II. TINJAUAN PUSTAKA A Pem asaran Produk dan Jasa Bank

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

LANDASAN TEORI. konsumen untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan dari masing-masing

SYSTEM PEMBIAYAAN PERBANKAN SYARIAH

BAB II Landasan Teori

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB I P E N D A H U L U A N. Dalam kehidupan sehari hari, masyarakat memiliki kebutuhan kebutuhan yang

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

PENDAHULUAN. modal kerja dan usaha, perdagangan, dan distribusi banyak ditentukan oleh ada

II. LANDASAN TEORI. penjualan, tetapi dipahami dalam pemahaman modern yaitu memuaskan

BAB I PENDAHULUAN. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang

BAB I PENDAHULUAN. koperasi di indonesia merupakan bagian dari bagian usaha nasional secara keseluruhan. Koperasi

BAB I PENDAHULUAN. dengan itu berdasarkan persetujuan pinjaman antara pihak bank dengan pihak lain

PERBANKAN SYARIAH. Oleh: Budi Asmita SE Ak, MSi. Bengkulu, 13 Februari 2008

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Keberadaan perbankan

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat; kedua, penyaluran dana (financing) merupakan kegiatan

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. (funding) dalam bentuk Giro, Tabungan dan Deposito yang dana tersebut. disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini kehidupan perekonomian di dunia tidak dapat dipisahkan dengan

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah atau Bank Islam yang secara umum pengertian Bank Islam

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat. Lembaga-lembaga keuangan syariah berupa bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

TINJAUAN PUSTAKA. inginkan melalui penciptaan, penawaran dan pertukaran produk-produk yang

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB II LANDASAN TEORI. maupun lembaga yang melancarkan arus uang dari masyarakat.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang saling berkaitan untuk menambah fungsi dari bank selain fungsi bank yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. dengan mengambil judul Analisis Kelayakan Pembiayaan Mikro pada Bank

BABI PENDAHULUAN. Sistem perbankan syariah merupakan bagian dari konsep ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi hasil, bahkan memungkinkan bank untuk menggunakan dual system,

Tinjauan Strategi Pemasaran Produk Pembiayaan Pemilikan Kendaraan Bermotor Ib Maslahah Pada PT. Bank Jabar Banten Syariah Cabang Bandung

Bank Kon K v on e v n e sion s al dan Sy S ar y iah Arum H. Primandari

BAB II LANDASAN TEORI. memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran. Tujuan

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS SEWA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARAKTERISTIK TRANSAKSI PERBANKAN SYARIAH DIRINGKAS DARI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO.59

BAB I PENDAHULUAN. maka perusahaan dapat mempertahankan posisi pasarnya di tengah-tengah

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR HUKUM. a. Kegiatan usaha dan produk-produk bank berdasarkan prinsip syariah. b. Pembentukan dan tugas Dewan Pengawas Syariah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri perbankan syariah di Indonesia saat ini sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bunga merupakan harga yang harus dibayar/diterima untuk

BAB I PENDAHULUAN. M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam (Fiqh Muamalah), PT. Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. Chan (2003) mendefinisikan relationship marketing sebagai pengenalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008). Ditinjau dari segi imbalan atau

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito. Biasanya sambil diberikan balas

BAB 1 PENDAHULUAN. hidupnya. Untuk melakukan kegiatan bisnis tersebut para pelaku usaha

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bank syariah tidak mengenal pinjaman uang tetapi yang ada adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya perekonomian suatu negara, semakin meningkat pula

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian bank menurut Hasibuan (2005:2) adalah badan usaha yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan menerapkan prinsip-prinsip syariah diantaranya adalah:

BAB I PENDAHULUAN. nasional Indonesia menganut dual banking system yaitu, sistem perbankan. konvensional menggunakan bunga (interest) sebagai landasan

PENGARUH PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BRITAMA PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA

Bank Konvensional dan Syariah. Arum H. Primandari

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

KODIFIKASI PRODUK PERBANKAN SYARIAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Pelaksanaan Skema Musyarakah Pada Produk Pembiayaan Dana Berputar (PDB) Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Garut

BAB 1 PENDAHULUAN. kepuasan kepada pelanggan secara maksimal, karena pada dasarnya tujuan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni

PRODUK PERBANKAN SYARIAH. Imam Subaweh

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Islam di Tanah Air sebenarnya sudah dimulai secara formal dan informal jauh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era persaingan global yang berkembang saat ini, muncul berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

Dasar-Dasar Pembiayaan Bank Syariah

BAB IV ANALISIS STRATEGI PEMASARAN PRODUK SI SANTRI. (Simpanan Masyarakat Kota Santri)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat. Dalam menghadapi situasi tersebut, maka perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

Bank Syariah PIEw14 1

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut dikarenakan dari hasil penyaluran pembiayaan bank dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

BAB II LANDASAN TEORI. waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 1 Berdasarkan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

AKAD MURABAHAH DAN APLIKASINYA

ANALISIS KEPUASAN NASABAH PEMBIAYAAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH AL SALAAM AMAL SALMAN KANTOR CABANG LEUWILIANG

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB I PENDAHULUAN. dibuka tetapi dapat dilihat dari munculnya produk-produk baru dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. Ditengah perkembangan dunia industri yang sangat pesat, maka persaingan

Transkripsi:

6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemasaran Produk dan Jasa Bank Marketing Mix (bauran pemasaran) yang terdiri dari Product, Price, Promotion dan Place atau dikenal 4P (Kotler, 2003). Penerapan bauran pemasaran pada produk dan jasa dapat dijabarkan sebagai berikut (Kotler, 2003) : 1. Product. Hal yang penting diperhatikan dalam desain dan produk jasa bank adalah atribut yang melekat, seperti sistem, prosedur dan pelayanannya. Desain produk dan jasa bank juga memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan ukuran bentuk dan mutu. 2. Price. Pengertian harga dalam produk dan jasa bank, berupa kontra prestasi dalam bentuk suku bunga, baik untuk produk simpanan maupun pinjaman, serta fee untuk jasa-jasa perbankan. 3. Promotion. Kegiatan promosi pada produk dan jasa bank pada umumnya dilakukan melalui iklan di media masa, atau televisi. Konsep kegiatan promosi secara menyeluruh meliputi advertising, sales promotion, public relation, sales training, marketing research and development. 4. Place, atau disebut saluran distribusi. Saluran distribusi produk dan jasa bank, berupa kantor cabang yang secara langsung menyediakan produk dan jasa yang ditawarkan. Dengan semakin majunya teknologi, maka saluran distribusi dapat dilakukan melalui saluran telekomunikasi seperti telepon dan jaringan. 5. People. Ciri bisnis bank adalah dominannya unsur personal approach, baik dari jajaran front office, back office sampai tingkat manajerial. Para pekerja bank dituntut untuk melayani nasabah secara optimal. 6. Process. Hal ini meliputi sistem dan prosedur, termasuk persyaratan ataupun ketentuan yang diberlakukan oleh bank terhadap produk dan jasa bank. Sistem dan prosedur (sisdur) akan merefleksikan penilaian, apakah pelayanan cepat atau lambat. Pada umumnya nasabah lebih menyenangi proses yang cepat, walaupun bagi bank akan menimbulkan resiko lebih tinggi. Penggunaan teknologi yang

tepat guna dan kreativitas prima diperlukan, untuk suatu proses yang cepat namun aman. 7 B. Jenis Produk Pembiayaan di Bank Syariah Mandiri Pada dasarnya, produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bagian besar, yaitu produk penyaluran dana (financing), produk penghimpunan dana (funding) dan produk jasa atau service (Karim, 2003). Pembiayaan merupakan salah satu produk bank yang harus dipasarkan. Setelah mendapatkan nasabah pembiayaan, maka tugas pokok bank adalah memberikan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Wiroso, 2005). Menurut sifat penggunaannya pembiayaan, dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal berikut (BSM, 2011) : 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi 2 (dua) hal seperti pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan : a. Peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan mutu hasil produksi. b. Untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barangbarang modal (capital goods) dan fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan investasi. 2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Pembiayaan konsumtif diperlukan oleh pengguna dana untuk memenuhi kebutuhan konsumsi dan barang habis dipakai untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Kebutuhan konsumsi dapat dibedakan atas kebutuhan primer (pokok atau dasar) dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan

8 pokok, baik berupa barang, seperti makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal maupun berupa jasa, seperti pendidikan dasar dan pengobatan. Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan tambahan, yang secara kuantitatif maupun kualitatif lebih tinggi atau lebih mewah dari kebutuhan primer, baik berupa barang, seperti makanan dan minuman, pakaian/perhiasan, bangunan rumah, kendaraan dan sebagainya, maupun berupa jasa, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan, pariwisata, hiburan, dan sebagainya. Bank syariah dapat menyediakan pembiayaan komersial untuk pemenuhan barang konsumsi (Karim, 2003) sebagai berikut : 1. Al-bai bitsaman ajil (salah satu bentuk murabahah) atau jual beli dengan angsuran. 2. Al-ijarah al-muntahia bit-tamlik atau sewa-beli. 3. Al-musyawarakah mutanaqhishah atau decreasing participation, di mana secara bertahap bank menurunkan jumlah partisipasinya. 4. Ar-rahn untuk memenuhi kebutuhan jasa. Dalam penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat, bank syariah menawarkan beberapa produk perbankan (Karim, 2003) berikut : 1. Pembiayaan Mudharabah. Bank menyediakan pembiayaan modal investasi atau modal kerja secara penuh (trusty financing), sedangkan nasabah menyediakan proyek atau usaha lengkap dengan manajemennya. Hasil keuntungan dan kerugian yang dialami nasabah dibagikan atau ditanggung bersama antara bank dan nasabah dengan ketentuan sesuai kesepakatan bersama. Prinsip mudharabah dalam perbankan digunakan untuk menerima simpanan dari nasabah, baik dalam bentuk tabungan atau deposito dan melakukan pembiayaan. Rukun dan syaratnya adalah : 1. Ada shahibul maal (modal/bank) 2. Ada mudharib (pengusaha/bank) 3. Ada amal (usaha/pekerjaan) 4. Ada hasil (bagi hasil/keuntungan) 5. Ada aqad (ijab-kabul).

9 2. Pembiayaan Musyarakah. Hal ini merupakan pembiayaan sebagian dari modal usaha, yang mana pihak bank dapat dilibatkan dalam proses manajemennya. Modal yang disetor dapat berupa uang (seperti hak paten dan goodwill) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. 3. Pembiayaan Murabahah. Pembiayaan Murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual beli atas barang tertentu dalam transaksi jual beli tersebut. Penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil. Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Rukun dan syaratnya sebagai berikut : a. Penjual b. Pembeli c. Barang yang diperjualbelikan d. Harga e. Ijab Qobul. 4. Pembiayaan Al Bai Bithaman Ajil. Ini adalah pembiayaan untuk membeli barang dengan cicilan. Syaratsyarat dasar dari produk ini hampir sama dengan pembiayaan Murabahah. Perbedaan di antara keduanya terletak pada cara pembayaran, dimana pada pembiayaan Murabahah pembayaran ditunaikan setelah berlangsungnya akad pembiayaan. Pada pembiayaan Al Bai Bithaman Ajil, cicilan baru dilakukan setelah nasabah penerima barang yang mampu memperlihatkan hasil usahanya. 5. Pembiayaan Salam diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan jangka pendek untuk produksi agrobisnis atau industri jenis lainnya. 6. Pembiayaan Isthina.

10 Pembiayaan ini diaplikasikan dalam bentuk pembiayaan manufaktur, industri kecil-menengah dan konstruksi. Dalam pelaksanaan pembiayaan isthina dapat dilakukan dengan 2 (dua ) cara, yakni pihak produsen ditentukan oleh bank, atau pihak produsen ditentukan oleh nasabah. Pelaksanaan salah satu dari kedua cara tersebut harus ditentukan di muka dalam akad oleh kedua belah pihak. 7. Pembiayaan sewa-beli (ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bi tamlik). Ini adalah pembiayaan model akad sewa suatu barang antara bank dengan nasabah, di mana nasabah diberi kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir akad atau dalam dunia usaha dikenal dengan finance lease. Harga sewa dan harga beli ditetapkan bersama di awal perjanjian. Dalam pembiayaan ini yang menjadi obyek sewa diisyaratkan harus barang bermanfaat dan dibenarkan oleh syariat dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur. Pembiayaan sewa-beli ini dapat dilakukan dengan cara pertama lembaga pembiayaan atau perusahaan leasing berdasarkan syariah Islam dalam membeli aset yang akan dibeli oleh nasabah dan setelah terbeli lembaga tersebut menyewakan aset itu dalam jangka waktu dan harga yang ditentukan dalam perjanjian kedua belah pihak. 8. Hiwalah Hiwalah adalah produk perbankan syari ah yang disediakan untuk membantu pemasok dan mendapatkan modal tunai agar melanjutkan produksinya. Dalam hal ini bank akan mendapatkan imbalan (fee) atas jasa pemindahan piutang. Besarnya imbalan yang akan diterima bank ditetapkan berdasarkan hasil kesepakatan antar bank dengan nasabah. 9. Rahn Produk perbankan ini disediakan untuk membantu nasabah dalam pembiayaan kegiatan multiguna. Rahn sebagai produk pinjaman, berarti bank hanya memperoleh imbalan atas penyimpanan, pemeliharaan, asuransi dan administrasi barang yang digadaikan. Berkenaan dengan hal tersebut, produk Rahn hanya digunakan bagi keperluan sosial seperti pendidikan dan kesehatan.

