BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi diera globalisasi ini menjadi semakin

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang besar dalam kehidupan manusia, terutama

ABSTRAK. Kata Kunci: Model DeLone & McLean, SIMDA, Kesuksesan SIA, Kinerja Individu

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi sesuai dengan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dilakukan dalam rangka menciptakan good

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengawasan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi tersebut yaitu dengan diselenggarakannya otonomi daerah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dunia kerja mengalami perubahan, baik dalam organisasi bisnis, institusi

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. harus ditingkatkan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas organisasi-organisasi publik tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi mengenai posisi keuangan dan apa saja hasil-hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu badan pelayanan yang tidak berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB II LANDASAN TEORI. Laporan keuangan adalah catatan informasi suatu entitas pada suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan sektor publik khususnya laporan keuangan. pemerintah adalah wujud dan realisasi pengaturan pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang tata kelola pemerintahan yang baik atau good government

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD)

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Stanbury, 2003

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dalam organisasi/instansi. Hal ini ditandai dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. kinerjanya kepada publik. Pemerintah merupakan entitas publik yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sarana untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan bisnis.

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat. Salah satu teknologi yang berkembang dengan pesat

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Hal tersebut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penerapan

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi, individu maupun organisasi dapat melakukan setiap. perkembangan sistem informasi. Menurut (Wikipedia: 2015)

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kegiatan operasional yang lebih efisien dan efektif ( Ali dan Green,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Meningkatnya tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah baik pihak internal dan eksternal yang informasi tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang bisnis. Pada pemerintahan saat ini, teknologi merupakan penunjang

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian. efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan prinsip good governance. Serangkaian regulasi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan sebuah sistem yang power share pada setiap level

BAB I PENDAHULUAN. lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Governance (GGG) sejak tahun 2003 telah mengeluarkan undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara sentral dari pusat

BAB I PENDAHULUAN. Informasi menjadi bagian penting dalam kemajuan sebuah organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi diera globalisasi ini menjadi semakin pesat diiringi dengan berkembangnya sistem informasi berbasis teknologi. Selama ini sistem informasi berbasis teknologi telah banyak diterapkan oleh berbagai perusahaan, yang menunjukkan bahwa teknologi sistem informasi saat ini bukan lagi menjadi tuntutan, melainkan sudah menjadi kebutuhan untuk menunjukkan kinerja mereka. Hal ini dimaksudkan agar perusahaan dapat bersaing dengan para kompetitornya dalam hal kemajuan penggunaan sistem informasi yang baik, sehingga tidak sedikit organisasi atau perusahaan yang mengeluarkan dana yang begitu besar dalam investasi sistem informasi tersebut. Berdasarkan hal tersebut saat ini Pemerintah kita juga berusaha untuk memperbaiki pengelolaan manajemennya dengan mencoba mengadopsi sistem seperti yang dijalankan oleh perusahaan selama ini, walaupun bukan untuk tujuan profit namun yang diadopsi adalah sistemnya sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sejalan dengan konsep New Public Management. Pemerintah selaku pengelola dana publik harus mampu menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipercaya sehingga dituntut untuk memiliki sistem informasi yang andal. Dalam rangka memantapkan otonomi daerah dan desentralisasi, Pemerintah Daerah hendaknya harus memikirkan investasi untuk pengembangan sistem informasi akuntansi (Wahyundaru, 2001).

Keberhasilan suatu sistem informasi juga bergantung pada kualitas sistem dan pemanfaatan sistem tersebut oleh pemakai sistem karena teknologi sistem informasi diselenggarakan dalam suatu organisasi untuk membantu mereka dalam menyelesaikan tugasnya. Tidak jarang ditemukan bahwa teknologi yang diterapkan dalam sistem informasi sering tidak tepat atau tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh pemakai sistem sehingga penerapan sistem informasi kurang memberikan manfaat atau bahkan tidak memberikan manfaat sama sekali dalam peningkatan kinerja individu. Lucas dan Spitler (1999) berpendapat teknologi informasi yang digunakan agar dapat dimanfaatkan secara efektif sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap kinerja individual. Apabila kinerja setiap individu dapat dimaksimalkan maka akan berpengaruh pada kinerja instansi secara keseluruhan. Suatu sistem informasi akuntansi dapat dikatakan efektif menurut DeLone dan Mcclean (1992) harus memenuhi persyaratan, yakni: informasi yang dihasilkan harus berkualitas dan harus berkaitan dengan output sistem informasi. Semakin efektif sistem informasi akuntansi akan membuat kinerja karyawan semakin tinggi. DeLone dan Mcclean (2003) juga menyatakan bahwa faktor-faktor yang menjadi dasar pengukuran keberhasilan sistem informasi adalah kualitas informasi (information quality), kualitas sistem informasi (system quality), kualitas pelayanan (service quality), intensitas penggunaan system informasi (use), kepuasan pengguna akhir sistem informasi (end user satisfaction), dampak individual (individual impact), dan dampak organisasional (organizational impact) dari sistem informasi. Untuk memperoleh kualitas informasi yang baik, maka dibutuhkan sistem aplikasi yang baik

pula untuk dapat mengolah data menjadi informasi yang berguna. Selanjutnya, untuk mendapatkan sistem aplikasi yang baik, organisasi harus menggunakan sistem aplikasi dari pemberi jasa yang berkompeten dalam pembuatan sistem aplikasi yang dibutuhkan organisasi, yang dapat memuaskan kepentingan penggunanya. Kepuasan pengguna sistem informasi dapat dikatakan telah tercapai jika sistem informasi dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pengguna sistem informasi dan mampu meningkatkan kinerja mereka secara optimal. Keberhasilan sistem informasi suatu organisasi tergantung bagaimana sistem itu dijalankan, kemudahan sistem itu bagi para pemakainya, dan pemanfaatan teknologi yang digunakan (Goodhue et.al, 1995). Pengukuran terhadap kualitas sistem informasi, kualitas informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi dan dampak penggunaan sistem informasi terhadap kepuasan penggunanya perlu dilakukan untuk mengevaluasi dan memelihara keberhasilan penerapan sistem informasi akuntansi yang dapat meningkatkan kinerja penggunanya dan tentunya dapat berdampak pada kinerja instansi secara keseluruhan. Salah satu tolak ukur keberhasilan atas kinerja instansi adalah pelaporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan reliabel. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, mengungkapkan bahwa dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD/APBN, setiap entitas pelaporan wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Hal ini juga diatur dalam Permendagri Nomor 13 tahun 2006 dan kemudian direvisi menjadi Permendagri Nomor 21 tahun 2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, disebutkan bahwa Pemerintah Daerah berkewajiban

untuk menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan dalam bentuk laporan keuangan. Dalam rangka pertanggungjawaban keuangan Pemerintah Daerah maka setiap entitas pelaporan dan entitas akuntansi menyelenggarakan sistem akuntansi Pemerintah Daerah yang meliputi serangkaian prosedur, mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan. Hal ini bertujuan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilaksanakan secara manual atau melalui aplikasi komputer. Oleh sebab itu, keandalan sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah sangat berhubungan erat dengan tingkat keandalan pelaporan keuangan. Kinerja atas laporan keuangan akan dinilai baik apabila dalam penyusunan laporan keuangan seluruh akun disajikan dan disusun secara jujur, benar dan teliti yang didukung oleh bukti-bukti yang jelas dan lengkap. Oleh sebab itu untuk mengurangi ketidaktelitian dan menghindari kesalahan dalampenyusunan laporan keuangannya maka diperlukan suatu sistem yang dapat mendukung pencapaian tersebut yaitu penerapan teknologi informasi dalam penyusunan laporan keuangan agar menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Sehingga sistem akuntansi pemerintah perlu memanfaatkan semua jenis informasi dan teknologi agar efektifitas dan efisiensi penyusunan laporan keuangannya dapat tercapai. Mulyadi (2001: 19) mengkaitkan tujuan pengembangan sistem akuntansi tidak lain adalah untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern, yaitu untuk memperbaiki tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban dan perlindungan

kekayaan perusahaan. Sistem akuntansi yang lemah menyebabkan pengendalian intern lemah dan pada akhirnya laporan keuangan yang dihasilkan juga kurang handal dan kurang relevan untuk pembuatan keputusan (Mardiasmo, 2004: 34) Dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), pemerintah berusaha mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat dengan cara membangun teknologi informasi di bidang keuangan atau akuntansi dalam kaitannya pengelolaan keuangan daerah yaitu Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD). Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah SIPKD adalah aplikasi terpadu yang dipergunakan sebagai alat bantu pemerintah daerah yang digunakan meningkatkan efektifitas implementasi dari berbagai regulasi bidang pengelolaan keuangan daerah yang berdasarkan pada asas efesiensi, ekonomis, efektif, transparan, akuntabel dan auditabel. Aplikasi ini juga merupakan salah satu manifestasi aksi nyata fasilitasi dari Kementerian Dalam Negeri kepada pemerintah daerah dalam bidang pengelolaan keuangan daerah, dalam rangka penguatan persamaan persepsi sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah dalam penginterpretasian dan pengimplementasian berbagai peraturan perundang-undangan. Dengan adanya SIPKD tersebut tentunya dapat memberikan nilai tambah bagi organisasi, jika sukses diimplementasikan. Namun demikian, pengukuran atau penilaian kualitas suatu sistem informasi yang efektif sulit dilakukan secara langsung seperti pengukuran biaya manfaat (Laudon dan Laudon, 2000). Kesulitan dalam menilai kesuksesan dan keefektifan sistem informasi secara langsung, mendorong

banyak peneliti mengembangkan model untuk menilai kesuksesan sistem informasi. Salah satu penelitian mengenai model penilaian kesuksesan sistem informasi yang paling banyak diuji adalah penelitian yang dilakukan oleh DeLone dan McLean (1992 dan 2003). Model penilaian kesuksesan sistem informasi yang dikembangkan disebut dengan Delone &McLean Information Success model (modelkesuksesan D&M). Sejak dipublikasikan tahun 1992 dan di-update tahun 2003, model kesuksesan D&M telah dikutip lebih dari 300 artikel penelitian empiris (Delone &Mclean, 2003). Penelitian mengenai pengujian model kesuksesan D&M di Indonesia dilakukan oleh Wahyuni (2011), Mulyono (2009), dan Ardiyanti (2015) dengan hasil yang relatif berbeda beda. Hasil penelitian Wahyuni (2011) dengan objek penelitian pemda pengguna SIKD di provinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah,menunjukkan mendukung sebagian model kesuksesan D&M. Sedangkan hasilpenelitian Ardiyanti (2015) pada pemerintah Kota BauBau menunjukkan hasilyang cenderung tidak mendukung model kesuksesan D&M. Hasil penelitian Mulyono (2009) dengan objek penelitian SKPD di Malang Raya (Pemkab Malang, PemkotMalang, dan Pemkot Batu) di propinsi Jawa Timur menunjukkan mendukung model kesuksesan D&M secara penuh. Motivasi dilakukannya penelitian ini adalah pertama hasil penelitian yang berbeda-beda (kontradiktif). Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan penelitian (research gap). Dengan demikian diperlukan dilakukannya pengujian empiris terhadap model kesuksesan D&M pada objek yang berbeda. Motivasi kedua adalah

masih belum banyaknya penelitian di bidang sistem informasi dalam domain akuntansi sektor publik di Indonesia. Pemilihan objek penelitian pada SIPKD di Pemerintah Kota Bukittinggi adalah karena Bukittinggi sebagai salah satu kota yang menggunakan aplikasi SIPKD secara penuh mulai tahun 2013 sampai dengan saat ini yang mana sistem ini juga bermigrasi menjadi SIPKD berbasis akrual mulai tahun 2015 mengikuti peraturan yang berlaku. Hal ini tentunya didukung oleh prestasi yang diraih oleh Pemerintah Kota ini. Pada tahun 2014, Pemerintah Kota Bukittinggi untuk pertama kalinya mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) untuk Laporan Keuangan tahun 2013, dimana selama ini Bukittinggi selalu mendapatkan opini Wajar Dalam Pengecualian (WDP) pada tahuntahun sebelumnya. Begitu juga dengan tahun 2015 ini, Bukittinggi masih mampu mempertahankan Opini WTP tersebut.opini WTP merupakan penilaian tertinggi yang diberikan karena menunjukkan bahwa laporan keuangan tersebut telah disajikan secara wajar, tidak terdapat kesalahan yang material, dan sesuai standar (Atyanta, 2011). Hal ini menjadi suatu kemajuan akan kinerja Pengelolaan Keuangan Pemerintah Kota Bukittinggi karena menunjukkan bahwa dalam penyajian Laporan Keuangan sudah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, dan Perundangundangan yang berlaku serta disajikan secara andal dan tepat waktu. Tentunya pencapaian ini dapat terjadi tidak luput dari perbaikan Sistem Pengelolaan Keuangan di Pemerintah Kota Bukittinggi yang semakin membaik setelah menggunakan

aplikasi SIPKD dari yang selama ini hanya menggunakan program manual yang rentan akan kesalahan. Berdasarkan fenomena yang disebutkan diatas, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji model kesuksesan dari penggunaan Sistem Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) di lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi, yang pengujiannya dilakukan dengan menggunakan model kesuksesan sistem informasi yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean (D&M IS Success Model). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan,permasalahan yang akan diangkat sebagai objek penelitian adalah : 1. Apakah Kualitas sistem (system quality) SIPKD berpengaruh terhadap Penggunaan (use) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 2. Apakah Kualitas informasi (information quality) berpengaruh terhadap Penggunaan (use) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 3. Apakah Kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh terhadap Penggunaan (use) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 4. Apakah Kualitas sistem (system quality) berpengaruh terhadap Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 5. Apakah Kualitas informasi (information quality) berpengaruh terhadap Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi?

6. Apakah Kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh terhadap Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 7. Apakah Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD berpengaruh terhadap Penggunaan (use) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 8. Apakah Penggunaan (use) SIPKD berpengaruh terhadap Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 9. Apakah Penggunaan (use) SIPKD berpengaruh terhadap Net benefit di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 10. Apakah Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD berpengaruh terhadap Net benefit di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu : 1. Untuk mengetahui apakah Kualitas sistem (system quality) SIPKD berpengaruh terhadap Penggunaan (use) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi 2. Untuk mengetahui apakah Kualitas informasi (information quality) berpengaruh terhadap Penggunaan (use) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi 3. Untuk mengetahui apakah Kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh terhadap Penggunaan (use) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi 4. Untuk mengetahui apakah Kualitas sistem (system quality) berpengaruh terhadap Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi

5. Untuk mengetahui apakah Kualitas informasi (information quality) berpengaruh terhadap Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi 6. Untuk mengetahui apakah Kualitas pelayanan (service quality) berpengaruh terhadap Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi? 7. Untuk mengetahui apakah Kepuasan pengguna (user satisfaction) berpengaruh SIPKD terhadap Penggunaan (use) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi 8. Untuk mengetahui apakah Penggunaan (use) SIPKD berpengaruh terhadap Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi 9. Untuk mengetahui apakah Penggunaan (use) SIPKD berpengaruh terhadap Net benefit di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi 10. Untuk mengetahui apakah Kepuasan pengguna (user satisfaction) SIPKD berpengaruh terhadap Net benefit di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti empiris yang menunjukkan adanya kesuksesan penggunaan SIPKD di Lingkungan Pemerintah Kota Bukittinggi, sehingga dapat memberikan masukan kepada

instansi Pemerintahan lainnya akan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dan sistem pengelolaan keuangan yang baik. Dan juga sebagai masukan kepada Kemendagri selaku pengelola sistem agar dapat meningkatkan kualitas sistem tersebut. 2. Dapat memberikan persepsi apakah pengguna sistem informasi akuntansi selama ini puas terhadap pengembangan dan penerapan SIPKD di Pemko Bukittinggi 3. Untuk memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya. 4. Mampu menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi para peneliti sendiri maupun bagi yang lainnya. 5. Dapat menjadi referensi bagi pembaca dan penelitian selanjutnya. 1.5 Sistematika Penulisan Guna memahami lebih jelas mengenai tesis ini, materi dikelompokkan menjadi beberapa sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang informasi umum yaitu latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI& HIPOTESIS Bab ini berisikan teori yang diambil dari beberapa kutipan buku, artikel, jurnal dan penelitian yang berupa pengertian dan definisi. Bab ini juga menjelaskan

konsep dasar sistem, konsep dasar sistem informasi, konsep dasar SIPKD, teori efektifitas penerapan sistem informasi, DeLone & McLean information system success model, konsep teori komunikasi. Selain itu bab ini juga membahas masingmasing teori hubungan pengaruh antara variabel, tinjauan penelitian terdahulu serta kerangka berfikir yang digunakan. BAB III :METODE PENELITIAN Bab ini mendeskripsikan desain penelitian, operasionalisasi dan pengukuran variabel, jenis dan sumber data penelitian, populasi dan sampel, pengujian instrumen riset dan pengujian hipotesis. BAB IV :PEMBAHASAN Bab ini menguraikan deskripsi objek penelitian, analisis data, dan pembahasan atas temuan penelitian. BAB V : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang berkaitan dengan analisa dan optimalisasi sistem berdasarkan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya.