGGAR BATIK SAYU WIWIT BANYUWANGI ARTIKEL ILMIAH OLEH MUTIARA ZEHAN NIM

dokumen-dokumen yang mirip
Kerajinan Batik Tulis

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Written by Anin Rumah Batik Friday, 20 December :46 - Last Updated Friday, 20 December :57

Oleh: Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

DESKRIPSI KARYA SENI KRIYA BERJUDUL: PRADA

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

BATIK DARI INDONESIA

ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK

KEGIATAN MEMBATIK PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN (Studi Deskriptif di TK Muslimat Salafiyah Karangtengah Pemalang)

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Bangga Menggunakan Batik Tulis. PROFIL PERUSAHAAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. 1. Kedudukan Motif Batik Gajah Oling di Dalam Masyarakat Banyuwangi

PENGEMBANGAN MOTIF GURDHA DALAM KEBAYA MODIFIKASI

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

KAJIAN MOTIF BATIK KAPAL SANGGAT PADA BATIK JAMBI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BATIK TULIS KONTEMPORER DI DESA KLIWONAN KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS BERJUDUL: KELUARGA NELAYAN

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

REKAYASA PENGEMBANGAN DESAIN MOTIF BATIK KHAS MELAYU Development Engineering of Unique Design Motif Batik Melayu

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

KAJIAN TEKNIK PRODUKSI BATIK DI PERUSAHAAN BATIK DANAR HADI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN DESAIN

LAPORAN HASIL PPM PENYULUHAN KETRAMPILAN BATIK TULIS PADA KELOMPOK PKK DUSUN DERO KEPANJEN WEDOMARTANI SLEMAN YOGYAKARTA

BAB IV KAJIAN KULIT BUAH KAKAO SEBAGAI PEWARNA ALAMI PADA TEKSTIL

Penciptaan Batik Melayu Sumatera Utara

BATIK SERAGAM PESERTA DIDIK SMA N 1 JETIS BANTUL YOGYAKARTA

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Perancangan motif teratai dapat dikolaborasikan dengan lurik karena memiliki

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

BAB III PROSES PERANCANGAN. A. Bagan Pemecahan Masalah. Batik Kudus. Perancangan Motif Batik. Konsep desain

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK

STUDI TENTANG DESAIN ORNAMEN KERAMIK DI INDUSTRI KERAMIK RUMAHAN DINOYO KOTA MALANG

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

ANALISIS PERKEMBANGAN PRODUKSI INDUSTRI KERAJINAN BATIK KHAS BANYUWANGI DI DESA TAMPO KECAMATAN CLURING KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Bayu Wirawan D. S. 1, Hazbi As Siddiqi 2. Dosen Program Studi Teknik Batik, Politeknik Pusmanu

Desain Kerajinan. Unsur unsur Desain. Titik 9/25/2014

RENCANA PROGRAM PEMBELAJARAN

Kajian Estetika Corak Batik Tegal di Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan. Nur Hayati 1 Sarah Rum Handayani 2 Theresia Widiastuti 3

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Form Daftar Har. No. Nama Barang Harga (Rp) Kompor. Wajan. 12 Wajan khusus batik Wajan batik biasa Canting

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

DINAMIKA INDUSTRI KERAJINAN BATIK SAYU WIWIT DI KELURAHAN TEMENGGUNGAN KECAMATAN KOTA BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

SENI KERAJINAN BATIK TEKNIK/PROSES MEMBATIK. Oleh: ISMADI PEND. SENI KERAJINAN JUR. PEND. SENI RUPA FBS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

PROSES PEMBELAJARAN BATIK TUTUP CELUP PADA SISWA KELAS XI JURUSAN DESAIN DAN PRODUKSI KRIYA TEKSTIL DI SMK NEGERI 5 YOGYAKARTA PENGKAJIAN

MOTIF DAN PEWARNAAN BATIK TULIS DI DUSUN GIRILOYODESAWUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

KERAJINAN BATIK TULIS MADURA KARYA HAJI SADILI DI DESA PAGENDINGAN KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN. Deka Perdana Putra

