ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK MENTAH DAN BATUBARA TERHADAP SISTEM PEMBANGKIT DI INDONESIA

ANALISIS SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK DI JAWA TERHADAP PENYEDIAAN BATUBARA YANG TIDAK TERBATAS ( )

SISTEM KELISTRIKAN DI JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

SENSITIVITAS ANALISIS POTENSI PRODUKSI PEMBANGKIT LISTRIK RENEWABLE UNTUK PENYEDIAAN LISTRIK INDONESIA

SISTEM KELISTRIKAN LUAR JAMALI TAHUN 2003 S.D. TAHUN 2020

PERBANDINGAN BIAYA PEMBANGKITAN PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA

ANALISIS PEMANFAATAN ENERGI PADA PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

1. PENDAHULUAN PROSPEK PEMBANGKIT LISTRIK DAUR KOMBINASI GAS UNTUK MENDUKUNG DIVERSIFIKASI ENERGI

PROYEKSI KEBUTUHAN LISTRIK PLN TAHUN 2003 S.D 2020

Perbandingan Biaya Pembangkitan Pembangkit Listrik di Indonesia

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional, penyediaan tenaga listrik di

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

ANALISIS POTENSI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA DI INDONESIA

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

STUDI PEMBANGUNAN PLTA KOLAKA 2 X 1000 KW UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN LISTRIK DI KABUPATEN KOLAKA SULAWESI TENGGARA

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

listrik di beberapa lokasi/wilayah.

ANALISIS GAMBARAN KELISTRIKAN JAWA DAN LUAR JAWA TAHUN 2003

OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA

I. PENDAHULUAN. Oleh: Drs. Setiadi D. Notohamijoyo *) Ir. Agus Sugiyono *)

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

Studi Pembangunan PLTGU Senoro (2 x 120 MW) Dan Pengaruhnya Terhadap Tarif Listrik Regional di Sulawesi Tengah

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

OPTIMASI SUPLAI ENERGI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN TENAGA LISTRIK JANGKA PANJANG DI INDONESIA

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Studi Pembangunan PLTU Sumbawa Barat 2x7 MW Untuk Memenuhi Kebutuhan Energi Listrik Di Pulau Sumbawa Nusa Tenggara Barat

PROYEKSI KEBUTUHAN DAYA LISTRIK DI PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

EFISIENSI OPERASIONAL PEMBANGKIT LISTRIK DEMI PENINGKATAN RASIO ELEKTRIFIKASI DAERAH

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

Pemanfaatan Dukungan Pemerintah terhadap PLN dalam Penyediaan Pasokan Listrik Indonesia

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL ENERGI BARU, TERBARUKAN DAN KONSERVASI ENERGI. Disampaikan oleh

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN LISTRIK

PEMBANGUNAN PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 14 MW PROGRAM PT.PLN UNTUK MENGATASI KRISIS

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

Studi Perencanaan Pembangunan PLTU Batubara Asam Asam650 MW 10 Unit DalamRangkaInterkoneksi Kalimantan - Jawa. OLEH : Gilang Velano

Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%

RINGKASAN EKSEKUTIF PERTEMUAN TAHUNAN PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG

ANALISIS PENYEDIAAN DAN KEBUTUHAN ENERGI SEKTOR RUMAH TANGGA DI PROVINSI GORONTALO

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

ANALISIS PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI NASIONAL JANGKA PANJANG DI INDONESIA

Analisis Krisis Energi Listrik di Kalimantan Barat

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

SETAHUN PROGRAM DEMAND SIDE MANAGEMENT

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2008 subsidi ini meningkat menjadi 61 trilyun 1. Masalah ini sebenarnya bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

Satria Duta Ninggar

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013

PENGARUH PENERAPAN PLTU BATUBARA SKALA KECIL TERHADAP STRATEGI KELISTRIKAN DI WILAYAH TIMUR INDONESIA

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

OPTIMASI PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA UNTUK MEMINIMALISASI BIAYA PRODUKSI LISTRIK DI SISTEM JAWA BALI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

Diterima: 27 Maret 2015; Diperiksa: 2 April 2015; Revisi: 27 April 2015; Disetujui: 22 Mei 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

STUDI PEMBANGUNAN PLTU KAMBANG 2x100 MW DAN PENGARUHNYA TERHADAP TARIF LISTRIK REGIONAL DI SUMATERA BARAT

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya yang meliputi pada aspek sosial, ekonomi maupun politik.