11 C. Fungsi Pembiayaan Pembiayaan adalah penyediaan sumber daya oleh salah satu pihak kepada pihak lain dimana pihak kedua tidak mengembalikan ke pihak pertama dengan segera (menghasilkan debt). Sumber daya yang diberikan dapat dalam bentuk finansial (pemberian pinjaman atau loan), atau dapat terdiri dari barang atau jasa (pembiayaan konsumen). Pembiayaan mencakup setiap bentuk pembayaran yang ditangguhkan. UU No. 10 tahun 1998 mendefinisikan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Bank Indonesia, 1998). Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tabungan setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, seperti pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). D. Kepuasan Pelanggan, Mutu dan Pelayanan Kepuasan pelanggan adalah apabila sebuah produk atau jasa memenuhi atau melampaui harapan pelanggan (Gerson, 2002), atau persepsi pelanggan yang menggambarkan bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampaui. Jika pelanggan tidak puas, maka akan menghentikan bisnisnya dengan suatu instansi dan berpindah

12 ke instansi lain. Semua upaya yang dilakukan untuk mencapai mutu dan memberikan pelayanan yang unggul tidak ada artinya sama sekali, jika pelanggan tidak puas. Menurut Deming dalam Tenner and Detoro (1992), mutu haruslah bertujuan memenuhi kebutuhan pelanggan sekarang dan masa datang. Juran dalam Tenner and Detoro (1992) mengatakan bahwa mutu adalah kesesuaian dengan tujuan dan manfaatnya. Crosby dalam Tenner and Detoro (1992) berpendapat bahwa mutu adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, reliability, maintainability dan cost effectiveness. Pendapat Goetsch dan Davis dalam Tenner and Detoro (1992) tentang mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berkaitan dengan produk, pelayanan, orang, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan. Mutu dan pelayanan adalah sarana untuk mencapai kepuasan dan ikatan. Tujuan keseluruhan bisnis bukanlah untuk menghasilkan produk atau jasa yang bermutu, atau memberikan pelayanan prima. Tujuan utama adalah menghasilkan pelanggan yang puas dan setia yang akan terus menjalin bisnis. Oleh karena itu, memberikan mutu yang tinggi dan pelayanan prima adalah suatu keharusan jika ingin mencapai tujuan utama yaitu pelanggan yang puas dan setia (Gerson, 2002). Dalam perilaku pelanggan, kepuasan lebih banyak didefinisikan dari perspektif pengalaman pelanggan setelah mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa (Schifman and Kanuk, 2008). Dapat terjadi bahwa secara aktual, suatu produk atau jasa mempunyai potensi untuk memenuhi harapan pelanggan, tetapi ternyata hasil dari persepsi pelanggan tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh produsen, terjadi karena adanya gap antara apa yang dipersepsikan oleh produsen (perusahaan) dengan apa yang dipersepsikan oleh pelanggan (Schifman and Kanuk, 2008). Mengukur kepuasan pelanggan adalah mengukur mutu dan aktivitas pelayanan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan dan akan mengembangkan perusahaan untuk meningkatkan ikatan pelanggan. Istilah mutu sangat penting bagi suatu organisasi atau perusahaan, mengingat mutu produk yang dihasilkan suatu perusahaan akan menyangkut reputasi perusahaan, penurunan biaya, peningkatan

