RACE Vol. 4, No. 2, Juli 2010 ISSN ESTIMASI BEBAN PENDINGINAN PADA RUANG SERVER POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Andriyanto Setyawan Markus

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

STUDI EVALUASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA DI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO KAMPUS BUKIT JIMBARAN DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG

PERHITUNGAN DAN METODE KONSTRUKSI SISTEM PENDINGINAN TERHADAP AUDITORIUM

BAB III DATA GEDUNG DAN LINGKUNGAN

BAB III PERANCANGAN.

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

LAMPIRAN I. Universitas Sumatera Utara

PERHI TUNGAN BEBAN PENDI NGI N PADA RUANG LABORATORI UM KOMPUTER PAPSI - I TS

BAB III PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Perhitungan beban pendinginan office PT. XX yang berlokasi di Jakarta

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN, PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN, DAN PEMILIHAN UNIT AC

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya

ANALISA KOMPARASI PENGGUNAAN FLUIDA PENDINGIN PADA UNIT PENGKONDISIAN UDARA (AC) KAPASITAS KJ/H

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

III. METODE PENELITIAN. Agar efisiensi operasi AC maximum, masing-masing komponen AC harus

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAB IV: KONSEP Pendekatan Konsep Bangunan Hemat Energi

ANALISIS BEBAN PENDINGINAN SISTEM TATA UDARA (STU) RUANG AUDITORIUM LANTAI III GEDUNG UTAMA POLITEKNIK NEGERI LHOKSEUMAWE. Syamsuar, Ariefin, Sumardi

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. ducting pada gedung yang menjadi obyek penelitian. psikometri untuk menentukan kapasitas aliran udara yang diperlukan untuk

ANALISA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CLTD DAN VISUALISASI PENCAHAYAAN DENGAN PERANGKAT LUNAK DIALUX

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

OPTIMASI RANCANGAN TERMAL SISTEM PENGKONDISIAN UDARA RUANGAN PASCA SARJANA UNISMA BEKASI

PENGARUH TEKANAN TERHADAP PENGKONDISIAN UDARA SISTEM EKSPANSI UDARA

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

TUGAS AKHIR. PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN RUANG UTAMA Lt. 3 KANTOR MANAJEMEN PT SUPERMAL KARAWACI DENGAN METODE CLTD

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA)

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini diberi judul Perencanaan dan Pemasangan Air. Conditioning di Ruang Kuliah C2 PSD III Teknik Mesin Universitas

Jurnal Kajian Teknik Mesin Vol. 2 No. 1 April

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Hotel Sapadia Siantar. Hotel Danau Toba International Medan. Rumah Sakit Columbia Asia Medan

BAB III PERHITUNGAN. Tugas Akhir

BAB IV PERHITUNGAN DAN PERANCANGAN BEBAN PENDINGIN 4.1 PERHITUNGAN SECARA MANUAL DAN TEORISTIS

EVALUASI PELUANG PENGHEMATAN ENERGI PADA LANTAI II DAN IV GEDUNG MALL "XYZ" DI KEDIRI

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

PENGEMBANGAN PIRANTI LUNAK PENAKSIRAN BEBAN PENDINGINAN TATA-UDARA BANGUNAN

SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR OPTIMASI PENGGUNAAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA RUANG KERJA DENGAN MENGATUR PERBANDINGAN LUAS JENDELA TERHADAP DINDING

Perbandingan Perhitungan OTTV dan RETV Gedung Residensial Apartement.

Universitas Mercu Buana 49

BAB III METODOLOGI PENGAMBILAN

Teknik Pendingin BAB VI ESTIMASI BEBAN PENDINGIN

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK

SIDANG TUGAS AKHIR. Validita R. Nisa

TUGAS AKHIR PERANCANGAN SISTEM TATA UDARA MOBIL PADA ISUZU ELF DI PT FRIGIA AIR CONDITIONING

Perbandingan Perhitungan OTTV dan ETTV Gedung Komersial - Kantor

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

DINAMIKA Jurnal Ilmiah Teknik Mesin

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

TUGAS AKHIR. Perancangan Ulang Sistem Pengondisian Udara Untuk Ruangan Pelapisan Krispi Di PT. XYZ

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

UNIVERSITAS INDONESIA PERHITUNGAN COOLING LOAD DAN DISTRIBUSI UDARA PADA RUMAH SAKIT MENGGUNAKAN SOFTWARE ELITE CHVAC SKRIPSI

STUDI ANALISA OPTIMASI PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM TATA UDARA DI TERMINAL KARGO BANDARA SOEKARNO HATTA. Budi Yanto Husodo 1,Novitri Br Sianturi 2

PERENCANAAN BEBAN PENDINGIN PADA KABIN PESAWAT AIRBUS

PERANCANGAN ULANG INSTALASI TATA UDARA VRV SYSTEM KANTOR MANAJEMEN KSO FORTUNA INDONESIA JAKARTA PUSAT

Kata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan

PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN PADA LANTAI 2 GEDUNG SENTRA BISNIS & DISTRIBUSI PT. CITRA NUSA INSAN CEMERLANG (CNI)

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pengkondisian Udara Berdasarkan Variasi Kondisi Ruangan (Studi Kasus Di Politeknik Terpikat Sambas)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI TATA UDARA GEDUNG

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

BAB III METODOLOGI DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

PENGARUH KESALAHAN PERHITUNGAN BEBAN PENDINGINAN TANPA KOREKSI LINTANG SELATAN PADA METODE CLTD UNTUK BANGUNAN DI BANDUNG

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

BAB I PENDAHULUAN. refrijerasi. Teknologi ini bisa menghasilkan dua hal esensial yang

Kajian Termis pada Beberapa Material Dinding untuk Ruang Bawah Tanah. I G B Wijaya Kusuma 1)

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

PERENCANAAN PERHITUNGAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA LOKOMOTIF KERET API. Ahmad Nur fahmi 1. Abstraksi

Aplikasi Sistem Thermal Energy Storage pada Sistem Pengkondisian Udara di Indonesia

PERHITUNGAN BEBAN TERMAL PADA SISTEM PENGKONDISIAN UDARA KENDARAAN MILITER PENGANGKUT PERSONEL

PENGARUH PERUBAHAN PENGATURAN SUHU PENGKONDISI UDARA JENIS TERPISAH (AC SPLIT) TERHADAP RASIO EFISIENSI ENERGI

KAJIAN KELAYAKAN APLIKASI REFRIGERASI SIKLUS GAS PADA KENDARAAN DENGAN STUDI KASUS PADA GRAND LIVINA 2007

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

Audit Energi Pada Gedung IV Kantor PT PLN (PERSERO) Wilayah Kalimantan Barat

Pengaruh Kecepatan Dan Arah Aliran Udara Terhadap Kondisi Udara Dalam Ruangan Pada Sistem Ventilasi Alamiah

PERANCANGAN TATA UDARA UNTUK RUANGAN BELAJAR DI GOETHE INSTITUT

Pengaruh Konfigurasi Atap pada Rumah Tinggal Minimalis Terhadap Kenyamanan Termal Ruang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISIS KONSERVASI ENERGI MELALUI SELUBUNG BANGUNAN

Pengantar Sistem Tata Udara

Ada beberapa rumus cara menentukan PK AC yang sesuai untuk ruangan, saya akan me nuliskan 2 diantaranya.

LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA BEBAN KALOR PADA RUANGAN SERVER SEBUAH GEDUNG PERKANTORAN

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

Transkripsi:

ESTIMASI BEBAN PENDINGINAN PADA RUANG SERVER POLITEKNIK NEGERI BANDUNG Andriyanto Setyawan Markus Jurusan Teknik Refrigerasi & Tata Udara Politeknik Negeri Bandung Jl. Gegerkalong Hilir,Ciwaruga,Bandung Email: andri.polban@gmail,com Abstract Data processing room, or sometimes called computer room or server room, needs a special room condition in order to maintain the performance of such equipment. High temperature and humidity could cause the decrease of performance,and even equipment failure. Data processing equipment, especially server, dissipates high sensible heat that needs to be handled. In this research, the cooling load calculation of server room has been carried out. Various sources of loads have been evaluated. Most of the loads are from server equipment, and the remaining are from solar radiation,conduction of building structures, lights, people, infiltration, and ventilation. The total room load is 14.15 kw, in which 13.78 kw is sensible heat and 0.37 kw is latent. It results an RSHR of 0.974. The total load of the server room is 14.36 kw, in which 96.5% is sensible heat and 3.5% latent heat. Keywords: server room, cooling load calculation, sensible heat, latent heat, equipment load PENDAHULUAN Ruang pemrosesan data dan kantor elektronik umumnya berisi komputer, peralatan elektronik, peralatan jaringan, dan peralatan lainnya. Ruangan-ruangan untuk perangkat komputer telah berkembang dari ruang komputer tradisional menjadi ruangan komputer yang terintegrasi dengan bagian lainnya dari suatu area kantor. Perangkat,komputer,telekomunikasi, sesuai untuk peralatan maupun orang yang bekerja di dalamnya. Kondisi ruangan komputer harus dipertahankan pada rentang kondisi tertentu dan dijaga agar tidak berubah terlalu drastis. Kondisi ruangan yang diinginkan dapat saja berbeda-beda, tergantung pada pabrik dan jenis peralatan yang ada di dalamnya. Ciri umum dari ruangan untuk pusat pemrosesan data dan pusat telekomunikasi dan peralatan elektronik kantor lainnya adalah tingginya porsi beban sensibel. Di menghasilkan panas dan gas-gas samping itu, peralatan yang terpasang pada kontaminan. Perangkat komputer biasanya ruangan ini pada umumnya: memiliki komponen yang mudah terganggu Melayani aplikasi kritikal (operasi oleh perubahan temperatur dan kelembaban, debu dan pengotor lainnya, dan listrik statik. Keadaan lingkungan di luar kondisi terus-menerus) Memerlukan kondisi ruangan ketat (temperatur, kelembaban, kebersihan) yang direkomendasikan dapat membuat Memiliki potensi timbulnya panas operasi komputer terganggu, bahkan sama sekali mati, atau umur peralatan akan berlebih dan kegagalan peralatan akibat kurangnya pendinginan. berkurang. Karena itu, ruangan pemrosesan Seiring dengan majunya teknologi data tempat menyimpan komputer server, informasi dan komunikasi, kebutuhan akan komputer pribadi, dan peralatan yang pendinginan ruang pemrosesan data juga terkait, memerlukan sistem tata udara untuk meningkat. Koomey (2007) menyebutkan mempertahankan kondisi ruangan yang

bahwa konsumsi energi untuk perangkat teknologi informasi dan komunikasi di Amerika Serikat dan seluruh dunia meningkat dua kali lipat dari tahun 2000 ke tahun 2005. Jika peningkatannya linear, maka pada tahun 2010 konsumsi energi perangkat TI meningkat hingga empat kali lipat dibanding konsumsi energi tahun 2000. Untuk server saja, Amerika Serikat menghabiskan energi sekitar 20 milyar kwh, sedang seluruh dunia menghabiskan sekitar 50 milyar kwh. Pada ruangan pusat data yang padat dengan peralatan, satu ruangan dapat memuat ribuan rak dengan berbagai unit peralatan komputasi. Satu unit komputasi dapat terdiri atas beberapa mikroprosesor dengan disipasi kalor sekitar 250 W. Disipasi kalor satu rak server dapat mencapai 10 kw. Proyeksi dari ASHRAE Technical Committee (ASHRAE, 2009) menyatakan bahwa pada tahun 2014 sebuah rak dengan blade server dapat memiliki tingkat konsumsi daya hingga 60 kw per meter persegi. Kemajuan bidang teknologi informasi ini tentu membutuhkan teknologi pengkondisian udara yang baik, agar perangkat teknologi informasi dan komunikasi dapat bekerja optimal. ASHRAE menyarankan kisaran temperatur ruangan antara 20 sampai 25 0 C dan kelembaban relatif antara 45% sampai 55% (ASHRAE, 2007).Selain itu, laju perubahan temperatur juga harus dikendalikan. Perubahan temperatur 5 Kelvin per jam adalah batas maksimum yang diijinkan oleh ASHRAE. Beberapa peralatan tertentu bahkan hanya mengijinkan laju perubahan paling besar 2 K per jam. Perubahan kelembaban relatif yang disarankan adalah maksimum 5% per jam. Penyaringan udara juga harus mendapatkan perhatian pada ruangan pusat data untuk menyaring partikel pengotor dan partikel korosif. Efisiensi filter yang disarankan adalah 65%. Selain itu, udara segar dari luar ruangan juga dibutuhkan pada ruang pusat data untuk menjaga tekanan ruangan agar positif dan menjaga kualitas udara sesuai dengan ASHRAE Standard No. 62.1 tentang kualitas udara ruangan. Perhitungan beban pendinginan pada ruangan pusat data dapat dilakukan sebagaimana perhitungan beban pada fasilitas-fasilitas lainnya. Kekhasan ruangan pusat data adalah tingginya beban sensibel yang dihasilkan oleh disipasi kalor peralatan. Meski demikian, beberapa sumber beban juga harus diperhitungkan, sehingga perhitungan dengan menggunakan paradigma watt per meter persegi harus dihindari. Politeknik Negeri Bandung () sebagai salah satu institusi pendidikan tinggi yang cukup besar juga memiliki ruang pusat data yang sering disebut sebagai ruang server. Ruangan ini berisi 10 buah server, router, switch, converter, dan komputer pribadi. Total daya listrik yang dibutuhkan pada ruangan tersebut untuk perangkat server adalah 10.34 kw. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan estimasi beban pendinginan pada ruang server yang terletak di lantai 1 Gedung Direktorat. Hasil estimasi beban pendinginan selanjutnya dapat digunakan untuk menentukan besarnya kapasitas mesin pendingin yang dibutuhkan oleh ruangan tersebut. Beban Internal Beban internal adalah beban yang berasal dari dalam ruangan server, terdiri atas beban peralatan, beban lampu, dan beban orang. Beban Peralatan Server Peralatan yang dapat menjadi beban pada ruangan server antara lain adalah perangkat server itu sendiri, router, switch, converter, komputer, UPS, dan peralatan lainnya. Peralatan ini akan memberikan beban pendinginan sensibel. Besarnya beban peralatan sebanding dengan konsumsi daya masing-masing alat. Menurut Bufford (2009) disipasi kalor yang dihasilkan peralatan server dapat dikatakan sama

dengan besarnya daya masukan. Hal yang sama dikatakan oleh Cullen dan Evans (2004), dinyatakan bahwa lebih dari 99% energi yang masuk ke peralatan server dikonversikan menjadi panas. Dengan demikian, untuk mengetahui besarnya beban peralatan server, perlu diketahui lebih dahulu spesifikasi peralatan. Beban Lampu Besarnya beban lampu dapat dihitung dengan q l = Beban laten, Btu/hr atau Watt q l /orang = Beban laten per orang. N = Jumlah orang Beban Eksternal Efek konduksi Aliran kalor secara konduksi tunak (steady state) melalui atap, dinding, atau kaca dapat dinyatakan dengan hubungan, = (4) = (1) q = Daya lampu/daya lampu, Watt F u = Faktor penggunaan lampu F s = Ballast factor CLF = Cooling load factor Beban Orang/Penghuni Beban ruangan yang berasal dari penghuni terdiri atas dua bagian, yaitu beban sensibel dan beban laten yang dihasilkan dari perspirasi. Sebagian dari kalor sensibel dapat tersimpan sebagai akibat dari efek penyimpanan kalor (heat storage effect) sehingga tidak langsung dirasakan oleh ruangan, tetapi kalor laten tak akan tersimpan dan langsung dirasakan oleh ruangan. Beban kalor sensibel dari penghuni dapat dinyatakan dengan, Q =Beban pendinginan, W atau Btu/hr CLTD=Cooling load temperature difference, 0 C atau 0 F U: koefisien transmisi kalor kaca. = (2) A: luas penampang q s = Beban sensibel, Btu/hr atau Watt q s /orang = Beban sensibel per orang. N = Jumlah orang CLF = Cooling load factor penghuni. Sementara, beban kalor laten dari penghuni dapat dinyatakan dengan, = (3) q = Laju aliran kalor, W atau Btu/hr U = Koefisien transmisi kalor atau koefisien perpindahan kalor menyeluruh, W/m atau Btu/hr.ft t = Beda temperatur udara luar ke udara ruangan, 0 C atau 0 F A = Luas penampang atap, dinding, atau kaca, m2 atau ft2 Untuk kondisi tak tunak, persamaan konduksi pada (4) dapat dinyatakan dengan = (5) Beban radiasi matahari melalui kaca Beban pendinginan akibat radiasi matahari melalui kaca dapat diselesaikan dengan persamaan = (6) q: beban pendinginan akibat radiasi matahari melalui kaca A: luas penampang SC: shading coefficient

SHGF max : perolehan kalor maksimum dari matahari CLF: cooling load factor Beban infiltrasi Beban infiltrasi adalah beban yang disebabkan oleh masuknya udara luar ke dalam ruangan tanpa disengaja melalui celah-celah atau bukaan-bukaan yang ada pada dinding jendela, pintu, dll. Besarnya beban kalor dalam satuan Watt akibat infiltrasi udara luar ke dalam ruangan dapat dihitung dengan q sensibel = 1.23 x Q inf x (t 0A t RA ) [Watt] (7) q laten = 1.23 x Q inf x (w 0A w RA ) [Watt] (8) q sensibel = beban sensibel akibat infiltrasi, W q laten = beban laten akibat infiltrasi, W Q inf = debit infiltrasi, liter per detik (LPS) t OA = temperatur udara luar ( 0 C) t RA = temperatur rancangan ruangan ( 0 C) w OA = rasio kelembaban lingkungan (g/kg) w RA = rasio kelembaban rancangan ruangan (g/kg) Beban ventilasi Beban ventilasi adalah beban yang disebabkan oleh masuknya udara luar ke dalam ruangan dengan disengaja untuk mempertahankan kesegaran udara ruangan dan menjaga agar ruangan tak berbau. Debit udara ventilasi akan sebanding dengan jumlah penghuni yang ada di dalamnya dan selanjutnya dilakukan pendataan kondisi jenis kegiatan yang dilakukan oleh bangunan yang mencakup arah, orientasi, penghuni. Besarnya beban kalor dalam satuan Watt akibat ventilasi udara luar ke dalam ruangan dapat dihitung dengan q sensibel = 1.23 x Q OA x (t 0A t RA ) [Watt] q laten = 1.23 x Q OA x (w 0A w RA ) [Watt] q sensibel = beban sensibel ventilasi, W q laten = beban laten ventilasi, W Q OA = debit ventilasi, (LPS) (9) (10) t OA = temperatur udara luar ( 0 C) t RA = temperatur rancangan ruangan ( 0 C) w OA = rasio kelembaban udara luar (g/kg) w RA = rasio kelembaban rancangan ruangan (g/kg) METODOLOGI Untuk mengetahui besarnya beban pendinginan pada ruang server, langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah: Menentukan kondisi rancangan ruangan. Menentukan letak geografis bangunan. Menentukan temperatur rata-rata lingkungan. Mendata orientasi dan kondisi bangunan. Mendata jenis dan jumlah peralatan yang ada di dalam ruangan server. Menghitung beban pendinginan ruangan berdasarkan data peralatan dan persamaan 1 sampai 10. Kondisi rancangan ruangan yang dipilih untuk ruang server adalah temperatur 22 0 C dan kelembaban relatif 50%. Selanjutnya, berdasarkan data LAPAN, Bandung terletak pada 6 o LS, dengan temperatur tabung kering 87.8 o F dan temperatur tabung basah 71 0 F, kelembaban relatif 70%, rasio kelembaban 20.1 g/kg, dan bulan terpanas terjadi pada bulan September. Setelah rancangan kondisi ruangan dan rancangan kondisi lingkungan diperoleh, bahan dinding, atap, luas dinding, luas atap, luas jendela, jenis jendela, dan lain-lain. Setelah itu, barulah beban pendinginan dapat ditentukan. Beban peralatan dapat dihitung jika data peralatan yang ada di dalam ruangan diketahui. Selanjutnya, beban peralatan diasumsikan sama dengan daya input peralatan, sebagaimana dinyatakan oleh Evans (2004) dan Burford (2009). Beban-beban konduksi melalui atap, dinding, dan kaca dihitung dengan menggunakan persamaan 5. Beban radiasi matahari yang masuk melalui kaca dihitung

dengan menggunakan persamaan 6. Beban infiltrasi yang masuk dari celah atau retakan dihitung dengan persamaan 7 dan 8, sementara beban ventilasi, jika ada, dihitung dengan menggunakan persamaan 9 dan 10. Perhitungan beban pendinginan, khususnya yang berasal dari luar ruangan dilakukan dalam tiap jam, mulai dari jam 08.00 sampai dengan jam 17.00. Hal ini perlu dilakukan karena CLTD dan CLF yang berbeda tiap jamnya. Setelah keseluruhan beban dihitung, selanjutnya beban-beban tadi disusun dalam suatu format yang memisahkan antara beban interal dan eksternal, dan antara beban sensibel dan laten. Perhitungan beban pendinginan dilakukan pada periode jam 8.00 sampai jam 17.00. Pertimbangannya, beban puncak diperkirakan akan terjadi di dalam periode tersebut akibat pengaruh beban eksternal. HASIL DAN PEMBAHASAN Beban pendinginan pada ruang server dihitung dengan terlebih dahulu mengelompokkannya dalam jenis beban internal dan beban eksternal. Beban Internal Beban internal terdiri atas beban peralatan, lampu, dan orang/penghuni. Beban peralatan Jenis dan jumlah peralatan yang terdapat pada ruang server diberikan pada Tabel 1. Dengan data hanya dilakukan untuk keperluan peralatan yang diketahui, beban pendinginan untuk peralatan dapat ditentukan dengan asumsi seluruh daya input dikonversi menjadi panas, sebagaimana dinyatakan oleh Evans (2004) dan Burford (2009). Tabel 1. Data peralatan ruang server. Jenis Peralatan Jumlah Daya Input (Watt) Total daya (Watt) Server HP proliant DL 380 4 1025 4100 Server HP Proliant DL 360 1 585 585 Server HP Proliant DL - 360 2 585 1170 G5 Router CISCO 2811 2 40 80 Switch DLINK DES- 3026 3 40 120 Switch DLINK DES- 1024R 1 40 40 Converter DLINK DMC-300 3 7.2 21.6 SC Converter AT ATMC -102 XL 1 6 6 Media Converter 1 6 6 Converter AT-MC- 103 XL 1 6 6 Blade Server HP Proliant BL- 1 1350 1350 460c G6 Blade Server HP Storage 1 1350 1350 Works HSV- 300 Blade Server Storage Works 1 1350 1350 MSA- 60 Switch Catalys 3750 series 1 45 45 D-link DGS 3426 1 70 70 Paket computer 1 40 40 Jumlah beban (Watt) 10,340 Seluruh beban yang dihasilkan oleh peralatan bersifat sensibel, karena tidak ada uap air yang dihasilkan atau diserap oleh peralatan. Beban lampu Total daya lampu pada ruang server adalah 150 watt. Dengan menggunakan persamaan 1, beban lampu dapat dihitung. Q lampu = = = W x BF x CLF 150 x 1.25 x 1 187 Watt Dalam perhitungan ini, balast factor diasumsikan (ASHRAE 2005, dan ASHRAE GRP 158, 1979). Beban orang/penghuni Dalam kasus ruang server, beban penghuni dapat dikatakan tidak ada, karena ruangan tersebut sangat jarang dikunjungi oleh operator mauoun teknisi. Kunjungan yang ada sangat jarang dan pemeriksaan dan perawatan. Dengan demikian, beban penghuni dapat dikatakan nol. Jika beban ini ingin dimasukkan, maksimum yang dapat diperhitungkan adalah beban untuk 1 orang. Beban ini setara dengan 78 watt sensibel dan 52 watt beban laten. Beban Eksternal Beban eksternal terdiri atas beban konduksi atap, konduksi dinding, konduksi kaca, radiasi kaca, infiltrasi, dan ventilasi. Beban konduksi atap

Konstruksi atap yang digunakan adalah keramik (tebal 2 cm), bata 12 cm, dan plester 3 cm. Dengan data ini, nilai U untuk dinding adalah 3.29 W/m 2. 0 C. Luas atap total adalah 23.78 m 2. Dengan demikian, dari persamaan 3 diperoleh beban atap sebesar 522 watt. Dalam perhitungan ini, beda temperatur yang ruangan server dan ruangan di atas atap (lantai 2) diasumsikan sebesar 6.67 0 C, karena ruangan di atas atap (atau ruangan lantai 2) tidak dikondisikan. Beban konduksi dinding Luas dinding keseluruhan ruang server adalah 57.3 m 2, terdiri atas dinding utara, selatan, barat, dan timur. Dengan persamaan 5 dan mempertimbagkan bahan dinding, arah, dan CLTD, maka beban dinding dapat dihitung sebagaimana disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Beban konduksi dinding. Jam Beban dinding, W 8 74 9 202 10 308 11 550 12 776 13 954 14 1,081 15 1,137 16 1,102 17 1,106 16 267 104 371 17 243 95 338 Beban radiasi Beban radiasi dihitung berdasarkan luas kaca (A), koefisien peneduhan (SC) faktor perolehan kalor matahari (SHGF), dan faktor beban pendinginan (CLF). Hasil perhitungan beban akibat radiasi matahari melalui kaca diberikan pada Tabel 4. Tabel 4. Beban radiasi melalui kaca. Jam Beban arah Beban arah Total, W selatan, W timur, W 8 293 789 1,081 9 341 882 1,223 10 384 882 1,266 11 433 789 1,222 12 463 650 1,113 13 488 557 1,044 14 500 495 995 15 500 449 948 16 481 387 868 17 488 340 828 Beban infiltrasi Ruang server memiliki jendela dengan total panjang perimeter 16 m (48.02 ft) dan pintu dengan total panjang perimeter 5.8 m (17.39 ft). Dengan menggunakan metode crack, maka besarnya retakan pada jendela dan pintu adalah: /ft = 17,39 CFM menggunakan persamaan 5 dan Beban konduksi kaca Luas total kaca yang digunalan adalah 7.25 m 2, dengan 5.2 m 2 menghadap ke selatan dan 2.05 m 2 menghadap ke timur. Dengan mempertimbangkan arah dan jam, diperoleh beban konduksi kaca pada tiap jam seperti pada Tabel 3. Tabel 3. Beban konduksi kaca. Jam Beban arah selatan, W Beban arah timur, W Total, W 8 31 12 43 9 62 24 86 10 87 34 121 11 146 57 202 12 199 77 276 13 240 93 333 14 267 104 371 15 278 108 386 Infiltrasi kaca = 48,02 ft x 0,50 CFM /ft = 21,1 CFM Infiltrasi pintu = 20,34 ft x 1,0 CFM Selanjutnya, beban sensibel dan laten infiltrasi dapat dihitung dengan persamaan 7 dan 8, dengan hasil sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 5. Tabel 5. Beban infiltrasi. Jam Beban sensibel, W Beban laten, W 8 19.8 179.8 9 39.5 228.2 10 56.0 214.4 11 93.4 276.6 12 127.4 283.5 13 153.8 331.9 14 171.3 331.9 15 177.9 318.1 16 171.3 318.1

17 156.0 283.5 15,000 Beban ventilasi Besarnya beban ventilasi dihitung berdasarkan jumlah orang yang ada dalam ruangan. Jika diasumsikan setiap saat ada satu orang di dalam ruangan dengan kerja ringan, maka ruangan membutuhkan catu udara segar sebanyak 15 CFM atau setara dengan 7.4 liter per detik. Besarnya beban akibat ventilasi tersebut dapat dihitung dengan persamaan 9 dan 10 dengan mempertimbangkan selisih temperatur dan rasio kelembaban tiap jam. Hasil perhitungan beban ventilasi, baik sensibel maupun laten diberikan pada Tabel 6. Tabel 6. Beban ventilasi. Jam Beban sensibel, W Beban laten, W 8 8.5 77.7 9 17.1 98.7 10 24.2 92.7 11 40.4 119.6 12 55.1 122.6 13 66.5 143.5 14 74.1 143.5 15 76.9 137.5 16 74.1 137.5 17 67.4 122.6 Beban Total Setelah seluruh komponen beban dihitung, beban total dapat ditentukan dengan menjumlahkan seluruh komponen beban menurut jenisnya. Hasil perhitungan beban diberikan pada Tabel 7. Tabel 7. Beban total. Jam Beban sensibel Beban laten Beban total, W total, W total, W 8 12,353.4 309.5 12,662.9 9 12,694.7 378.9 13,073.6 10 12,902.3 359.1 13,261.4 11 13,234.9 448.2 13,683.1 12 13,474.6 458.1 13,932.7 13 13,678.4 527.4 14,205.8 14 13,819.5 527.4 14,346.9 15 13,852.9 507.6 14,360.5 16 13,713.5 507.6 14,221.1 17 13,622.5 458.1 14,080.6 Beban total 14,000 13,000 12,000 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Gambar 1. Dinamika beban pendinginan total dari jam 8.00 sampai jam 17.00. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa beban total terbesar adalah 14.36 kw. Beban inilah yang harus ditanggung oleh mesin pendingin. Dari tabel tersebut terlihat pula bahwa beban maksimum atau beban puncak terjadi pada jam 15. Selanjutnya, dari hasil perhitungan beban pendinginan ini dapat dilihat bahwa rasio beban sensibel (sensible heat ratio, SHR) mendekati satu. Dalam kasus ini, besarnya grand sensible heat ratio (GSHR) adalah 13853/(23853+508) = 0.965. Jika ditinjau dari beban ruangan saja (di luar beban ventilasi), maka komposisi beban sensibel dan latennya dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Beban ruangan (total minus ventilasi). Jam Beban sensibel Beban laten Beban total ruangan, W ruangan, W ruangan, W 8 12,345 232 12,577 9 12,678 280 12,958 10 12,878 266 13,145 11 13,195 329 13,523 12 13,420 336 13,755 13 13,612 384 13,996 14 13,745 384 14,129 15 13,776 370 14,146 16 13,639 370 14,010 17 13,555 336 13,891 Jam

RACE Vol. 4, No. 2, Juli 2010 ISSN 1978-1709 Beban ruangan 15,000 14,000 13,000 12,000 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Jam Gambar 1. Dinamika beban pendinginan ruangan dari jam 8.00 sampai jam 17.00. Selanjutnya, jika ditinjau dari kerapatan beban, ruang server memiliki kerapatan beban sebesar 14.36 kw dibagi dengan luas bangunan 256 ft 2. Hasilnya, kerapatan beban pendinginan ruang server adalah 56 watt per ft 2. Jika dibandingkan dengan pernyataan dari Balakrishnan (2002), maka ruang server termasuk dalam kategori moderately populated, dengan kerapatan beban antara 50 sampai dengan 60 watt per ft 2. Rasio beban sensibel ruangan, atau room sensible heat ratio (RSHR) pada jam 15.00 adalah sebesar 13776/14146 = 0.974. Konduksi struktur Penghuni Radiasi Lampu Infiltrasi Alat Ventilasi 72% 2% Gambar 3. Komposisi beban pendinginan ruang Untuk mengantisipasi kebutuhan bidang server. teknologi informasi pada tahun-tahun Dari Gambar 3 dapat dilihat bahwa mendatang, maka perlu dibuat proyeksi beban peralatan merupakan 72% dari peningkatan beban pendinginan di masa keseluruhan beban yang ada. Hal ini sesuai mendatang. Sesuai dengan hasil riset dengan laporan dari Loper dan Parr (2007), Koomey (2007) peningkatan beban beban dari peralatan server pendinginan mencapai dua kali lipat tiap mencakup 72% dari keseluruhan beban yang lima tahun. ada (Gambar 4). REFERENSI: 3% 1% 6% 18% 14% Gambar 4. Komposisi beban pendinginan ruang server menurut riset Loper dan Parr (2007). 1% 7% Server Power Office 3% 1% Lighting 72% Other KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil perhitungan beban yang telah dilakukan, diperoleh hasil beban pendinginan total ruang server sebesar 14.36 kw. Dari keseluruhan beban tersebut, 96.5% di antaranya adalah beban sensibel. Jika komponen ventilasi dikeluarkan, maka beban total ruangan adalah 14.15 kw, dengan RSHR 0.974. Kerapatan beban ruang server adalah 56 watt per ft 2, termasuk dalam kategori moderately populated. 1. Koomey, J.G., 2007. Estimating Total Power Consumption by Servers in The U.S. and The World, Lawrence Berkeley National Laboratory, Stanford University. 2. ASHRAE, 2007. Handbook of HVAC Applications, Data Processing and Electronic Office Areas, ASHRAE, Atlanta. 3. ASHRAE, 2009. Design Considerations for Datacom Equipment Centers, ASHRAE Technical Committee, Atlanta.

4. Dave Burford, Facilities and IT, Lad Enterprizes, Inc., June 2009. 5. Evans, T., Fundamental Principles of Air Conditioners for Information Technology, American Power Conversion, 2004 6. ASHRAE GRP 158, 1979. Cooling and Heating Calculation Manuals, American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers, Atlanta, GA. 7. ASHRAE, 2005. Handbook of Fundamentals, American Society of Heating, Refrigerating and Air Conditioning Engineers, Atlanta, GA. 8. Loper and Parr, S., Energy Efficiency in Data Centers:A New Policy Frontier, Alliance to Save Energy, January 2007. 9. Balakrishnan,S., Precision Air Conditioning for Server Rooms, ISHRAE Journal, January 2002.