ANALISIS DAYA GENERATOR PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) SIBAYAK LAPORAN TUGAS AKHIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

PLN Dari 1973 Sampai 2005

Oleh: Bayu Permana Indra

Strategi Penyediaan Energi yang Berkesinambungan 1

Perkembangan Kelistrikan Indonesia dan Kebutuhan Sarjana Teknik Elektro

PROBLEM PENYEDIAAN ENERGI LISTRIK DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua, yaitu energi terbarukan (renewable energy) dan energi tidak

Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Konservasi Energi: Melalui Aplikasi Teknologi Kogenerasi

Oleh : Pressa Perdana S.S Dosen Pembimbing Ir. Syarifuddin Mahmudsyah, M.Eng - Ir. Teguh Yuwonoi -

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

SEMINAR ELEKTRIFIKASI MASA DEPAN DI INDONESIA. Dr. Setiyono Depok, 26 Januari 2015

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK PERENCANAAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Tenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMENUHAN SUMBER TENAGA LISTRIK DI INDONESIA

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang pada gilirannnya akan berdampak pada terhambatnya roda

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

Transkripsi:

ANALISIS PENGARUH KONSERVASI LISTRIK DI SEKTOR RUMAH TANGGA TERHADAP TOTAL KEBUTUHAN LISTRIK DI INDONESIA Erwin Siregar dan Nona Niode ABSTRACT The improvement of device efficiency in the household sector at a rate of 1 % per year will conserve energy and thus decrease electricity consumption and cost. The Government needs to implement promotion program and socialization of such use of electricity device to achieve this target. Several programs through which the Government may pursue include Government Education Program, labelization of device standard, lamp efficiency standard, and Demand Side Management. 1 PENDAHULUAN Rumah tangga merupakan sektor pengguna listrik nomor dua terbesar di Indonesia setelah industri. Pada tahun 2003 konsumsi listrik di sektor rumah tangga mencapai 35.753,05 MWh, sedangkan industri mencapai 36.497,25 MWh. Dengan diasumsikan rata-rata pertumbuhan kebutuhan listrik sebesar 7% pertahun selama kurun waktu 30 tahun, mengakibatkan konsumsi listrik di sektor rumah tangga akan meningkat dengan tajam dari 21,52 Gwh pada tahun 2000 menjadi sekitar 444,53 Gwh pada tahun 2030. Peningkatan konsumsi listrik di sektor ini diakibatkan dari peningkatan penduduk dan peningkatan pendapatan penduduk per kapita, sayangnya peningkatan konsumsi listrik tidak diimbangi dengan pasokan listrik yang memadai. Kurangnya pasokan listrik saat ini disebabkan sulitnya mendapatkan dana investasi pembangunan pembangkit listrik baru, karena dana PLN terbatas sedangkan investor masih belum ada yang berminat untuk menanamkan modal di bidang kelistrikan. Kendala ini dirasakan sejak terjadinya krisis multi dimensi pada tahun 1997 dimana pertumbuhan permintaan listrik lebih besar dari kemampuan penyediaan listrik. Kondisi ini terus belangsung sampai tahun 2005, sehingga jumlah kebutuhan listrik masyarakat yang tidak dapat dipenuhi semakin meningkat. Untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan listrik, khususnya di sektor rumah tangga dapat dilakukan dengan memanfaatkan kompor, lampu dan peralatan listrik hemat energi dengan efisiensi tinggi. Pemanfaatan peralatan hemat energi secara tidak langsung akan dapat mengurangi konsumsi listrik ke sektor rumah tangga atau dengan konsumsi listrik yang sama dapat meningkatkan jumlah pelanggan sektor rumah tangga. Mengacu dari penjelasan tersebut, dilakukanlah penelitian pengaruh konservasi listrik di sektor rumah tangga terhadap total kebutuhan listrik. Pada penelitian ini besarnya kebutuhan energi di semua sektor diasumsikan tetap, sedangkan analisis konservasi pemakaian listrik di fokuskan untuk melihat keuntungan konservasi listrik terhadap biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi listrik dan konsumsi listrik. 2 METHODE PENELITIAN Perangkat lunak yang digunakan dalam penelitian ini adalah model MARKAL dengan mengambil dua kasus, yaitu kasus dasar (BASE CASE) dan kasus peningkatan efisiensi (CONSERV) dengan mengurangi pemakaian listrik di sektor rumah tangga sebesar 1% per tahun mulai tahun 2005. Fungsi 23