13 pangsa pasar, pertanggungjawaban produk, dampak internasional, penampilan produk atau jasa dan mutu yang dirasakan (Supranto, 2006). Menurut Kotler (2003), terdapat 5 (lima) faktor determinan mutu pelayanan yang harus dikondisikan oleh pihak pemberi jasa pelayanan, yaitu : 1. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan atau terpercaya, akurat, konsisten dan kesesuaian pelayanan. 2. Daya tanggap (responsiveness), yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat, serta mendengar dan mengatasi keluhan atau komplain yang diajukan konsumen. 3. Keyakinan (confidence), yaitu kemampuan dan kesopanan karyawan dalam bekerja serta kemampuan untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan, sehingga pelanggan merasa terjamin. 4. Emphati (emphaty), yaitu kesediaan karyawan dan pengusaha untuk lebih peduli memberikan perhatian secara pribadi kepada pelanggan. 5. Fasilitas fisik (tangible), yaitu penampilan dan tersedianya fasilitas fisik, peralatan dan sumber daya manusia. Menurut Gerson (2002), alasan mengukur mutu dan kepuasan pelanggan adalah : 1. Untuk mempelajari persepsi pelanggan. Pelanggan memiliki sifat individual dan setiap orang akan memandang sesuatu secara berbeda dari orang lain, meskipun dalam situasi yang sama. Walaupun banyak program pengukuran berusaha untuk mendapatkan gambaran rataan pelanggan yang akan menjadi dasar untuk membangun atau membangun kembali program pelayanan pelanggan, paling tidak identifikasi persepsi masing-masing individu pelanggan harus dilakukan. 2. Untuk menentukan kebutuhan, keinginan, persyaratan dan harapan pelanggan, maka pengukuran kepuasan pelanggan tidak hanya untuk menentukan bagaimana pelanggan menikmati produk atau jasa yang dibeli dan pelayanan yang diterima, tetapi juga harus mengidentifikasi apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh pelanggan. Persyaratan yang amat vital untuk keberhasilan

14 program pengukuran adalah mempelajari kebutuhan pelanggan saat ini dan masa mendatang. Banyak sekali perusahaan yang meminta pelanggan untuk membeli tanpa berusaha mencari tahu mengapa membeli, kebutuhan pribadi dan psikologis apa yang ingin dipenuhi dengan membeli barang/jasa tersebut, bagaimana rencananya untuk menggunakan barang/jasa yang dibeli, apa yang diharapkan dari pembelian itu dan apa harapan terhadap kebutuhan di masa mendatang. 3. Untuk menutup kesenjangan. Banyak sekali kesenjangan yang ada antara pelanggan dengan penyedia barang/produk. Mengukur kesenjangan tersebut merupakan satu-satunya cara untuk menutupnya. Semua kesenjangan berdasarkan pada perbedaan persepsi antara penyedia dengan pelanggan mengenai apa yang seharusnya disediakan oleh penyedia dengan apa yang seharusnya diterima oleh pelanggan. Kesenjangan antara penyedia produk/jasa dengan konsumen dapat berupa : a. Kesenjangan antara pandangan perusahaan terhadap keinginan pelanggan dengan keinginan pelanggan yang sesungguhnya. b. Kesenjangan antara pandangan perusahaan terhadap barang/jasa yang telah dibeli pelanggan dan pandangan pelanggan terhadap barang/jasa yang telah diterimanya. c. Kesenjangan antara pandangan perusahaan dengan pandangan pelanggan terhadap mutu pelayanan yang diberikan. d. Kesenjangan antara harapan pelanggan terhadap mutu pelayanan dengan kinerja pelayanan yang sesungguhnya. e. Kesenjangan antara janji pemasaran dengan pelayanan yang sesungguhnya. 4. Untuk memeriksa apakah peningkatan mutu pelayanan dan kepuasan pelanggan sesuai harapan atau tidak. Perusahaan harus menetapkan standar kinerja, menginformasikannya kepada staf, pelanggan dan mengukur kinerja sesungguhnya dengan standar tersebut. Bila Perusahaan menetapkan tujuan bisnis berdasarkan persyaratan dan harapan pelanggan, serta kemudian mengukur kinerja dengan tujuan tersebut, maka

