BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Heny Syahroini Harahap, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan salah satu sumber pendanaan bagi pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional suatu bangsa mencakup di dalamnya

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Melihat perkembangan perekonomian saat ini, dimana tingkat minat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan penyediaan dana untuk perkembangan pembangunan atau untuk

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai jasa yang ditawarkan. Menurut Undang-undang Rl

BAB I PENDAHULUAN. Bank adalah suatu badan usaha yang memiliki fungsi utama menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. arus kegiatan dibidang ekonomi dan moneter. Oleh karena itu keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena hal tersebut terkait dengan pola bisnis yang berkembang di

BAB I PENDAHULUAN. Bank. Kegiatan utama dari perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa bank sangat penting dalam pembangunan nasional karena fungsi bank

BAB I PENDAHULUAN. dan perbankan Indonesia. Adanya rentang waktu pengembalian pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada akhir tahun 2008 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana (Funding) dari masyarakat yang. kembali kepada masyarakat yang kekurangan dana (Deficit unit) untuk

BAB I PENDAHULUAN. dampak terhadap munculnya peluang peluang diberbagai bidang usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berpengaruh terhadap dunia usaha. Setiap waktu selalu terjadi banyak

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaaan lembaga perantara keuangan (financial intermediatery institution)

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat. Saat ini perbankan merupakan salah satu unsur pengembangan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas. /pengertian-sistem-informasi akuntansi.html)sistem Informasi Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. pengertian bank menurut UU Nomor 10 Tahun 1998 yaitu Bank adalah badan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri perbankan pasca krisis multidimensi yang melanda

BAB I PENDAHULUAN. dalam masalah pembiayaan semakin beragam pula produk bank yang di tawarkan,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dalam pembiayaan pembangunan sangat diperlukan. Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. Prosedur Pemberian Kredit..., Astrid Qisti Maharani, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UMP, 2017

dapat diperoleh dengan dana kredit yang ditawarkan oleh bank.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lain dalam rangka

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

BAB I PENDAHULUAN. utamanya menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan giro, tabungan

BAB I PENDAHULUAN. dana tersebut kepada masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank merupakan suatu bidang usaha yang bergerak pada jasa keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang termasuk ke dalam negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. antara pihak-pihak yang memiliki dana lebih dengan pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat (financial intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. materil dan spiritual berdasarkan pancasila dan UUD tahun 1945 mutlak

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan dengan sebaik-baiknya dari perencanaan jumlah kredit, pengorganisasian,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Dalam. undang-undang tersebut, dinyatakan pula bahwa BPR berfungsi untuk

ADIKA SETIOKO B

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 21 Tahun 2008 Bank adalah badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. baik ini umumnya ditandai dengan adanya kenaikan tingkat pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia memiliki peranan cukup penting. Hal ini dikarenakan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas perdagangan serta pembangunan nasional hingga internasional. Pada

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. mendominasi kegiatan perekonomian Indonesia. Kegiatan sektor perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Kredit wirausaha merupakan pecahan dari kredit usaha mikro kecil dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk berbagai investasi seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Sesuai dengan Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit serta

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perbankan. Dalam meningkatkan kinerja perusahaan, pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan dunia usaha di Indonesia baik disektor pertanian, perindustrian, maupun disektor perdagangan yang secara umum tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Bank merupakan jantung perekonomian di suatu Negara.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. /atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dan aktivitas bisnis Timor Leste yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dalam hal penyediaan dana. Bank dalam bahasa itali adalah banca yang

PERANAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PERBANKAN PADA PT. BPR GUNUNG LAWU DELANGGU PERIODE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Internasional Batam

BAB I PENDAHULUAN. bank sebagai tambahan dana untuk modal usaha dengan pinjaman dana tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No.10 tahun 1998

BAB I PENDAHULAN. dikatakan sebagai jantung perekonomian negara. Kegiatan ekonomi suatu negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari penjualan asset perusahaan maupun pinjaman kredit ke bank. Rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting bagi kelangsungan perekonomian Indonesia. Melalui aktifitas

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

BAB I PENDAHULUAN. peranan dan keikutsertaannya dalam membangun ekonomi negara, keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital untuk menunjang kelancaran perekonomian.hal ini dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.10 tahun 1998 dikatakan bahwa bank adalah badan usaha. yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan, alat penggerak

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan menjadi Undang Undang Nomor 10 Tahun 1998,

BAB I PENDAHULUAN. pada kegiatan ekonomi baik di negara maju maupun negara berkembang. Negara

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum keberhasilan perusahaan untuk mempertahankan. kelangsungan usahanya tergantung pada kemampuan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain, Bank

BAB I LATAR BELAKANG. dunia perbankan menjadi sangat ketat, dimana bank dituntut memberikan

BAB I PENDAHULUAN. tabungan serta deposito berjangka dan memberikan kredit kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian sebagai wujud peningkatan kualitas hidup. Peningkatan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan ( financial. intermediaries) yang menyalurkan dana dari pihak kelebihan dana ( surplus

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah adalah Bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada

BAB I PENDAHULUAN. maupun dalam rangka investasi. Bank sebagai salah satu perusahaan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan uang tersebut kembali ke masyarakat. merupakan lembaga keuangan yang paling lengkap kegiatannya yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyediaan dana untuk pelaksanaan pembangunan yang semakin pesat sangatlah diperlukan. Dengan keterbatasan pemerintah dalam penyediaan dana untuk pembangunan, peran bank dalam pembangunan adalah sangat mutlak. Bank merupakan salah satu sumber pendanaan bagi pembangunan di Indonesia, yaitu dengan cara menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup banyak orang. Peranan bank sebagai agen pembangunan (agent of development), yaitu sebagai lembaga yang bertujuan mendukung pelaksanaan pembangunan nasional, mempunyai kegiatan utama menghimpun (funding) dan menyalurkan dana (lending). Kegiatan penyaluran dana ini dikenal dengan istilah alokasi dana, dimana salah satunya dapat diwujudkan dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit. Dewasa ini kredit menjadi hal yang penting bagi masyarakat. Ketika masyarakat sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan karena kekurangan dana, maka salah satu pilihan yang diambil adalah dengan memilih kredit sebagai alternatif dalam mencari dana, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan salah satu lembaga perbankan yang melakukan kegiatan dengan menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan deposito untuk kemudian disalurkan dalam bentuk kredit kepada pihak yang membutuhkan dana. Pengalokasian dana tersebut tidak lain agar BPR dapat memperoleh keuntungan seoptimal mungkin, karena sebagian besar pendapatan yang diterima oleh sebuah bank merupakan pendapatan yang berasal dari kegiatan penyaluran kredit. Dalam dua tahun terakhir, penyaluran kredit BPR di Kabupaten Sumedang mengalami peningkatan, hal ini terbukti dalam periode Januari 2011 sampai dengan Agustus 2013 total penyaluran kredit yang dikucurkan oleh BPR Kabupaten

2 Sumedang cenderung meningkat. Hal tersebut sesuai dengan data yang diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia, sebagaimana ditampilkan pada tabel 1.1. Tabel 1.1 Penyaluran Kredit BPR Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka Periode Januari 2011-Agustus 2013 Bulan Total Penyaluran Kredit Maret 2011 Rp212.289.042 Juni 2011 Rp234.048.811 September 2011 Rp233.423.443 Desember 2011 Rp239.066.597 Maret 2012 Rp247.235.390 Juni 2012 Rp252.184.245 September 2012 Rp242.638.719 Desember 2012 Rp243.569.234 Maret 2013 Rp266.033.390 Juni 2013 Rp289.664.970 Sumber: Statistik Perbankan Indonesia diolah kembali Berdasarkan tabel 1.1 yang telah ditampilkan sebelumnya dapat terlihat bahwa total penyaluran kredit BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka selalu mengalami peningkatan. Pada bulan Maret 2011 total penyaluran kredit hanya Rp212.289.042, kemudian sempat mengalami penurunan pada bulan Sempember 2011 menjadi Rp233.423.443, mengalami penurunan lagi pada bulan September 2012 menjadi Rp242.638.719 dan bulan Desember 2012 menjadi Rp243.569.234, tetapi pada bulan-bulan berikutnya selalu mengalami peningkatan, hingga pada bulan Juni 2013 total penyaluran kredit mencapai Rp289.664.970. sebesar Akan tetapi, sudah menjadi suatu yang lumrah bahwasanya segala sesuatu pasti ada risikonya, begitupun dengan kegiatan penyaluran kredit. Risiko terkait adalah risiko kredit, yaitu risiko akibat kegagalan debitur atau pihak lain dalam memenuhi kewajibannya kepada bank. Risiko kredit akan semakin besar apabila bank tidak mampu meningkatkan atau memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan. Kualitas kredit BPR digolongkan menjadi empat golongan, yaitu kredit lancar, kredit

3 kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet, sebagaimana ditampilakn pada tabel 1.2. Tabel 1.2 Pertumbuhan Pengembalian Kredit BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka Periode Maret 2011-Juni 2013 Bulan Lancar Kurang Lancar Diragukan Macet Maret 2011 89,01% 2,21% 2,53% 6,25% Juni 2011 88,28% 2,87% 2,06% 6,78% September 2011 88,07% 2,15% 2,30% 7,48% Desember 2011 89,45% 2,14% 2,29% 6,13% Maret 2012 88,52% 2,48% 2,15% 6,86% Juni 2012 89,42% 1,80% 2,35% 6,43% September 2012 89,29% 2,88% 2,37% 5,46% Desember 2012 89,73% 2,28% 3,09% 4,91% Maret 2013 90,65% 1,89% 2,75% 4,71% Juni 2013 90,14% 2,47% 2,07% 5,32% Sumber: Statistik Perbankan Indonesia diolah kembali Berdasarkan tabel 1.2, dapat terlihat bahwa pertumbuhan kualitas kredit dengan kategori kredit lancar presentasenya tinggi dibandingkan dengan kualitas kredit dengan kreiteria kredit kurang lancar, kredit diragukan dan kredit macet. Pada bulan Maret 2011, pertumbuhan kredit lancar sebesar 89,01%, dan pada bulan Maret 2013 pertumbuhan kredit lancar mencapai 90,65%. Namun dapat dilihat, pertumbuhan kredit macet lebih besar dibandingkan dengan kredit kurang lancar dan kredit diragukan. Pada bulan Maret 2011 kredit kurang lancar sebesar 2,21%, kredit diragukan sebesar 2,53% dan kredit macet mencapai 6,25%. Untuk lebih memperjelas informasi mengenai peningkatan pertumbuhan pengembalian kredit, data 1.2 ditampilkan pada gambar 1.1 dibawah ini:

4 0,08 0,07 0,06 0,05 0,04 0,03 0,02 Kurang Lancar Diragukan Macet 0,01 0 Maret 2011 Juni 2011 Maret 2012 Juni 2012 Maret 2013 Juni 2013 Gambar 1.1 Pertumbuhan Pengembalian Kredit BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka Periode Maret 2011-Juni 2013 Dengan adanya pertumbuhan kredit macet yang memiliki persentase lebih tinggi dibandingkan dengan kredit kurang lancar dan kredit diragukan, maka dapat disimpulkakan bahwa efektivitas pengendalian intern terhadap kelancaran pengembalian kredit di Kabupaten Sumedang belum efektif. Tingkat kredit bermasalah periode Juni 2013 di Kabupaten Sumedang dalam kategori lancar sebesar Rp105.418.280, kurang lancar sebesar Rp2.883.774, diragukan sebesar Rp2.424.492 dan macet sebesar Rp6.225.312. Jadi, total dari seluruh kategori sebesar Rp116.951.858. Jika dibuat menjadi sebuah persentase, maka persentase untuk kredit bermasalah sebesar 9,86%. Berdasarkan penjelasan di atas menunjukan bahwa tingkat kredit bermasalah pada periode Juni 2013 di BPR Kabupaten Sumedang masih tinggi, yaitu sebesar 9,86%. Karena melebihi besaran maksimal yang ditetapkan BI yaitu sebesar 5%.

5 Untuk mengatasi tingginya kredit bermasalah diperlukan pengelolaan kredit yang dapat meningkatkan kualitas kreditnya. Hasil penelitian-penelitian sebelumnya, yang menguji pengaruh sistem pengendalian intern kredit dengan kelancaran pengembalian kredit menunjukan hasil yang baik. Sebagian penelitian seperti Tuti Maria (2012) menyatakan bahwa hubungan pengendalian intern kredit kolektibilitas kredit UMKM pada bank di Kota Bandung sangat memadai. Kolektibilitas kredit lancar yang menjadi indicator dalam penelitiannya, pada bank di Kota Bandung masih kurang dari jumlah minimum pencapaian pengembalian kredit minimum yang idealnya harus 95%. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah pada lokasi penelitan. Dalam penelitian Tuti Maria (2012) berlokasi di kota Bandung, sedangkan penelitian yang penulis lakukan berlokasi di Kabupaten Sumedang. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mencoba membahas dan menganalisa efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit dengan mengangkat judul: Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern Kredit Terhadap Kelancaran Pengembalian Kredit Pada BPR Sumedang. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas sistem pengendalian intern kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka? 2. Bagaimana kelancaran pengembalian kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka? 3. Bagaimana pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka?

6 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut: 1. Mengetahui efektivitas sistem pengendalian intern kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka 2. Mengetahui kelancaran pengembalian kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka. 3. Mengetahui pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit pada BPR di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Majalengka. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Akademis Penelitian ini diharapkan berguna untuk mengaplikasikan berbagai teori yang telah dipelajari dan berguna bagi pegembangan ilmu akuntansi, khususnya pada mata kuliah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) dan manajemen keuangan. Selain berguna untuk pengembangan ilmu Akuntansi, diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang memerlukan dan dapat menjadi bahan perbandingan dalam melaksanakan penelitian selanjutnya. 1.4.2 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan mengenai pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit pada BPR Cabang Sumedang. Bagi nasabah dapat melihat bagaimana pengaruh penyaluran kredit dan keamanan nasabah dengan melihat resiko usaha dan kredit. Bagi pengambil kebijakan (manajemen) dapat digunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengelolaan dana dalam rangka meningkatkan Return On Asset (ROA). Dasar kebijakan itu adalah dengan melihat variabel independen yang berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian kredit.

7 1.4.3 Kegunaan Praktis Dapat digunakan sebagai masukan untuk menambah kemajuan perusahaan, khususnya agar pengawasan terhadap efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit dapat lebih efektif. Dengan demikian, penelitian ini bisa dijadikan acuan oleh bank, dalam hal pemberian kredit kepada nasabahnya, yang pada akhirnya saat pengembalian kredit tersebut dapat diminimalisir pengembalian yang macet, diragukan, dan kurang lancar. 1.4.4 Manfaat Lainnya Sebagai bahan referensi bagi pembaca yang membutuhkan informasi mengenai pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit khususnya di BPR Sumedang. Juga dapat dijadikan acuan bagi para peneliti yang berminat untuk menindaklanjuti penelitian ini, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh efektivitas sistem pengendalian intern kredit terhadap kelancaran pengembalian kredit.