obyektif yang diambil pada ke dua kasus tersebut adalah biaya minimum, sehingga untuk jenis pembangkit listrik yang mempunyai biaya pembangkitan lebih rendah dibanding dengan biaya pembangkit listrik lainnya akan terpilih. Diagram alir dari analisis pengaruh konservasi listrik di sektor rumah tangga terhadap total kebutuhan listrik ditunjukkan pada Gambar 1. BASE CASE Input Utama: Peralat Sektor RT Demand per Sektor Kasus: CONSERV Perangkat Lunak (Model MARKAL) Pengurangan Pemakaian Listrik 1% per Tahun Keluaran: Kapasitas Per Jenis Pembangkit Listrik Total Produksi Listrik Total Biaya Sistim Analisis Keuntungan Konservasi Listrik Perbedaan Kap Pemb Listrik/Prod Listrik/ Tot Biaya Sistem Hasil Analisis Gambar 1. Diagram Alir Analisis Pengaruh Konservasi Listrik di Sektor Rumah Tangga terhadap Total Kebutuhan Listrik Asumsi yang sama untuk ke dua kasus tersebut adalah harga minyak mentah sebesar 28 US$/barrel, kapasitas pelabuhan penerima batubara di Pulau Jawa terbatas, pertumbuhan tenaga listrik sebesar 7% per tahun, harga eksport batubara US$ 29,78/Ton, keterbatasan potensi minihydro dan geothermal, interkoneksi jaringan listrik Sumatra dan Jawa pada tahun 2015, Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah pada tahun 2020, Jawa dan Nusa Tenggara pada tahun 2020, antar Sulawesi pada tahun 2015, dan antar seluruh wilayah Kalimantan pada tahun 2015, serta kurun waktu penelitian mulai tahun 2000 sampai dengan 2030. 3 HASIL ANALISIS Selama kurun waktu 30 tahun, pada kasus dasar diperkirakan kapasitas pembangkit listrik di Indonesia meningkat dari 21,14 GW pada tahun 2000 menjadi 175,94 GW pada tahun 2030 atau meningkat sebesar 7,32%/tahun. Pada kasus CONVERS, selama kurun waktu tersebut kapasitas pembangkit listrik hanya meningkat sebesar 6,98%/tahun dari 21,14 GW pada tahun 2000 menjadi 159,99 GW pada tahun 2030. Perubahan total kapasitas antara BASE CASE dan CONVERS terjadi mulai tahun 2010, sedangkan pada tahun 2000 dan 2005 total kapasitas pembangkit listrik tidak mengalami perubahan. 3.1 Load Distribution Demands (FR (Z)(Y)) Load Distribution Demand (FR (Z)(Y)) adalah kebutuhan listrik yang dikaitkan dengan waktu penggunaannya pada saat beban puncak (peak load) dan beban dasar (base load), saat musim kemarau (dry) dan musim penghujan (wet) yang biasanya dinyatakan dalam fraksi. Oleh karena itu FR (Z)(Y) sangat berpengaruh terhadap penyediaan listrik di semua sektor dan selanjutnya akan mempengaruhi terhadap pilihan jenis pembangkit listrik. Besarnya fraksi tergantung jenis sektor atau jenis industri yang memakai listrik, baik yang berada di Luar Jawa maupun di Jawa. Pada penelitian ini fraksi FR (Z)(Y) dibedakan atas FR (Z)(Y) untuk kebutuhan listrik di sektor rumah tangga dan kebutuhan listrik di sektor bukan rumah tangga dan besarnya dibedakan atas Jawa dan Luar Jawa. FR (Z)(Y) Jawa diambil dari data PLN berdasarkan data kurva beban Jawa dalam satu tahun, sedangkan FR (Z)(Y) Luar Jawa didasarkan pada data kurva beban Papua, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1. 24

Tabel 1. Fraksi Tahunan pada kondisi Beban Puncak (Peak), Diluar Beban Puncak (Off-Peak), dan Antara (Shoulder) saat Musim Kemarau (Dry) dan Penghujan (Wet) untuk Jawa dan Luar Jawa Listrik untuk Bukan Rumah Listrik untuk Rumah Tangga Fraksi Tangga Fraksi Musim Jawa Luar Jawa Jawa Luar Jawa QHR(Z)(Y) FR(Z)(Y) FR(Z)(Y) FR(Z)(Y) FR(Z)(Y) Wet shoulder I-D 0,2291 0,1604 0,2043 0,2623 0,2043 Dry shoulder I-N 0,2291 0,1604 0,2043 0,2623 0,2043 Dry peak S-D 0,1042 0,1573 0,1350 0,1061 0,1350 Dry off-peak S-N 0,1667 0,1823 0,1607 0,1316 0,1607 Wet peak W-D 0,1042 0,1573 0,1350 0,1061 0,1350 Wet off-peak W-N 0,1667 0,1823 0,1607 0,1316 0,1607 Sumber: Database MARKAL. 3.2 Kapasitas Pembangkit Listrik per Jenis Energi Seperti telah dijelaskan bahwa pengaruh konservasi energi di sektor pembangkit listrik terjadi mulai pada tahun 2010. Pembangkit listrik yang sangat berpengaruh terhadap konservasi energi di sektor rumah tangga sebesar 1% per tahun adalah gas turbin, karena gas turbine mempunyai waktu konstruksi yang relatif cepat dan mudah dibangun. Selanjutnya makin meningkatnya konsumsi listrik di sektor rumah tangga pada kasus dasar, menyebabkan besarnya konservasi energi di sektor rumah tangga makin meningkat, sehingga bukan hanya gas turbin yang kapasitasnya meningkat, tetapi PLTU Batubara 7MW juga akan meningkat, karena seperti halnya gas turbin PLTU batubara skala kecil mudah dibangun (stocker) dengan biaya yang murah (biaya investasi diambil dari China). Peningkatan besarnya konservasi energi antara kasus dasar dan CONSERV tercermin dari besarnya perbedaan perubahan kapasitas listrik dari 0,3 GW pada tahun 2010 menjadi 15,95 GW pada tahun 2030. Tabel 2 menunjukkan besarnya kapasitas pembangkit listrik dari berbagai jenis pembangkit listrik. Jenis Pembangkit Tabel 2. Kapasitas Pembangkit Listrik di Indonesia Menurut Kasus Dasar dan Konservasi (GW) 2010 2015 2020 2025 2030 Dasar Conserv Dasar Conserv Dasar Conserv Dasar Conserv Dasar Conserv PLTU Batubara 19,51 19,1 34,27 32,59 51,27 51,27 69,16 69,01 101,05 89,70 PLTD 2,24 2,24 1,69 1,71 0,03 0,04 0,01 0,03 1,39 1,40 GAS TURBINE 1,83 1,73 2,02 1,88 2,65 2,59 1,39 1,34 1,53 1,28 HSD GAS TURBIN 1,65 1,69 1,62 1,64 1,51 1,55 0,96 0,06 12,47 3,03 PLTN 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00 3,22 11,2 10,81 13,92 13,92 PLTU Minyak 1,37 1,37 1,00 1,00 0,91 0,91 0,00 0,00 0,10 0,10 PLTP 0,98 0,98 1,02 1,02 2,83 2,83 3,71 3,71 5,47 5,47 PLTA 2,39 2,39 5,59 3,00 7,60 7,52 8,78 8,41 9,97 8,71 Gas Comb. Cycle 6,59 6,76 5,33 5,50 9,93 8,12 25,43 19,83 30,04 36,38 T otal Kap 36,56 36,26 52,54 48,34 80,73 78,05 120,64 113,2 175,94 159,99 Sumber: Keluaran Model MARKAL 3.3 Total Biaya Sistem yang tidak didiscount Terhadap Produksi Listrik Pada tahun 2010 total biaya sistem yang tidak didiscount mencapai 52.310 Juta US$ dengan total produksi listrik nasional sebesar 886 PJ. Dengan melakukan konservasi listrik di sektor rumah tangga sebesar 1% per tahun mulai tahun 2010, menyebabkan total biaya sistem yang tidak didiscount turun sebesar 352 Juta US$, sedangkan produksi listrik juga mengalami penurunan sebesar 21 PJ. Hal tersebut disebabkan kapasitas pembangkit listrik batubara dan gas turbine turun dari 19,51 GW dan 1,83 GW pada kasus dasar menjadi 19,1 GW dan 1,73 GW pada kasus CONSERV. Perbedaan penurunan produksi listrik tidak berbanding lurus dengan pengurangan total biaya sistem yang tidak didiscount, hal tersebut terkait dengan kapasitas pembangkit listrik yang dipilih. Walaupun jenis pembangkit listrik yang terpilih mulai tahun 2015 sampai dengan tahun 2030 tidak berbeda, namun 25

apabila ditinjau dari perbedaan kapasitas antara kasus dasar dan kasus CONSERV terlihat bahwa kapasitas pada tahun 2015 lebih besar dibanding tahun 2020, 2025, dan 2030. Hal ini mengakibatkan perbedaan total biaya sistem yang tidak didiscount pada tahun 2015 menjadi lebih tinggi dibandingkan tahun 2020, 2025, dan 2030. Grafik 1 menunjukkan hubungan antara total biaya sistem yang tidak didiscount dengan produksi listrik pada kasus dasar dan kasus CONSERV. Undiscounted Cost (Juta US$) 200000 150000 100000 50000 0 DASAR Undiscounted Tot Sistem Cost KONSERVASI Undiscounted Tot Sistem Cost DASAR PRODUKSI KONSERVASI PRODUKSI 2000 2005 2010 2015 2020 2025 2030 2035 Tahun 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Produksi Listrik (PJ) Grafik 1. Hubungan Total Biaya Sistem yang tidak Didiscount dengan Produksi Listrik 3.4 Perbedaan Biaya Sistem yang tidak didiscount Terhadap Penurunan Konsumsi Listrik antara Kasus dasar dan kasus CONSERV (US$/MWh) Penurunan konsumsi listrik diperkirakan akan mengurangi perbedaan total biaya sistem yang tidak didiscount. Dengan dilakukannya konservasi listrik di sektor rumah tangga sebesar 1 MWh pada tahun 2010 akan dapat menghemat biaya sebesar 61,10 US$, namun penghematan tersebut selalu dikaitkan dengan jenis dan kapasitas pembangkit listrik yang memproduksi listrik. Hal tersebut yang menyebabkan penghematan total biaya sistem pada tahun 2015 tertinggi dibandingkan tahun 2010, 2020, 2025, dan 2030. Besarnya penghematan biaya sistem untuk 1 MWh konsumsi listrik pada tahun 2015 adalah sebesar 88,15 US$. Tabel 3 menunjukkan hubungan antara penghematan biaya sistem terhadap pengurangan konsumsi listrik per MWh. Tabel 3. Hubungan Penghematan Biaya Sistem Undiscounted terhadap Pengurangan Konsumsi Listrik per MWh Parameter Unit 2010 2015 2020 2025 2030 2035 Total Biaya Sistem Undisc Juta US$) 352,10 1.212,70 1.645,50 3.667,90 7.631,10 10.732,90 Konsumsi Listrik GWh 5.762,27 13.757,26 29.913,84 56.364,77 100.166,40 174.540,00 US$/MWh 61,10 88,15 55,01 65,07 76,18 61,49 Sumber: Hasil Keluaran Model MARKAL. 3.4 Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Terhadap Total Biaya Sistim dan Emisi CO 2 Hasil keluaran model MARKAL menunjukkan bahwa selama jangka waktu 35 tahun (2000-2035) besarnya total biaya sistem penyediaan energi adalah 678.140 juta US$ pada kasus dasar dan sebesar 666.828 juta US$ pada kasus CONSERV. Pengaruh yang sangat besar terhadap penurunan biaya sistem, adalah pada penurunan pemanfaatan batubara, disusul minyak bumi, renewable, gas dan nuklir, sehingga emisi CO 2 yang dihasilkan juga menurun sekitar 80,7 Juta Ton. Pengaruh penggunaan bahan bakar terhadap total biaya sistem dan Emisi CO 2 ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Pengaruh Penggunaan Bahan Bakar Terhadap Total Biaya Sistim dan Emisi CO 2 Kasus Total Biaya Juta US$ CO 2 Penggunaan (PJ) Juta Ton Minyak Gas) Batubara Nuklir Renewable DASAR 678140,00 4122,95 219851,00 78119,00 227252,00 14703,50 120731,50 CONSERV 666828,00 4042,25 212310,00 77187,50 216508,50 14328,50 116979,50 Penghematan -11312,00-80,70-7541,50-931,50-10743,50-375,00-3752,00 Sumber: Hasil Keluaran Model MARKAL. 26