15 perusahaan akan memiliki kesempatan yang sangat baik untuk meningkatkan mutu produknya maupun pelayanan. 5. Peningkatan kinerja membawa peningkatan laba. Jika kinerja mutu dan pelayanan meningkat, maka laba akan meningkat. Dalam hal ini, semakin banyak orang membeli produk/jasa suatu perusahaan maka kontribusi volume penjualan terhadap laba juga meningkat. Demikian pula, jika tingkat mutu pelayanan meningkat sejalan dengan meningkatnya tingkat kepuasan pelanggan. Dalam hal ini, perusahaan dapat membebankan harga lebih tinggi untuk barang atau jasa yang dijual. Peningkatan harga dikombinasikan dengan penurunan biaya yang didapatkan dari proses peningkatan mutu, sehingga membawa perusahaan pada tingkat laba tinggi. 6. Untuk mempelajari bagaimana perusahaan melakukannya dan apa yang harus dilakukan kemudian. Penelitian pelanggan memberikan informasi bagaimana perusahaan melakukannya dan apa yang harus dilakukan kemudian. Dalam hal ini pelanggan akan memberi tahu, apakah perusahaan memuaskannya atau tidak dan apa yang harus dilakukan untuk memuaskan di masa depan. Hal lainnya akan memberi tahu, apakah perusahaan perlu mengubah strategi dan/atau arah bisnis. Pengukuran persepsi pelanggan dalam hal mutu pelayanan, produk dan tingkat kepuasan sangatlah penting bagi keberhasilan bisnis suatu perusahaan. 7. Untuk menerapkan proses perbaikan berkesinambungan. Jika suatu perusahaan tidak berusaha untuk meningkatkan pelayanan, pesaing akan melakukannya dan pelanggannya akan menjadi pelanggan pesaing. Perusahaan harus mengukur segala tindakan yang terkait dengan produksi barang dan jasa, serta penyampaiannya kepada pelanggan. Dengan cara terus menanyakan kepada pelanggan bagaimana cara melakukan dengan baik, maka perusahaan akan berusaha untuk berinovasi pada pelayanan pelanggan, sehingga dapat dipakai sebagai pijakan untuk terus-menerus melakukan perbaikan. Dalam konsep Trilogi Juran (Juran, 1989) manajemen mutu didasarkan kepada proses manajerial yang biasa digunakan dalam mengelola finansial, baik dalam

16 perencanaan finansial, pengendalian finansial dan perbaikan finansial. Penerapannya pada manajemen mutu adalah (Kadarisman, 2006) : 1. Perencanaan Mutu Perencanaan mutu merupakan suatu proses mengidentifikasi pelanggan, persyaratannya, harapannya tentang ciri-ciri produk dan jasa serta proses untuk menjadikan produk dan jasa tersebut dengan atribut yang tepat. 2. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu merupakan suatu proses menguji dan mengevaluasi produk dan jasa terhadap persyaratan yang diminta pelanggan. Masalah dideteksi kemudian dikoreksi. 3. Perbaikan Mutu Perbaikan mutu merupakan suatu proses dengan mekanisme yang berkelanjutan sehingga mutu dapat dicapai dengan kontinyu. Proses ini mencakup alokasi sumber daya, penugasan orang mengerjakan proyek mutu dan secara teratur membangun struktur untuk mencapai mutu. Untuk produk pembiayaan perbankan, mutu yang dilihat adalah (Juran, 1989) : 1. Angsuran tetap selama jangka waktu pembiayaan. 2. Bagi hasil lebih rendah dibandingkan bank lain. 3. Akad dan prosedur syariah. 4. Biaya administrasi rendah. 5. Skim pembiayaan lebih bervariasi. Manfaat pengukuran mutu dan kepuasan pelanggan (Gerson, 2002) adalah : 1. Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan prima kepada pelanggan. 2. Pengukuran dapat dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkannya menuju mutu semakin baik dan kepuasan pelanggan yang meningkat.

17 3. Pengukuran memberikan umpan balik segera kepada pelaksana, terutama apabila pelanggan sendiri yang mengukur kinerja pelaksana atau perusahaan yang memberi pelayanan. 4. Pengukuran dapat menginformasikan apa yang harus dilakukan untuk memperbaiki mutu dan kepuasan pelanggan. 5. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat produktivitas lebih tinggi. E. Usaha Kecil Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1995, yang dimaksud usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini (Tohar, 2000). Kriteria tersebut adalah : 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). 3. Milik Warga Negara Indonesia (WNI). 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 5. Berbentuk usaha orang perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi.