TROMBOFILIA. Dr Nadjwa Zamalek Dalimoenthe, SpPK-K. Bag Patologi Klinik FKUP/RSHS Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Aktivasi koagulasi dan fibrinolitik merupakan bagian dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tromboemboli vena (TEV) termasuk didalamnya trombosis vena dalam

Pengertian trombosit dan Vena

BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang

BAB V HEMOSTASIS Definisi Mekanisme hemostasis Sistem koagulasi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) sudah merupakan salah satu ancaman. utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21.

BAB I PENDAHULUAN. Sel trombosit berbentuk discus dan beredar dalam sirkulasi darah tepi dalam

Dr. Indra G. Munthe, SpOG

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan diri dalam bidang life support atau organ support pada pasienpasien

BAB I PENDAHULUAN. perekrutan dan aktivasi trombosit serta pembentukan trombin dan fibrin 1. Proses

Mekanisme Pembekuan Darah

Yayan Akhyar Israr, S.Ked

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh, terutama mata, ginjal, syaraf, jantung dan pembuluh darah. 1

Kelainan darah pada lupus eritematosus sistemik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Urutan mekanisme hemostasis dan koagulasi dapat dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Aterosklerosis koroner adalah kondisi patologis arteri koroner yang

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB I PENDAHULUAN. vaskular. Penyakit ginjal kronik (PGK) menjadi masalah global didunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. negara karena serangan Jantung. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian

I. PATOFISIOLOGI A. Patofisiologi Trombosis Trombosis adalah suatu pembentukan bekuan darah (trombus) didalam pembuluh darah.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERIKSAAN MASA PEMBEKUAN DARAH

Kanker Rahim - Gejala, Tahap, Pengobatan, dan Resiko

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia penyakit jantung dan pembuluh darah terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan khusus di ruang rawat intensif (ICU). Pasien yang dirawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah sangat mungkin (possible) atau mengancam jiwa (impending).pasien sakit

BAB 5 PEMBAHASAN. dengan menggunakan consecutive sampling. Rerata umur pada penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang masih menjadi masalah

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN HEMATOLOGI : DIC (DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION) BY : HASRAT JAYA ZILIWU, S.Kep

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

PERDARAHAN DAN PEMBEKUAN DARAH (HEMOSTASIS) Era Dorihi Kale, M.Kep

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SILABUS UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN

MAKALAH HEMATOLOGI Percobaan Pembendungan (Rumple Leed Test)

BAB 1 PENDAHULUAN. atau gabungan keduanya (Majid, 2007). Penyakit jantung dan pembuluh darah

BAB 1 PENDAHULUAN. angka morbiditas penderitanya. Deteksi dini masih merupakan masalah yang susah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah suatu kondisi medis yang disebabkan

PERBEDAAN ANGKA KEJADIAN HIPERTENSI ANTARA PRIA DAN WANITA PENDERITA DIABETES MELITUS BERUSIA 45 TAHUN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. banyak negara tropis dan subtropis. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue

PENATALAKSANAAN DVT. tidak sampai mengakibatkan perdarahan, efektif berarti tindakan yang diberikan berhasil

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. kematian maternal (maternal mortality). Menurut World Health

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN 2014 SILABUS

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BISMILLAHI WABIHAMDIHI ASSALAMUALAIKUM WAROHMATULLAH WABAROKATUHU

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

EMBOLI CAIRAN KETUBAN

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dalam kehamilan masih merupakan masalah besar. dalam bidang obstetri, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindroma Koroner Akut (SKA) merupakan manifestasi klinis akut penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ancaman utama bagi kesehatan umat manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) melaporkan bahwa pada tahun 2000 jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

MATA KULIAH PATOLOGI KLINIK

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia suatu Negara. World Health Organization ( WHO )

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Angina pektoris stabil adalah salah satu manifestasi. klinis dari penyakit jantung iskemik.

