PENGGALIAN KAIDAH MULTILEVEL ASSOCIATION RULE DARI DATA MART SWALAYAN ASGAP KRIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGGALIAN KAIDAH MULTILEVEL ASSOCIATION RULE DARI DATA MART SWALAYAN ASGAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan di dalam database. Data mining adalah proses yang menggunakan

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI ASSOCIATION RULE UNTUK ANALISA NILAI MAHASISWA DI UNIVERSITAS GUNADARMA

PENERAPAN DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA FP-TREE DAN FP-GROWTH PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN OBAT

2.2 Data Mining. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Turban mendefinisikan Decision Support System sebagai sekumpulan

Pengembangan Aplikasi Market Basket Analysis Menggunakan Algoritma Generalized Sequential Pattern pada Supermarket

BAB II LANDASAN TEORI. Anindita Dwi Respita,2015. a. Penelitian ini menjelaskan tentang tujuan : menggunakan metode market basket analysis.

PENERAPAN METODE APRIORI ASOSIASI TERHADAP PENJUALAN PRODUCT COSMETIC UNTUK MENDUKUNG STRATEGI PENJUALAN

LEMBAR PENGESAHAN Batam, 21 Februari 2011 Pembimbing, Mir atul K. Mufida, S. ST NIK

ANALISIS KETERKAITAN DATA TRANSAKSI PENJUALAN BUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI DAN ALGORITMA CENTROID LINKAGE HIERARCHICAL METHOD (CLHM)

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi Informasi sekarang ini telah digunakan hampir di semua aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Link Analysis (Superset) 3 Kategori Link Analysis (#1) 3 Kategori Link Analysis (#2) Association Rule Mining. 3 Kategori Link Analysis (#3)

Lili Tanti. STMIK Potensi Utama, Jl. K.L. Yos Sudarso Km. 6,5 No. 3A Tj. Mulia Medan ABSTRACT

PENENTUAN LOKASI BARANG PADA A Swalayan MENGGUNAKAN ASSOCIATION RULE DENGAN ALGORITMA FP-GROWTH

Model Rule: Multilevel And Multidimension Association Rule untuk Analisa Market Basket Pada PT. Maha Agung

ANALISIS MARKET BASKET DENGAN ALGORITMA APRIORI (STUDY KASUS TOKO ALIEF)

Pola Kompetensi Mahasiswa Program Studi Informatika Menggunakan FP-Growth

1 st Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART Yogyakarta, 27 April 2006

Penerapan Data Mining Association Rule Menggunakan Algoritma Apriori Untuk Meningkatkan Penjualan dan Memberikan Rekomendasi Pemasaran Produk Speedy

APLIKASI DATA MINING UNTUK ANALISIS ASOSIASI POLA PEMBELIAN DENGAN ALGORITMA APRIORI

DATA MINING ANALISA POLA PEMBELIAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA APRIORI

BAB I PENDAHULUAN. frekuensi tinggi antar himpunan itemset yang disebut fungsi Association

Kata kunci: Sistem Informasi, poin of sale, aplikasi data mining, algoritma apriori, Borland Delphi, SQL 2000, Association rules.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Komputer

ANALISA POLA PEMILIHAN PROGRAM STUDI BAGI CALON MAHASISWA DI UNIVERSITAS ABDURRAB MENGGUNAKAN ASSOCIATION RULE

Aplikasi Data Mining untuk meneliti Asosiasi Pembelian Item Barang di Supermaket dengan Metode Market Basket Analysis

PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI APLIKASI ANALISIS KERANJANG PASAR DENGAN METODE FUZZY C-COVERING

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN METODE FUZZY C-COVERING UNTUK ANALISIS POLA PEMBELIAN PADA MINIMARKET

Analisa Data Mining Menggunakan Algoritma Frequent Pattern Growth Pada Data Transaksi Penjualan Restoran Joglo Kampoeng Doeloe Semarang

Implementasi Algoritme Modified-Apriori Untuk Menentukan Pola Penjualan Sebagai Strategi Penempatan Barang Dan Promo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang akan diteliti. Pemanfaatan algoritma apriori sudah cukup banyak digunakan, antara lain