PENAMAS ADI BUANA Volume 02, Nomer 2, 01 Oktober 2017

Kajian bentuk kain Donggala Netty Juliana ( ) Abstrak

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas V SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. diperlukan analisis pada permasalahan tersebut ; analisa yang pertama diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. UNESCO sejak tahun 1983 M. Taj Mahal terletak disalah satu kota di India yang

BAB IV PENUTUP. di daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bagian akhir ini penulis dapat membuat beberapa kesimpulan sebagai berikut :

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Perkembangan batik tidak hanya sampai pada pengertian dan pendapat

KAJIAN PRODUK BATIK TEKNIK MALAM DINGIN DENGAN PENDEKATAN DESAIN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dalam tesis yang berjudul Busana Adat Perkawinan Suku Gorontalo bahwa:

LAPORAN HASIL PPM JUDUL : PENYULUHAN KETRAMPILAN BATIK TULIS (Pada Ibu PKK Dusun Nayan, Maguwoharjo, Depok Sleman, Yogyakarta)

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

PENGEMBANGAN MOTIF BATIK DI UD. BATIK SATRIO MANAH KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis dari bab ke bab berikutnya yang. terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa pembagian jenis ragam

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

STUDI DESAIN DAN MOTIF HIAS BATIK GAJAH OLING PRODUKSI SANGGAR BATIK SAYU WIWIT BANYUWANGI ARTIKEL ILMIAH OLEH MUTIARA ZEHAN NIM 108251410709 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA JURUSAN SENI DAN DESAIN MEI 2012

HALAMAN PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH Nama : Mutiara Zehan NIM :108251410709 Prodi/ Jurusan : S1 Pendidikan Seni Rupa/ Seni dan Desain Telah menyelesaikan artikel ilmiah dengan judul Studi Desain dan Motif Hias Batik Gajah Produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi Malang, 25 Mei 2012 Penulis Mutiara Zehan NIM. 108251410709 Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II Drs. H. Mistaram, M.Pd, Ph.D. Drs. A.A Gde Rai Arimbawa, M.Sn. NIP. 19480710 197603 1 003 NIP. 19591101 198802 1 001

STUDI DESAIN DAN MOTIF HIAS BATIK GAJAH OLING PRODUKSI SANGGAR BATIK SAYU WIWIT BANYUWANGI Mutiara Zehan, Mistaram, A.A. Gde Rai Arimbawa Universitas Negeri Malang E-mail: mutiara_zehan@yahoo.com ABSTRAK: Batik Gajah adalah salah satu batik yang tumbuh di daerah Banyuwangi, dan menjadi motif hias khas daerah. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan mengenai desain motif batik Gajah, proses pembuatan batik Gajah, dan visualisai motif hias batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai motif batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi dan pelestarian terhadap motif Gajah Banyuwangi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dari hasil analisis ditemukan bahwa desain batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit menggunakan unsur-unsur desain yang dikomposisikan menggunakan prinsip-prinsip desain. Proses pembuatan batik Gajah terdiri dari persiapan alat dan bahan, pengolahan kain, pemotongan kain, pemindahan pola batik pada kain, proses pencantingan, proses pewarnaan, proses pelorodan. Motif batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit dibuat sesuai kriteria asli yaitu terdapat ornamen Gajah, ornamen Daun Dilem berjumlah tiga, ornamen Bunga Melati berkelopak lima, ornamen Manggar berjumlah tiga. Kata kunci: Desain, Motif Hias Batik Gajah, Sanggar, Banyuwangi Abstract: Gajah Batik is one kind of batik which is developed in Banyuwangi and becomes typical decorative motif of that particular area. The aims of this study are to describe the motif design of Gajah motif, the making process Gajah batik, and the visualization of the decorative motif of Gajah batik produced by Sayu Wiwit Batik Workshop. This study is expected to be able to provide knowledge related to the motif of Gajah batik produced by Sayu Wiwit Batik Workshop. The design of this study is qualitative research with descriptive approach. From the analysis, it was found that the design of Gajah batik produced by Sayu Wiwit Batik Workshop used the design elements combined by applying the design principles. The steps of Gajah batik making consisted of preparing the tools and materials, processing the fabrics, cutting the fabrics, transferring the batik pattern to the fabrics, applying wax, coloring, and removing wax. The motif of Gajah batik produced by Sayu Wiwit Batik Workshop was created on the basis of the original criteria, namely Gajah ornament, three-daun Dilem ornament, five-sheath jasmine ornament, and three-manggar ornament. Keywords: Design, Batik Gajah Decorative Motif, Workshop, Banyuwangi

Batik adalah salah satu dari banyak kebudayaan yang merupakn cirri identitas bangsa Indonesia. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,1984: 96) menyatakan bahwa batik sebagai kain dan sebagainya dengan cara tertentu atau mula-mula ditulis dengan atau ditera dengan lilin diwarna soga. Batik adalah lukisan atau gambar pada mori yang harus dibuat dengan menggunakan canting. Orang melukis atau menggambar atau menulis pada mori memakai canting disebut membatik (bahasa Jawa: mbatik). Membatik menghasilkan batik atau batikan berupa bermacam-macam motif dan memiliki sifat-sifat khusus yang dimiliki oleh batik itu sendiri (Hamzuri:1981: VI). Batik Banyuwangi merupakan salah satu contoh batik pesisiran. Batik pesisiran Banyuwangi mempunyai keunikan tersendiri dibandingkan batik yang ada di daerah pembuatan batik lainnya. Keunikannya terletak pada motif yang banyak mengambil motif flora dan fauna sebagai unsur alam ungkapan simbolis daerah tersebut. Salah satu motif batik Banyuwangi adalah batik Gajah. Batik Gajah merupakan batik ciri khas daerah Banyuwangi, dan diproduksi oleh beberapa pengrajin batik di Banyuwangi. Salah satu industry kerajinan yang masih mempertahankan motif tradisional batik Gajah adalah Sanggar Batik Sayu Wiwit. Sanggar Batik Sayu Wiwit masih tetap mempertahankan kriteria asli motif batik Gajah yang terdiri dari ornamen Gajah, ornamen Daun Dilem berjumlah tiga, ornamen Bunga Melati berkelopak lima dan ornamen Manggar berjumlah tiga Menurut Soedjojo (2012, http://batiksayuwiwit.blogspot.com/) dari asal katanya, kata itu merupakan gabungan kata dari gajah, dan uling, yaitu sejenis ular yang hidup di air (semacam belut). Ciri itu berbentuk seperti tanda tanya, yang merupakan bentuk belalai gajah dan sekaligus bentuk uling. Dari arti katanya, gajah yang merupakan hewan bertubuh besar, berarti maha besar. Sedangkan uling berarti eling, atau ingat. Jadi motif batik Gajah mempunyai makna sebagai refleksi dari kemakmuran masyarakat Banyuwangi yang dikelilingi kesuburan tanahnya, serta melahirkan suatu motif yang menggambarkan untuk selalu ingat kepada yang maha besar, kepada Tuhan. METODE Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang menggunakan penelitian deskriptif.. Tujuan dari penelitian ini mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat yang berhubungan dengan desain, proses pembuatan, dan motif hias batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit. Penelitian ini dilakukan di Sanggar Batik Sayu Wiwit di Desa Temenggungan Kecamatan Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi. Prosedur pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahap analisa data melalui tiga tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Untuk mendapatkan kebenaran dalam penelitian dilakukan teknik yang disebut triangulasi.. Pada tahap ini dilakukan dua triangulasi yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi sumber mengecek data melalui tiga sumber yaitu pengusaha batik, pengrajin batik dan dokumentasi. Sedangkan triangulasi teknik mengecek data melalui tiga teknik yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.