Tabel 3 menunjukkan bahwa dengan adanya konservasi energi di sektor rumah tangga hanya sebesar 1% per tahun menyebabkan terjadinya penurunan kebutuhan listrik yang selanjutnya akan mempengaruhi terhadap besarnya kapasitas pembangkit listrik yang pada akhirnya akan mengurangi penggunaan energi batubara, minyak, gas, renewable, dan nuklir. Gambaran ini diharapkan dapat mendorong pemerintah agar dapat mempertimbangkan percepatan kebijakan konservasi energi di semua sektor pengguna energi. Kebijakan konservasi energi dapat berhasil apabila pemerintah sebelum memberlakukan kebijaksanaan tersebut terlebih dahulu melakukan sosialisasi, promosi dan pembelajaran kepada semua sektor pengguna energi dalam hal pengelolaan energi (Demand Side Management). Selain itu, pemerintah juga perlu memperhatikan untuk menerapkan labelisasi sesuai standar untuk semua jenis peralatan termasuk standard effisiensi untuk penerangan. 4 KESIMPULAN Rumah tangga (RT) merupakan sektor pengguna listrik nomor dua terbesar di Indonesia setelah industri dan diasumsikan diperkirakan selama kurun waktu 30 tahun kebutuhan listrik RT rata-rata tumbuh sebesar 7%/tahun dari 21,52 Gwh pada tahun 2000 menjadi sekitar 444,53 Gwh pada tahun 2030. Model MARKAL diambil untuk menganalisis pengaruh konservasi listrik di sektor RT terhadap total kebutuhan listrik di Indonesia dengan mengambil dua kasus, yaitu kasus dasar (BASE CASE) dan kasus peningkatan efisiensi (CONSERV) dengan mengurangi pemakaian listrik di sektor rumah tangga sebesar 1%/tahun mulai tahun 2005. Dalam input model Load Distribution Demand (FR (Z)(Y)) dibedakan antara Jawa dan Luar Jawa, mengingat (FR (Z)(Y)) sangat berpengaruh terhadap penyediaan listrik di Jawa dan Luar Jawa dan dapat mempengaruhi terhadap pilihan jenis pembangkit listrik. Pembangkit listrik yang sangat terpengaruh dari konservasi energi di sektor rumah tangga sebesar 1% per tahun adalah gas turbin, karena gas turbin mempunyai waktu konstruksi yang relatif cepat dan mudah dibangun. Besarnya peningkatan konservasi energi antara kasus dasar dan CONSERV tercermin dari besarnya perbedaan perubahan kapasitas listrik dari 0,3 GW pada tahun 2010 menjadi 15,95 GW pada tahun 2030. Dengan melakukan konservasi listrik di sektor rumah tangga sebesar 1% per tahun mulai tahun 2010, menyebabkan total biaya sistem yang tidak didiscount turun sebesar 352 Juta US$, sedangkan produksi listrik juga mengalami penurunan sebesar 21 PJ. Perbedaan penurunan produksi listrik tidak berbanding lurus dengan pengurangan total biaya sistem yang tidak didiscount, hal tersebut terkait dengan kapasitas pembangkit listrik yang dipilih. Dengan dilakukan konservasi listrik di sektor rumah tangga sebesar 1 MWh pada tahun 2010 akan dapat menghemat biaya sebesar 61,10 US$, dan penghematan total biaya sistem tertinggi terjadi pada tahun 2015. Besarnya penghematan biaya sistem untuk 1 MWh konsumsi listrik pada tahun 2015 adalah sebesar 88,15 US$. Gambaran ini diharapkan dapat mendorong pemerintah agar dapat mempertimbangkan percepatan kebijakan konservasi energi di semua sektor pengguna energi. Kebijakan konservasi energi dapat berhasil apabila pemerintah sebelum memberlakukan kebijaksanaan tersebut terlebih dahulu melakukan sosialisasi, promosi dan pembelajaran kepada semua sektor pengguna energi dalam hal pengelolaan energi (Demand Side Management). Selain itu, pemerintah juga perlu memperhatikan untuk menerapkan labelisasi sesuai standar untuk semua jenis peralatan termasuk standar effisiensi untuk penerangan. DAFTAR PUSTAKA 1 BPPT. Database Model MARKAL INDONESIA, Desember 2004 2 Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi. Statistik Ketenagalistrikan dan Energi Tahun 2003. Jakarta 2003. 27

3 Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. KEPMEN Rencana Umum Katenagalistrikan Nasional 2004-2013. 2004 4 PLN. PLN Statistics 2002. 5 PLN. Rencana Penyediaan Tenaga Listrik Luar Jawa-Madura-Bali 2003-2010. Jakarta, September 2003. 28