IMPLEMENTASI ALGORITMA FP- GROWTH MENGGUNAKAN ASSOCIATION RULE PADA MARKET BASKET ANALYSIS

APLIKASI DATA MINING ANALISIS DATA TRANSAKSI PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI (Studi Kasus di Apotek Setya Sehat Semarang)

IMPLEMENTASI DATA MINING PADA PENJUALAN TIKET PESAWAT MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI (Studi Kasus: Jumbo Travel Medan)

PEMANFAATAN DATA MINING UNTUK MENGETAHUI POLA PEMBELIAN MASYARAKAT PADA SALAH SATU MINIMARKET DI KOTA MAKASSAR

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang konsep dasar dan teori-teori pendukung yang berhubungan dengan sistem yang akan dibangun.

BAB I PENDAHULUAN. Data mining memungkinkan penemuan pola-pola yang menarik, informasi yang

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MEMPREDIKSI PERSEDIAAN BUKU PADA PERPUSTAKAAN SMA DWI TUNGGAL TANJUNG MORAWA

PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI MARKET BASKET ANALYSIS UNTUK MENDUKUNG PERSEDIAAN BARANG DENGAN METODE FUZZY C-COVERING

PENERAPAN METODE ASOSIASI DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MENGETAHUI KOMBINASI ANTAR ITEMSET PADA PONDOK KOPI


ASSOCIATION RULE MINING UNTUK PENENTUAN REKOMENDASI PROMOSI PRODUK

ANALISA DAN PERANCANGAN APLIKASI ALGORITMA APRIORI UNTUK KORELASI PENJUALAN PRODUK (STUDI KASUS : APOTIK DIORY FARMA)

oleh: Ibnu Sani Wijaya, S.Kom Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Dinamika Bangsa

Decision Support on Supply Chain Management System Using Apriori Data Mining Algorithm

PENERAPAN ASSOCIATION RULE DENGAN ALGORITMA APRIORI PADA TRANSAKSI PENJUALAN DI MINIMARKET SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna

ABSTRAK. Kata Kunci : data mining, market basket analysis, algoritma Apriori, algoritma Fuzzy c-covering, association rules

TINJAUAN PUSTAKA Data Mining

1 BAB I 2 PENDAHULUAN

Penerapan Data Mining Penjualan Sepatu Menggunakan Metode Algoritma Apriori

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ASSOCIATION RULE DENGAN ALGORITMA FP-GROWTH DETERMINING LOCATION OF GOODS IN A

Perancangan Data Mining dalam Analisis Asosiasi Kuantitatif Pembelian Item Barang dengan Metode Apriori

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI ALGORITMA FP-GROWTH PADA APLIKASI SMART UNTUK MENENTUKAN MARKET BASKET ANALYSIS PADA USAHA RETAIL (STUDI KASUS : PT.

ABSTRAK. Kata kunci: Market Basket Analysis, Cross-selling. Universitas Kristen Maranatha

IMPLEMENTASI DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA ECLAT

DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI UNTUK ANALISIS PENJUALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI ALGORITMA FREQUENT PATTERN GROWTH (FP-GROWTH) MENENTKAN ASOSIASI ANTAR PRODUK (STUDY KASUS NADIAMART)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DATA MINING ASOSIASI UNTUK MENENTUKAN CROSS-SELLING PRODUK MENGGUNAKAN ALGORITMA FREQUENT PATTERN-GROWTH PADA KOPERASI KARYAWAN PT.