KAJIAN PUSTAKA Djoemena (1990) yang menyatakan bahwa batik merupakan kegiatan melukis, alat yang digunakan untuk melukis adalah canting. Hasil lukisan ini kemudian disebut dengan nama ragam hias, umumnya sangat dipengaruhi oleh letak geografis daerah pembuat batik yang bersangkutan, adat istiadat yang ada di daerah yang bersangkutan, keadaan alam sekitarnya termasuk flora dan fauna, dan adanya kontak atau hubungan antar daerah pembatikan Setiap daerah pembatikan di Indonesia mempunyai motif dan tata warna yang berbeda-beda. Menurut Djoemena (1990: 10), para pencipta motif batik pada zaman dahulu tidak sekedar mencipta sesuatu yang indah dipandang mata saja, tetapi mereka juga member makna atau arti yang erat hubungannya dengan filsafat hidup yang mereka hayati. Mereka menciptakan sesuatu ragam hias dengan pesan dan harapan yang tulus dan luhur semoga akan membawa kebaikan serta kebahagiaan bagi si pemakai. Ragam hias dalam seni rupa lebih sering dikenal dengan istilah ornamen. Kata ornamen berasal dari bahasa Latin ornare yang berarti hiasan atau menghiasi. Menurut Gustami (dalam Sunaryo, 2009: 3) ornamen adalah produk seni yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Penambahan ornamen pada sebuah produk pada umumnya diharapkan membuat penampilan produk tersebut menarik, dalam arti estetis, dan menjadi lebih bernilai. Secara umum ragam hias yang ada di Indonesia sangat banyak jumlahnya. Menurut Toekio (2000: 10) jenis-jenis ragam hias yang ada di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu: (a) ragam hais geometris; (b) ragam hias tumbuh-tumbuhan; (c) ragam hias mahluk hidup; (d) ragam hias dekoratif HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penciptaan karya seni seorang perancang dapat mewujudkan pola rancangan melalui unsur-unsur visual sehingga pola yang dirancang bisa diamati atau dirasakan oleh orang lain. Unsur-unsur desain yang diterapkan pada desain batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit berdasarkan kepekaan estetik perancang tanpa mengurangi nilai filosofi yang terkandung di dalamnya unsur-unsur desain yang ditemukan dalam desain batik Gajah meliputi unsur titik, garis, dan bidang. Unsur titik digunakan sebagai pelengkap motif hias atau yang disebut isen-isen. Unsur garis digunakan sebagai komponen utama yang akan diwujudkan dalam pola motif batik, unsur garis bisa juga disandingkan dengan unsur titik hingga menjadi suatu pelengkap motif hias pada batik. Unsur bidang terlihat dalam berbagai bentuk motif batik, misalnya motif Gajah, motif Daun Katu, motif Ular berkepala manusia, dan lain sebagainya. Unsur bidang dalam desain batik Gajah ini ada yang berbentuk geometrik ada pula yang berbentuk non geometrik. Unsur titik pada salah satu desain batik Gajah

Unsur garis pada salah satu desain Batik Gajah Unsur bidang pada salah satu desain batik Gajah Dalam penciptaan suatu desain tidak hanya unsur-unsur desain saja yang diperlukan tetapi prinsip-prinsin desain juga perlu dipertimbangakan. Prinsipprinsip desain yang diterapkan oleh perancang batik dibuat berdasarkan hasil kepekaan estetik perancang dalam mengkomposisikan unsur dan prinsip sesuai dengan yang diharapkan. Prinsip-prinsip desain yang ada pada desain motif Batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit antara lain adalah prinsip kesatuan, keseimbangan, dan irama. Prinsip kesatuan yang diterapkan pada desain batik Gajah ini adalah penggunaan bentuk seragam dari motif Gajah, motif Daun Katu, dan lain-lain dengan jarak motif yang berdekatan. Prinsip keseimbangan yang ada pada desain batik Gajah adalah keseimbangan simetri karena susunan ruang sebelah kiri dan sebelah kanan dalam keadaan sama persis baik dari segi ukuran maupun penempatan komposisinya. Prinsip irama yang ada pada desain batik Gajah dapat terlihat dari perulangan motif Gajah dan motif Daun Katu. Kesatuan pada salah satu desain Batik Gajah terlihat dari penggunaan unsur titik, garis dan bidang terlihat utuh sebagai suatu kesatuan. Keseimbangan pada salah satu desain batik Gajah ini adalah keseimbangan simetri dimana susunan ruang antara sebelah kiri dan kanan sama persis. Irama pada salah satu desain batik Gajah ini dapat diamati dari gerak perulangan yang mengalir membentuk garis semu. Dalam proses pembuatan suatu karya, hal yang sangat dibutuhkan untuk menghasilkan suatu produk tersebut adalah media. Untuk pembuatan batik Gajah media yang digunakan berupa alat dan bahan untuk membuat batik. Proses

