BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORETIS

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. Munandar (1987) menyatakan bahwa berpikir kreatif (juga disebut berpikir

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat,

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Kemudian

Efektivitas Metode Demonstrasi Dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting. Karena

II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan lulusan yang dapat bersaing secara global. Untuk menjawab

I. PENDAHULUAN. manusia. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menunjukkan bahwa pendidikan perlu diselenggarakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan. Proses pembelajaran di dalam kelas harus dapat menyiapkan siswa

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Risa Aisyah, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

I. PENDAHULUAN. mutu pendidikan, khususnya di dalam menghasilkan siswa yang berkualitas,

TINJAUAN PUSTAKA. Teori konstruktivisme dikembangkan oleh Piaget pada pertengahan abad 20.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran biologi pada Sekolah Menengah Atas berdasarkan Standar

BAB II KAJIAN TEORETIS. a. Pengertian MEA Means-Ends Analysis (MEA) terdiri dari tiga unsur kata yakni: means,

BAB I PENDAHULUAN. Lian Yulianti, 2014

I. PENDAHULUAN. Salah satu disiplin ilmu yang dipelajari pada jenjang SMA adalah ilmu kimia.

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kemampuan atau skill yang dapat mendorongnya untuk maju dan terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fungsi dari mata pelajaran kimia di SMA adalah untuk

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hesty Marwani Siregar, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Mulyasa (2006:164) menyatakan bahwa, Proses

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sistem pendidikan nasional di era globalisasi seperti saat ini menghadapi

TINJAUAN PUSTAKA. sendiri. Belajar dapat diukur dengan melihat perubahan prilaku atau pola pikir

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

II. TINJAUAN PUSTAKA. bantuan catatan. Pemetaan pikiran merupakan bentuk catatan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diperoleh dalam setiap tahapan penelitian yang telah dilakukan. Penelitian

BAB II KAJIAN TEORETIS

I. PENDAHULUAN. Dari hasil observasi peneliti, menunjukkan bahwa kondisi pembelajaran mata

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LATERAL MATEMATIS SISWA MELALUI PEND EKATAN OPEN-END ED

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB II KAJIAN TEORITIS. Kemampuan berpikir tingkat tingi dapat dikembangkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai oleh peserta didik dalam

Pendidikan Matematika FKIP Universitas lambung Mangkurat Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan PMIPA, FKIP, UNS, Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 3, No.2, September 2014

BAB I PENDAHULUAN. penting. Salah satu bukti yang menunjukkan pentingnya. memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana

interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar (Rustaman, 2005: 461).

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Berbicara mengenai kemampuan berpikir kreatif terlebih dahulu akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nur dalam (Trianto, 2010), teori-teori baru dalam psikologi pendidikan

Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Matematika merupakan bidang studi yang diajarkan di SD dari kelas 1 sampai

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Nurgana (1985) bahwa keefektivan pembelajaran mengacu pada: 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 65 dalam

PENGARUH PENGGUNAAN PENDEKATAN PROBLEM POSING TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK PESERTA DIDIK KELAS VIII MTs NEGERI CILENDEK

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori Belajar merupakan proses yang dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan, informasi dan pengalaman. 1. Pembelajaran Matematika Bagi siswa pembelajaran matematika merupakan suatu pembelajaran yang meliputi berpikir, pemahaman, komunikasi, penalaran. (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006) telah disebutkan bahwa matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus selalu diberikan pada setiap jenjang. Mata pelajaran matematika diberikan agar siswa membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. Seperti yang dinyatakan oleh Ruseffendi (2010:15) bahwa ilmu matematika (ilmu pasti) bagi anak-anak pada umumnya merupakan pelajaran yang tidak disenangi, kalau bukan pelajaran yang dibenci. Oleh karena itu kita harus mencari solusi-solusi untuk menyelesaikan masalah ini. Baik dengan cara atau model pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah. 2. Pembelajaran Kooperatif Dalam pembelajaran tentunya diperlukan cara belajar, metode belajar ataupun model pembelajaran yang harus dilakukan saat 10

11 berlangsungnya pembelajaran agar siswa dapat dengan mudah memahami pelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode belajar kelompok seperti yang dinyatakan oleh Eggen dan Donkauchak (2012:131) bahwa kerja kelompok adalah seperangkat strategi instruksional atau pengajaran yang menekankan interaksi siswasiswa untuk mendukung model-model lain. Ginting (2012:210) menyatakan para pakar belajar dan pembelajaran mengembangkan berbagai model belajar dan pembelajaran... berikut ini diketengahkan tiga model yang dewasa ini juga sedang ramai diterapkan oleh berbagai lembaga pendidikan di Indonesia, berikut ketiga model belajar dan pembelajaran tersebut Problem Based Learning, Cooperative Based Learning. dan Quantum Teaching. Slavin (Lilis, 2009) menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran. Rusman (Lilis 2009) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Dengan demikian pembelajaran dengan kooperatif learning bisa dijadikan sebagai alternatif untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa untuk dapat mengasah kemampuan nya.

12 Ada banyak tipe pembelajaran dalam model kooperatif learning seperti Jigsaw, Student Team Achivement Divison (STAD), Nembered Heads Together (NHT), Two Stay Two Stray (TSTS), Team Product, dan masih banyak tipe-tipe lainnya. 3. Model Pembelajaran Team Product Model pembelajaran Team Product adalah salahsatu tipe dari model pembelajaran kooperatif. Dimana model pembelajaran ini juga menggunakan model pembelajaran secara berkelompok. Dinamakan Team Product karena setiap kelompok diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu...semua hal yang dilakukan oleh kelompok haruslah berbentuk produk, baik itu abstrak maupun konkret Huda (2011:130). Oleh sebab itu kreatifitas dari setiap kelompok sangat berperan dalam menciptakan sebuah produk yang akan diciptakan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Taufiq dan Pramukantoro (2012:134). Terdapat perbedaan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran tipe Team Product dengan Think Pair Share. Nilai hasil belajar kelas eksperimen I yang menggunakan model pembelajaran tipe Team Product lebih baik daripada hasil belajar siswa kelas eksperimen II yang menggunakan model pembelajaran tipe Think Pair Share. Dengan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen I adalah 86,12 dan nilai rata-rata kelas eksperimen II adalah 80,83. Hasil penelitian Muliyani dan Kurniawan (2014:123) secara umum korelasi antara variabel keterampilan berpikir kreratif dan hasil bealajar dalam ranah kognitif memiliki hubungan yang positif.

13 Berdasarkan penelitian yang terdahulu yang telah dikemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif Team Product dapat meningkatkan hasil belajar siswa, kemudian terdapat hubungan yang positif antara hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kreatif sehingga model pembelajaran kooperatif Team Product dinilai juga mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Huda (2011) berikut langkah-langkah model pembelajaran Team Product adalah sebagai berikut: a. Siswa membuat kelompok b. Setiap kelompok terdiri atas empat anggota c. Siswa secara berkelompok memilih topik yang akan dipresentasikan, d. Siswa mengumpulkan informasi mengenai topik yang dipilih, e. Siswa secara berkelompok membuat karya kreatif, f. Siswa menyelesaikan LKS yang telah diberikan dengan menggunakan produk yang telah dibuat g. Siswa mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelompok lain dengan menggunakan produk yang telah dibuat. Kembali pada tujuan pendidikan matematika yaitu agar siswa melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, mengembangkan

14 kemampuan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran rasa ingin tahu, duagaan, serta mencoba-coba. Maka Team Product dinilai mampu memenuhi itu. 4. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Ningrum (Aisyah, 2013:9) kemampuan berpikir matematika menjadi salahsatu tolak ukur tercapainya tujuan matematika, terutama kemampuan berpikir tingkat tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif, logis, analitis, dan reflektif. Kemampuan berpikir kreatif dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menemukan solusi dalam menyelesaikan masalah matematika dengan berbagai cara. Sutawidjaya (Partini, 2010:21) mengatakan bahwa terdapat dua macam berpikir yang digunakan dalam menyelesaikan masalah, yaitu berpikir konvergen dan berpikir divergen. Berpikir kreatif bisa dikatakan sebagai berpikir divergen dikarenakan adanya proses mencari beberapa kemungkinan untuk mendapatkan penyelesaian suatu masalah. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif menurut Supriadi (Partini, 2010:22) dapat dibedakan kedalam ciri kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif meliputi : fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (keaslian), elaboration (penguraian). Sedangkan ciri-ciri non kognitif meliputi : motivasi, sikap, dan kepribadian. Keduanya sangatlah penting dan saling menunjang. Adapun indikator kemampuan berpikir kreatif menurut Munandar (Hardianti, 2012:17) disajikan dalam tabel berikut ini.

15 Tabel 2.1 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Pengertian Perilaku 1) Kelancaran - Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, peneyelesaian masalah, - Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal, - Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban 2) Keluwesan - Menghasilkan gagasan jawaban atau pertanyaan yang bervariasi, - Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda, - Mencari banyak alternatif/ arah yang berbeda, - Mampu mengubah a. Mengajukan banayak pertanyaan, b. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada pertanyaan, c. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, d. Lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya, e. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain, f. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi. a. Memberikan aneka ragam penggunaan yang tak lazim terhadap suatu objek, b. Memberikan bermacammacam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah, c. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda, d. Memberikan pertimbangan terhadap situasi yang berbeda dari yang diberikan orang lain,

16 Pengertian cara pendekatan atau pemikiran. 3) Keaslian - Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, - Memikirkan caracara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri, mampu membuat kombinasi yang tak lazim dari bagianbagian atau unsurunsur Perilaku e. Dalam membahas/mendiskusikan suatu situasi selalu mempunyai posisi yang bertentangan dengan mayoritas kelompok, f. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam cara yang berbeda untuk menyelesaikannya, g. Menggolongkan hal-hal menurut pembagian (kategori) yang berbeda-beda. a. Memikirkan masalah masalah atau hal-hal yang tidak terpikirkan orang lain, b. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cra-cara yang baru, c. Memilih asimetris dalam menggambarkan atau membuat desain, d. Memilih cara berpikir yang lain daripada yang lain, e. Mencari pendekatan yang baru dari stereotype setelah membaca/ mendengar gagasan-gagasan, f. Bekerja untuk menyelesaikan

17 Pengertian 4) Elaborasi - Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk, menambah atau merinci detail detail dari suatu objek, gagasan/ situasi sehingga menjadi lebih menarik Perilaku yang baru, g. Lebih senang mensintesa daripada menganalisis sesuatu. a. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban/ pemecahan masalah dengan melakukan langkah-langkah yang terperinci, b. Mengembangkan/ memperkaya gagasan orang lain, c. Mencoba/menguji detail-detail untuk melihat arah yang akan ditempuh, d. Mempunyai rasa keindahan yang kuat sehingga tidak puas dengan penampilan yang kosong atau sederhana. 5. Pembelajaran Konvensional Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang biasa dilakukan guru dalam pengajaran sehari-hari. Hal ini sejalan dengan pendapat Zulkardi (Sukmawati, 2013:19), Sebagian besar guru di Indonesia menyampaikan materi pembelajaran matematika dengan pembelajaran konvensional yang menekankan pada latihan mengerjakan soal.

18 Berdasarkan penjelasan diatas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional adalah pembelajaran tradisional yang masih berpusat pada guru. Merujuk kepada pendapat tersebut model pembelajaran konvensional yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran dengan metode ekspositori. 6. Teori Sikap Menurut Bruno (Hardianti, 2012:28), Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang barubah lebih maju terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya. Menurut Ruseffendi (2006:234) mengemukakan sikap itu paling tidak dapat dikelompokan ke dalam 3 macam, yaitu sikap positif, sikap netral, dan sikap negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap siswa yang negatif kepada guru atau kepada mata pelajaran terlebih siswa memebenci guru dan mata pelajaran tentunya akan menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Misalnya apabila antara guru dan siswa sempat terlibat suatu permasalahan atau guru secara tidak sengaja sempat menyinggung perasaan siswa, maka dalam kurun waktu tertentu bisa saja menimbulkan

19 rasa kebencian murid terhadap guru, yang mungkin dapat merambat kepada mata pelajaran yang diampu oleh guru tersebut. Menurut Syah (Anggraini, 2012:23), untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran tersebut. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajaran tersebut. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajaran, terlebih dahulu guru sangat dianjurkan untuk mencintai profesinya terlebih dahulu, sehingga guru bukan saja menguasai setiap materi yang akan diajarkan kepada siswa tetapi juga dapat memeberikan keyakinan kepada siswa tentang manfaatnya dan pentingnya untuk siswa memepelajari mata pelajaran yang diampu olehnya, sehingga saat hal itu dianggap penting oleh siswa maka akan menjadi suatu kebutuhan. Saat siswa telah menyadari bahwa pelajaran tersebut dijadikannya sebuah kebutuhan maka diharapkan akan muncul sikap positif dari siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya. B. Analisis dan Pengembangan Materi 1. Kedalaman Materi Materi yang digunakan pada saat penelitian yang dilakukan pada kelas X semester 2 adalah materi Statistika. Digambarkan dalam peta konsep berikut :

20 Statistika Data Tunggal Data Kelompok Tabel Diagram Garis Diagram Batang Diagram Lingkaran Tabel Distribusi Frekuensi Histogram Gambar 2.1 Peta Konsep Materi Statistika Sub materi yang dibahas pada pembelajaran Statistika di kelas X meliputi data tunggal dan data kelompok. Pada data tunggal membahas mengenai : a. Menentukan rata-rata b. Menyajikan data tunggal dalam bentuk tabel c. Menyajikan data tunggal dalam bentuk diagram garis d. Menyajikan data tunggal dalam bentuk diagram batang e. Menyajikan data tunggal dalam diagram lingkaran f. Menentukan data berdasarkan tabel g. Menentukan data berdasarkan diagram garis h. Menentukan data berdasarkan diagram batang i. Menentukan data berdasarkan diagram lingkaran Pada data kelompok membahas :

21 a. Menyajikan data dalam tabel distribusi frekuensi dengan menentukan jangkauan, banyak kelas, dan panjang interval b. Menyajikan data dalam bentuk histogram dengan menentukan tepi kelas. 2. Karakteristik Materi Materi ajar yang diberikan pada saat penelitian adalah sebagai berikut : a. Data tunggal Menyajikan data tunggal dalam bentuk tabel, diagram garis dan diagram batang, diagram lingkaran, menentukan nilai maksimum, minimum dan rerata dari data tunggal Nilai siswa adalah : 7,7,5,6,8,9,10,6,5,4 Tabel Nilai Siswa Frekuensi 4 1 5 2 6 2 7 2 8 1 9 1 10 1 Jumlah 10 Diagram batang Untuk menyajikan data dalam diagram batang, sumbu x sebagai nilai dan sumbu y sebagai frekuensi. Gambarlah diagram batang yang sesuai antara nilai dan frekuensi nya.

22 3 Nilai Ulangan 2 1 Nilai Ulangan 0 4 5 6 7 8 9 10 Diagram garis Untuk menyajikan data dalam diagram batang, sumbu x sebagai nilai dan sumbu y sebagai frekuensi. Gambarlah garis yang sesuai antara nilai dan frekuensi nya. 3 Nilai Ulangan 2 1 Nilai Ulangan 0 4 5 6 7 8 9 10 Diagram lingkaran Untuk menyajikan data dalam bentuk diagram batang, tentukan terlebih dahulu luas juring untuk data tersebut dengan menggunakan rumus berikut : =...

23 Untuk menentukan persentase dari data tunggal dapat menggunakan rumus berikut : =... Nilai maksimum dan minimum Nilai maksimum adalah nilai terbesar dari suatu data Nilai minimum adalah nilai terkecil dari suatu data Rerata Untuk mencari nilai rerata dari data tunggal bisa ditentukan dengan rumus berikut Rerata = Keterangan : x = data n = banyak data b. Data kelompok menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan histogram a. Tabel Distribusi Frekuensi Untuk menyajikan data dalam tabel distribusi frekuensi tentukan : Jangakauan data (J) dengan rumus berikut : J = data maksimum data minimum Banyak kelas (K) dengan rumus berikut :

24 K = 1 + 3,3 log n n = banyak data Panjang kelas interval (p) dengan rumus berikut p = b. Histogram Untuk menyajikan data dalam bentuk histogram tentukan : Tepi kelas dengan rumus berikut Tepi kelas = 3. Bahan dan Media Bahan : LKS Media : power point, bahan untuk membuat produk 4. Strategi Pembelajaran Kelas kontrol : ceramah Kelas eksperimen : demonstrasi 5. Sistem Evaluasi Pemberian pretes, LKS, tugas tindak lanjut, dan postes

25 C. Penelitian Terdahulu yang Relevan Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu yang Relevan No Nama Peneliti/Tahun Judul Tempat Penelitian Pendekatan & Analisis Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Tri Partini (2010) Pengaruh MA Al Model Kemampuan berpikir Kemampuan Model. Penerapan Model Inayah Pembelajaran kreatif matematik siswa berpikir pembelajaran Pembelajran Kota Quantum yang menggunakan model kreatif Quantum Quantum dengan Bandung pembelajaran Quantum matematik Tahapan Tandur Belajar terhadap dengan tahapan belajar TANDUR lebih baik Kemampuan Berpikir Kreatif daripada siswa yang menggunakan

26 No Nama Peneliti/Tahun Judul Tempat Penelitian Pendekatan & Analisis Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Matematik Siswa pembelajaran ekspositori Kelas XI MA Al- Inayah Kota Bandung Windi Hardianti Upaya SMP PGRI Model Kemampuan berpikir Kemampuan Model. (2012) Meningkatkan Lembang Pembelajaran kreatif siswa yang berpikir pembelajaran Kemampuan Mind Map memperoleh pemeblajaran kreatif Mind Map. Berpikir Kreatif matematika dengan matematik Siswa SMP dalam Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan menggunakan model mind map lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran

27 No Nama Peneliti/Tahun Judul Tempat Penelitian Pendekatan & Analisis Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Model Pembelajaran Mind konvensional; siswa Map bersikap positif terhadap kemampuan kreatif berpikir dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model mind map.

28 D. Kerangka Pemikiran Model pembelajaran Team Product adalah model pembelajaran yang menggunakan cara belajar berkelompok, dalam satu kelompok yang terdiri dari beberapa siswa, diminta untuk berkreasi atau menciptakan sesuatu yang dapat mendukungnya dalam menyelesaikan masalah matematika. Peneliti melakukan percobaan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Product karena, dilihat dari langkah-langkah pelaksanaan pembelajarannya, siswa dituntut untuk bisa berpikir kreatif mungkin menemukan berbagai macam cara agar dapat memahami materi dengan lebih mudah, sehingga model pembelajaran kooperatif tipe Team Product dirasa mampu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Kelas Kontrol Kelas Eksperimen Pretes Model Pembelajaran Konvensional Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa Pretes Model Pembelajaran Team Product Postes Postes Angket Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

29 E. Asumsi dan Hipotesis Penelitian 1. Asumsi Menurut Ruseffendi (2010:25) asumsi merupakan anggapan dasar mengenai peristiwa yang semestinya terjadi dan atau hakekat sesuatu yang sesuai dengan hipotesisnya yang dirumuskan. Menurut pengertian tersebut dapat dirumuskan asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Peneliti telah mengenal model pembelajaran Team Product pada pembelajaran matematika b. Kurang dilatihnya kemampuan berpikir siswa menjadi salah satu faktor rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. 2. Hipotesis Penelitian Menurut Sugiyono (Rukmana, 2015:23) Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Berdasarkan latar belakang masalah dan studi literatur maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: a. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Product lebih baik daripada yang menggunakan pembelajaran konvensional

30 b. Siswa bersikap positif terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Product.