ANALISIS MASALAH DAN PERANCANGAN SISTEM

IMPLEMENTASI ALGORITMA APRIORI UNTUK MENGANALISA POLA PEMBELIAN PRODUK PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan suatu prosedur beserta tahapan-tahapan yang

ANALISA PENERAPAN DATAMINING PADA PENJUALAN PRODUK OLI MESIN SEPEDA MOTOR DENGAN ALGORITMA APRIORI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISA POLA PEMILIHAN PROGRAM STUDI BAGI CALON MAHASISWA DI UNIVERSITAS ABDURRAB MENGGUNAKAN ASSOCIATION RULE

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MENENTUKAN STRATEGI PENJUALAN MAKANAN RINGAN (Studi Kasus: Toko Pak Herry Templek - Gadungan)

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Abstrak. Data Mining, Algoritma Apriori, Algoritma FP-Growth, Mata Pelajaran, Pemrograman, Web Programming, Matematika, Bahasa Inggris.

RANCANG BANGUN APLIKASI DATA MINING ANALISIS TINGKAT KELULUSAN MENGGUNAKAN ALGORITMA FP-GROWTH (Studi Kasus Di Politeknik Negeri Malang)

ANALISIS KERANJANG BELANJA DENGAN ALGORITMA APRIORI PADA PERUSAHAAN RETAIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. 1. Tempat Penelitian. a. Assalam hypermarket merupakan salah satu pusat perbelanjaan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah

MARKET BASKET ANALYSIS (MBA) PADA SITUS WEB E-COMMERCE ZAKIYAH COLLECTION

IMPLEMENTASI DATA MINING MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI

BAB I PENDAHULUAN. baik. Maka para pengelola harus mencermati pola-pola pembelian yang dilakukan

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Identifikasi Masalah Masalah Umum

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian...

BAB 2 LANDASAN TEORI. paling sering digunakan dalam dunia pemasaran (Megaputer, 2007). Tujuan dari Market

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(52-62)

Journal of Informatics and Technology, Vol 2, No 2, Tahun 2013, p

PERBANDINGAN ALGORITMA APRIORI DAN ALGORITMA FP-GROWTH UNTUK PEREKOMENDASI PADA TRANSAKSI PEMINJAMAN BUKU DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi saat ini membuat samartphone hadir dengan berbagai

REKOMENDASI PAKET PEMBELIAN BARANG PADA TOKO ONLINE DENGAN COLLABORATIVE FILTERING

Jurnal Ilmiah Komputer dan Informatika (KOMPUTA)

Transkripsi:

PENGGALIAN KAIDAH MULTILEVEL ASSOCIATION RULE DARI DATA MART SWALAYAN ASGAP KRIAN Agung Santoso 1, Teguh Pradana 1, dan Olyontang 2 1 Teknik Informatika Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo 2 Teknik Komputer Universitas Maarif Hasyim Latif Sidoarjo agung@dosen.umaha.ac.id, teguh@dosen.umaha.ac.id, olyontang@dosen.umaha.ac.id ABSTRAK Perkembangan teknologi informasi telah mengalami kemajuan yang sangat pesat, termasuk penggunaannya di sektor pemasaran. Namun pada umumnya digunakan sebatas penyimpanan data yang hanya digunakan untuk pencatatan transaksi dan mengolah data transaksi tersebut untuk pembuatan laporan pembelian atau penjualan perusahaan. Bagi penjualan yang hanya menjual beberapa jenis produk atau toko-toko kecil, laporan seperti itu mungkin cukup bagi pemilik untuk melakukan analisis pada pasar dan mengambil keputusan. Hal ini dapat berpengaruh dalam penjualan suatu jenis produk tertentu, tetapi karena banyaknya data yang harus diolah, informasi tersebut menjadi bias atau bahkan tidak akan ditemukan jika dilakukan secara manual. Oleh karena itu, perusahaan seperti ini perlu menggunakan konsep data mining dengan market basket analysis untuk mengetahui buying habits dari konsumen sehingga dapat membantu pengambilan keputusan. Dengan menggunakan data mart yang ada dapat dijadikan sebagai pendukung untuk diolah dengan menggunakan teknik-teknik yang ada pada data mining. Multi level association rule bisa memberikan aturan asosiasi pada tingkatan yang berbeda, yang menggunakan data mart yang memiliki data multi dimensi, sehingga dapat memberikan informasi pada tingkatan yang berbeda. Kata kunci: Data Mining, Market Basket Analysis, Multi Level Association Rule dan Data Mart. ABSTRACT Development of information technology has progressed very rapidly, including its use in the marketing sector. But in general use are only limited data storage is used for recording transactions and processing the transaction data to report the purchase or sale of the company. For sale is simply selling a product or some kind of small shops, such a report may be enough for the owners to do the analysis on the market and make decisions. This can affect the sold of a certain type of product, but because of data to be processed, the information is biased or not even be found if done manually. Therefore, these companies need to use the concept of data mining with market basket analysis to find out the buying habits of consumers that can help decision making. By using an existing data mart be used as a support to be processed using existing techniques in data mining. 67

Multi-level association rule can provide association rules at different levels, using data mart that has a multi-dimensional data, so as to provide information on different level. Keywords: Data Mining, Market Basket Analysis, Multi Level Association Rule and Data Mart. I. PENDAHULUAN Swalayan ASGAP, sejak berdiri pada tahun 1997 telah melakukan komputerisasi dalam transaksi penjualannya. Analisis telah dilakukan berdasarkan laporan transaksi bulanan, besarnya volume data yang perlu diolah, menyebabkan swalayan ASGAP mengalami kesulitan dalam meningkatkan penjualan. Terkadang hasil pengolahan data dengan cara sederhana tidak memberikan hasil apapun. Kebijakan akhirnya ditempuh berdasarkan informasi singkat berupa laporan yang didukung dengan intiusi manajer. Keberadaan informasi diharapkan dapat mempengaruhi segala keputusan dan strategi yang akan diambil oleh manajer. Melihat bahwa diperlukan adanya berbagai aspek yang menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan, sehingga dapat dilihat atribut seperti waktu, produk sebagai variabel yang berpengaruh pada informasi yang ingin diperoleh dan dengan konsep multi-level untuk pencarian frequent itemset dalam pembentukan association rule. Single level umumnya hanya melihat dari satu konsep level, tidak menawarkan informasi item dari berbagai abstraksi, sedangkan multi-level dapat memberikan informasi dari tingkatan yang berbeda, misalnya berdasarkan kategori barang dan nama barang. Association Rules yang dihasilkan disertai dengan tingkat dukungan data berdasarkan history data perusahaan (support dan confidence). Misalkan ketika konsumen membeli produk A, maka swalayan dapat menawarkan pula produk B. Keputusan ini diambil berdasarkan history data transaksi swalayan, terdapat dukungan data dengan confidence 80%, bahwa kebutuhan akan produk B akan meningkat seiring dengan permintaan produk A, maka diharapkan dapat membantu pengambilan keputusan untuk market basket analysis perusahaan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Market Basket Analysis Market Basket Analysis adalah suatu cara yang digunakan untuk menganalisis data penjualan dari suatu perusahaan. Proses ini menganalisis buying habits konsumen dengan menemukan asosiasi antar item-item yang berbeda yang diletakkan konsumen dalam shopping basket (Gregorius S Budhi, 2007). Hasil yang telah didapatkan ini nantinya dapat dimanfaatkan oleh perusahaan retail seperti toko atau swalayan untuk mengembangkan strategi pemasaran dengan melihat item-item mana saja yang sering dibeli secara bersamaan oleh konsumen. Untuk beberapa kasus, pola dari item-item yang dibeli secara bersamaan oleh konsumen mudah ditebak, misalnya susu dibeli secara bersamaan dengan roti. Namun bisa saja terdapat suatu pola pembelian item yang tidak terpikirkan sebelumnya, misalnya pembelian minyak goreng dengan deterjen. Pola ini tidak pernah terpikirkan 68

