ANALISA PENGARUH VARIASI KUAT ARUS DAN JARAK PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK, SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON RENDAH DENGAN ELEKTRODA 6013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB II KERANGKA TEORI

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

PENGELASAN TUNGSTEN BIT PADA DRILL BIT DENGAN MENGGUNAKAN LAS ASETILIN RINGKASAN

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

ANALISA PENGARUH VARIASI KUAT ARUS DAN JARAK PENGELASAN TERHADAP NILAI KEKERASAN SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON RENDAH DENGAN ELEKTRODA 6013 METODE ANAVA

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

Studi Penggunaan Jenis Elektroda Las Yang Berbeda Terhadap Sifat Mekanik Pengelasan SMAW Baja AISI 1045

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

Kajian Kekuatan Baja Paduan Rendah Yang Dilas Listrik Elektroda Terbungkus Dengan Kampuh V Dan Elektroda Rd 320 E.6013 Panas yang t erjadi t idak cuku

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

C. RUANG LINGKUP Adapun rung lingkup dari penulisan praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Kerja las 2. Workshop produksi dan perancangan

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

ANALISA PENGARUH VARIASI TREATMENT PADA PROSES PENGELASAN SMAW TERHADAP PERBAIKAN KUALITAS BAJA

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 91-98, 2014 ISSN

LAB LAS. Pengelasan SMAW

RANGKUMAN LAS TIG DAN MIG GUNA MEMENUHI TUGAS TEORI PENGELASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL

proses welding ( pengelasan )

Pengaruh Hasil Pengelasan Las TIG Terhadap Kekuatan Tarik dan Ketangguhan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISA PENGARUH ARUS PENGELASAN SMAW PADA MATERIAL BAJA KARBON RENDAH TERHADAP KEKUATAN MATERIAL HASIL SAMBUNGAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Transkripsi:

JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 ANALISA PENGARUH VARIASI KUAT ARUS DAN JARAK PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TARIK, SAMBUNGAN LAS BAJA KARBON RENDAH DENGAN ELEKTRODA 6013 Fenoria Putri Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya Jl.Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139 Telp: 0711-353414, Fax: 0711-453211 E-mail : putri@polisriwijaya.ac.id RINGKASAN Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Pengelasan pada masa sekarang ini sangat berperan penting baik dalam bidang rekayasa, konstruksi maupun perbaikan logam. Dalam melakukan pengelasan banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil pengelasan itu sendiri diantaranya : cara dan prosedur pengelasan, alat dan bahan yang dibutuhkan, elektroda yang digunakan, kuat arus yang dipakai dan jarak kampuh yang digunakan. Kuat arus dan jarak kampuh inilah yang diteliti. Metodologi yang digunakan dalam pengambilan data spesimen adalah metode analitik yaitu data yang dikoleksi dan diteliti dijadikan petunjuk dalam penelitian, metode status yaitu sampel yang dipilih dianalisa karakteristiknya, kemudian hasil pengelasan diuji kekuatan tarik, kekerasan dan struktur mikronya, metode evaluasi yaitu data yang didapat dievaluasi untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dari hasil penelitian dan pengujian yang dilakukan dengan menggunakan arus 70 A 110 A dengan jarak kampuh 1 mm dan 2 mm, diperoleh arus 110 A dengan jarak kampuh 1 mm yang memiliki kekuatan tarik maksimum yaitu 507,33 N/mm 2. Makin besar arus dan makin besar jarak pengelasan maka makin lebar weldment yang terjadi. PENDAHULUAN Pertumbuhan dan Perkembangan teknologi di bidang k onstruksi yang semakin maju dan pesat, tidak dapat dipisahkan dari proses penyambungan logam, atau yang sering disebut dengan pengelasan. Hal ini mempunyai peranan penting dalam rekayasa dan reparasi atau perbaikan logam. Pertumbuhan pembangunan konstruksi logam pada masa sekarang ini banyak melibatkan unsur pengelasan, khususnya bidang rancang bangun karena sambungan las merupakan salah satu pembuatan sambungan yang secara teknis memerlukan ketr ampilan yang tinggi bagi pengelasnya, agar diperoleh sambungan dengan k ualitas baik. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi perkapalan, jembatan, rangka baja, bejana tekan, sarana transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya. Faktor yang mempengaruhi proses pengelasan adalah prosedur pengelasan itu sendiri yaitu suatu perencanaan untuk pelaksanaan penelitian yang meliputi cara pembuatan konstruksi las dan sambungan yang sesuai rencana dan spesifikasi, dengan menentukan semua 13

VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT hal yang diperlukan dalam pelaksanaan tersebut, sedangkan faktor produksi pengelasan adalah jadwal pembuatan, proses pembuatan, alat dan bahan yang diperlukan, urutan pelaksanaan, persiapan pengelasan (meliputi : pemilihan mesin las, penunjukan juru las, pemilihan kuat arus, pemilihan elektroda, dan pemilihan jarak pengelasan serta penggunaan jenis kampuh las). Las listrik merupakan suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas dan elektroda sebagai bahan tambahnya. Pengelasan dengan las listrik menggunakan pesawat las listrik (SMAW = Shielded Metal Arc Welding) banyak di gunakan, karena proses pengelasan dengan cara demikian disamping menghasilkan sambungan yang kuat juga mudah untuk digunakan. Mesin las SMAW menurut arusnya dibedakan menjadi tiga macam yaitu mesin las arus searah atau Direct Current (DC), mesin las arus bolak- balik atau Alternating Current (AC) dan mesin las arus ganda yang merupakan mesin las yang dapat digunakan untuk pengela san dengan arus searah (DC) dan pengelasan dengan arus bolakbalik (AC). Untuk elektroda jenis E6013 arus yang digunakan berkisar antara 70-110 Ampere. Dengan interval arus tersebut, pengelasan yang dihasilkan akan berbeda-beda. Penyetelan besar-kecilnya arus sangatlah penting, untuk mendapatkan hasil pengelasan yang diinginkan. Hasil pengelasan yang diharapkan tidak saja bentuk kampuh lasnya yang baik, tetapi juga kekuatan dari sambungan las yang didapat harus baik dan kuat. 14 Pada prakteknya bila arus yang digunakan terlalu rendah, akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur yang terjadi akan tidak stabil, hal ini disebabkan panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasarnya sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan kurang dalam, sebaliknya bila arus terlalu tinggi maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan akan menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam sehingga menghasilka n kekuatan tarik yang rendah da n menambah kerapuhan dari hasil pengelasan. Besar arus untuk pengelasan tergantung dari jenis kawat las yang digunakan, posisi pengelasan serta tebal bahan dasar atau tebal benda kerja yang akan dilas. Kekuatan hasil lasan dipengaruhi oleh besar arus, kecepatan pengelasan, besarnya penembusan dan jarak pengelasan serta polaritas listrik. Penentuan besarnya arus dalam penyambungan logam menggunakan las busur mempengaruhi efisiensi pekerjaan dan bahan las. Penentuan besar arus dalam pengelasan ini mengambil 70 A dan 80 A, 90 A, 100 A, 110 A, dan jarak pengelasan 1 mm dan 2 mm, Pengambilan dimaksudkan sebagai pembanding dengan interval arus diatas. Untuk itulah penulis akan melakukan pengujian dan penelitian serta menganalisa secara mendalam mengenai pengaruh variasi besar arus terhadap kekuatan dan hasil pengelasan. Penelitian ini menggunakan bahan baja karbon rendah yang diberi perlakuan pengelasan dengan variasi

JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 arus 70 Ampere, 80 Ampere, 90 Ampere, 100 Ampere dan 110 Ampere, dan jarak pengelasan 1 mm dan 2 mm dengan menggunakan las SMAW arus AC (bolak-balik) dengan elektroda E6013 diameter 2,6 mm. Jenis kampuh yang digunakan adala h kampuh v. Spesimen diuji komposisi dan kekuatan tarik. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Las Listrik Las busur listrik atau umumnya disebut dengan las listrik adalah termasuk suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Las dalam bidang konstruksi sangat luas penggunaannya meliputi konstruksi sederhana maupun konstruksi berat seperti: pengelasan jembatan, perkapalan, industri karoseri dan lainlain. Pengelasan tidak saja untuk konstruksi las tetapi juga dapat digunakan untuk mengelas cacat logam dari hasil pengecoran dan mempertebal bagian logam yang telah aus. Secara sederhana dapat diartikan bahwa pengelasan merupakan proses penyambungan dua buah logam sampai titik rekristalisasi logam baik menggunakan bahan tambah maupun tidak dan menggunakan energi panas sebagai pencair bahan yang dilas. Prinsip-Prinsip Las Listrik Pada dasarnya las listrik yang menggunakan elektroda karbon maupun logam menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan benda kerja dapat mencapai temperatur tinggi yang dapat melelehkan sebagian bahan merupakan perkalian antara tegangan listrik (E) dengan kuat arus (I) dan waktu (t). Las listrik dengan elektroda karbon Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda karbon dengan logam atau diantara ujung elektroda karbon akan memanaskan dan mencairkan logam yang akan dilas. Sebagai bahan tambah dapat dipakai elektroda dengan fluksi atau elektroda yang berselaput fluksi. Las busur listrik dengan metode elektroda terbungkus adalah cara pengelasan yamg banyak di gunakan pada masa ini, cara pengelasan ini menggunakan elektroda logam yang di bungkus dengan fluks. Las busur listrik terbentuk antara logam induk dan ujung elektroda, karena panas dari busur, maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan kemudian membeku bersama. Las listrik dengan elektroda berselaput Las listrik ini menggunakan elektroda berselaput sebagai bahan tambahnya. Busur listrik yang terjadi diantara ujung elektroda dan bahan dasar akan mencairkan ujung elektroda dan sebagian bahan dasar. Selaput elektroda yang turut akan mencair dan menghasilkan gas yang melindungi ujung elektroda, kawah las, busur listrik dan daerah las disekitar busur listrik terhadap pengaruh daerah luar. Cairan selaput elektroda yang membeku akan menutupi permukaan las yang juga berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. 15

VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT Gambar 2.1 Sirkuit las listrik dengan elektroda berselaput Las listrik TIG menggunakan elektroda wolfram yang bukan merupakan bahan tambah. Busur listrik yang terjadi antara ujung elektroda wolfram dan bahan dasar adalah merupakan sumber panas untuk pengelasan. Titik cair dari elektroda wolfram sedemikian tingginya sampai 3410 0 C sehingga tidak ikut mencair pada saat terjadi busur listrik. Tangkai las dilengkapi dengan nozel keramik untuk penyemburan gas pelindung yang melindungi daerah las dari pengaruh luar pada saat pengelasan. Macam dan Jenis Elektroda Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan kawat las (Elektroda) yang terdiri dari suatu inti terbuat dari suatu logam di lapisi oleh lapisan yang terbuat dari campuran zat kimia, selain berfungsi sebagai pembangkit, elektroda juga sebagai bahan tambah. Gambar 2.2. Elektroda las Elektroda terdiri dari dua jenis bagian yaitu bagian yang bersalut (fluks) dan tidak bersalut yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las. Fungsi fluks atau lapisan elektroda dalam las adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur, sumber unsur paduan. Pada dasarnya bila di tinjau dari logam yang di las, kawat elektroda dibedakan menjadi elektroda untuk baja lunak, baja karbon tinggi, baja paduan, besi tuang, dan logam non ferro. Bahan elektroda harus mempunyai kesamaan sifat dengan logam [8]. Pemilihan elektroda pada pengelasan baja karbon sedang dan baja karbon 16

JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 tinggi harus benar-benar diperhatikan apabila kekuatan las diharuskan sama dengan kekuatan material. Penggolongan elektroda diatur berdasarkan standar system AWS (American Welding Society) dan ASTM (American Society Testing Material). Elektroda jenis E6013 dapat dipakai dalam semua posisi pengelasan dengan arus las AC maupun DC. Rigi-rigi yang dihasilkan akan sangat halus maka terak yang ada akan mudah untuk di bersihkan dan busurnya dapat di kendalikan dengan mudah. Elektroda dengan kode E6013 untuk setiap huruf dan setiap angka mempunyai arti masingmasing yaitu: E = Elektroda untuk las busur listrik 60 = Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil pengelasan dikalikan dengan 1000 Psi 1 = Menyatakan posisi pengelasan, 1 berarti dapat digunakan untuk pengelasan semua posisi 3 = Elektroda dengan penembusan dangkal bahan dari selaput serbuk Rutil kalium dengan arus AC atau DC. Elektroda berselaput yang dipakai pada las busur listrik mempunyai perbedaan komposisi selaput maupun kawat inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengan cara destrusi, semprot ataupun celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm sampai 7 mm dengan panjang antara 350 mm sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput fluksi pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (CaCO3), titanium dioksida (rutil), kaolin, kalium oksida, mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi mangan dan sebagainya dengan presentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis elektroda. Tebal selaput elektroda berkisar antara 10% sampai 50% dari diameter elektroda tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda akan turun dan mencair dan menghasilkan gas CO 2 yang melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O 2 dan N akan dapat mempengaruhi sifat fisik dari logam las. Cairan selaput yang disebut terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih panas. Pemilihan elektrode ini berdasarkan : sifat dari bahan yang akan dilas posisi pengelasan tipe sambungan jumlah pengelasan kerapatan sambungan pengelasan jenis arus yang tersedia Arus pengelasan Arus pengelasan adalah besarnya aliran atau arus listrik yang keluar dari mesin las. Besar kecilnya arus pengelasan dapat diatur dengan alat yang ada pada mesin las. Arus las harus disesuaikan dengan jenis bahan dan diameter elektroda yang di gunakan dalam pengelasan. Penggunaan arus yang terlalu kecil akan mengakibatkan penembusan atau penetrasi las yang rendah, sedangkan arus yang terlalu besar akan mengakibatkan terbentuknya manik las yang terlalu lebar dan deformasi dalam pengelasan. 17

VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT Tabel 2.1. Spesifikasi besar arus menurut tipe elektroda Diameter Tipe elektroda dan besarnya arus (Ampere) elektroda E6010 E6013 E6014 E7018 E7024 E7028 (mm) 2,0-30-80 80-110 70-100 - - 2,6-70-110 110-160 110-160 - - 3,2 80-120 80-140 140-180 120-170 140-190 140-190 4 120-160 120-190 140-210 150-220 180-250 180-250 5,0 150-200 200-275 200-275 200-275 230-305 230-305 6,3-330-415 315-400 335-430 300-420 335-430 8 - - 390-500 375-475 - - Daerah pengaruh panas (HAZ) Tiga daerah hasil pengelasan yang akan kita temui bila kita melakukan pengelasan daerah yang pertama yaitu logam las adalah daerah dimana terjadi pencairan logam dan dengan cepat kemudian membeku. Daerah yang kedua yaitu daerah logam induk yang mengalami perubahan struktur atau susunan dari logam akibat panas dari tindakan pengelasan. Daerah yang kedua ini sering disebut dengan Heat Affected Zone (HAZ). Daerah yang ke tiga adalah daerah logam itu sendiri yang tidak mengalami perubahan struktur. Daerah HAZ merupakan daerah paling kritis dari sambungan las, karena selain berubah strukturnya juga terjadi perubahan sifat pada daerah ini. Secara umum struktur dan sifat daerah panas efektif di pengaruhi dari lamanya pendinginan dan komposisi dari logam induk itu sendiri Keterangan : 1. Logam Las 2. Garis Penggabungan 3. Daerah HAZ 4. Logam Induk Gambar 2.3 Daerah las-lasan. Kampuh V Hasil penyambungan logam melalui pengelasan hendaknya menghasilkan sambungan yang berkualitas dari segi kekuatan dan lapisan las dari bahan atau logam yang dilas, di mana untuk menghasilkan 18 sambungan las yang berkualitas hendaknya kedua ujung/bidang atau bagian logam yang akan dilas perlu di berikan suatu bentuk kampuh las tertentu. Tujuan utama dari pengelasan adalah

JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 untuk mendukung beban, sebagian beban mekanis dan sebagian untuk mencapi hasil pengelasan dengan kekuatan yang bisa di jamin, maka perlu di kembangkan sebagai bentuk groove [10]. Untuk memperoleh kekuatan hasil pengelasan yang dapat di jamin kualitasnya, pengelasan sebaiknya menggunakan berbagai bentuk kampuh yang sudah dikembangkan. Pengerjaan kampuh las terdiri dari empat jenis yaitu sambungan kampuh sisi, sambungan berimpit, sambungan sudut dan sambungan T. Sambungan atau kampuh menumpu adalah sambungan las yang dilakukan dengan jalan mengelas bagian tepi atau ujung dari logam yang akan dilas. Adapun sambungan atau kampuh menumpu terdiri dari sambungan I, V, X, dan ½ V, ½ X, U. Menurut [3] kampuh V dipergunakan untuk menyambung logam/plat yang tebalnya antara 3,5-10 mm, dengan sudut kampuh 60 0-80 0 dan jarak/celah kampuh sekitar 1-2 mm. Pada waktu mengelas kampuh V diberi plat penahan cairan sepanjang kampuh yang gunanya untuk mencegah cairan bertumpuk sebelah bawah kampuh dan plat penahan tersebut dapat dibuka bila di perlukan. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini, dimulai dengan tahapantahapan atau langkah-langkah penelitian dari awal sampai akhir, sehingga nantinya didapat hasil mengenai analisa pengaruh kuat arus dan jarak kampuh terhadap hasil pengelasan. Beberapa jenis metode penelitian yang akan digunakan dalam pengujian dan penelitian ini, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Analitik, data yang dikoleksi dan diteliti akan dijadikan petunjuk dalam Penelitian. Dalam hal ini persiapan yang harus diperhatikan adalah material yang akan diuji, kuat arus yang dipakai,jenis elektroda dan diameter elektroda yang digunakan. 2. Status, Sampel yang dipilih dari satu atau lebih fenomena dipelajari, diuji serta dianalisa karakteristiknya, kemudian hasil pengelasan akan diuji kekuatan tariknya, kekerasan, struktur mikro dan hasil cairan elektroda yang terjadi. 3. Evaluasi, Suatu pengujian dilakukan dengan suatu cara tertentu dan diharapkan dapat memberikan hasil tertentu [4]. Prosedur Penelitian Tahapan awal dimulai dengan mencari thema atau topik,mencari atau mengkoleksi literatur yang berhubungan dengan topik, menentukan thema, spesifikasi thema yang akan kita ambil, buat jadwal penelitian atau thesis, langkah selanjutnya mengindentifikasi masalah, setelah masalah diindentifikasi, langkah selanjutnya adalah perencanaan alur proses penelitian, dimana alur penelitian yang dilakukan adalah persiapan pelaksanaan pengujian, penentuan material, jenis elektroda dan diameter elektroda, penentuan kuat arus, dilanjutkan dengan pengujian komposisi dan pengujian tarik serta pemeriksaan, sehingga pada akhirnya didapat hasil penelitian. Pembahasan Setelah pengamatan, pengukuran dan dilakukan pengujian terhadap masingmasing benda uji, baik benda uji raw material maupun benda uji yang dilakukan pengelasan dengan arus masing-masing 70 ampere, 80 ampere, 90 ampere, 100 ampere maupun 110 ampere, dan dengan jarak 1 mm serta 2 mm, maka didapat data-data seperti yang akan diperlihatkan bersamaan 19

VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 dengan data-data hasil setiap pengujian. Pengujian Komposisi Baja Karbon Data Komposisi Kimia Baja Karbon Pengujian komposisi bertujuan untuk mengetahui kadar (persentase) setiap unsur pembentuk suatu logam baik itu logam ferro maupun logam non ferro. Pengujian komposisi kimia dilakukan di Laboratorium Balai Besar Teknologi Kekuatan Struktur (B2TKS-BPPT) kawasan PUSPITEK Serpong dengan menggunakan Mesin OES ARC-MET 930 SP. Hasil pengujian komposisi JURNAL AUSTENIT baja karbon rendah dituangkan dalam table 4.1. 70 0 Jarak Kampuh 2 mm 3,5 mm Gambar 3.9. Kampuh V [12] 50 mm 200 50 mm 20 mm w 12,5 R L0 50 mm 60 mm t 3,5 mm Gambar 3.10. Spesimen Uji Tarik Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi No Nama Unsur Simbol Kadar ( %) 1 Ferum Fe 99,02 2 Carbon C 0,13 3 Silicon Si < 0,063 4 Mangan Mn 0,82 5 Chromium Cr 0,014 6 Nickel Ni < 0,018 7 Molybdenum Mo < 0,0018 8 Cuprum Cu 0,0096 9 Aluminium Al <0.00 10 Vanadium V 0,0094 11 Wolfram W 0,06 12 Titanium Ti <0,00 13 Niobium Nb <0,00 14 Barium B <0,00 15 Silicon Si 0,019 16 Phospor P 0,025 20

JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 Sifat baja karbon sangat tergantung pada kadar karbon oleh karena itu baja karbon dikelompokkan berdasarkan kadar karbonnya. Baja dengan kadar karbon kurang dari 0,3% disebut baja karbon rendah, baja dengan kadar karbon 0,3-0,7% disebut baja karbon sedang, dan baja dengan kadar karbon 0,7-1,5% disebut baja karbon tinggi [14]. Hasil uji komposisi diatas menunjukkan bahwa material yang digunakan dalam penelitian ini, termasuk klasifikasi baja karbon rendah, karena mengandung unsur karbon kurang dari 0,3%. Pengujian Tarik Pengujian tarik dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanik dari suatu material yang akan diuji dalam hal ini untuk mengetahui kekuatan tarik maksimun suatu material. Data pengujian diperoleh dalam tiga kelompok pengujian yaitu, kelompok raw material, kelompok material yang dilas dengan arus 70 ampere, 80 ampere, 90 ampere, 100 ampere dan 110 ampere dengan jarak kampuh 1mm, dan kelompok material yang dilas dengan arus 70 ampere, 80 ampere, 90 ampere, 100 ampere dan 110 ampere dengan jarak kampuh 2 mm. Hasil pengujian tarik dapat ditunjukkan pada tabel 4.2 : Tabel 4.2. Data Hasil Uji Tarik Raw Material No. t w l o A 0 P u Δl σ u e (mm) (mm) (mm) (mm 2 ) (kn) (mm) (N/mm 2 ) (%) 1 3,5 12,5 50 43,75 20,72 17,57 473 35,14 2 3,5 12,5 50 43,75 21,05 18,48 481 36,96 3 3,5 12,5 50 43,75 20,77 18,28 475 36,57 Rata-rata 476,33 36,22 Tabel 4.3. Data Hasil Kekuatan Tarik Material Pengelasan Arus 70-110A, dengan Jarak Kampuh 1 mm. No. Arus Jarak t w l o A 0 P u Δl σ u e (A) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm 2 ) (kn) (mm) (N/mm 2 ) (%) 1 70 1 3,5 12,5 50 43,75 20,55 16,09 469,33 32,18 2 80 1 3,5 12,5 50 43,75 20,68 16,06 472,67 32,12 3 90 1 3,5 12,5 50 43,75 21,18 15,59 484 31,11 4 100 1 3,5 12,5 50 43,75 21,78 16,28 497,67 32,56 5 110 1 3,5 12,5 50 43,75 22,19 15,74 507,33 31,47 21

Tegangan Tarik (N/mm 2 ) Tegangan Tarik (N/mm 2 ) VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT 520 510 500 490 480 470 460 450 Tegangan Tarik Maksimum (σ u ) 507,33 497,67 484 469,33 472,67 70 A 80 A 90 A 100 A 110 A Arus Listrik (Ampere) Jarak 1 mm Gambar 4.1. Grafik Hubungan Kuat Arus dan Jarak Kampuh 1 mm terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Rendah. Tegangan Tarik Maksimum (σ u ) 510 500 490 480 470 460 450 507,33 497,67 484 469,33 472,67 70 A 80 A 90 A 100 A 110 A Arus Listrik (Ampere) Jarak 1 mm Gambar 4.2. Grafik Batang Hubungan Kuat Arus dan Jarak Kampuh 1 mm terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Rendah. Tabel 4.4. Data Hasil Kekuatan Tarik Material Pengelasan Arus 70-110A, dengan Jarak Kampuh 2 mm. No. Arus Jarak t w l o A 0 P u Δl σ u e (A) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm 2 ) (kn) (mm) (N/mm 2 ) (%) 1 70 2 3,5 12,5 50 43,75 20,01 15,32 457,33 30,64 2 80 2 3,5 12,5 50 43,75 20,34 16,47 464,67 32,93 3 90 2 3,5 12,5 50 43,75 20,47 16,02 467,67 32,04 4 100 2 3,5 12,5 50 43,75 20,65 15,81 472 31,62 5 110 2 3,5 12,5 50 43,75 20,87 16,03 477 32,05 22

Tegangan Tarik (N/mm 2 ) Tegangan Tarik (N/mm2) JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 480 475 470 465 460 455 450 445 Tegangan Tarik Maksimum (σ u ) 477 472 467,67 464,67 457,33 Jarak 2 mm 70 A 80 A 90 A 100 A 110 A Arus Listrik (Ampere) Gambar 4.3. Grafik Hubungan Kuat Arus dan Jarak Kampuh 2 mm terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Rendah. Tegangan Tarik Maksimum (σ u ) 480 475 470 465 460 455 450 445 477 472 464,67 467,67 457,33 70 A 80 A 90 A 100 A 110 A Arus Listrik (Ampere) Jarak 2 mm Gambar 4.4. Grafik Batang Hubungan Kuat Arus dan Jarak Kampuh 2 mm terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Rendah. Tabel 4.5. Data Hasil Uji Tarik Material Pengelasan Arus 70-110A, dengan Jarak Kampuh1 dan 2 mm. No. Arus Jarak t w l o A 0 P u Δl σ u e (A) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm 2 ) (kn) (mm) (N/mm 2 ) (%) 1 70 1 3,5 12,5 50 43,75 20,55 16,09 469,33 32,18 2 80 1 3,5 12,5 50 43,75 20,68 16,06 472,67 32,12 3 90 1 3,5 12,5 50 43,75 21,18 15,59 484 31,11 4 100 1 3,5 12,5 50 43,75 21,78 16,28 497,67 32,56 5 110 1 3,5 12,5 50 43,75 22,19 15,74 507,33 31,47 6 70 2 3,5 12,5 50 43,75 20,01 15,32 457,33 30,64 7 80 2 3,5 12,5 50 43,75 20,34 16,47 464,67 32,93 8 90 2 3,5 12,5 50 43,75 20,47 16,02 467,67 32,04 9 100 2 3,5 12,5 50 43,75 20,65 15,81 472 31,62 10 110 2 3,5 12,5 50 43,75 20,87 16,03 477 32,05 23

Tegangan Tarik (N/mm 2 ) Teganagan Tarik (N/mm 2 ) VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 JURNAL AUSTENIT 520 510 500 490 480 470 460 450 440 430 Tegangan Tarik Maksimum (σ u ) 507,33 497,67 484 469,33 472,67 472 477 464,67 467,67 457,33 70 A 80 A 90 A 100 A 110 A Arus Listrik (Ampere) Jarak 1 mm Jarak 2 mm Gambar 4.5. Grafik Hubungan Kuat Arus dan Jarak Kampuh 1 dan 2 mm terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Rendah Tegangan Tarik Maksimum (σ u ) 510 500 490 480 470 460 450 440 430 507,33 497,67 484 469,33 477 472,67 472 464,67 467,67 457,33 70 A 80 A 90 A 100 A 110 A Arus Listrik (Ampere) Jarak 1 mm Jarak 2 mm Gambar 4.6. Grafik Batang Hubungan Kuat Arus dan Jarak Kampuh 1 dan 2 mm terhadap Kekuatan Tarik Baja Karbon Rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Adapun kesimpulan dari penelitian ini adalah : Untuk pengujian kekuatan tarik didapat kekuatan tarik maksimum tertinggi terdapat pada pengujian dengan arus 110 ampere dengan jarak kampuh 1 mm sebesar 507,33 N/mm 2. Saran Diharapkan ada penelitian lanjutan dari penelitian yang sudah dilakukan, misalnya dengan menambah jarak kampuh sehingga akan didapat pengelasan yang sangat optimal. 24

JURNAL AUSTENIT VOLUME 2, NOMOR 2, OKTOBER 2010 DAFTAR PUSTAKA 1. Amstead BH, dkk, Teknologi Mekanik Jilid 1. Jakarta, 1989. 2. Alip Mochamad, Teori dan Praktek Las, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989. 3. Arifin Syamsul, Las Listrik dan Otogen, Edisi khusus, Bandung, Ghalia Indonesia, 1977. 4. Arikunto, Suharsimi, Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Yogyakarta. Rineka Cipta, 1997. 5. Bintor Gatot, Dasar-Dasar Pengerjaan Las, Yogyakarta. Kanisus, 1999. 6. Badbury EJ, Dasar Metalurgy Untuk Rekayasawan, Jakarta, Grmedia, 1990. 7. Dieter George E, Metalurgy Mekanik, Jakarta, Erlangga, 1987. 8. Fenoria Putri, 2010, Analisa Pengaruh Variasi Kuat Arus dan Jarak Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik, Kekerasan dan Struktur Mikro Sambungan Las Baja Kerbon Rendah Dengan Elektroda 6013 Metode Anova, Thesis S2, Universitas Pancasila, Jakarta. 9. Kenneth N, Derucher and Conrad P.Heins, Material for Civil and Higway engineers. Prentice- Hall., Englewood Cliffs, 1981. 10. Lawrence, Van Vlack, Ilmu Bahan dan Teknologi Bahan, Jakarta, Erlangga,1991. 11. Love George, Teori dan Praktek Kerja Logam, Jakarta, Erlangga, 1986. 12. Smallman R.E, dan Bishop R.J, Metalugy Fisik Modern dan Rekayasa Material, Jakarta, Gramedia, 2000. 13. Sonowan Hery dan Suratman Rochim, Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan Logam, Bandung, Alfabeta, 2004. 14. Suharto, Teknologi Pengelasan Logam, Jakarta, Rineka Cipta, 1991. 15. Surdia, Tata dan Saito sinroku, Pengetahuan Bahan Teknik, Jakarta, Pradnya Paramita, 2000. 16. Ginting Dines, Kenjon W., Dasar- Dasar Pengelasan, Erlangga, 1984. 17. Karmiadji, W. Djoko, Metodologi Penelitian, Hand Out mata kuliah Program Magister Teknik Mesin Universitas Pancasila, 2009. 18. Suryana Didikh, Sidabutar Djaindar, Las Asetilin dan Las Listrik, Sekolah Teknologi Mesin, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998. 19. Wiryosumarto Harsono, Okumura Toshie Okumura, Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan ke delapan Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2000. 20. Widharto Sri, Petunjuk Kerja Las, Edisi Revisi Cetakan ke- 5, Jakarta, PT Pradnya Paramita. 25