BAB I PENDAHULUAN. menurun sedikit pada kelompok umur 75 tahun (Riskesdas, 2013). Menurut

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah terdiri atas 2 komponen utama yaitu plasma darah dan sel-sel darah.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diabetes Melitus Gestasional. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 2 DESKRIPSI SINGKAT PEMBESARAN GINGIVA. jaringan periodonsium yang dapat terlihat secara langsung sehingga mempengaruhi

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. Kanker ovarium adalah suatu massa atau jaringan baru yang. abnormal yang terbentuk pada jaringan ovarium serta mempunyai sifat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

BAB I PENDAHULUAN. Penuaan secara kognitif ditujukan kepada lanjut usia yang diikuti dengan

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 32 pasien stroke iskemik fase akut

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disabilitas intelektual dapat belajar keterampilan baru tetapi lebih lambat

Journal of Diabetes & Metabolic Disorders Review Article

Perdarahan Pasca Ekstraksi Gigi, Pencegahan dan Penatalaksanaannya

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan yang

Transkripsi:

TROMBOFILIA Dr Nadjwa Zamalek Dalimoenthe, SpPK-K Bag Patologi Klinik FKUP/RSHS Bandung PENDAHULUAN Trombofilia atau keadaan pretrombotik adalah suatu keadaan yang mempunyai dampak luas di masyarakat, bukan hanya karena menyebabkan berbagai trombosis, tetapi juga dalam hal manajemen kesehatan guna mencegah trombosis. Saat ini diperkirakan sekitar 200.000 penduduk di Amerika Serikat mengalami Venous Thromboemboli (VTE) setiap tahunnya, dengan angka kematian sekitar 30%, dan sekitar 40.000 kematian disebabkan oleh emboli paru. Bila dihubungkan dengan manifestasi klinik trombosis, antara lain stroke, infark miokard akut atau penyakit pembuluh darah perifer, maka keadaan ini menjadi penyebab kematian yang utama di negara-negara Barat. 1 Dalam hemostasis normal, interaksi yang kompleks antara endotel, trombosit dan protein koagulasi akan menghasilkan respons hemostasis yang cepat dan terlokalisir pada tempat trauma. Sebaliknya, pada trombofilia terjadi bekuan tanpa adanya trauma, atau terjadi koagulasi yang berlebihan. 2 Trombofilia disebut juga hiperkoagulabilitas karena pada keadaan ini darah menjadi lebih kental sehingga memudahkan terjadinya trombosis. Trombofilia bisa terjadi akibat kelainan kongenital atau kelainan yang didapat, yang akan menyebabkan gangguan keseimbangan hemostasis. Sekitar 150 tahun yang lalu, Virchow telah mengemukakan teori mengenai patogenesis trombosis, yang melibatkan pembuluh darah, aliran darah serta kimiawi darah itu sendiri. Hal ini dikenal dengan Triad Virchow. 1 Gangguan pada setiap kompenen Triad Virchow ini dapat menyebabkan trombofilia, baik karena aktivasi yang berlebihan, atau berkurangnya antikoagulan alamiah dan/atau mekanisme fibrinolisis. 2 Sampai pertengahan tahun 1980, hanya sedikit yang dapat dilakukan laboratorium dalam manajemen trombosis, walaupun pada tahun 1960 telah diketahui hubungan antikoagulan lupus dengan trombosis. 1 DEFINISI: Trombofilia adalah suatu keadaan dimana darah menjadi lebih mudah membeku, atau kekentalan darah yang meningkat. Keadaan ini disebut juga hiperkoagulabilitas. Mudahnya darah membeku menyebabkan lebih mudah terjadi sumbatan dalam pembuluh darah yang disebut trombosis. 3 ETIOLOGI: Trombofilia dapat terjadi secara bawaan ataupun didapat. Secara teoritis etiologi trombofilia adalah sbb 3 :

Kejadian fisik, kimia atau biologis, seperti inflamasi akut atau kronis, yang melepaskan mediator protrombotik dari pembuluh darah yang rusak, atau adanya inhibisi terhadap produksi substansi antitrombotik yang normal. Aktivasi trombosit yang tidak sesuai dan tidak terkontrol. Terpicunya aktivasi sistem koagulasi yang tidak terkontrol. Kontrol koagulasi yang tidak memadai terhadap fibrinolisis yang terganggu PATOFISIOLOGI TROMBOFILIA 2 Ada 3 hal yang mendasari terjadinya trombofilia, yaitu: stasis pembuluh darah, trauma pada pembuluh darah, dan hiperkoagulabilitas. Stasis pembuluh darah: stasis vena merupakan faktor patogenesis yang penting dalam terjadinya trombosis, hal ini telah diamati pada pasien-pasien dengan spinal cord injury dan berbagai bentuk paralisis. Penelitian telah membuktikan bahwa sebagian besar trombus vena berasal dari daerah dengan aliran darah yang lambat, seperti sinus-sinus vena besar yang ada di kaki atau pada kantung yang ada di belakang katup vena. Hal ini terutama terlihat pada keadaan fisik yang tidak aktif, misalnya tirah baring, perjalanan dengan pesawat terbang yang lama, dimana berkurangnya kontraksi otot-otot yang besar akan menyebabkan berkurangnya aliran darah atau stasis. Diduga terkumpulnya darah dalam waktu tertentu dapat menyebabkan aktivasi sistem koagulasi yang menyebabkan keadaan hiperkoagulabilitas lokal. Sebagai tambahan, adanya kerusakan endotel akibat distensi pembuluh darah pada saat pengumpulan darah di area tertentu, juga menyebabkan aktivasi sistem koagulasi. Trauma pembuluh darah: trauma pada pembuluh darah dapat terjadi akibat trauma fisik, inflamasi, atau aktivasi faktor koagulasi yang ada di sel endotel. Manipulasi pada pembedahan merupakan penyebab utama trauma dinding pembuluh darah dan aktivasi vaskuler. Contohnya kerusakan endotel pembuluh darah pada operasi panggul atau lutut merupakan faktor predisposisi terjadinya trombosis vena. Hiperkoagulabilitas: risiko trombosis vena akan meningkat bila keseimbangan antara kekuatan prodan anti- koagulan terarah pada pembentukan bekuan. Bila ketidak-seimbangan ini merupakan defek bawaan, keadaan hiperkoagulabilitas yang terjadi akan menjadi faktor risiko seumur hidup untuk terjadinya trombosis. Sebaliknya bila keadaan hiperkoagulabilitas terjadi karna didapat, maka. KELAINAN-KELAINAN YANG MENYEBABKAN HIPERKOAGULABILITAS Berbagai kelainan dapat menyebabkan hiperkoagulabilitas, yaitu: 2 1. Meningkatnya faktor (protein) koagulasi 2. Defisiensi antitrombin 3. Defisiensi sistem Protein C dan Protein S 4. Terganggunya Tissue Factor Pathway Inhibitor 5. Terganggunya sistem fibrinolisis

TROMBOFILIA BAWAAN 3,4 Trombofilia bawaan adalah sekelompok kelainan hematologi bawaan termasuk berbagai keadaan hiperkoagulabilitas yang secara klinis muncul sebagai trombosis arteri atau vena. Berbagai keadaan kongenital atau bawaan yang menyebabkan trombofilia, yaitu: 1 1. Defisiensi Inhibitor Koagulasi 2. Faktor V Leiden 3. Mutasi Protrombin 4. Hyperhomocysteinemia 5. Defisiensi TFPI 6. Defisiensi FXII 7. Defisiensi kofaktor II 8. Disfibrinogenemia 9. Peningkatan aktivitas FVIII:Co 10. Lipoprotein a (Lpa) 11. Lain-lain: a. Protein C Gene Promoter Polymorphism b. FXIII α chain Gene Polymorphism c. Peningkatan FXI, IX, fibrinogen, IL-8, TAFI Pada beberapa keadaan ditemukan adanya kombinasi faktor genetik dan pengaruh faktor genetik terhadap keadaan didapat, misalnya pada pemakaian kontrasepsi oral maupun terapi sulih hormon. 4 TROMBOFILIA DIDAPAT 1,5 Keadaan-keadaan yang diketahui berhubungan dengan trombofilia didapat antara lain: 1. Lupus Anticoagulant (Antiphospholipid syndrome) 2. Heparin Induced Thrombocytopenia 3. Nephrotic Syndrome 4. Keganasan 5. Obat-obatan 6. Trauma yang luas, pembedahan dan pasca pembedahan 7. Imobilitas 8. Obesitas 9. Diet 10. Riwayat trombosis 11. DIC kronis 12. Essential Thrombocythemia 13. Polycythemia vera 14. Inflamasi 15. Thrombotic thrombocytopenic purpura (TTP) yang dihubungkan dengan kelainan enzim ADAMTS13