sebelumnya karena minyak goreng dan deterjen tidak ada hubungan sama sekali, baik sebagai barang pelengkap maupun barang pengganti. Hal ini mungkin tidak terpikirkan sebelumnya sehingga tidak dapat diantisipasi jika terjadi sesuatu, seperti kekurangan stok deterjen misalnya. Inilah salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari market basket analysis. Dengan melakukan proses ini secara otomatis seorang manajer tidak perlu mengalami kesulitan untuk menemukan pola item apa saja yang mungkin dibeli secara bersamaan. B. Association rule Association Rule Mining meliputi dua tahap (Ulmer, David, 2002): 1. Mencari kombinasi yang paling sering terjadi dari suatu itemset. 2. Mendefinisikan Condition dan Result (untuk conditional association rule). Dalam menentukan suatu association rule, terdapat suatu interestingness measure (ukuran kepercayaan) yang didapatkan dari hasil pengolahan data dengan perhitungan tertentu. Umumnya ada dua ukuran, yaitu 1. Support, yaitu suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat dominasi suatu itemset dari keseluruhan transaksi. Ukuran ini menentukan apakah suatu itemset layak untuk dicari confidence-nya (misalnya, dari keseluruhan transaksi yang ada, seberapa besar tingkat dominasi yang menunjukkan bahwa item A dan B dibeli bersamaan). 2. Confidence, yaitu suatu ukuran yang menunjukkan hubungan antar dua item secara conditional (misal, seberapa sering item B dibeli jika orang membeli item A). Kedua ukuran ini nantinya berguna dalam menentukan interesting association rules, yaitu untuk dibandingkan dengan batasan (threshold) yang ditentukan oleh user. Batasan tersebut umumnya terdiri dari minimum support dan minimum confidence. C. Algoritma Apriori Apriori adalah suatu algoritma yang sudah sangat dikenal dalam melakukan frequent itemset dengan association rule. Sesuai dengan namanya, algoritma ini menggunakan knowledge mengenai frequent itemset yang telah diketahui sebelumnya, untuk memproses informasi selanjutnya. Algoritma inilah yang biasanya dipakai dalam proses data mining untuk market basket analysis. Algoritma apriori menggunakan pendekatan iterative (level-wise search), dimana k-itemset dipakai untuk menyelidiki (k+1)-itemset. Langkah-langkah dari algoritma ini adalah sebagai berikut (Ulmer, David, 2002): 1. Set k=1 (menunjuk pada itemset ke-1) 2. Hitung semua k-itemset (itemset yang mempunyai k item) 3. Hitung support dari semua calon itemset-filter itemset tersebut berdasarkan perhitungan minimum support. 4. Gabungkan semua k-sized itemset untuk menghasilkan calon itemset k+1. 5. Set k=k+1. 6. Ulangi langkah 3-5 sampai tidak ada itemset yang lebih besar yang dapat dibentuk. 7. Buat final set dari itemset dengan menciptakan suatu union dari semua k-itemset. D. Algoritma FP-Growth Algoritma FP-Growth merupakan pengembangan dari algoritma apriori, sehingga kekurangan dari algoritma apriori diperbaiki oleh algoritma FP-Growth. Frequent Pattern Growth (FP-Growth) adalah salah satu alternatif algoritma yang dapat 69