pembuatan batik tulis di Sanggar Batik Sayu Wiwit dapat diperoleh data sebagai berikut: (1) Persiapan alat dan bahan; media yang digunakan oleh Sanggar Batik Sayu Wiwit dalam pembuatan batik Gajah meliputi alat dan bahan. Alat yang digunakan dalam membuat batik adalah kompor batik, wajan, canting, gawangan, bak besar, kuas dan gelas plastik, sarung tangan, taplak. Sedangkan bahan yang digunakan adalah kain mori primissima, malam batik, pewarna batik yaitu naphtol dan remashol; (2) Pengolahan Kain; pada Sanggar Batik Sayu Wiwit pengolahan kain dilakukan dengan cara merendam kain dengan larutan TRO semalaman kemudian mencuci kain mori dengan air bersih dengan menggunakan mesin pencuci kain. Proses pencucian ini dilakukan untuk menghilangkan kandungan kanji pada kain. Dengan menggunakan mesin pencuci ini kain yang dicuci bisa mencapai 275 m per satu kali cuci. Setelah kain dicuci bersih, kemudian kain dikeringkan; (3) Memotong Kain; cara memotong kain dengan menggunakan gunting yang telah disiapkan. Mori yang telah diberi tanda dimana mori yang akan dipotong digunting sedikit kurang lebih 3 cm kemudian dirobek dengan tangan; (4) Pemindahan Pola Batik pada Kain; pemindahan pola yang dilakukan oleh pengrajin batik Sayu Wiwit adalah memindahkan pola menggunakan meja pola; (5) Proses Pencantingan; pada proses pembuatan batik ini ada dua proses yang dilakukan oleh Sanggar Batik Sayu Wiwit yaitu proses pembuatan batik tulis dan batik cap. Berikut ini akan dijelaskan masing-masing proses pembuatan batik tulis dan batik cap; (a) Pencantingan Batik Tulis: proses pembatikan batik tulis dilakukan dengan tahapan pertama yaitu ngreng-reng. Pada tahap ini pengrajin membatik kontur-kontur menurut pola dasar yang telah dibuat. Tahap kedua adalah memberi isen-isen. Isen-isen adalah proses penambahan hiasan pada motif batik agar terlihat lebih semarak. Tahap ketiga adalah menembok. Menembok merupakan menutup bidang yang tidak dikehendaki terkena warna; (b) Pencantingan Batik Cap: proses pembatikan batik cap yang dilakukan pengrajin Sanggar Batik Sayu Wiwit adalah pertama malam batik yang akan digunakan dipanaskan terlebih dahulu, tahapan kedua adalah canting cap yang akan dipakai diletakkan di atas wajan besar yang telah berisi malam batik, tahapan ketiga adalah pengambilan malam batik menggunakan cap dan kemudian dicapkan pada kain yang telah diletakkan di atas bantalan meja cap, tahapan keempat adalah melakukan kegiatan meletakkan cap diatas kain secara berulangulang; (6) Proses Pewarnaan; ada dua teknik yang digunakan oleh Sanggar Batik Sayu Wiwit dalam proses pewarnaan yaitu teknik celup dan teknik colet. Berikut akan dijelaskan tentang proses pewarnaan yang dilakukan oleh Sanggar Batik Sayu Wiwit; (a) Teknik Celup: proses pewarnaan teknik celup yang dilakukan oleh pengrajin di Sanggar Batik Sayu Wiwit menggunakan bahan pewarna naphtol. Jenis bahan pewarna ini banyak sekali digunakan didalam pembatikan. Cara pemakaiannya adalah hasil kombinasi antara dari campuran Naphtol dan Garam Diazo. Perbandingan bahan naphtol dengan garam diazo adalah 1:3, misalnya naphtol 3 gram maka garam diazo yang dipakai adalah 9 gram; (b) Teknik Colet: tahap-tahap pewarnaan yang dilakukan oleh pengrajin batik di Sanggar Batik Sayu Wiwit sama seperti yang dijelaskan oleh Sewan Susanto dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia. Tahap-tahap teknik pencoletan menggunakan remazol, yaitu tahap pertama kain yang akan dicolet direntangkan dengan menggunakan gawangan, tahap kedua larutan remazol dikuaskan pada permukaan kain secara merata, tahap ketiga kain yang sudah dikuas larutan

remazol dikeringkan selama 4 jam, tahap keempat setelah dikeringkan kain akan dikuas lagi dengan natrium-silikat dan dibiarkan semalaman, tahap kelima kain yang telah dibiarkan semalam dicuci untuk menghilangkan sisa cat yang melekat dan natrium-silikat yang melekat; (7) Pelorodan Malam; proses nglorod kain batik dilakukan oleh para pengrajin dengan cara memasukkan kain batik ke dalam kuali besar yang berisi air mendidih yang telah dicampur dengan soda abu. Proses ngelorod biasa membutuhkan waktu tiga sampai empat jam, tergantung berapa banyaknya kain yang akan dilorod. Setelah proses nglorod selesai maka kain dicuci dengan air bersih pada sebuah kolam besar sampai malam batik yang menempel pada kain benar-benar bersih kemudian kain dikeringkan. Dari proses inilah hasil pembatikan pada kain dapat dilihat. Batik Gajah Banyuwangi sama halnya dengan batik yang ada di daerah lain di Indonesia yang memiliki ciri khas daerah, baik dari segi motif maupun segi pewarnaannya. Pada motif batik Gajah terdapat motif pokok yang terdiri dari motif Gajah, motif daun dilem, bunga melati dan manggar. Motif batik Gajah motif pokoknya berasal dari varian dasar huruf S yang merupakan motif tertua di Indonesia. Motif daun dilem berasal dari sejenis tanaman semak yang dapat tumbuh dimana saja dan mempunyai khasiat sebagai obat-obatan. Motif melati berasal dari bunga melati yang banyak tumbuh dan tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan motif manggar berasal dari manggar yaitu bunga kelapa yang mulai bermekaran. Ditemukan delapan motif batik Gajah Produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi No Nama Batik Motif Warna Pola Bentuk Motif Unsur-unsur Motif 1. Gajah Tradisional Sentral Gajah Daun Katu Kupukupu daun Hitam

2. Sumber Wangi Vertikal Gajah Ular Kepala Manusia Daun Katu Telu Sisik melik daun Merah Tua 3. Gajah Ceplokan Sentral Gajah Ceplokan Biru Tua Oranye 4. Zig-Zag Sentral Gajah Daun Katu 5. Wajik Diagonal Gajah Daun Kangkung Bunga Kenanga Daun katu 6. Semanggian Sentral Gajah Semanggi Bunga Kenanga Sawut Daun Telu Sawut Telu daun Merah Gelap Merah Kuning Coklat Hitam Merah 7. Gajah Gedhekan Sentral Gajah Gedhek Sawut Garis Lurus Hijau

8. Gajah Persegi Sentral Gajah Persegi Bunga Kenanga Sawut Daun Garis Lurus Hitam Oranye Terkait dengan visualisasi motif batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit, ditemukan motif geometris dan motif non geometris sebagai motif tambahan yang berada dalam satu kesatuan motif Gajah. Motif geometris terdiri dari motif Ceplokan, motif Garis Miring, motif Anyam, motif Banji. Motif non geometris terdiri darimotif Binatang dan motif Tumbuhan. PENUTUP Desain batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi digunakan sebagai acuan dalam membuat batik Gajah. Desain batik Gajah ini menggunakan unsur-unsur desain yang terdiri dari titik, garis, dan bidang yang dikomposisikan menggunakan prinsip-prinsip desain seperti kesatuan, irama, keseimbangan, dan emphasis, sehingga terciptalah suatu karya batik yang bernilai estetik. Proses pembuatan Batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi ini dibagi menjadi dua yaitu proses pembuatan batik tulis dan proses pembuatan batik cap. Proses pembuatan batik tulis dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: (a) persiapan alat dan bahan; (b) pengolahan kain; (c) memotong kain; (d) memindahkan pola batik pada kain; (d) pencantingan I (ngreng-reng, nerusi, dan nembok); (e) pewarnaan I (celup); (f) pencantingan II (ngreng-reng, nerusi, ngisen-isen, dan nembok); (g) pewarnaan II (celup); (h) nglorod; (i) kain batik. Proses pembuatan batik cap dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: (a) persiapan alat dan bahan; (b) pengolahan kain; (c) memotong kain; (d) pencantingan ( membuat pola menggunakan batik cap); (e) pewarnaan I (colet); (f) pewarnaan II (colet); (g) nglorod; (h) kain batik. Motif batik Gajah produksi Sanggar Batik Sayu Wiwit Banyuwangi merupakan motif Gajah yang dibuat sesuai dengan pakem yang sudah ada sejak dahulu, yaitu ornamen Gajah, ornamen Daun Dilem berjumlah tiga, ornamen Melati dengan kelopak berjumlah lima, dan ornamen Manggar berjumlah tiga. Adapun jenis-jenis motif pendukung yang berada dalam kesatuan batik Gajah adalah motif geometris dan motif non geometris. Motif geometris yang terdapat dalam kesatuan batik Gajah yaitu: (a) motif ceplokan; (b) motif garis miring; (c) motif anyam; (d) motif Banji. Motif non geometris yang terdapat dalam kesatuan batik Gajah yaitu: (a) motif binatang; (b) motif tumbuhan. Warna yang digunakan pada batik Gajah adalah warna-warna cerah khas batik pesisiran seperti merah, oranye, kuning, hijau, dan coklat. Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang diajukan adalah sebagai berikut. Bagi Sanggar Batik Sayu Wiwit diharapkan tetap mengembangkan motif batik Gajah yang sesuai dengan kriteria asli motif Gajah karena sejauh ini motif asli Gajah sudah mulai termodifikasi oleh permintaan

konsumen. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, banyak hal yang bisa digali lagi dari batik Gajah ini. Penelitian ini masih terbatas pada satu tempat saja. Diharapkan peneliti lain dapat meneliti di berbagai tempat sentra pembatikan di Banyuwangi agar memperoleh data yang lebih lengkap mengenai motif hias batik Gajah. DAFTAR RUJUKAN Djoemena, Nian.S. 1990. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Djambatan. Djoemena, Nian. S. 1990. Batik dan Mitra. Jakarta: Djambatan Hamzuri. 1981. Batik Klasik. Jakarta: Djambatan. Poerwadarminta, WJS. 1980. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Soedjojo. Batik Gajah. (Online), (http://batiksayuwiwit.blogspot.com/), diakses 22 Februari 2012. Sunaryo, Aryo. 2009. Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize. Toekio M, Soegeng. 2000. Mengenal Ragam Hias Indonesia. Jakarta: Angkasa. Universitas Negeri Malang. 2011. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Laporan Penelitian. Malang: Biro Administrasi Akademik, Perencanaan dan Sistem Informasi bekerjasama dengan Penerbit Universitas Negeri Malang