DIAGNOSIS TROMBOFILIA Diagnosis trombofilia dilakukan atas dasar pemeriksaan klinis dan laboratorium, terutama pemeriksaan koagulasi 5,6 Pemeriksaan klinis: sebelum dilakukan pemeriksaan klinis yang lengkap, perlu dilakukan anamnesis dengan baik, yang meliputi penyakit yang diderita sekarang, obat-obatan yang pernah dimakan, maupun kondisi klinik lain yang berhubungan dengan trombofilia. Pemeriksaan laboratorium: evaluasi laboratorium pada trombofilia sangat kompleks dan berkembang dengan cepat, termasuk penetapan tes yang sesuai, kapan sebaiknya diperiksa dan siapa yang memerlukan pemeriksaan. PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA TROMBOFILIA: Pemeriksaan laboratorium pada trombofilia dapat dibedakan atas: pemeriksaan laboratorium secara umum, pemeriksaan koagulasi khusus, pemeriksaan tambahan pada kelainan-kelainan yang diketahui merupakan predisposisi untuk trombosis, dan trombelastografi. Pemeriksaan laboratorium secara umum: semua pasien yang didiagnosis dengan trombosis dan akan menjalani terapi antikoagulan, harus diperiksa darah lengkap, tes fungsi hati dan fungsi ginjal, PT dan aptt 7 Pemeriksaan koagulasi khusus Pemeriksaan tambahan Trombelastografi KEADAAN YANG DAPAT MENGGANGGU HASIL PEMERIKSAAN TROMBOFILIA 1,5 Berbagai faktor fisiologis, patologis dan farmakologis dapat mengganggu tes koagulasi yang dilakukan pada plasma, misalnya: kehamilan, warfarin, DIC, penyakit hati, dan usia. Sebaliknya pemeriksaan molekuler tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor ini. Bila memungkinkan harus dilakukan pemeriksaan aktivitas untuk menentukan fungsi molekul. Dengan hanya memeriksa kadar antigen, adanya molekul tipe II tidak terdeteksi sehingga pasien dianggap normal. KONTROVERSI PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA TROMBOFILIA Ada dua hal yang menjadi kontroversi pada pemeriksaan laboratorium pada trombofilia, yaitu: siapa yang harus diperiksa? Dan kapan pemeriksaan ini harus dilakukan? Pada saat ini skrining trombofilia pada populasi umum tidak dianjurkan. Skrining disarankan pada mereka yang pertama kali mengalami VTE (idiopatik), VTE berulang, trombosis vena pada daerah yang tidak umum (serebral, hepatik, mesenterik, atau ginjal), neonatal purpura fulminants, nekrosis kulit yang dipicu oleh warfarin. 7 Idealnya pemeriksaan dilakukan pada pasien asimtomatik dan tidak mendapat terapi antikoagulan. Sayangnya, keadaan segera setelah periode trombosis sebelum diberi antikoagulan adalah keadaan dimana faktor-faktor koagulasi sedang dikonsumsi, sehingga dapat terjadi kesalahan diagnosis. Heparin sangat enurunkan kadar ATIII, meningkatkan kadar Protein S, dan dapat menutupi

antikoagulan lupus (kecuali reagens yang digunakan mengandung molekul penetral heparin seperti protamin atau polibren. Warfarin akan menurunkan kadar Protein C dan Protein S. Petanda risiko yang dapat diperiksa setiap saat hanya faktor genetik yang dilakukan dengan teknik diagnostik molekuler. 5 Pada tabel berikut ini dapat dilihat faktor-faktor yang pengaruh terhadap pemeriksaan laboratorium pada trombofilia. Tabel1. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemeriksaan laboratorium pada trombofilia. Fisiologis Patologis Farmakologis Bayi baru lahir DIC Warfarin Anak-anak Trombosis Heparin Kehamilan Kelainan hati Inhibitor trombin Disadur dari 5 Sindrom nefrotik Diabetes Tirah baring Skrining yang menjadi kontroversi adalah yang dilakukan pada pasien yang pertama kali mengalami VTE namun memiliki faktor risiko temporer, anggota keluarga (asimptomatik) dari pasien trombofilia yang simptomatik, atau individu yang mempunyai risiko tinggi untuk mengalami VTE (kehamilan, kontrasepsi oral, terapi estrogen, operasi besar, kemoterapi dengan inhibitor angiogenesis). Pendekatan secara selektif dapat dilakukan pada anggota keluarga dengan trombofilia, misalnya pemeriksaan APC-R, FVL atau mutasi protrombin G20210A. Pada tabel berikut ini dapat dilihat rekomendasi pelaksanaan skrining pada trombofilia. 4 Tabel 2. Rekomendasi Pelaksanaan Skrining pada Trombofilia. 1. Skrining trombofilia dianjurkan pada pasien dengan: Riwayat VTE berulang. Serangan VTE pertama kali pada usia < 50 thn. Serangan VTE pertama kali tanpa penyebab yang jelas. Serangan VTE pertama kali pada tempat yang tidak biasa (tungkai atas, otak, mesenterium, vena porta atau hepatik). Serangan VTE pertama kali yang berhubungan dengan kehamilan, puerperium, kontrasepsi atau terapi sulih hormon. Wanita dengan dua atau lebih kegagalan kehamilan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.

2. Skrining trombofilia kontroversial pada: Wanita (< 50 thn) perokok dengan infark miokard. Pasien tua (> 50 thn) pertama kali mengalami VTE tanpa ada keganasan atau intravascular devices. Kejadian VTE pertama kali yang berhubungan dengan SERMs (selective estrogen receptor modulators) atau tamoxifen. Kasus-kasus preeklamsi berat yang tidak dapat dijelaskan, abruptio plasenta atau retardasi pertumbuhan intra-uterin. 3. Srining trombofilia mungkin merupakan indikasi pada: Anggota keluarga (dewasa) asimtomatik. Anggota keluarga (hamil) asimtomatik. 4. Skrining trombofilia tidak direkomendasikan pada: Populasi umum. Disadur dari 4 Sebelum atau selama pemakaian kontrasepsi oral atau terapi sulih hormon. Keadaan prenatal, bayi baru lahir, sebelum puber pada anak-anak asimtomatik. Rutin pada awal kejadian trombosis arteri, kecuali trombosis tanpa aterosklerosis atau usia muda. ASPEK KONSELING PADA PEMERIKSAAN LABORATORIUM PADA TROMBOFILIA Karena pemeriksaan laboratorium trombofilia melibatkan evaluasi faktor genetik, maka sebaiknya pasien menerima konsultasi sebelum dan sesudah pemeriksaan. Hal-hal yang perlu dibahas antara lain akibat ditemukannya kelainan trombofilia genetik pada pasien (kesehatan pribadi, asuransi kesehatan, pekerjaan, stigmatisasi dan efek psikologis yang akan ditimbulkannya. Hal yang tidak boleh dilupakan, bila yang dihadapi seorang wanita, adalah dampaknya terhadap kehamilan. 7 Daftar Pustaka 1. Ehsan A, Herrick JL. Introduction to Thrombosis and Anticoagulant Therapy. In: Harmening DM. Clinical Hematology and Fundamental of Hemostasis. 5th ed. FA Davis Company. Philadelphia. 2009, pp660-96. 2. Briones MA. General Overview of the Hypercoagulable State. In: Hillyer CD, Shaz BH, Zimring JC, Abshire TC. Transfusion Medicine and Hemostasis. Clinical and Laboratory Aspects. Elsevier. Amsterdam Boston Heidelberg London. 2009. 677-9 3. Fritsma GA. Thrombosis risk testing. In: Rodak BF, Fritsma GA, Keohane EM. Haematology, Clinical Principles and Application. 4th ed. 2012. Elsevier Saunders, China, 668-89. 4. Alach M, Emmerich J. Thrombophilia Genetics. In: Colman RW, Marder VJ, Clowes AW, George JN, Goldhaber SZ. Hemostasis and Thrombosis. Basic Principles and Clinical Practice. 5th ed. Lippincott Williams and Wilkins. Philadelphia Baltimore New York. 2006. Pp 779-94

5. Marlar RA, Fink LM, Miller JL. Laboratory Approach to Thrombotic Risk. In: McPherson RA, Pincus MR. Henry s Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 21st ed. Saunders Elsevier. China. 2007. Pp 770-7 6. Pruthi RK, Heit JA. Laboratory Evaluation and Thrombophilia. In: Key N, Makris M, O Shaughnessy D, Lillicrap D. Practical Hemostasis and Thrombosis. 2nd ed. 2009. Wiley- Blackwell. New Delhi Singapore. 2009, 17-24 7. Heit