digunakan untuk menentukan himpunan data yang paling sering muncul (frequent itemset) dalam sekumpulan data. Struktur data yang digunakan untuk mencari frequent itemset dengan algoritma FP-Growth adalah perluasan dari sebuah pohon prefix, yang biasa disebut FP-Tree. E. Data Mart Data mart adalah suatu bagian pada data warehouse yang mendukung pembuatan laporan dan analisa data pada suatu unit, bagian atau operasi pada suatu perusahaan. Dalam beberapa implementasi data warehouse, data mart adalah miniature data warehouse. Data mart sering digunakan untuk memberikan informasi kepada segmen fungsional organisasi. Contoh umum data mart adalah untuk departemen penjualan, departemen persediaan dan pengiriman, departemen keuangan, manajemen tingkat atas, dan seterusnya. Karakterisitik Data mart: 1. Data mart memfokuskan hanya pada kebutuhan-kebutuhan pemakai yang terkait dalam sebuah departemen atau fungsi bisnis. 2. Data mart biasanya tidak mengandung data operasional yang rinci seperti pada data warehouse. 3. Data mart hanya mengandung sedikit informasi dibandingkan dengan data warehouse. Data mart lebih mudah dipahami. Terkadang sulit untuk membedakan antara data warehouse dan data mart karena keduanya hampir sama. Namun, jika dikaji lebih jauh ada beberapa perbedaan yang dimiliki keduanya. Data warehouse merupakan gabungan dari beberapa data mart dan levelnya berada pada perusahaan atau organisasi. Sedangkan data mart merupakan bagian dari data warehouse dan berada level departemen pada perusahaan atau organisasi tersebut. Data mart menangani sebuah business proses, misalkan penjualan, maka hanya proses penjualan saja yang ditangani pada data mart. Tiga fungsi utama yang perlu dilakukan untuk membuat data siap digunakan pada datawarehouse adalah extraction, transformation dan loading (ETL). Ketiga fungsi ini terdapat pada staging area. Pada data staging ini, disediakan tempat dan area dengan beberapa fungsi seperti data cleansing, change, convert, dan menyiapkan data untuk disimpan serta digunakan oleh datawarehouse. III. DESAIN SOFTWARE Dataset yang digunakan dalam penelitian adalah dataset retail yang diambil dari swalayan ASGAP. Swalayan ASGAP yang berlokasi di Krian berdiri pada tahun 1997 dan yang berlokasi di Driyorejo berdiri tahun 2004. Aplikasi penjualan menggunakan bahasa pemrograman Clipper (under DOS). Database yang digunakan juga bersumber dari Clipper terdiri dari master penjualan, master transaksi dan master lokasi. 70

Gambar 1 : Proses Mining Data Mart ASGAP Desain Software diawali dengan penyiapan data mart kemudian dilanjutkan penentuan himpunan data yang paling sering muncul dalam sekumpulan data dengan menggunakan algoritma FP-Growth selanjutnya himpunan data dikodekan sehingga menghasilkan encoded transaction table dan dilakukan perhitungan untuk menentukan interesting accociation rules setelah melewati semua proses itu, maka akan menghasilkan pola asosiasi antar produk. Preprosessing Tahapan untuk preprosessing (persiapan data) tujuannya untuk pemilihan dan pemindahan data, kemudian menggabungkan sumber-sumber data yang ada supaya dapat mempermudah proses menampilkan data dalam jumlah yang lebih mudah dibaca. Proses untuk pembersihan data yang tidak berguna misalnya ada data yang tidak ada tanggalnya atau data kosong tetapi ada nomor notanya. Dalam proses diperlukan kehatihatian yang sangat tinggi apabila melakukan kesalahan pada data set maka akan mempengaruhi output klasifikasi. Semua data berasal dari data mentah dan hasilnya akan menjadi data yang nantinya siap untuk diolah menjadi data mart, spesifikasi data sebagai berikut: Jumlah record tabel master barang sebanyak 3,442. Jumlah record tabel transaksi penjualan sebanyak 19.929. Julah record master lokasi sebanyak 2. Design Data Mart Data mart adalah dataset yang mempunyai model dimensional dan merupakan rancangan logika yang bertujuan untuk menampilkan data dalam bentuk standart dan intuitif yang memperbolehkan aksess dengan performa yang tinggi. Model dimensional menggunakan konsep model hubungan antar entity (ER) dengan beberapa batasan yang penting. Setiap model dimensi terdiri dari sebuah tabel dengan sebuah komposit primary key, disebut dengan tabel fakta dan satu set tabel yang lebih kecil disebut tabel dimensi. Selanjutnya dari ketiga tabel tersebut direlasikan kemudian dibentuk sebuah data mart yang mempunyai dimensi produk yang berisi nama produk dalam transaksi serta total penjualan mulai Januari sampai Desember. Dari data mart tersebut bisa di drill down berdasarkan produk, juga di drill down berdasarkan kategori, selanjutnya di drill down berdasarkan bulan penjualan, di drill down lagi berdasarkan tanggal transaksi, di drill down berdasarkan lokasi. Frequent Itemset Data mart dijadikan acuan untuk mencari frequent itemset (item yang sering muncul). Untuk menghitung itemset yang sering muncul tidak berdasarkan banyaknya 71

jumlah item yang dibeli dalam satu nota dalam satu item. Sehingga didapat item-item yang sering muncul dalam penelitian ini dibatasi sampai 100 kali kemunculan saja. Jadi perhitungan keseluruhan transaksi dengan minimum support =100 yang berarti minimal muncul 100 kali dalam suatu transaksi. Interestingness Measure Dari hasil kombinasi antar item kemudian dihitung kembali dengan Interestingness Measure (ukuran kepercayaan), perhitungan ada dua macam. Support: ukuran yang menunjukan seberapa besar tingkat dominasi suatu itemset dari keseluruhan transaksi. Ukuran ini menentukan apakah suatu itemset layak untuk dicari confidence nya, dengan rumus perhitungan sebagai berikut: Confidence: yaitu suatu ukuran yang menunjukan hubungan antar dua item secara conditional artinya seberapa sering item B dibeli jika orang membeli item A. (1)... (2) Kedua ukuran ini nantinya berguna dalam menentukan interesting accociation rules, yaitu untuk dibandingkan dengan batasan (threshold) yang ditentukan oleh user. Batasan tersebut umumnya terdiri dari minimum support dan minimum confidence. Multilevel Association Rule Untuk mendapatkan Multilevel Accociation Rule perlu terlebih dahulu dibentuk suatu Concept Hierarchy Tree dari data-data yang ada kemudian menyusunnya ke dalam sebuah generalized description table. Selanjutnya datamart yang akan dimining dirubah atau ditranformasikan menjadi encoded transaction table dimana item-item yang muncul pada concept hierarchy dari sebuah transaksi dikodekan sesui dengan nilai GID nya pada geralized description table. Dalam menggali Multilevel Accociation Rule kuncinya adalah dengan membangun sebuah concept hierarchy tree dari sebuah predikat. Gambar 2. Concept Hierarchy Tree 72

Dari pohon skema pada gambar Concept Hierarchy Tree selanjutnya diubah dalam bentuk tabel yaitu sebuah generalized description table, seperti terlihat pada Tabel 1 (Scott Fortin, Ling Liu, Randy Goebel 1996). Tabel 1. Generalized Description Table Selanjutnya data transaksi yang akan di-mining dirubah/di-transformasi menjadi encoded transaction table, dimana item - item yang ada pada sebuah transaksi dikodekan sesuai dengan nilai kode-nya pada generalized description. Langkah berikutnya adalah melakukan join tabel transaksi yang biasanya bersifat multi dimensi dengan tabel detail transaksi yang biasanya bersifat multi level namun single dimensi, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2. Tabel Transaksi Penjualan Proses akhir dari encoded transaction table adalah perhitungan untuk menentukan interesting accociation rules, yaitu untuk dibandingkan dengan batasan (threshold) terdiri dari minimum support dan minimum confidence. Dengan cara menghitung itemset yang sering muncul tidak berdasarkan banyaknya jumlah item yang dibeli dalam satu nota dalam satu item dengan rule sebagai berikut : Jika hanya dua kombinasi item, maka hitung kategori pertama, misalnya item yang muncul minuman kemudian hitung pada kolom pertama yang mengandung kategori minuman kemudian hitung jumlah transaksi keseluruhan kemudian jumlah kolom pertama dibagi dengan jumlah total transaksi dikalikan 100%. Jika muncul tiga kombinasi item, maka gabungkan kategori pertama dan katagori kedua, misalnya item yang muncul minuman dan minyak kemudian hitung pada kolom pertama dan kolom kedua yang yang mengandung kategori minuman dan minyak lalu hitung jumlah traksaksi keseluruhan kemudian 73

jumlah kolom pertama dan kolom kedua dibagi dengan jumlah total traksaksi dikalikan 100%. Rule tersebut juga akan digunakan untuk menghitung seluruh Proses (pengelompokan) yang terdiri diantaranya: Proses 1 : Hasil perhitungan multi level association rule dengan pengelompokan berdasarkan Jenis (katagori) dengan output besaran nilai support dan confidence. Proses 2 : Hasil perhitungan multi level association rule dengan pengelompokan berdasarkan Merk Barang dengan output besaran nilai support dan confidence. Proses 3 : Hasil perhitungan multi level association rule dengan pengelompokan berdasarkan Nama Barang dengan output besaran nilai support dan confidence. Dari pemrosesan mulai dari proses 1 sampai proses 3 diperoleh pengetahuan berupa pola asosiasi antara satu produk dengan produk yang lain dengan hasil sebagai berikut: Konsumen yang membeli barang dengan katagori MINUMAN cenderung membeli barang dengan katagori MINYAK [support : 3.97% confidence : 0.51%] Konsumen yang membeli barang dengan katagori MINUMAN cenderung membeli barang dengan katagori ROKOK [support : 3.97% confidence : 22.10%] Konsumen yang membeli barang dengan katagori ROKOK dan PASTA cenderung membeli barang dengan katagori KOPI [support : 0.27% confidence : 3.70%] Konsumen yang membeli barang di wilayah DRIYOREJO cenderung membeli barang dengan katagori MIE INSTANT dan KOPI [support : 3.42% confidence : 2.94%] Konsumen yang membeli barang di bulan JANUARI cenderung membeli barang dengan katagori MINUMAN dan SABUN CUCI [support : 3.97% confidence : 0.38%] Konsumen yang membeli barang dengan merk GG SURYA cenderung membeli barang dengan merk ROMA [support : 9.98% confidence : 0.45%] Dan seterusnya IV. PENUTUP Data mart dan data mining dapat membantu manajemen dalam pengambilan tindakan-tindakan bisnis dengan membekali pengetahuan berupa pola yang berasal dari data-data masa lalu. Dalam penelitian ini diperoleh pengetahuan berupa pola asosiasi antara satu produk dengan produk yang lain. Hasil dari evaluasi memberikan hasil yang memuaskan, di mana aturan asosiasi memberikan manfaat yang lebih besar daripada tidak menggunakan aturan sama sekali. 1. Data mart bisa digunakan untuk menentukan frequent itemset, dan data mart bisa mendukung data mining khususnya multi level association rule, dengan memberikan dimensi data yang berbeda yang dibutuhkan oleh data mining. 74

2. Multi Level Association Rule bisa menghasilkan kombinasi item dari tingkatan level yang berbeda, seperti produk, waktu, serta wilayah. 3. Dari hasil kombinasi item, yang mempunyai nilai confidence yang besar, bisa dijadikan sebagai pedoman dalam meningkatkan penjualan, misalnya manajemen dapat menginstruksikan kepada tenaga penjual untuk selalu mengingatkan konsumen yang membeli item untuk membeli item yang lain yang mempunyai nilai confidence yang besar terhadap item yang lain. V. DAFTAR PUSTAKA [1] Gregorius S. Budhi, Resmana Lim, Penggunaan Metode Fuzzy C-covering untuk Analisa Market Basket Padasupermarket, http://puslit.petra.ac.id/journals/informatics/ [2] David Ulmer, Mining an Online Auctions Data Warehouse, Proceedingsof MASPLAS'02 The Mid-Atlantic Student Workshop on Programming Languages and Systems Pace University, April 19, 2002. [3] Pratima Gautam, Dr. K. R. Pardasani. Algorithm for Efficient Multilevel Association Rule Mining. Vol. 02, No. 05, 2010, 1700-1704. [4] Scott Fortin, Ling Liu, Randy Goebel. An Object-Oriented Approach to Multi-Level Association Rule Mining. [5] Yinbo WAN, Yong LIANG, Liya DING. Mining Association Rules From Primitive Frequent Itemset. Vol. 3 No. 1. June 30, 2009. [6] Virendra Kumar Shrivastava, Parveen Kumar, K. R. Pardasani. Discovery of Multi-level Association Rules from Primitive Level Frequent Patterns Tree. Vol. 3 No. 1, July 2010 (ISSN 0974-3375). 75